Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KONSEP KEGAWATDARURATAN NON TRAUMA: SEPSIS


Dosen pengampu : Zuryaty, S.Kep., Ns., M.Kes.

Disusun oleh 6A Keperawatan


Kelompok 2

Achmad Zahirul Ardhi 21142010002


Elma Neneng Aisya 21142010008
Kurrotul Aini 21142010016
M. Rizqi Mazeni 21142010023
Nur Faiz Ikbar H. 21142010032
Qurratul Aini 21142010036
Raudhotul Mukallalah 21142010038

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NGUDIA HUSADA MADURA
2024

PAGE \*
MERGEFORMAT ii
KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis menyampaikan
salam dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
turut serta dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini disusun sebagai hasil
dedikasi dan keinginan untuk menggali lebih dalam tentang aspek kesehatan yang
menjadi fokus pembahasan.
Terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada Ibu Zuryaty,
S.Kep., Ns., M.Kes. yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi
dalam proses penyusunan makalah ini. Dukungan dan bantuan beliau sangat
berarti bagi kelancaran penulisan makalah ini.
Makalah ini bertujuan untuk memberikan kontribusi pemahaman lebih
dalam mengenai “Konsep Kegawatdaruratan Non Trauma: Sepsis’’dalam konteks
kesehatan. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang berguna dan
bermanfaat bagi pembaca, terutama dalam upaya memahami, menjaga, dan
meningkatkan kesehatan.
Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, dan masih
banyak hal yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat menjadi sumber referensi
yang dapat memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih baik mengenai
“Konsep Kegawatdaruratan Non Trauma: Sepsis’’dalam konteks kesehatan.
Semoga kita semua senantiasa diberikan kesehatan jasmani dan rohani oleh Allah
SWT.

Bangkalan, 04 Maret 2024

Penulis

PAGE \*
MERGEFORMAT ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan............................................................................................................3
1.4 Manfaat..........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
2.1 Konsep Dasar Sepsis......................................................................................5
2.2 Etiologi dari Sepsis........................................................................................5
2.3 Patofisiologi dari Sepsis.................................................................................6
2.4 Manifestasi Klinis..........................................................................................7
2.5 Tanda dan Gejala Sepsis Parah......................................................................8
2.6 Tanda Gejala Syok Sepsis..............................................................................9
2.7 Goal Directed Terapi Resusitasi 6 jam Pertama...........................................10
2.8 Asuhan Keperawatan pada Pasien Syok......................................................12
2.9 Monitoring Pasien dengan Syok..................................................................18
2.10 Komplikasi dari Sepsis...............................................................................18
BAB III..................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan..................................................................................................21
3.2 Saran.............................................................................................................22
Daftar Pustaka........................................................................................................23

PAGE \*
MERGEFORMAT ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


The Third International Consensus Definitions for Sepsis and Septic
Shock (Sepsis-3, 2016): Sepsis adalah respons hidup, disfungsi organ,
terhadap infeksi. Syok septik adalah sepsis yang menyebabkan tekanan darah
rendah yang berlanjut, meskipun adekuatnya cairan intravena.World Health
Organization (WHO): Sepsis adalah sindrom respons inflamasi sistemik yang
disebabkan oleh infeksi.Sepsis adalah respons tubuh terhadap infeksi yang
melibatkan reaksi sistemik dan peradangan yang dapat menyebabkan
kerusakan organ. Keadaan ini sering kali berkembang menjadi bentuk yang
lebih parah, yaitu syok septik.Sepsis merupakan masalah kesehatan global
dengan insiden yang terus meningkat.Dampak sosial, ekonomi, dan
kesehatan masyarakat
Identifikasi faktor risiko yang dapat meningkatkan kecenderungan
seseorang mengalami sepsis.Populasi rentan seperti bayi, lanjut usia, dan
individu dengan kondisi medis kronis. Sepsis berkembang dengan cepat dan
memerlukan respons medis yang segera. Penanganan yang lambat dapat
menyebabkan kerusakan organ yang signifikan dan peningkatan risiko
kematian.Sepsis dapat menyebabkan disfungsi organ sistemik, termasuk
jantung, paru-paru, ginjal, dan hati. Pengobatan yang cepat dapat membantu
mencegah kerusakan organ yang ireversibel. Sepsis dapat berkembang
menjadi syok septik, yang merupakan keadaan kritis dengan tekanan darah
yang sangat rendah. Pemberian cairan intravena dan terapi intensif
diperlukan untuk mengatasi kondisi ini. Sepsis memiliki tingkat kematian
yang tinggi, terutama jika tidak ditangani dengan cepat dan efektif.
Penanganan sepsis pada tahap awal dapat secara signifikan meningkatkan
prognosis pasien. Pengobatan sepsis melibatkan pemberian antibiotik untuk
mengatasi infeksi yang mendasarinya. Selain itu, terapi suportif seperti
cairan intravena, obat antiinflamasi, dan dukungan pernapasan dapat
membantu mengendalikan reaksi sistemik.

