Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus

Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat


Multipel dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya dengan
Gangguan Psikotik Residual atau Onset Lambat

F19.7

Oleh
Anwari Delmi, S.Ked 1730912310020
Sumantri Romadhon, S.Ked 1730912310149
Ismaniah, S.Ked 1730912320060

Pembimbing
dr. Yanti Fitria, Sp.KJ

SMF Ilmu Kedokteran Jiwa


Fakultas Kedokteran ULM/Rumah Sakit Umum Daerah Ulin
Banjarmasin
Januari 2019
LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. M. NS
Tempat, Tanggal lahir : Banjarbaru, 3 Februari 2003
Usia : 15 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Guntung Jingah, RT 5, RW 2, Loktabat Utara,
Banjarbaru, Kalimantan Selatan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak ada
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia
Status Perkawinan : Belum menikah
Tanggal Masuk : 23 Januari 2019 (datang ke poli jiwa RSJD
Sambang Lihum)

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Diperoleh dari Autoanamnesis dengan pasien dan Heteroanamnesis dengan
orang tua pasien pada hari Rabu tanggal 23 Januari 2019 pukul 12.30 WITA.

A. KELUHAN UTAMA

Melihat bayangan seperti kabut asap

B. KELUHAN TAMBAHAN

Sering tidur lama

C. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

Autoanamnesis

Anamnesis dilakukan di rumah pasien. Pasien tinggal bersama kedua

orang tua pasien dan satu orang adiknya. Keluarga pasien berasal dari kalangan

1
menengah ke bawah. Ayah pasien bekerja sebagai pembuat batu bata, sedangkan

ibu pasien adalah ibu rumah tangga, adik masih menempuh pendidikan kelas 5

SD. Selama anamnesis dan pemeriksaan, pasien mengenakan kemeja flannel

berwarna ungu dan celana boxer berwarna hitam. Tubuh pasien terlihat kurus

namun tinggi badan pasien sesuai dengan usianya. Penampilan pasien terawat dan

pasien tidak mengenakan aksesoris yang berlebihan. Pasien memiliki tato

bergambar seperti naga di lengan kiri bawah.

Selama anamnesis, pasien seperti terlihat kebingungan, menjawab agak

lambat dan tatapannya seperti kosong, namun masih bisa menjawab pertanyaan

dan jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan. Pasien bisa menjawab

pertanyaan seperti identitas dirinya.

Pasien dapat menjawab ketika ditanya mengenai waktu, contoh yaitu jam

berapa saat ditanya, siang atau malam, dan hari apa, namun pasien kebingungan

saat ditanya tanggal berapa. Pasien bisa menjawab mengenai keberadaan pasien

sekarang dimana, pasien menjawab bahwa pasien sekarang sedang berada di

rumah. Saat penanya menunjukkan ke arah ibu, ayah, dan adik pasien, pasien bisa

menyebutkan siapa mereka.

Saat ditanya apakah pasien melihat adanya bayangan atau bisikan, pasien

mengaku bahwa pasien kadang-kadang dapat melihat bayangan. Deskripsi

bayangan tersebut seperti asap yang bisa datang dan pergi. Saat ditanyakan

bagaimana bentuk kabut tersebut, pasien tidak bisa mendeskripsikan bagaimana

bentuknya, hanya saja seperti kabut putih. Pasien mengutarakan bahwa bayangan

kabut tersebut baru muncul dalam kurang lebih seminggu yang lalu. Kapan

2
munculnya bayangan tersebut tidak pasti dan pasien tidak bisa menggambarkan

berapa kali sehari bayangan tersebut muncul, biasanya bayangan asap tersebut

muncul apabila pikiran pasien kosong atau apabila saat pasien berbicara dengan

orang lain. Pasien tidak menyebutkan bahwa bayangan tersebut berinteraksi

dengan pasien. Pasien tidak merasa mendengar bisikan.

Ketika ditanyakan mengenai siapa yang bertanya kepada pasien, pasien

dapat menjawab bahwa penanya adalah dua dokter yang diminta oleh dokter di

poli RSJ Sambang Lihum untuk menemui pasien di rumahnya, ingatan jangka

segera pasien terlihat baik. Saat ditanyakan dengan apa pasien dibawa ke RSJ

Sambang Lihum, pasien mengatakan bahwa pasien dibawa dengan sepeda motor,

kedua orang tua pasien membenarkan hal tersebut, maka ingatan jangka pendek

pasien terlihat baik. Saat ditanyakan mengenai kegiatan yang menarik bagi pasien

sekitar seminggu yang lalu, pasien terlihat bingung dan tak bisa menjawab. Pasien

juga tidak dapat menyebutkan nama TK dan SD dulu pasien bersekolah, Ingatan

jangka menengah dan jangka panjang pasien terlihat terganggu.

