F19.7
Oleh
Anwari Delmi, S.Ked 1730912310020
Sumantri Romadhon, S.Ked 1730912310149
Ismaniah, S.Ked 1730912320060
Pembimbing
dr. Yanti Fitria, Sp.KJ
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. M. NS
Tempat, Tanggal lahir : Banjarbaru, 3 Februari 2003
Usia : 15 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Guntung Jingah, RT 5, RW 2, Loktabat Utara,
Banjarbaru, Kalimantan Selatan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tidak ada
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia
Status Perkawinan : Belum menikah
Tanggal Masuk : 23 Januari 2019 (datang ke poli jiwa RSJD
Sambang Lihum)
A. KELUHAN UTAMA
B. KELUHAN TAMBAHAN
Autoanamnesis
orang tua pasien dan satu orang adiknya. Keluarga pasien berasal dari kalangan
1
menengah ke bawah. Ayah pasien bekerja sebagai pembuat batu bata, sedangkan
ibu pasien adalah ibu rumah tangga, adik masih menempuh pendidikan kelas 5
berwarna ungu dan celana boxer berwarna hitam. Tubuh pasien terlihat kurus
namun tinggi badan pasien sesuai dengan usianya. Penampilan pasien terawat dan
lambat dan tatapannya seperti kosong, namun masih bisa menjawab pertanyaan
dan jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan. Pasien bisa menjawab
Pasien dapat menjawab ketika ditanya mengenai waktu, contoh yaitu jam
berapa saat ditanya, siang atau malam, dan hari apa, namun pasien kebingungan
saat ditanya tanggal berapa. Pasien bisa menjawab mengenai keberadaan pasien
rumah. Saat penanya menunjukkan ke arah ibu, ayah, dan adik pasien, pasien bisa
Saat ditanya apakah pasien melihat adanya bayangan atau bisikan, pasien
bayangan tersebut seperti asap yang bisa datang dan pergi. Saat ditanyakan
bentuknya, hanya saja seperti kabut putih. Pasien mengutarakan bahwa bayangan
kabut tersebut baru muncul dalam kurang lebih seminggu yang lalu. Kapan
2
munculnya bayangan tersebut tidak pasti dan pasien tidak bisa menggambarkan
berapa kali sehari bayangan tersebut muncul, biasanya bayangan asap tersebut
muncul apabila pikiran pasien kosong atau apabila saat pasien berbicara dengan
dapat menjawab bahwa penanya adalah dua dokter yang diminta oleh dokter di
poli RSJ Sambang Lihum untuk menemui pasien di rumahnya, ingatan jangka
segera pasien terlihat baik. Saat ditanyakan dengan apa pasien dibawa ke RSJ
Sambang Lihum, pasien mengatakan bahwa pasien dibawa dengan sepeda motor,
kedua orang tua pasien membenarkan hal tersebut, maka ingatan jangka pendek
pasien terlihat baik. Saat ditanyakan mengenai kegiatan yang menarik bagi pasien
sekitar seminggu yang lalu, pasien terlihat bingung dan tak bisa menjawab. Pasien
juga tidak dapat menyebutkan nama TK dan SD dulu pasien bersekolah, Ingatan
berfikir keras lebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan penanya. Pasien dan
penanya tidak bisa membangun relasi mental dan emosional karena hal tersebut.
Saat pasien ditanya mengenai normal sosial seperti apakah berbohong, mencuri
atau membunuh itu salah, pasien menyatakan bahwa hal-hal tersebut salah, maka
Pasien selama satu minggu terakhir merasa tidur lebih lama dari biasanya,
3
Lihum. Namun, pasien tidak merasakan perbedaan yang berarti yang berubah
Kedua orang tua pasien merasa bingung kenapa sekarang anaknya seperti
ini. Mereka merasa bahwa pasien mulai seperti ini semenjak pasien lulus SMP,
yaitu sekitar 6 bulan sebelum pasien memiliki keluhan ini. Kedua orang tua pasien
menceritakan bahwa pada 13 Januari 2019 sekitar pukul 17.00, pasien sempat
pasien hanya memberikan pasien susu kalengan. Setelah itu, pasien memuntahkan
susu tersebut, namun kedua orang tua pasien merasa bahwa keluhan pasien
sempat membaik setelah diberikan susu tersebut. Kedua orang tua pasien lalu
membawa pasien ke praktek dokter umum dan dinyatakan bahwa pasien tidak
apa-apa dan hanya mendapatkan obat untuk kencing dan obat anti nyeri. Karena
merasa bahwa keluhan pasien tidak membaik, pasien dibawa IGD RSD Idaman
2019)
Pasien baru lulus dari SMP. Kedua orang tua pasien mulai mengeluhkan
bahwa pasien sering keluar rumah pada malam hari dan kembali pada pagi hari
punk. Kedua orang tua pasien curiga bahwa pasien mengkonsumsi alkohol dari
4
bau mulut pasien, selain itu juga mereka curiga bahwa pasien menggunakan lem
dan obat-obatan terlarang. Saat itu pasien pergi pada malam hari dan kembali
pulang ke rumah pada pagi hari. Pada pagi sampai sore hari, pasien tidak memiliki
kegiatan apa-apa, selain shalat dan makan. Kedua orang tua pasien juga
membiarkan dan tidak menegur pasien karena takut akan menyinggung pasien.