PAGE \*
MERGEFORMAT ii
Pengenalan dini tanda dan gejala sepsis sangat penting. Kesadaran
dan pelatihan tenaga medis untuk mengidentifikasi sepsis pada tahap awal
dapat mengarah pada intervensi yang lebih efektif. Penanganan sepsis juga
memiliki implikasi dalam mengelola resistensi antibiotik. Pemilihan
antibiotik yang tepat dan penggunaannya dengan benar merupakan bagian
penting dari manajemen sepsis. Sepsis dapat memiliki dampak ekonomi dan
sosial yang signifikan, termasuk biaya perawatan kesehatan yang tinggi,
absensi kerja, dan beban bagi keluarga pasien. Penanganan sepsis dengan
baik dapat membantu mengurangi dampak ini.
Sepsis dimulai dengan adanya infeksi bakteri, virus, jamur, atau
parasit. Infeksi ini bisa terjadi di bagian tubuh mana pun. Tubuh merespons
infeksi dengan melepaskan zat-zat kimia yang memicu respons inflamasi. Ini
adalah bagian normal dari sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi.
Pada beberapa kasus, respon inflamasi yang kuat dapat melibatkan seluruh
tubuh dan menyebabkan sepsis. Pada titik ini, reaksi sistemik mulai merusak
organ dan jaringan. Gejala sepsis dapat mencakup demam tinggi, denyut nadi
cepat, pernapasan cepat, tekanan darah rendah, dan kebingungan. Tanda-
tanda ini muncul sebagai respons tubuh terhadap infeksi yang semakin
parah.Jika sepsis tidak diatasi, kondisi ini dapat berkembang menjadi sepsis
berat atau syok septik. Pada tahap ini, tekanan darah dapat turun drastis, dan
organ-organ kunci seperti jantung, paru-paru, dan ginjal mengalami
disfungsi. Disfungsi organ dapat berkembang menjadi kegagalan organ, di
mana organ-organ utama mulai kehilangan kemampuan normalnya. Ini bisa
menjadi kondisi yang mengancam jiwa.
Pasien dengan sepsis berat atau syok septik dapat mengalami
perjalanan penderitaan yang cepat, memerlukan perawatan intensif dan
tindakan medis yang mendesak. Pada tahap ini, perawatan intensif, termasuk
penggunaan antibiotik, cairan intravena, obat-obatan untuk mendukung
fungsi organ, dan dukungan pernapasan, diperlukan untuk membalikkan
dampak sepsis. Beberapa pasien dapat pulih sepenuhnya setelah penanganan
yang tepat, sementara yang lain mungkin mengalami dampak jangka panjang

PAGE \*
MERGEFORMAT ii
pada kesehatan. Sayangnya, sepsis juga dapat berakhir dengan kematian,
terutama jika tidak diobati atau tidak diatasi dengan cepat.
Latar belakang ini memberikan gambaran komprehensif mengenai
sepsis, menggarisbawahi kompleksitas dan dampaknya pada kesehatan
masyarakat secara keseluruhan. Perhatian terus-menerus terhadap penelitian,
pencegahan, dan perawatan menjadi kunci dalam mengatasi tantangan sepsis
di masa depan. Oleh karena itu kami menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konsep Kegawatdaruratan Non Trauma:sepsis”
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar sepsis?
2. Jelaskan etiologi dari sepsis!
3. Jelaskan patofisiologi dari sepsis!
4. Jelaskan manifestasi klinis sepsis!
5. Jelaskan tanda dan gejala sepsis parah!
6. Jelaskan tanda dan gejala syok sepsis!
7. Jelaskan goal directed terapi resusitasi 6 jam pertama!
8. Jelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan syok!
9. Jelaskan monitoring pasien syok!
10. Jelaskan komplikasi dari sepsis!

1.3 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan suatu gambaran,
penjelasan yang lebih mendalam mengenai konsep kegawatdaruratan non
trauma: sepsis bisa menerapkan ilmu yang sudah disampaikan.
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui maksud konsep dasar sepsis
2. Untuk mengetahui etiologi dari sepsis
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari sepsis
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis sepsis
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala sepsis parah
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala syok sepsis

PAGE \*
MERGEFORMAT ii
7. Untuk mengetahui goal directed terapi resusitasi 6 jam pertama
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan syok
9. Untuk mengetahui monitoring pasien syok
10. Untuk mengetahui komplikasi dari sepsis
1.4 Manfaat
1) Bagi penulis
Makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan yang dimiliki khususnya mengenai konsep
kegawatdaruratan non trauma: sepsis
2) Bagi pembaca
Makalah ini dapat di jadikan sarana untuk menambah pengetahuan dan
sebagai pedoman tentang konsep kegawatdaruratan non trauma: sepsis
3) Bagi institusi pendidikan
Makalah ini dapat dijadikan referensi dalam pembuatan makalah
selanjutnya.