Konsentrasi pasien nampak terganggu, karena pasien selalu terlihat

berfikir keras lebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan penanya. Pasien dan

penanya tidak bisa membangun relasi mental dan emosional karena hal tersebut.

Saat pasien ditanya mengenai normal sosial seperti apakah berbohong, mencuri

atau membunuh itu salah, pasien menyatakan bahwa hal-hal tersebut salah, maka

pasien masih memiliki nilai dan norma sosial yang baik.

Pasien selama satu minggu terakhir merasa tidur lebih lama dari biasanya,

terutama selama masih menjalani pengobatan yang diberikan di RSJ Sambang

3
Lihum. Namun, pasien tidak merasakan perbedaan yang berarti yang berubah

dalam kehidupannya akibat hal ini.

Heteroanamnesis (dengan kedua orang tua pasien)

Kedua orang tua pasien merasa bingung kenapa sekarang anaknya seperti

ini. Mereka merasa bahwa pasien mulai seperti ini semenjak pasien lulus SMP,

yaitu sekitar 6 bulan sebelum pasien memiliki keluhan ini. Kedua orang tua pasien

menceritakan bahwa pada 13 Januari 2019 sekitar pukul 17.00, pasien sempat

mengeluhkan kedinginan dan merasa kesurupan seperti kuda lumping. Ayah

pasien hanya memberikan pasien susu kalengan. Setelah itu, pasien memuntahkan

susu tersebut, namun kedua orang tua pasien merasa bahwa keluhan pasien

sempat membaik setelah diberikan susu tersebut. Kedua orang tua pasien lalu

membawa pasien ke praktek dokter umum dan dinyatakan bahwa pasien tidak

apa-apa dan hanya mendapatkan obat untuk kencing dan obat anti nyeri. Karena

merasa bahwa keluhan pasien tidak membaik, pasien dibawa IGD RSD Idaman

Banjarbaru. Di sana, pasien tidak didapatkan kelainan, namun dokter menyatakan

bahwa pasien perlu dibawa ke RSJ Sambang Lihum.

A. Sekitar 6 Bulan sebelum tanggal 13 Januari 2019 (Juli 2018 – Januari

2019)

Pasien baru lulus dari SMP. Kedua orang tua pasien mulai mengeluhkan

bahwa pasien sering keluar rumah pada malam hari dan kembali pada pagi hari

tanpa memberitahu kemana pasien pergi. Ternyata pasien berteman dengan

teman-teman di sekitar tempat tinggal pasien yang merupakan anggota komunitas

punk. Kedua orang tua pasien curiga bahwa pasien mengkonsumsi alkohol dari

4
bau mulut pasien, selain itu juga mereka curiga bahwa pasien menggunakan lem

dan obat-obatan terlarang. Saat itu pasien pergi pada malam hari dan kembali

pulang ke rumah pada pagi hari. Pada pagi sampai sore hari, pasien tidak memiliki

kegiatan apa-apa, selain shalat dan makan. Kedua orang tua pasien juga

membiarkan dan tidak menegur pasien karena takut akan menyinggung pasien.

Hal ini terus berlangsung sampai bulan Januari 2013. Kedua orang tua pasien

merasa bahwa tidak ada masalah di dalam keluarga mereka. Kedua orang tua

pasien merasa tidak pernah berkelahi, terutama bila dihadapan pasien. Kemauan

pasien juga kedua orang tua pasien turuti. Kedua orang tua pasien menyangkal

adanya konflik internal di dalam keluarga.

B. 13 Januari 2019

Sekitar pukul 17.00, pasien sempat mengeluhkan kedinginan dan merasa

kesurupan seperti kuda lumping. Ayah pasien hanya memberikan pasien susu

kalengan. Setelah itu, pasien memuntahkan susu tersebut, namun kedua orang tua

pasien merasa bahwa keluhan pasien sempat membaik setelah diberikan susu

tersebut. Kedua orang tua pasien lalu membawa pasien ke praktek dokter umum

dan dinyatakan bahwa pasien tidak apa-apa dan hanya mendapatkan obat untuk

kencing dan obat anti nyeri. Karena merasa bahwa keluhan pasien tidak membaik,

pasien dibawa IGD RSD Idaman Banjarbaru. Di sana, dokter menyatakan pasien

tidak didapatkan kelainan pada tubuh, namun dokter menyatakan bahwa pasien

perlu dibawa ke RSJ Sambang Lihum.