Hal ini terus berlangsung sampai bulan Januari 2013. Kedua orang tua pasien
merasa bahwa tidak ada masalah di dalam keluarga mereka. Kedua orang tua
pasien merasa tidak pernah berkelahi, terutama bila dihadapan pasien. Kemauan
pasien juga kedua orang tua pasien turuti. Kedua orang tua pasien menyangkal
B. 13 Januari 2019
kesurupan seperti kuda lumping. Ayah pasien hanya memberikan pasien susu
kalengan. Setelah itu, pasien memuntahkan susu tersebut, namun kedua orang tua
pasien merasa bahwa keluhan pasien sempat membaik setelah diberikan susu
tersebut. Kedua orang tua pasien lalu membawa pasien ke praktek dokter umum
dan dinyatakan bahwa pasien tidak apa-apa dan hanya mendapatkan obat untuk
kencing dan obat anti nyeri. Karena merasa bahwa keluhan pasien tidak membaik,
pasien dibawa IGD RSD Idaman Banjarbaru. Di sana, dokter menyatakan pasien
tidak didapatkan kelainan pada tubuh, namun dokter menyatakan bahwa pasien
5
C. 13 Januari – 15 Januari 2019
Kedua orang tua pasien berfikir untuk tidak membawa pasien ke RSJ
Sambang Lihum, namun cukup dirawat saja. Pada saat pulang, pasien masih
merasa seperti kuda lumping dengan gerakan tubuh seperti kedinginan. Namun
D. 15 Januari 2019
kedokteran Jiwa RSJ Sambang Lihum. Saat pasien memasuki daerah RSJ
Sambang Lihum, pasien memberitahukan kedua orang tuanya bahwa dia tidak
gila. Di sana kedua orang tua pasien diberitahu bahwa hasil pemeriksaan lab
pasien menunjukkan bahwa pasien menggunakan salah satu obat terlarang, namun
kedua orang tua pasien lupa apa jenisnya. Mereka memberitahukan bahwa saat
semisal apakah merasa melihat bayangan atau tidak, pasien menyatakan bahwa
pasien melihat bayangan. Pasien menolak untuk dirawat disana saat diberitahukan
oleh dokter untuk dirawat inap, sehingga pasien hanya meminta pengobatan di
rawat jalan. Setelah mendapatkan obat dari RSJ Sambang Lihum, kedua orang tua
pasien membawa pasien ke orang alim di dekat rumah pasien. Disana pasien
dibacakan doa-doa dan semacam ritual untuk menarik makhluk gaib yang ada di
tubuh pasien. Menurut kedua orang tua pasien, pasien menuruti saja metode yang
6
E. 15 Januari – 23 Januari 2019
Kedua orang tua pasien melihat bahwa keadaan pasien nampak membaik.
Pasien rutin meminum obat yang diresepkan oleh dokter di RSJ Sambang Lihum.
Kedua orang tua pasien juga merasa bahwa membawa pasien ke orang alim cukup
tepat karena keluhan pasien terlihat berkurang. Pasien tak terlihat merasa seperti
kuda lumping dan gerakan seperti kedinginan tak dirasakan lagi. Pada tanggal 17
Januari 2019 pasien sempat demam, namun kedua orang tua pasien hanya
memberikan obat panas dan suhu tubuh pasien sempat membaik. Setelah demam
menurun, kedua orang tua pasien membawa pasien ke orang alim lagi. Keluhan
yang dimiliki orang tua pasien antara lain adalah pasien terlihat selalu mengantuk
dan tidur lama, terutama setelah menjalani pengobatan. Kedua orang tua pasien
menyatakan bahwa tidur paling lama pasien selama pengobatan pernah sampai
seharian. Selama menjalani pengobatan pasien tidak lagi keluar malam seperti
dahulu, bahkan sekarang lebih patuh. Pasien shalat lima waktu, namun hanya
apabila disuruh oleh kedua orang tua pasien. Kegiatan pasien di rumah selama
seminggu pengobatan antara lain bermain smartphone, menonton tv, tidur, makan,
dan beribadah.