PAGE \*
MERGEFORMAT ii
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Sepsis


Definisi sepsis telah berubah selama bertahun-tahun sebab adanya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, Kundu, (2020). Saat ini sepsis
didefinisikan kondisi yang mengancam jiwa akibat disfungsi organ yang yang
disebabkan oleh disregulasi respon tubuh terhadap infeksi, Singer, (2020).
Infeksi sendiri adalah suatu proses patologis yang dimulai oleh invasi
mikroorganisme ke jaringan atau cairan atau rongga tubuh yang biasanya steril
dari mikroorganisme patogen atau berpotensi patogen, Jean Louis Vincent,
(2017). Awal dari definisi sepsis dikembangkan pada konferensi konsensus
tahun 1991 yang mengembangkan definisi awal bahwa systemic inflammatory
response syndrome (SIRS) atau respon inflamasi sistemik terhadap infeksi
akan disebut sepsis. (Fethi Gul, 2017).
Modifikasi lebih lanjut terjadi dalam konferensi tahun 2001 di
Washington DC yang mengusulkan kerangka konseptual stadium sepsis
menggunakan akronim PIRO yang merupakan singkatan dari predisposisi,
infeksi, respon, dan organ disfungsi Rebanta K. Chakraborty 1, (2023). Dalam
tahun 2016, sebuah satuan tugas kembali merevisi definisi sepsis - menjadi
sebuah pola akibat disfungsi organ yang mengancam jiwa yang diakibatkan
oleh disregulasi respon tubuh terhadap infeksi, Michael D Font,
Braghadheeswar Thyagarajan, (2020).
Kriteria klinis khusus digunakan untuk mengidentifikasi sepsis 7 yaitu
Sequential (sepsis-related) Organ Failure Assessment (SOFA) skor ≥2.
(Wiersinga, WJ, & Seymour, 2018). Faktor resiko sepsis adalah diabetes,
keganasan, penggunaan korikosteroid, keadaan immunosupresan, luka bakar,
trauma, hemodialisis, dan usia tua. Sepsis adalah respon inflamasi sistemik
yang disebabkan oleh berbagai macam organisme yang infeksius; bakteri gram
negatif, bakteri gram positif, fungi, parasit, dan virus. Tidak semua individu
yang mengalami infeksi menjadi sepsis, dan suatu rangkaian dari beratnya
infeksi dari proses yang terlokalisisir menjadi bakteriemia sampai ke sepsis

5
dan menjadi septik syok. Sepsis adalah suatu kondisi dimana terjadi reaksi
peradangan sistemik (inflammatory systemic rection) yang dapat disebabkan
oleh invansi bakteri, virus, jamur atau parasite.selain itu, sepsis dapat juga
disebabkan oleh adanya kuman – kuman yang berpoliferasi dalam darah dan
osteomyelitis yang menahun. Efek yang sangat berbahaya dari sepsis adalah
terjadinya kerusakan organ dan dalam fase lanjut akan melibatkan lebih dari
satu organ. (Mahapatra dan Heffner, 2021).
2.2 Etiologi dari Sepsis
Sepsis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (meskipun sepsis dapat
disebabkan oleh virus, atau semakin sering, disebabkan oleh jamur).
Mikroorganisme kausal yang paling sering ditemukan pada orang dewasa
adalah Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus
pneumonia. Spesies Enterococcus, Klebsiella, dan Pseudomonas juga sering
ditemukan. Umumnya, sepsis merupakan suatu interaksi yang kompleks
antara efek toksik langsung dari mikroorganisme penyebab infeksi dan
gangguan respons inflamasi normal dari host terhadap infeksi.15 Kultur darah
positif pada 20-40% kasus sepsis dan pada 40-70% kasus syok septik. Dari
kasus-kasus dengan kultur darah yang positif, terdapat hingga 70% isolat yang
ditumbuhi oleh satu spesies bakteri gram positif atau gram negatif saja;
sisanya ditumbuhi fungus atau mikroorganisme campuran lainnya. Kultur lain
seperti sputum, urin, cairan serebrospinal, atau cairan pleura dapat
mengungkapkan etiologi spesifik, tetapi daerah infeksi lokal yang memicu
proses tersebut mungkin tidak dapat diakses oleh kultur.Insidensi sepsis yang
lebih tinggi disebabkan oleh bertambah tuanya populasi dunia, pasien-pasien
yang menderita penyakit kronis dapat bertahan hidup lebih lama, terdapat
frekuensi sepsis yang relatif tinggi di antara pasien-pasien AIDS, terapi medis
(misalnya dengan glukokortikoid atau antibiotika), prosedur invasif (misalnya
pemasangan kateter), dan ventilasi mekanis.Sepsis dapat dipicu oleh infeksi di
bagian manapun dari tubuh.
Daerah infeksi yang paling sering menyebabkan sepsis adalah paru-
paru, saluran kemih, perut, dan panggul. Jenis infeksi yang sering
dihubungkan dengan sepsis yaitu:

6
1) Infeksi paru-paru (pneumonia)
2) Flu (influenza)
3) Appendiksitis
4) Infeksi lapisan saluran pencernaan (peritonitis)
5) Infeksi kandung kemih, uretra, atau ginjal (infeksi traktus
urinarius)
6) Infeksi kulit, seperti selulitis, sering disebabkan ketika infus
atau kateter telah dimasukkan ke dalam tubuh melalui kulit
7) Infeksi pasca operasi
8) Infeksi sistem saraf, seperti meningitis atau encephalitis. Sekitar pada
satu dari lima kasus, infeksi dan sumber sepsis tidak dapat terdeteksi.
2.3 Patofisiologi dari Sepsis
Infeksi adalah istilah untuk menamakan keberadaan berbagai kuman
yang masuk ke dalam tubuh manusia. Bila kuman berkembang biak dan
menyebabkan kerusakan jaringan disebut penyakit infeksi. Pada penyakit
infeksi terjadi jejas sehingga timbul reaksi inflamasi. Meskipun dasar proses
inflamasi sama, namun intesitas dan luasnya tidak sama, tergantung luas jejas
dan reaksi tubuh. Inflamasi akut dapat terbatas pada tempat jejas saja atau
meluas serta menyebabkan tanda gejala sistemik. (Rijal, 2015). Meskipun
manifestasi klinisnya sama, proses molekular dan seluler untuk menimbulkan
respon sepsis neonatorum tergantung mikroorganisme penyebabnya,
sedangkan tahapan-tahapan pada respon sepsis neonatorum sama dan tidak
tergantung penyebab. Respon inflamasi terhadap bakteri gram negatif
dimulai dengan pelepasan lipopolisakarida (LPS), suatu endotoksin dari
dinding sel yang dilepaskan pada saat lisis, yang kemudian mengaktifasi sel
imun non spesifik (innate immunity) yang didominasi oleh sel fagosit
mononuklear. LPS terikat pada protein pengikat LPS saat di sirkulasi.
Kompleks ini mengikat reseptor CD4 makrofag dan monosit yanh
bersirkulasi (Rizal,2015).
2.4 Manifestasi Klinis
Perjalanan sepsis akibat bakteri diawali oleh proses infeksi yang
ditandai dengan bakteremia selanjutnya berkembang menjadi systemic

7
inflammatory response syndrome (SIRS) dilanjutkan sepsis, sepsis berat,
syok sepsis dan berakhir pada multiple organ dysfuction syndrome (MODS).
Sepsis dimulai dengan tanda klinis respons inflamasi sistemik (yaitu demam,
takikardia, takipnea, leukositosis) dan berkembang menjadi hipotensi pada
kondisi vasodilatasi perifer ( renjatan septik hiperdinamik atau “hangat”
dengan muka kemerahan dan hangat yang menyeluruh serta peningkatan
curah jantung) atau vasokontriksi perifer ( renjatan septik hipodinamika atau
“dingin” dengan aggota gerak yang biru atau putih dingin). Pada pasien
dengan manifestasi klinis ini dan gambaran pemeriksaan fisik yang konsisten
dengan infeksi, diagnosis mudah ditegakkan dan terapi dapat dimulai secara
dini. (Mahapatra dan Heffner, 2021).
Pada bayi dan orang tua, manifestasi awalnya kemungkinan adalah
kurangnya beberapa gambaran yang lebih menonjol, yaitu pasien ini
mungkin lebih sering ditemukan dengan manifestasi hipotermia
dibandingkan dengan hipertemia, leukopenia dibandingkan leukositosis, dan
pasien tidak dapat ditentukan skala takikardia yang dialaminya (seperti pada
pasien tua yang mendapatkan beta blocker atau antagonis kalsium) atau
pasien ini kemungkinan menderita takikardia yang berkaitan dengan
penyebab yang lain ( seperti pada bayi yang gelisah). Pada pasien yang usia
yang ekstrim, setiap keluhan sistemik yang non-spesifik dapat mengarahkan
adanya sepsis, dan memberikan pertimbangan sekurang-kurangnya
pemeriksaan skrining awal untuk infeksi, seperti foto thoraks dan urinalisis.
(Mahapatra dan Heffner, 2021).
Perubahan status mental seringkali merupkan tanda klinis pertama
disfungsi organ, karena perubahan status mental dapat dinilai tanpa
pemeriksaan laboratorium, tetapi mudah terlewatkan pada pasien tua,sangat
muda, dan pasien dengan kemungkinan penyebab perubahan tingkat
kesadaran, seperti intoksikasi. Penurunan produksi urin (≤0,5ml/kgBB/jam)
merupakan tanda klinis yang lain yang mungkin terlihat sebelum hasil
pemeriksaan laboratorium didapatkan dan seharusnya digunakan sebagai
tambahan pertimbangan klinis.(Hermawan AG., 2014)

8
1. Sepsis non spesifik : demam, menggigil, dan gejala konstitutif seperti
lelah, malaise gelisah atau kebingungan.
2. Hipotensi, oliguria atau anuria, takipneu atau hipepne, hipotermia tanpa
sebab jelas, perdarahan
3. Tempat infeksi paling sering: Paru, traktus digestifus, traktus urinarius,
kulit, jaringan lunak dan saraf pusat.
4. Tanda – tanda MODS dengan terjadinya komplikasi.
2.5 Tanda dan Gejala Sepsis Parah
Jika infeksi di aliran darah terus dibiarkan, kerusakan organ mungkin
terjadi. Ini karena infeksi yang terjadi membuat organ kekurangan suplai
oksigen. Pada kondisi ini, tingkat keparahan gejala sepsis akan lebih serius
hingga membutuhkan penanganan medis. Gejalanya di antara lain:
(Mahapatra dan Heffner, 2021)
1. Bercak atau ruam merah
2. Kulit berubah warna
3. Produksi urine berkurang drastis
4. Perubahan mendadak dalam status kejiwaan
5. Berkurangnya jumlah trombosit
6. Sulit bernapas
7. Detak jantung abnormal
8. Sakit perut
9. Ketidaksadaran
10. Kelemahan ekstrem.
2.6 Tanda Gejala Syok Sepsis
Kondisi yang lebih parah bisa berkembang menjadi syok septik yang
dapat menyebabkan kematian. Syok septik menunjukkan adanya gangguan
serius pada sistem peredaran darah dan metabolisme sel-sel tubuh. Kondisi ini
utamanya ditandai dengan tekanan darah yang menurun. Beberapa gejala dan
tanda-tanda syok septik, antara lain: (Mahapatra dan Heffner, 2021)
1. Tekanan darah sangat rendah hingga harus mengonsumsi obat untuk
menjaga tekanan darah agar lebih tinggi dari atau sama dengan 65 mm
Hg.