5
C. 13 Januari – 15 Januari 2019

Kedua orang tua pasien berfikir untuk tidak membawa pasien ke RSJ

Sambang Lihum, namun cukup dirawat saja. Pada saat pulang, pasien masih

merasa seperti kuda lumping dengan gerakan tubuh seperti kedinginan. Namun

dari hari ke hari, keluhan perlahan semakin berkurang.

D. 15 Januari 2019

Kedua orang tua pasien memutuskan untuk membawa pasien ke poli

kedokteran Jiwa RSJ Sambang Lihum. Saat pasien memasuki daerah RSJ

Sambang Lihum, pasien memberitahukan kedua orang tuanya bahwa dia tidak

gila. Di sana kedua orang tua pasien diberitahu bahwa hasil pemeriksaan lab

pasien menunjukkan bahwa pasien menggunakan salah satu obat terlarang, namun

kedua orang tua pasien lupa apa jenisnya. Mereka memberitahukan bahwa saat

diwawancara oleh dokter di poli, pasien mengiyakan semua pertanyaan dokter,

semisal apakah merasa melihat bayangan atau tidak, pasien menyatakan bahwa

pasien melihat bayangan. Pasien menolak untuk dirawat disana saat diberitahukan

oleh dokter untuk dirawat inap, sehingga pasien hanya meminta pengobatan di

rawat jalan. Setelah mendapatkan obat dari RSJ Sambang Lihum, kedua orang tua

pasien membawa pasien ke orang alim di dekat rumah pasien. Disana pasien

dibacakan doa-doa dan semacam ritual untuk menarik makhluk gaib yang ada di

tubuh pasien. Menurut kedua orang tua pasien, pasien menuruti saja metode yang

dilakukan oleh orang alim tersebut.

6
E. 15 Januari – 23 Januari 2019

Kedua orang tua pasien melihat bahwa keadaan pasien nampak membaik.

Pasien rutin meminum obat yang diresepkan oleh dokter di RSJ Sambang Lihum.

Kedua orang tua pasien juga merasa bahwa membawa pasien ke orang alim cukup

tepat karena keluhan pasien terlihat berkurang. Pasien tak terlihat merasa seperti

kuda lumping dan gerakan seperti kedinginan tak dirasakan lagi. Pada tanggal 17

Januari 2019 pasien sempat demam, namun kedua orang tua pasien hanya

memberikan obat panas dan suhu tubuh pasien sempat membaik. Setelah demam

menurun, kedua orang tua pasien membawa pasien ke orang alim lagi. Keluhan

yang dimiliki orang tua pasien antara lain adalah pasien terlihat selalu mengantuk

dan tidur lama, terutama setelah menjalani pengobatan. Kedua orang tua pasien

menyatakan bahwa tidur paling lama pasien selama pengobatan pernah sampai

seharian. Selama menjalani pengobatan pasien tidak lagi keluar malam seperti

dahulu, bahkan sekarang lebih patuh. Pasien shalat lima waktu, namun hanya

apabila disuruh oleh kedua orang tua pasien. Kegiatan pasien di rumah selama

seminggu pengobatan antara lain bermain smartphone, menonton tv, tidur, makan,

dan beribadah.

RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA

a) Riwayat psikiatrik

Pasien tidak memiliki riwayat gangguan kejiwaan.

b) Riwayat penggunaan zat psikoaktif

Pasien mengaku selama masih berteman dengan teman-temannya di

komunitas punk, pasien mengkonsumsi minuman beralkohol, menghirup lem dan

7
bahkan pernah menggunakan obat Zenith bersama teman-temannya. Pasien tak

dapat menyebutkan berapa pil Zenith, berapa kali sehari menghirup lem, maupun

berapa gelas/botol alkohol yang pasien konsumsi dalam sehari selama masih

berteman dengan komunitas punk, namun pasien ingat bahwa setiap bersama

mereka, pasien mengkonsumsi zat-zat tersebut. Saat mengkonsumsi barang di

atas, pasien merasa seperti terbang melayang. Pasien mengaku bahwa pasien

mengkonsumsi barang-barang tersebut hanya apabila diajak oleh teman-temannya

di komunitas tersebut. Pasien sempat merasakan susah berhenti mengkonsumsi

barang-barang tersebut, mau meninggalkan yang lain demi barang-barang tersebut

dan mengaku harus mengkonsumsi lebih banyak daripada jumlah sebelumnya.