a) Riwayat psikiatrik
7
bahkan pernah menggunakan obat Zenith bersama teman-temannya. Pasien tak
dapat menyebutkan berapa pil Zenith, berapa kali sehari menghirup lem, maupun
berapa gelas/botol alkohol yang pasien konsumsi dalam sehari selama masih
berteman dengan komunitas punk, namun pasien ingat bahwa setiap bersama
atas, pasien merasa seperti terbang melayang. Pasien mengaku bahwa pasien
menggunakannya lagi setelah merasakan badan seperti kuda lumping dan sadar
adalah hal yang salah dan merugikan. Pasien juga merasa bersalah karena pernah
tuanya.
Pasien tidak pernah mempunyai riwayat penyakit medis dan belum pernah
dirawat di rumah sakit sebelumnya. Orang tua pasien juga menyangkal bahwa
pasien pernah memiliki trauma di bagian kepala atau bagian tubuh lainnya.
8
d) Riwayat kepribadian sebelumnya
Orang tua pasien menyatakan bahwa dulu pasien adalah anak yang periang
dan mudah berteman dengan siapa saja. Pasien juga selalu shalat lima waktu di
Pada masa bayi, kedua orang tua pasien menyatakan selalu memberikan
tahun.
Riwayat perkembangan pasien saat usia ini seusai dengan tahapnya. Ibu
Guilt
9
e) Riwayat School Age/masa sekolah (6-12 tahun) Industry vs Inferiority
teman di sekolahnya
Confusion
rumahnya.
komunitas punk, pasien selalu shalat tepat waktu di langgar dekat rumahnya
menyimpang.
10
8. Riwayat penggunaan waktu luang : Pasien mengisi waktu luangnya dengan
rumah pada malam hari dan kembali pulang pada pagi hari.
rumah menurut kedua orang tua pasien antara lain hanya seperti bermain
11. Impian, fantasi dan nilai-nilai : Pasien tidak memiliki impian, fantasi,
Genogram:
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: meninggal
: satu rumah
11
III. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
berwarna hitam. Tubuh pasien terlihat kurus namun tinggi badan pasien sesuai
aksesoris yang berlebihan. Pasien memiliki tato bergambar seperti naga di lengan
kiri bawah.
B. Keadaan Emosi
1. Mood : Eutimia
2. Afek : Dangkal
3. Keserasian : Serasi
C. Gangguan Persepsi
D. Pembicaraan
12
Kuantitatif : Logorrhea (-), blocking (-)
E. Proses pikir
Isi pikir
2. Orientasi
a. Waktu : baik
b. Tempat : baik
c. Orang : baik
3. Daya ingat
13
7. Kemampuan visuospasial : baik
H. Daya Nilai
dan konsep yang baru mengenai diri sendiri dan orang-orang penting
dalam kehidupannya.
1. Status Interna :
Respirasi : 18 kali/menit
14
Suhu : 36,8oC
Kepala dan leher: normosefali, tidak terdapat pembesaran KGB, tidak ada
Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan (-/-), mata
berair (-/-), ptosis (-/-), pandangan kabur (-/-), pupil isokor kanan dan kiri,
Mulut: perdarahan gusi (-), pucat (-), sianosis (-), stomatitis (-)
gallop (-)
Punggung: skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-), nyeri ketok ginjal (-)
Ekstremitas: gerak sendi normal, deformitas (-), kemerahan (-), varises (-),
panas (-), nyeri -), massa (-), edema (-), kelemahan ekstrimitas superior
2. Status Neurologis
15
Refleks fisiologis : (+)
V. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Pasien mematuhi kedua orang tuanya bisa membantu kedua orang tuanya
dalam urusan rumah tangga seperti menyapu dan mencuci piring setelah
makan.
Pasien dapat merawat diri dengan baik seperti mandi dan berpakaian.
16
4. Penggunaan waktu luang: Baik
TV, makan, tidur dan beribadah di rumah. Tidak ada kegiatan spesifik
lainnya.