9
2. Tingginya kadar asam laktat dalam darah (serum laktat) setelah
menerima penggantian cairan yang memadai. Memiliki terlalu banyak
asam laktat dalam darah berarti sel-sel Anda tidak menggunakan
oksigen dengan baik.
2.7 Goal Directed Terapi Resusitasi 6 jam Pertama
Konsep dari EGDT perlu dibedakan dari “manajemen hemodinamik”
pada pasien dengan syok septik. Konsep EGDT yang digambarkan oleh
Rivers hanya mencakup 6 jam pertama dari resusitasi pada pasien dengan
syok septik dan biasanya digunakan di unit gawat darurat. Konsep EGDT
didasarkan pada variabel-variabel dasar dari hemodinamik seperti CVP,
MAP, dan ScvO2. Manfaat dari variabel hemodinamik ini bertujuan untuk
membantu dalam resusitasi cairan dan pemberian obat vasopresor atau
inotropik. Tekanan vena sentral memiliki kemampuan yang terbatas dalam
menggambarkan status volume intravaskular dan respons cairan.
Penggunaannya dalam resusitasi cairan pada EGDT dapat menyebabkan
kelebihan cairan. ScvO2 merupakan parameter yang tidak spesifik dalam
menentukan keseimbangan antara oksigen yang diedarkan (oxygen supply)
dengan oksigen yang digunakan (oxygen demand). Hasil ScvO2 di bawah
70% hanya sekitar 27% dari pasien syok septik yang mucul pada jam
pertama setelah pasien tersebut dipindahkan ke ruang ICU. Beberapa
penelitian bahkan menemukan bahwa walaupun hasil ScvO2 tinggi masih
dapat terjadi ketidaksesuaian antara oxygen demand dan supply.
Pasien dengan syok septik memerlukan perawatan secara rutin selama
beberapa hari atau bahkan beberapa minggu. Menejemen hemodinamik
mengacu pada hasil diagnostik dan pendekatan terapeutik yang bertujuan
untuk mengidentifikasi dan mengatasi perubahan sirkulasi jantung selama
proses terjadinya syok septik. Diagnosis awal hingga resusitasi dini dan
terapi hemodinamik pada pasien dengan syok septik berhubungan dengan
terjadinya komplikasi yang kompleks seperti ARDS, gagal ginjal, sindrom
kompartemen abdomen, atau miokard infark. Manajemen hemodinamik
dapat digunakan sebagai indikator hemodinamik yang lebih canggih
(menggambarkan peredaran darah secara menyeluruh, kontraktilitas miokard

10
(jantung), status caira intravaskular, responsivitas cairan, dan cardiac
afterload) yang dikaji dengan berbagai tehnik seperti EKG, kateterisasi arteri
pulmonal dan termodilusi, termodilusi transpulmonal, dan analisa kontur
denyut nadi (pulse contour analysis), baik yang tekalibrasi maupun yang
tidak terkalibrasi. Sebagai tambahan, tes secara fungsional (passive leg
raising test, fluid challenge test) digunakan untuk melihat responsivitas
cairan, dalam hal ini peningkatan cardiac output(CO) setelah pemberian
cairan.
Goal Directed Therapy (GDT) dalam resusitasi sepsis mengacu pada
pendekatan terapeutik yang ditargetkan untuk mencapai tujuan spesifik
dalam enam jam pertama penanganan pasien sepsis. Berikut adalah langkah-
langkah utama dalam Goal Directed Therapy pada 6 jam pertama resusitasi
sepsis:
1. Pengenalan Dini:
Identifikasi dini tanda dan gejala sepsis, serta pemberian perhatian khusus
pada pasien yang berisiko tinggi.
2. Resusitasi Cairan:
Pemberian cairan intravena secara agresif untuk mengatasi hipovolemia
dan meningkatkan perfusi organ. Tujuannya adalah mencapai target seperti
tekanan venula sentral (CVP) dan frekuensi denyut jantung.
3. Pemantauan Hemodinamik:
Pemantauan terus-menerus terhadap parameter hemodinamik, seperti
tekanan arteri, CVP, dan kadar laktat, untuk mengevaluasi respons
terhadap resusitasi cairan.
4. Pemberian Antibiotik:
Pemberian antibiotik segera setelah diagnosis sepsis dengan
memperhatikan pemilihan antibiotik yang sesuai dengan sumber infeksi.
5. Kontrol Sirkulasi dan Oksigenasi:
Pemantauan dan kontrol suhu tubuh, kontrol sirkulasi melalui vasopressor
jika diperlukan, serta pemantauan dan optimisasi kadar oksigen dalam
darah (SpO2).
6. Penilaian Output Urin:

11
Pemantauan output urin untuk menilai fungsi ginjal dan status hidrasi.
7. Evaluasi dan Pemantauan Elektrokardiografi (EKG):
Pemantauan EKG untuk mendeteksi aritmia atau iskemia miokard, yang
dapat terjadi pada pasien sepsis.
8. Pemantauan Gas Darah:
Pengukuran gas darah arteri untuk mengevaluasi status asam-basa dan
keseimbangan oksigen.
9. Pemantauan Waktu Pengisian Kapiler:
Pemantauan waktu pengisian kapiler (capillary refill time) untuk menilai
perfusi perifer dan respons sirkulasi.
10. Evaluasi Respons Terapeutik:
Evaluasi terus-menerus respons pasien terhadap terapi yang diberikan dan
penyesuaian cepat sesuai dengan perkembangan klinis.
11. Komunikasi Tim:
Koordinasi dan komunikasi yang baik antara anggota tim medis untuk
memastikan bahwa setiap langkah terapeutik dilakukan dengan tepat dan
tepat waktu.
12. Edukasi Pasien dan Keluarga:
Pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang
kondisi, prosedur, dan rencana perawatan selanjutnya.
Penting untuk dicatat bahwa pendekatan Goal Directed Therapy pada
6 jam pertama ini dapat membantu mempercepat resusitasi pasien sepsis dan
meningkatkan hasil klinis. Perawatan ini harus disesuaikan dengan
karakteristik masing-masing pasien dan evolusi gejala klinisnya.
2.8 Asuhan Keperawatan pada Pasien Syok
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
Airway Breathing Circulation
 Periksa apakah  Periksa ada tidaknya  Periksa denyut
jalan napas pernafasan efektif nadi, kualitas
paten atau tidak dengan 3M (melihat dan
 Periksa retraksi dada, karakternya.

12
vokalisasi mendengarkan suara  Periksa adanya
 Ada tidaknya nafas, dan merasakan gangguan irama
aliran udara hembusan nafas) jantung atau
 Periksa adanya  Warna kulit abnormalitas
suara nafas  Identifikasi pola jantung dengan
abnormal: pernafasan abnormal atau tanpa EKG
stidor, snoring,  Periksa adanya  Periksa
gurgling penggunaan otot pengisian
bantu pernafasan kapiler, warna
deviasi trakea, kulit dan suhu
gerakan dinding dada tubuh serta
yang asimetris adanya
 Periksa pola nafas diaphoresis
pasien: adanya
takipneu/bradipneu/pa
sien bisa berbicara
satu kalimat penuh
atau tidak adanya
pernafasan cuping
hidung.

b. Pengkajian sekunder
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
Klien dengan shock mengeluh sulit bernafas mengeluh muntah dan mual,
kejang-kejang
3. Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat trauma ( banyak perdarahan)
 Riwayat penyakit jantung (Sesak nafas)
 Riwayat infeksi (suhu tinggi)
4. Riwayat kesehatan dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga

13
6. Pemeriksaan fisik
 Kulit
 Tekanan darah
 Status jantung
 Status respirasi
 Status mental
 Fungsi ginjal
 Fungsi metabolik
 Sirkulasi
 Keseimbangan asam basa
7. Pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
1) Perfusi perifer tidak efektif b.d kekurangan volume cairan d.d akral
teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun
2) Gangguan integritas kulit b.d kekurangan volume cairan d.d kerusakan
lapisan kulit, kemerahan.
3) Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi d.d
dispnea, takikardi, pola nafas abnormal, gelisah
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
keperawatan hasil
1. Perfusi perifer Setelah dilakukan Observasi
tidak efektif b.d asuhan keperawatan 1. Identifikasi sirkulasi perifer (nadi
kekurangan selama 3×24 jam perifer, edema, pengisian kapiler,
volume cairan diharapkan perfusi warna, suhu, ankle brachial index)
perifer meningkat 2. Periksa seluruh permukaan tubuh
dengan kriteria hasil: terhadap adanya DOTS
1. Warna kulit (deformity/deformitas)
pucat 3. Open wound/ luka terbuka,
2. Turgor kulit tenderness / nyeri tekan,
membaik swelling/bengkak)
3. Akral membaik 4. Monitor status hemodynamic
(tekanan darah, MAP,

14
CVP,PAP,PCWP jika tersedia)
5. Monitor panas, kemerahan, nyeri,
atau bengkak pada ekstremitas

Terapeutik:
6. Berikan oksigen sesuai indikasi
7. Catat intake output dan hitung
balance cairan
8. Hindari pemasangan infus atau
pengembalian darah di area
keterbatasan perfusi
9. Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan berfungsi
10. Hindari penekanan pada
pemasangan torniquet pada area
yang cedera
11. Hindari pemakaian benda-benda
yang berlebihan suhunya (terlalu
panas atau dingin

Edukasi:
12. Anjurkan melakukan perawatan
kulit yang tepat (melembabkan kulit
kering pada kaki)
13. Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
14. Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan (rasa
sakit yang tidak hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh, hilangnya rasa)