Namun pasien mengaku tidak lagi memiliki dorongan kuat untuk

menggunakannya lagi setelah merasakan badan seperti kuda lumping dan sadar

bahwa mengkonsumsi alkohol, menghirup lem, dan mengkonsumsi obat-obatan

adalah hal yang salah dan merugikan. Pasien juga merasa bersalah karena pernah

bergaul dengan teman-temannya di komunitas punk dan malu kepada orang

tuanya.

c) Riwayat penyakit dahulu (medis)

Pasien tidak pernah mempunyai riwayat penyakit medis dan belum pernah

dirawat di rumah sakit sebelumnya. Orang tua pasien juga menyangkal bahwa

pasien pernah memiliki trauma di bagian kepala atau bagian tubuh lainnya.

8
d) Riwayat kepribadian sebelumnya

Orang tua pasien menyatakan bahwa dulu pasien adalah anak yang periang

dan mudah berteman dengan siapa saja. Pasien juga selalu shalat lima waktu di

langgar dekat rumah dan sering mengikuti pengajian.

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

a) Riwayat Prenatal dan Perinatal

Ibu pasien menyatakan bahwa selama masa mengandung pasien dan

selama persalinan tidak pernah memiliki keluhan dan kelainan.

b) Riwayat Infanticy/Masa Bayi (0-1,5 tahun) Basic Trust vs Mistrust

Pada masa bayi, kedua orang tua pasien menyatakan selalu memberikan

kasih saying dan perhatian kepada pasien. Pasien mendapatkan imunisasi

lengkap dari program pemerintah dan mendapatkan ASI sampai usia 2

tahun.

c) Riwayat Early Childhood/Masa Kanak (1,5-3 tahun) Autonomy vs

shame and doubt

Riwayat perkembangan pasien saat usia ini seusai dengan tahapnya. Ibu

pasien mulai membiarkan pasien keluar rumah bersama pasien sambil

menemani pasien berjalan di luar.

d) Riwayat Pre School Age/ Masa Prasekolah (3-6 Tahun) Initiative Vs

Guilt

Pasien mulai sering bertanya mengenai dunianya. Pasien tidak pernah

dilarang untuk melakukan sesuatu yang disukai pasien.

9
e) Riwayat School Age/masa sekolah (6-12 tahun) Industry vs Inferiority

Pasien mulai memasuki masa sekolah. Di sekolah, pasien dapat belajar

dengan baik dan menjalani sama sekolahnya seperti anak-anak normal

lainnya. Pasien merupakan siswa yang mudah bergaul dengan teman-

teman di sekolahnya

f) Riwayat Adolescence (12-15 tahun) Identity vs Role diffusion/Identity

Confusion

Pasien menamatkan masa SMP. Namun, pasien terkesan menjauh dari

orang tuanya saat pasien berteman dengan komunitas punk di sekitar

rumahnya.

E. RIWAYAT MASA REMAJA

1. Riwayat pendidikan : Pasien menamatkan SMP

2. Riwayat pekerjaan : Pasien belum memiliki pekerjaan

3. Riwayat perkawinan : Pasien belum menikah.

4. Riwayat keagamaan : Sebelum bergaul dengan teman-temannya di

komunitas punk, pasien selalu shalat tepat waktu di langgar dekat rumahnya

dan rajin mengikuti pengajian.

5. Riwayat psikoseksual: Tidak terdapat perilaku psikoseksual yang

menyimpang.

6. Riwayat aktivitas sosial : Pasien merupakan pribadi yang mudah bergaul

dan senang berteman.

7. Riwayat hukum : Pasien tidak pernah terkait masalah hukum.

10
8. Riwayat penggunaan waktu luang : Pasien mengisi waktu luangnya dengan

berteman dengan komunitas punk di sekitar rumahnya. Pasien pergi dari

rumah pada malam hari dan kembali pulang pada pagi hari.

9. Riwayat kehidupan sekarang : Sekarang pasien jarang keluar rumah dan

berinteraksi dengan orang lain, kecuali keluarganya. Kegiatan pasien di

rumah menurut kedua orang tua pasien antara lain hanya seperti bermain

smartphone, menonton TV, makan, tidur, dan beribadah.