2. Psikologik
Halusinasi Visual
3. Sosiologik
VIII. PROGNOSIS
17
IX. RENCANA TERAPI
Psikofarmaka
- PO Curcuma 2 x 1 tablet
Psikoterapi
Sosioterapi
X. DISKUSI
1. Definisi
2. Penyalahgunaan Zat
sedikit satu bulan lamanya, sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial atau
okupasional. Pola penggunaan zat yang bersifat patologik dapat berupa intoksikasi
18
sepanjang hari, terus menggunakan zat tersebut walaupun penderita mengetahui
bahwa dirinya sedang menderita sakit fisik berat akibat zat tersebut, atau adanya
kenyataan bahwa ia tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa menggunakan zat
tersebut. Gangguan yang dapat terjadi adalah gangguan fungsi sosial yang berupa
karena perilakunya yang tidak wajar, impulsif, atau karena ekspresi perasaan
dengan narkotika. Obat psikotropika adalah obat yang berkerja secara selektif
pada susunan saraf pusat dan mempunyai efek utama terhadap aktifitas mental
dan perilaku. Pada umumnya obat ini biasa digunakan untuk terapi gangguan
psikiatri, sedangkan obat narkotika adalah obat yang bekerja secara selektif pada
susunan saraf pusat dan mempunyai efek utama terhadap penurunan dan
nyeri yang mana obat ini biasa digunakan untuk analgesik (anti rasa sakit),
dan premedikasi anestesi dalam praktik kedokteran. Obat psikotropika adalah obat
yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat dan mempunyai efek utama
terhadap aktivitas mental dan perilaku. Obat ini biasa digunakan untuk terapi
gangguan psikiatrik. 1
19
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida (F11)
(F13)
menguap (F18)
Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
20
a) Narkotika Golongan I :
dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi
b) Narkotika Golongan II :
petidine, candu, dan lain-lain (2) Ganja atau kanabis, marihuana, hashis (3)
Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
dan haloperidol.
21
Zat Adiktif Lainnya
alkohol. Zat ini berpengaruh menekan susunan saraf pusat dan sering
manusia.
keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Zat sering
disalahgunakan antara lain seperti lem, thinner, penghapus cat kuku, dan
bensin.
pemakaian rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian
dari upaya pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu
22
Berdasarkan efek yang ditimbulkan, NAPZA dapat digolongkan menjadi
tiga golongan :
aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah
c) Golongan Halusinogen
4. Tata Laksana
23
b. Pengurungan frekuensi dan keparahan relaps (kekambuhan).
ruang gawat darurat dalam keadaan perilaku kacau, psikosis akut, koma,
obat-obatan. Keadaan ini dapat menjadi fatal bila salah diagnosis atau
mendapat penanganan yang tidak tepat. Oleh karena itu perlu adanya
intoksikasi opiat akut, dengan dosis 0,1 mg/kg i.m. atau i.v. setiap 2-4 jam
24
• Terapi dan Referal1
dan berbagai persoalan yang ditimbulkannya. Usaha ini juga dapat dipakai
sebagai deteksi dini penyalah gunaan NAPZA oleh anggota keluarga dan
masyarakat.
menyalahgunakan zat psikoaktif antara lain alkohol, lem, dan zenith. Alkohol
dan lem merupakan zat psikoaktif yang dapat memiliki efek depresan terhadap
SSP. Jika pasien menggunakan lem seperti lem fox, merk tersebut mengandung
25
menyebut obat PCC atau Paracetamol – Caffein – Carisoprodol. Carisoprodol
muskuloskeletal yang akut pada orang dewasa. Umumnya dosis yang digunakan
untuk obat ini adalah 250 – 350 mg tiga kali sehari, dengan jangka penggunaan
dua sampai tiga minggu. Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat ini
adalah sedasi, sakit kepala, kejang, dan ketergantungan obat yang dapat
depresan SSP yaitu alkohol dan lem. Interaksi Carisoprodol dan zat depresan
SSP adalah sifat aditif atau saling menguatkan efek farmakologisnya, baik secara
Gejala yang didapatkan pada pasien sesuai dengan kriteria diagnosis F19.7
peristiwa putus zat (F1x.3 dan F1x.4). Pada kondisi tertentu dan untuk zat
26
tertentu, fenomena putus zat dapat terjadi beberapa hari atau minggu
halusinasi
untuk gejala positif psikosis, ditambah dengan blokade reseptor serotonin 5HT2,
sehingga juga efektif untuk gejala negatif psikosis. Untuk mencegah terjadinya
27
DAFTAR PUSTAKA
2. Maslim R. Buku Saku PPDGJ-III. Edisi 2. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-
Unika Atmajaya. Jakarta, 2013.
28