15
Kolaborasi:
15. Kolaborasi pemberian analgetik
16. Kolaborasi pemberian
kortikosteroid
17. Kolaborasi ventilasi mekanik
bila perlu
18. Kolaborasi pemberian cairan IV
2. Gangguan Setelah dilakukan Observasi:
integritas kulit b.d asuhan keperawatan 1. Monitor kondisi umum (mis.
kekurangan selama 3×24 jam Demam, tekanan darah, nadi,
volume caira diharapkan integritas pernafasan, dan suhu tubuh)
dan jaringan meningkat 2. Identifikasi penyebab
dengan kriteria hasil: gangguan integritas kulit
1. Elastisitas kulit (mis. Perumahan sirkulasi,
meningkat perubahan status nutrisi,
2. Kemerahan penurunan kelembaban, suhu
menurun lingkungan ekstremitas,
penurunan mobilitas)
Terapeutik:
3. Ubah posisi tiap 2 jam jika
tirah baring
4. Jadwalkan frekuensi
perawatan luka berdasarkan
ada atau tidaknya infeksi,
jumlah eksudat, dan jenis
balutan yang digunakan)
5. Gunakan modern dressing
sesuai dengan kondisi luka
(mis. Hydrocollid, polymer,
crystalline, cellulose)
Edukasi:

16
6. Anjurkan menggunakan
pelembab (lotion atau serum)
7. Anjurkan minum air yang
cukup
8. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi, buah dan
sayur
Kolaborasi:
9. Kolaborasi prosedur
debridement (mis.
Enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik), jika perlu
10. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu
3. Gangguan Setelah dilakukan Observasi:
pertukaran gas b.d asuhan keperawatan 1. Monitor frekuensi, irama,
ketidakseimbangan diharapkan pertukaran kedalaman dan upaya nafas
ventilasi perfus gas meningkat dengan 2. Monitor jalan nafas
kriteria hasil: 3. Monitor adanya sumbatan
1. dispnea jalan nafas
menurun Terapeutik:
2. Takikardi 4. Pertahankan kepatenan jalan
membaik nafas
3. Pola nafas 5. Berikan oksigen sesuai
membaik kebutuhan
Edukasi:
6. Ajarkan pasien melakukan
relaksasi nafas dalam
Kolaborasi:
7. Kolaborasi pemberian terapi

17
2.9 Monitoring Pasien dengan Syok
Monitoring pada pasien syok yang dapat dilakukan yaitu (Simmons And
Ventetuolo, 2017):
a. Monitor tekanan darah
Pada pasien dengan syok hemoragik, tekanan darah sistol dipertahankan
>70 mmHg dengan MAP >65 mmHg.
b. Mengukur CVP (Central Venous Pressure)
Nilai CVP normal yaitu 5-7 mmHg pada orang dewasa dengan bernapas
secara spontan. Nilai CVP <5 mmHg menandakan pasien mengalami syok
hipovolemik.
c. Passive Leg Raising (PLR)
PLR merupakan pengaturan posisi dengan meninggikan kaki 45 derajat
dengan kepala dan badan sejajar. PLR berfungsi untuk meningkatkan
aliran balik vena dari ekstremitas kembali ke jantung.
2.10 Komplikasi dari Sepsis
Komplikasi bervariasi berdasarkan etiologi yang mendasari. Potensi
komplikasi yang mungkin terjadi meliputi:
1) Cedera paru akut (acute lung injury) dan sindrom gangguan fungsi
respirasi akut (acute respiratory distress syndrome)Milieu inflamasi dari
sepsis menyebabkan kerusakan terutama pada paru. Terbentuknya cairan
inflamasi dalam alveoli mengganggu pertukaran gas, mempermudah
timbulnya kolaps paru, dan menurunkan komplian, dengan hasil akhir
gangguan fungsi respirasi dan hipoksemia. Komplikasi ALI/ ARDS
timbul pada banyak kasus sepsis atau sebagian besar kasus sepsis yang
berat dan biasanya mudah terlihat pada foto toraks, dalam bentuk
opasitas paru bilateral yang konsisten dengan edema paru. Pasien yang
septik yang pada mulanya tidak memerlukan ventilasi mekanik
selanjutnya mungkin memerlukannya jika pasien mengalami ALI/
ARDS setelah resusitasi cairan.
2) Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)Pada DIC yang
disebabkan oleh sepsis, kaskade koagulasi diaktivasi secara difus
sebagai bagian respons inflamasi. Pada saat yang sama, sistem

18
fibrinolitik, yang normalnya bertindak untuk mempertahankan kaskade
pembekuan, diaktifkan. Sehingga memulai spiral umpan balik dimana
kedua sistem diaktifkan secara konstan dan difus−bekuan yang baru
terbentuk, lalu diuraikan. Sejumlah besar faktor pembekuan badan dan
trombosit dikonsumsi dalam bekuan seperti ini. Dengan demikian,
pasien berisiko mengalami komplikasi akibat thrombosis dan
perdarahan. Timbulnya koagulopati pada sepsis berhubungan dengan
hasil yang lebih buruk.
3) Gagal jantung
Depresi miokardium merupakan komplikasi dini syok septik, dengan
mekanisme yang diperkirakan kemungkinannya adalah kerja
langsung molekul inflamasi ketimbang penurunan perfusi arteri
koronaria. Sepsis memberikan beban kerja jantung yang berlebihan,
yang dapat memicu sindroma koronaria akut (ACS) atau infark
miokardium (MCI), terutama pada pasien usia lanjut. Dengan
demikian obat inotropic dan vasopressor (yang paling sering
menyebabkan takikardia) harus digunakan dengan berhati-hati
bilamana perlu, tetapi jangan diberikan bila tidak dianjurkan.
4) Gangguan fungsi hati
Gangguan fungsi hati biasanya manifest sebagai ikterus kolestatik,
dengan peningkatan bilirubin, aminotransferase, dan alkali fosfatase.
Fungsi sintetik biasanya tidak berpengaruh kecuali pasien
mempunyai status hemodinamik yang tidak stabil dalam waktu yang
lama.
5) Gagal ginjal
Hipoperfusi tampaknya merupakan mekanisme yang utama terjadinya
gagal ginjal pada keadaan sepsis, yang dimanifestasikan sebagai
oliguria, azotemia, dan sel-sel peradangan pada urinalisis. Jika gagal
ginjal berlangsung berat atau ginjal tidak mendapatkan perfusi yang
memadai, maka selanjutnya terapi penggantian fungsi ginjal (misalnya
hemodialisis) diindikasikan.
6) Sindroma disfungsi multiorgan