10. Riwayat keluarga : Hubungan pasien dengan keluarganya baik.

11. Impian, fantasi dan nilai-nilai : Pasien tidak memiliki impian, fantasi,

maupun nilai-nilai yang spesifik

Genogram:

Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: pasien

: meninggal

: satu rumah

11
III. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien mengenakan kemeja flannel berwarna ungu dan celana boxer

berwarna hitam. Tubuh pasien terlihat kurus namun tinggi badan pasien sesuai

dengan usianya. Penampilan pasien terawat dan pasien tidak mengenakan

aksesoris yang berlebihan. Pasien memiliki tato bergambar seperti naga di lengan

kiri bawah.

2. Perilaku dan aktivitas psikomotorik: normoaktif

3. Sikap terhadap pemeriksa: kontak mata baik, kooperatif.

B. Keadaan Emosi

1. Mood : Eutimia

2. Afek : Dangkal

3. Keserasian : Serasi

C. Gangguan Persepsi

 Halusinasi : Halusinasi visual (+); auditorik (-)

 Ilusi : Ilusi (-)

 Depersonalisasi : Tidak ada

 Derealisasi : Tidak ada

D. Pembicaraan

 Kualitatif : spontan, intonasi cukup, artikulasi jelas, relevan

12
 Kuantitatif : Logorrhea (-), blocking (-)

E. Proses pikir

 Bentuk pikir : tidak realistik

 Arus pikir : koheren

 Isi pikir

 Waham : Tidak ada

 Obsesi : Tidak ada

 Fobia : Tidak ada

F. Sensorium dan kognitif

1. Kesadaran : compos mentis

2. Orientasi

a. Waktu : baik

b. Tempat : baik

c. Orang : baik

3. Daya ingat

a. Jangka segera : baik

b. Jangka pendek : baik

c. Jangka menengah : terganggu

d. Jangka panjang : terganggu

4. Konsentrasi : cukup baik

5. Perhatian : cukup baik

6. Kemampuan membaca dan menulis : baik

13
7. Kemampuan visuospasial : baik

8. Pikiran abstrak : baik

9. Kapasitas intelegensia : cukup

10. Bakat kreatif : sde

11. Kemampuan menolong diri sendiri : baik

G. Pengendalian Impuls : baik

H. Daya Nilai

Daya norma sosial : baik

Uji daya nilai : baik

Penilaian realita : sedikit terganggu

Tilikan : Tilikan derajat 6

Kesadaran emosional terhadap motif-motif perasaan dalam, yang

mendasari arti dari gejala; ada kesadaran yang menyebabkan perubahan

kepribadian dan tingkah laku dimasa mendatang; keterbukaan terhadap ide

dan konsep yang baru mengenai diri sendiri dan orang-orang penting

dalam kehidupannya.

I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

1. Status Interna :

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Nadi : 100 kali /menit, reguler, kuat angkat

Respirasi : 18 kali/menit

14
Suhu : 36,8oC

SpO2 : 98% tanpa suplemen oksigen

 Kulit: anemis (-), purpura (-), ikterik (-), hiperpigmentasi (-)

 Kepala dan leher: normosefali, tidak terdapat pembesaran KGB, tidak ada

peningkatan JVP, bruit (-)

 Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan (-/-), mata

berair (-/-), ptosis (-/-), pandangan kabur (-/-), pupil isokor kanan dan kiri,

Funduskopi (tidak dilakukan).

 Telinga: serumen minimal, sekret (-/-), nyeri mastoid (-/-)

 Hidung: epistaksis (-/-)

 Mulut: perdarahan gusi (-), pucat (-), sianosis (-), stomatitis (-)

 Toraks: Dalam batas normal, wheezing (-/-), ronki (-/-)

 Jantung: Dalam batas normal, S1 S2 tunggal, irama regular, murmur (-),

gallop (-)

 Abdomen: nyeri tekan epigastrium (-), BU (+) 7x/ menit

 Punggung: skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-), nyeri ketok ginjal (-)

 Ekstremitas: gerak sendi normal, deformitas (-), kemerahan (-), varises (-),

panas (-), nyeri -), massa (-), edema (-), kelemahan ekstrimitas superior

dextra. Terdapat tattoo naga pada region antebrachii bagian volar

2. Status Neurologis

Nervus I-XII : Dalam batas normal

Rangsang Meningeal : (-)

Gejala peningkatan TIK : (-)

15
Refleks fisiologis : (+)

Refleks patologis : (-)

V. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

1. Aksis I : F19.7 Gangguan mental dan perilaku akibat

penggunaan zat multipel dan penggunaan zat

psikoaktif lainnya dengan gangguan psikotik

residual atau onset lambat

2. Aksis II : F60.1 Gangguan kepribadian Skizoid

3. Aksis III : None

4. Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial

5. Aksis V : GAF scale 70 – 61 (beberapa gejala ringan dan

menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara

umum masih baik)

1. Fungsi sosial : Kurang baik

Pasien jarang keluar rumah untuk bersosialisasi seperti dahulu.

2. Fungsi peran : Baik

Pasien mematuhi kedua orang tuanya bisa membantu kedua orang tuanya

dalam urusan rumah tangga seperti menyapu dan mencuci piring setelah

makan.

3. Perawatan diri: Baik

Pasien dapat merawat diri dengan baik seperti mandi dan berpakaian.

16
4. Penggunaan waktu luang: Baik

Pasien menggunakan waktu luang dengan bermain smartphone, menonton

TV, makan, tidur dan beribadah di rumah. Tidak ada kegiatan spesifik

lainnya.

VII. DAFTAR MASALAH

1. Organobiologik: Tidak ada

2. Psikologik

Halusinasi Visual

3. Sosiologik

Terdapat hendaya dalam bidang sosial.

VIII. PROGNOSIS

Diagnosis penyakit : dubia ad bonam

Ciri kepribadian : dubia ad bonam

Diagnosis stressor : dubia ad bonam

Gangguan sistemik : bonam

Perjalanan penyakit : dubia ad bonam

Usia saat menderita : dubia ad bonam

Lingkungan sosial : dubia ad malam

Pengobatan psikiatri : dubia ad bonam

Kesimpulan : dubia ad bonam

17
IX. RENCANA TERAPI

Psikofarmaka

- PO Clozapine 3 x 100 mg (1 tab – 1 tab – 1 tab)

- PO Trihexyphenidyl 2 mg (½ tab – ½ tab – 1 tab)

- PO Curcuma 2 x 1 tablet

Psikoterapi

 Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien agar memahami

penyakitnya dan bagaimana cara menghadapinya.

Sosioterapi

 Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang-orang

di sekitarnya. Sehingga dapat menerima dan menciptakan suasana

lingkungan yang membantu. Sebaiknya pasien tidak lagi bergaul dalam

kondisi yang menyebabkan pasien kembali pada penggunaan zat terlarang.

X. DISKUSI

1. Definisi

Gangguan penggunaan zat adalah suatu gangguan jiwa berupa

penyimpangan perilaku yang berhubungan dengan pemakaian zat, yang dapat

mempengaruhi susunan saraf pusat secara kurang lebih teratur sehingga

menimbulkan gangguan fungsi sosial.1

2. Penyalahgunaan Zat

Merupakan suatu pola penggunaan zat yang bersifat patologik, paling

sedikit satu bulan lamanya, sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial atau

okupasional. Pola penggunaan zat yang bersifat patologik dapat berupa intoksikasi

18
sepanjang hari, terus menggunakan zat tersebut walaupun penderita mengetahui

bahwa dirinya sedang menderita sakit fisik berat akibat zat tersebut, atau adanya

kenyataan bahwa ia tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa menggunakan zat

tersebut. Gangguan yang dapat terjadi adalah gangguan fungsi sosial yang berupa

ketidakmampuan memenuhi kewajiban terhadap keluarga kawan-kawannya

karena perilakunya yang tidak wajar, impulsif, atau karena ekspresi perasaan

agresif yang tidak wajar. 1

Masyarakat seringkali tidak dapat membedakan antara obat psikotropika

dengan narkotika. Obat psikotropika adalah obat yang berkerja secara selektif

pada susunan saraf pusat dan mempunyai efek utama terhadap aktifitas mental

dan perilaku. Pada umumnya obat ini biasa digunakan untuk terapi gangguan

psikiatri, sedangkan obat narkotika adalah obat yang bekerja secara selektif pada

susunan saraf pusat dan mempunyai efek utama terhadap penurunan dan

perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa

nyeri yang mana obat ini biasa digunakan untuk analgesik (anti rasa sakit),

antitusif (mengurangi batuk), antipasmodik (mengurangi rasa mulas dan mual),

dan premedikasi anestesi dalam praktik kedokteran. Obat psikotropika adalah obat

yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat dan mempunyai efek utama

terhadap aktivitas mental dan perilaku. Obat ini biasa digunakan untuk terapi

gangguan psikiatrik. 1

Mengenai pengaruh zat psikoaktif , dibagi kedalam beberapa bagian sesuai

dengan buku PPDGJ-III diantaranya: 2

 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol (F10)

19
 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida (F11)

 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabionida (F12)

 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa dan hipnotika

(F13)

 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain (F14)

 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain

termasuk kafein (F15)

 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogenatika (F16)

 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau (F17)

 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah

menguap (F18)

 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan

penggunaan zat psikoaktif lainnya (F19)

3. Jenis NAPZA yang disalahgunakan

 Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai

menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Terbagi menjadi golongan :1

20
a) Narkotika Golongan I :

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan,

dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi

menimbulkan ketergantungan, contohnya heroin/putaw, kokain, ganja.

b) Narkotika Golongan II :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir

dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan

ketergantungan, contohnya morfin dan petidine.

c) Narkotika Golongan III :

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi

ringan mengakibatkan ketergantungan contohnya kodein.

Narkotika yang sering disalahgunakan adalah (1) Opiat : morfin, heroin,

petidine, candu, dan lain-lain (2) Ganja atau kanabis, marihuana, hashis (3)

Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun koka.

 Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan

Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas

mental dan perilaku contohnya obat antipsikotik seperti chlorpromazine

dan haloperidol.

21
 Zat Adiktif Lainnya

Zat adiktif lainnya adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar

narkotika dan psikotropika, meliputi :

a) Minuman berakohol yaitu minuman yang mengandung etanol etil

alkohol. Zat ini berpengaruh menekan susunan saraf pusat dan sering

menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam beberapa

kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika

atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh

manusia.

Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :

- Golongan A : kadar etanol 1-5% (Bir)

- Golongan B : kadar etanol 5-20% (Berbagai jenis minuman anggur)

- Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodka)

b) Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah

menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang

keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Zat sering

disalahgunakan antara lain seperti lem, thinner, penghapus cat kuku, dan

bensin.

c) Tembakau yang mengandung nikotin. Penggunaannya sangat luas

di masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat,

pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian

dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu

masuk penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya.

22
Berdasarkan efek yang ditimbulkan, NAPZA dapat digolongkan menjadi

tiga golongan :

a) Golongan Depresan (Downer)

Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional

tubuh. Jenis ini membuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan

bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini

termasuk alkohol, benzodiazepine, opioid, solvent, barbiturate, dan

kanabis dosis rendah.

b) Golongan Stimulan (Upper)

Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan

meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi

aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah

amfetamin, metamfetamin, kokain, nikotin, kafein, khat, dan MDMA.

c) Golongan Halusinogen

Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang

bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya

pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu.

Golongan ini termasuk : LSD, meskalin, PCP, ketamine, MDMA, dan

kanabis dosis tinggi.

4. Tata Laksana

 Terapi dan Rehabilitasi1

a) Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA.

23
b. Pengurungan frekuensi dan keparahan relaps (kekambuhan).

Sasaran utamanya adalah pencegahan kekambuhan. Pelatihan relapse

prevention programme, program terapi kognitif, opiate antagonist

maintenance therapy dengan naltrexon merupakan beberapa alternatif

untuk mencegah kekambuhan.

c. Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial .

Dalam kelompok ini, abstinesia bukan merupakan sasaran utama. Terapi

rumatan (maintenance) metadon merupakan pilihan untuk mencapai

sasaran terapi golongan ini.

 Penanganan Gawat Darurat1

Pada kondisi overdosis sedativa, stimulansia, opiat atau halusinogen

biasanya akan dibawa keruang gawat darurat. Remaja yang dibawa ke

ruang gawat darurat dalam keadaan perilaku kacau, psikosis akut, koma,

kolaps saluran pernafasan atau peredaran darah, biasanya karena overdosis

obat-obatan. Keadaan ini dapat menjadi fatal bila salah diagnosis atau

mendapat penanganan yang tidak tepat. Oleh karena itu perlu adanya

pengetahuan tentang obat-obatan yang sering dipakai oleh penyalahguna

NAPZA dan mampu mengatasi intoksikasi yang disebabkan oleh berbagai

macam zat tersebut. Contohnya Naloxone, antagonis opiat, diberikan pada

intoksikasi opiat akut, dengan dosis 0,1 mg/kg i.m. atau i.v. setiap 2-4 jam

selama masih dibutuhkan.

24
• Terapi dan Referal1

Program terapi untuk pasien rawat–inap dan rawat-jalan bagi remaja

dengan penyalahgunaan NAPZA cukup banyak macamnya. Program yang

komprehentif sangat diperlukan untuk remaja dengan ketergantungan zat.

Kebanyakan program ini memberikan konseling atau psikoterapi, disertai

dengan teknik farmakoterapi, misalnya dengan menggunakan methadone,

namun ada juga yang memakai pendekatan bebas-obat (drug–

freeapproach). Keberhasilan berbagai metode pendekatan juga sangat

tergantung pada kondisi remaja itu sendiri, akut – kronis, lamanya

pemakaian NAPZA, jenis NAPZA yang dipakai, juga kondisi

keluarga. Untuk pencegahan terjadinya penyalahgunaan NAPZA

sebaiknya diberikan penyuluhan kepada masyarakat luas tentang NAPZA

dan berbagai persoalan yang ditimbulkannya. Usaha ini juga dapat dipakai

sebagai deteksi dini penyalah gunaan NAPZA oleh anggota keluarga dan

masyarakat.

5. Korelasi dengan kasus

Pasien memiliki gejala psikosis, diketahui dengan adanya gangguan persepsi

berupa halusinasi visual. Penyebabnya antara lain akibat pasien

menyalahgunakan zat psikoaktif antara lain alkohol, lem, dan zenith. Alkohol

dan lem merupakan zat psikoaktif yang dapat memiliki efek depresan terhadap

SSP. Jika pasien menggunakan lem seperti lem fox, merk tersebut mengandung

LSD yang bersifat halusinogen sehingga dapat membuat pasien berhalusinasi

saat menggunakannya. Zenith adalah nama umum yang digunakan untuk

25
menyebut obat PCC atau Paracetamol – Caffein – Carisoprodol. Carisoprodol

merupakan obat yang digunakan dengan indikasi untuk menghilangkan nyeri

muskuloskeletal yang akut pada orang dewasa. Umumnya dosis yang digunakan

untuk obat ini adalah 250 – 350 mg tiga kali sehari, dengan jangka penggunaan

dua sampai tiga minggu. Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat ini

adalah sedasi, sakit kepala, kejang, dan ketergantungan obat yang dapat

disalahgunakan. Pada kasus ini, pasien menggunakannya bersamaan dengan

depresan SSP yaitu alkohol dan lem. Interaksi Carisoprodol dan zat depresan

SSP adalah sifat aditif atau saling menguatkan efek farmakologisnya, baik secara

terapeutik dan efek samping.3

Gejala yang didapatkan pada pasien sesuai dengan kriteria diagnosis F19.7

pada PPDGJ III yaitu:2

- Terdapat gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif

yang multiple atau lebih dari satu

- Onset gangguan harus secara langsung berkaitan dengan penggunaan

alkohol atau zat psikoaktif

- Gangguan fungsi kognitif, afek, kepribadian, atau perilaku yang

disebabkan oleh alkohol atau zat psikoaktif yang berlangsung melampaui

jangka waktu khasiat psikoaktifnya (efek residual zat tersebut terbukti

secara jelas. Gangguan tersebut harus memperlihatkan suatu perubahan

atau kelebihan yang jelas dari fungsi sebelumnya yang normal

- Gangguan ini harus dibedakan dari kondisi yang berhubungan dengan

peristiwa putus zat (F1x.3 dan F1x.4). Pada kondisi tertentu dan untuk zat

26
tertentu, fenomena putus zat dapat terjadi beberapa hari atau minggu

sesudah zat dihentikan penggunaannya

- Terdapat gangguan psikotik pada pasien yaitu gangguan persepsi berupa

halusinasi

Terapi farmakologis yang digunakan menggunakan obat anti psikotik

atipikal yaitu Clozapine. Mekanisme kerja anti-psikosis atipikal adalah blokade

reseptor dopamine D2 pada sistem limbik dan ekstrapiramidal, sehingga efektif

untuk gejala positif psikosis, ditambah dengan blokade reseptor serotonin 5HT2,

sehingga juga efektif untuk gejala negatif psikosis. Untuk mencegah terjadinya

efek samping berupa sindrom ekstrapiramidal, ditambahkan obat

trihexyphenidyl yang bekerja sebagai antimuskarinik pada SSP.4

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis, W.S. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Airlangga University


Presss. Surabaya, 2009.

2. Maslim R. Buku Saku PPDGJ-III. Edisi 2. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-
Unika Atmajaya. Jakarta, 2013.

3. FDA. Approval package for Carisoprodol. 2007.

4. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropika. Jakarta,


2014.

28

Anda mungkin juga menyukai