19
Disfungsi dua sistem organ atau lebih sehingga intervensi diperlukan
untuk mempertahankan homeostasis.
 Primer, dimana gangguan fungsi organ disebabkan langsung oleh
infeksi atau trauma pada organ-organ tersebut. Misal, gangguan
fungsi jantung/paru pada keadaan pneumonia yang berat.
 Sekunder, dimana gangguan fungsi organ disebabkan oleh
respons peradangan yang menyeluruh terhadap serangan. Misal,
ALI atau ARDS pada keadaan urosepsis

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Definisi sepsis telah berubah selama bertahun-tahun sebab adanya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, Kundu, (2020). Saat ini sepsis
didefinisikan kondisi yang mengancam jiwa akibat disfungsi organ yang
yang disebabkan oleh disregulasi respon tubuh terhadap infeksi, Singer,
(2020). Infeksi sendiri adalah suatu proses patologis yang dimulai oleh invasi
mikroorganisme ke jaringan atau cairan atau rongga tubuh yang biasanya
steril dari mikroorganisme patogen atau berpotensi patogen, Jean Louis
Vincent, (2017). Awal dari definisi sepsis dikembangkan pada konferensi
konsensus tahun 1991 yang mengembangkan definisi awal bahwa systemic
inflammatory response syndrome (SIRS) atau respon inflamasi sistemik
terhadap infeksi akan disebut sepsis. (Fethi Gul, 2017).
Modifikasi lebih lanjut terjadi dalam konferensi tahun 2001 di
Washington DC yang mengusulkan kerangka konseptual stadium sepsis
menggunakan akronim PIRO yang merupakan singkatan dari predisposisi,
infeksi, respon, dan organ disfungsi Rebanta K. Chakraborty 1, (2023).
Dalam tahun 2016, sebuah satuan tugas kembali merevisi definisi sepsis -
menjadi sebuah pola akibat disfungsi organ yang mengancam jiwa yang
diakibatkan oleh disregulasi respon tubuh terhadap infeksi, Michael D Font,
Braghadheeswar Thyagarajan, (2020).
Sepsis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (meskipun sepsis
dapat disebabkan oleh virus, atau semakin sering, disebabkan oleh jamur).
Mikroorganisme kausal yang paling sering ditemukan pada orang dewasa
adalah Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus
pneumonia. Spesies Enterococcus, Klebsiella, dan Pseudomonas juga sering
ditemukan. Umumnya, sepsis merupakan suatu interaksi yang kompleks
antara efek toksik langsung dari mikroorganisme penyebab infeksi dan
gangguan respons inflamasi normal dari host terhadap infeksi.15 Kultur
darah positif pada 20-40% kasus sepsis dan pada 40-70% kasus syok septik.

21
Perjalanan sepsis akibat bakteri diawali oleh proses infeksi yang
ditandai dengan bakteremia selanjutnya berkembang menjadi systemic
inflammatory response syndrome (SIRS) dilanjutkan sepsis, sepsis berat,
syok sepsis dan berakhir pada multiple organ dysfuction syndrome (MODS).
3.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan
sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat
memaafkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah SWT.
yang tak luput dari salah, khilaf, Alfa, dan lupa.

22
Daftar Pustaka

Antara,I.2021.BAB II TINJAUAN PUSTAKA.http://repository.poltekkes-


denpasar.ac.id/7693/3/BAB%20II%20Tinjauan%20pustaka.pdf
Muftilov,Osmond.2020. Manajemen Hemodinamik pada pasien syok
sepsis.amesthesia critical care vol.38. no. 1, hal 75
https://macc.perdatin.org/index.php/my-journal/article/download/177/1
82/ diakses pada 04 maret 2024
Putra,Agazi Hendry.2023.Syok.
https://www.scribd.com/presentation/641673026/SYOK diakses pada
04 maret 2024
Putri, Yessica.2014.BAB2KTI .
https://eprints.undip.ac.id/44902/3/Yessica_Putri_H_22010110120030
_Bab2KTI.pdf diakses pada 04 Maret 2024
Wirawan,Chevie, dkk.2018. Artike penelitian. Majalah kedokteran
Bandung.Volume 50.no.1, hal.30-32.
https://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/download/1157/
pdf diakses pada 04 maret 2024
https://repository.unimus.ac.id/1687/4/BAB%20II.pdf
https://eprints.umm.ac.id/311/3/BAB%20II.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai