Trauma Kepala (Gawat Darurat) Neww
Trauma Kepala (Gawat Darurat) Neww
TRAUMA KEPALA
2023/2024
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Bahasa Inggris Keperawatan dengan Judul “Trauma
kepala”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca
26 september 2023
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................5
PENDAHULUAN.....................................................................................................5
1.1 Latar belakang...........................................................................................5
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................6
1.3 Tujuan............................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................8
PEMBAHASAN........................................................................................................8
2.1 Anatomi fisiologi kepala................................................................................8
2.2 Definisi trauma kepala....................................................................................9
2.3 Macam Macam Trauma Kepala.....................................................................9
2.4 Target penatalaksanaan................................................................................13
2.5 Tanda dan gejala pasien...............................................................................13
2.6 Pemeriksaan diagnostik................................................................................14
2.7 Medikasi.......................................................................................................14
2.8 Komplikasi...................................................................................................14
2.9 Penatalaksanaan............................................................................................15
2.10 Konsep asuhan keperawatan pasien trauma kepala....................................16
BAB III....................................................................................................................22
TINJAUAN KASUS...............................................................................................22
A. Pengkajian...................................................................................................23
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................31
C. Rencana Keperawatan.................................................................................32
D. Tindakan Keperawatan...............................................................................34
E. Evaluasi.......................................................................................................36
BAB IV....................................................................................................................37
2
PENUTUP...............................................................................................................37
4.1 Kesimpulan...................................................................................................37
3.2 Saran.............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................40
3
BAB I
PENDAHULUAN
5
8. Mengetahui komplikasi pasien trauma kepala
9. Mengetahui penata laksanaan pasien trauma kepala
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien trauma kepala ?
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
akan mengalami pembengkakan. Oleh karena kapasitas ruang yang tidak
berubah, jika terjadi pembengkakan atau bertambahnya cairan dalam rongga
tengkorak, maka akan menyebabkan peningkatan tekanan.
Cairan serebrospinal berisi nutrisi yang membasahi otak dan spinal
cord atau sumsum tulang belakang, Cairan spinalis diproduksi di ventrikel
otak secara terus- menerus rata-rata 0,33 ml/menit. Jumlah normal cairan
serebrospinal 125-150 ml. Cairan serebrospinal bersirkulasi di araknoid dan
subaraknoid kemudian cairan serebrospinal akan diabsorpsi kembali. Jika
ada yang meghambat aliran cairan serebrospinal dapat menyebabkan
akumulasi cairan spinal dalam otak (hidrosefalus) dan meningkatkan
tekanan intrakranial (TIK).
2.2 Definisi trauma kepala
Trauma kepala merupakan trauma yang mengenai tengkorak yang
menyebabkan kerusakan otak mulai dari ringan sampai berat (Silvestri, 2014).
Secara global. trauma memiliki angka kematian yang cukup tinggi
dibandingkan dengan penyakit dalam. Selain itu juga, kematian pada korban
trauma juga sering terjadi saat di lokasi kejadian, dengan penyebab terbanyak
kematian di lokasi kejadian adalah trauma kepala. Kematian di lokasi
kejadian pada korban yang mengalami trauma kepala karena terjadi lesi
intrakranial. Penanganan yang tepat di lokasi kejadian ikut menentukan angka
mortalitas pada korban yang mengalami trauma kepala (Parker dan
Magnusson, 2016). Angka kematian akibat trauma kepala mencapai 20-50%
dengan variasi waktu kematian, baik pada saat di lokasi kejadian, saat tiba di
rumah sakit, maupun pada saat mendapatkan penanganan di rumah sakit (Taw
dkk., 2012)
2.3 Macam Macam Trauma Kepala
A. Peningkatan tekanan interakranial (TIK)
Di dalam kepala terdapat tiga komponen yang meliputi otak, cairan
serebrospinal dan darah. Ketiga komponen tersebut berada pada rongga
tengkorak yang kaku dan tidak fleksibel. Jika terjadi penambahan salah
satu komponen, maka kedua komponen yang lain akan menyesuaikan
dengan keluar dari rongga tengkorak sebagai mekanisme kompensasi
untuk menjaga stabilitas tekanan dalam rongga tengkorak atau tekanan
8
intrakranial (TIK) berada pada nilai normal. Salah satu komponen yang
paling mudah untuk keluar sebagai mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan TIK adalah otak. Akan tetapi, kecepatan mekanisme
kompensasi terkalahkan oleh kecepatan proses patologi peningkatan TIK.
Dengan demikian, otak akan mengalami herniasi dan menyebabkan
penekanan pada batang otak.
B. Epidural hematoma (EDH)
Perdarahan yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah arteri dan
terakumulasi antara lapisan durameter dan skull. Frekuensi kejadian
epidural hematoma (EDH) sekitar 1-2% dari insiden trauma kepala.
9
piamater yang mengeliling" jaringan otak atau disebut sebagai ruang
subaraknoid.
E. Intracerebral hemorrahege (ICH)
Perdarahan yang terjadi di jaringan otak akibat pecahnya pembuluh
darah keci dalam otak antara serebrum dan batang otak. Sumber
perdarahan berasal dar pembuluh darah venu, sehingga proses perdarahan
berjalan lebih lambat.
F. Concussion (Konkusion/gegar otak)
Memar pada otak akibat trauma tumpul yang menyebabkan
terbenturnya jaringan otak ke bagian dalam tengkorak.
G. Kontusio serebri (cerebral contusion)
Kontusio serebri merupakan kondisi memar pada jaringan otak akibat
benturan ke tengkorak Prognosis pasien dengan kontusio serebri bervariasi
sesuai dengan luas, jumlah perdarahan, dan lokasinya.
H. Diffuse axonal injury
Diffuse axonal injury adalah gangguan fungsi neurologik yang luas
tapa ada lesi fokal. Diffuse axonal injury merupakan cedera otak yang
menyebabkan kerusakan mikroskopik pada akson.
I. Skull fracture (fraktur tengkorak)
Fraktur tengkorak merupakan kondisi rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang tengkorak yang diakibatkan trauma tumpul kekuatan
yang besar.
J. Trauma penetrasi
Trauma penetrasi merupakan trauma akibat benda yang menancap
atau menembus tengkorak, Trauma penetrasi terjadi akibat benda dengan
kecepatan tinggi menembus tengkorak sehingga menyebabkan kerusakan
skalp atau kulit kepala, tengkorak atau skull meningen, pembuluh darah
otak, dan parenkim serebral. Penyebab trauma penetrasi pada kepala bisa
dikarenakan kecepatan tinggi dan kecepatan rendah. Trauma akibat
kecepatan tinggi yang paling sering adalah akibat luka tembak. Sementara
kecepatan rendah yang menyebabkan trauma penetrasi adalah luka tusuk.
10
Pathway Cedera Kepala
Trauma Kepala, benturan
akselerasi
Perubahan metabolisme
11
2.4 Target penatalaksanaan
1. Stabilisasi masalah jalan napas dengan menjaga patensi jalan napas,
pernapasan, dan sirkulasi akibat trauma kepala.
2. Penegakan diagnosis akut dan melakukan penatalaksanaan.
3. Mengkaji status kesadaran pasien saat datang ke IGD dan melakukan
monitoring perubahan tingkat kesadarannya
2.5 Tanda dan gejala pasien
Tanda dan gejala pasien trauma kepala meliputi hal berikut
1. Muntah
2. Muntah
3. Disorientasi.
4. Sakit kepala.
5. Perubahan pada ukuran dan reaksi pupil terhadap cahaya.
a. Pinpoint, bilateral, nonreaktif terhadap cahaya (lesi akibat
perdarahan).
b. Dilatasi bilateral, nonreaktif terhadap cahaya (iskemia serebral,
hipoksia,kerusakan otak berat).
c. Miosis, unilateral, tidak reaktif terhadap cahaya (lesi pada spinal
d. Dilatasi, unilateral, tidak reaktif terhadap cahaya (peningkatan TIK.
SDH atau EDH, herniasi otak).
e. Midsize, bilateral, tidak reaktif terhadap cahaya (kontusio, edema
otak.perdarahan otak, laserasi otak).
6. Perubahan kognitif.
7. Perubahan berbicara.
8. Perubahan fungsi motorik.
9. Penurunan tingkat kesadaran.
10. Amnesia.
11. Paralisis unilateral.
12. Kelemahan pada wajah.
12
2.6 Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien
dengan trauma kepala adalah sebagai berikut.
1. Laboratorium; darah lengkap, kimia darah, koagulasi, urinalisis, BGA,
skrining toksikologi pada urine.
2. CT scan kepala; hasil pemeriksaan ditemukan adanya edema serebral
perdarahan, fraktur, dan lesi. Pemeriksaan CT scan diindikasikan untuk
pasien dengan GCS <13 pada saat initial asssesment, GCS <15 setelah dua
jam dari onset kejadian, suspect open atau depressed skull fracture,
terdapat gel fraktur basis kranii, post-traumatic seizure, defisit neurologi
fokal, dan muntah lebih dari satu kali
3. X-ray kepala dan spinal; dilakukan dengan tujuan untuk melihat adanya
fraktur
4. MRI; hasil MRI kemungkinan ditemukan adanya edema dan perdaraha
pada pasien, tetapi MRI jarang diindikasikan untuk pasien yang tidak
stabil menggunakan ventilator, tidak kooperatif, pasien dalam kondisi
trauma akut
5. Angiografi; pemeriksaan angiografi digunakan untuk melihat adanya
trauma serebrovaskular atau trombosis.
6. Foto toraks.
7. Pemeriksaan EKG 12 lead
2.7 Medikasi
Obat-obatan yang digunakan pada pasien dengan trauma kepala antara lain
1. Antikonvulsan, mengatasi kejang akibat trauma kepala.
2. Kortikosteroid, mengurangi inflamasi dan edema serebri.
3. Diuretik, mengurangi edema serebri dan tekanan intrakranial.
4. Opioid, mengurangi nyeri.
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan trauma kepala ada dua, yaitu
komplikasi jangka pendek dan komplikasi jangka panjang.
1. Komplikasi jangka pendek; terjadinya perdarahan serebral, hematom,
peningkatan tekanan intrakranial (TIK), infeksi, dan kejang.
13
2. Komplikasi jangka panjang: perubahan perilaku, gangguan fungsi saraf
kranial, dan kecacatan sesuai area otak yang mengalami kerusakan.
2.9 Penatalaksanaan
1. Jalan napas (airway)
a. Lakukan imobilisasi servikal dengan cara jaw thrust atau
menggunakan servical collar.
b. Kaji apakah ada suara gurgling, snoring, dan stridor.
c. Jika terdapat gigi yang lepas atau fragmen tulang di jalan napas akibat
trauma di wajah, segera ambil.
d. Buka jalan napas, jika GCS ≤ 8, maka lakukan intubasi endotrakeal.
e. Lakukan suction jika terdapat darah, saliva, atau muntahan pada jalan
napas.
f. Pasang slang orogastrik untuk dekompresi isi lambung (jangan
gunakan slang nasogastrik).
2. Pernapasan (breathing)
a. Pertahankan saturasi oksigen > 95% dengan pemberian suplemen
oksigen.
b. Pertahankan frekuensi pernapasan normal (eukapnea) dengan PaCO,
antara 35-38 mmHg.
c. Cegah hiperventilasi kecuali jika terjadi herniasi.
d. Monitoring end-tidal carbon.
e. Pertimbangkan penggunaan agen blokade neuromuskular jika pasie
mengalami kesulitan ventilasi.
f. Lakukan dekompresi dengan jarum ukuran 12G jika ditemukan tekana
pneumotoraks (pneumothorax tension)
g. Jika terdapat kondisi pneumotoraks dan hemotoraks yang mengancan
nyawa, lakukan tindakan drainase pada ICS 5 pada midaksila anterior.
3. Sirkulasi (circulation)
a. Pertahankan status normovolemia pada pasien (jaga tekanan arteri
antan 70-90 mmHg).
b. Pertahankan perfusi serebral > 70 mmHg.
14
c. Pada pasien dengan trauma penetrasi atau trauma tumpul, tekanan
darah sistolik hendaknya dipertahankan minimal 60 mmHg
d. Pada pasien dengan trauma selain penetrasi atau trauma tumpul,
tekanan darah sistolik hendaknya dipertahankan minimal 90 mmHg.
e. Berikan tambahan cairan isotonik atau produk darah sesuai dengan
kebutuhan pasien.
f. Jika nadi pasien tidak teraba, maka berikan bolus cairan 250 cc sampai
nadi teraba
g. Pasang kateter urine untuk monitoring pengeluaran urine (terutama
jika pasien diberikan diuretik).
4. Disability, monitoring status GCS secara berkala, respons pupil, nadi.
pernapasan, dan tekanan darah.
5. Segera menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik penunjang
6. Cegah jangan sampai terjadi peningkatan TIK dengan pemberian sedasi
atau analgesik, pemberian diuretik osmotik (manitol), posisikan pasien
head elevation 30°, minimalisasi stimulasi ekternal.
7. Fasilitasi pasien untuk dilakukan tindakan pembedahan (evakuasi
hematom.lobektomi, kraniotomi).
8. Cegah jangan sampai terjadi kejang.
9. Pertahankan suhu tubuh normal.
10. Pemberian obat-obatan, antara lain sebagai berikut.
a. Diuretik osmotik
b. Loop diuretic
c. Analgesik
d. Antibiotik
e. Antihipertens
2.10 Konsep asuhan keperawatan pasien trauma kepala
A. pengkajian pasien trauma kepala
Pengkajian data subjektif meliputi hal berikut.
1. Kaji mekanisme injuri
2. Tingkat kesadaran
3. Status mental
15
4. Gangguan komunikasi
5. Kemampuan motorik
6. Gangguan sensasi
7. Gangguan penglihatan
8. Nyeri (PQRST)
9. Sakit kepala
10. Kejang
11. Muntah
12. Usaha untuk mengurangi gejala
13. Status imunisasi
14. Untuk pengkajian riwayat pasien bisa dilakukan dengan mengkaji
AMPLE
a. Allergi (alergi)
b. Medication (pengobatan yang sedang dijalani)
c. Past medical history (riwayat penyakit lalu)
d. Last ate (waktu makan terakhir kapan)
e. Exact event (kejadian atau lingkungan yang menyebabkan
trauma)
Data-data yang diperlukan dalam pengkajian data objektif meliputi
1. Kaji kondisi umum.
2. Tingkat kesadaran berdasarkan Glasgow Coma Scale (GCS),
3. Orientasi, ingatan atau memori.
4. Verbalisasi saat komunikasi.
5. Perubahan perilaku.
6. Adanya kejang.
7. Tanda-tanda vital terkait MAP
8. Nadi.
9. Respirasi
10. Tanda trias Chusing's (peningkatan tekanan darah sistolik,
bradikardi, pernapasan abnormal).
11. Suhu inti tubuh.
12. Lokasi trauma.
16
13. Kontinuitas tulang.
14. Ukuran dan reaksi pupil terhadap cahaya.
15. Fungsi saraf kranial..
16. Adanya cairan serebrospinal (otorea dan rinorea).
17. Tanda meningen.
18. Kekuatan otot.
GLASGOW COMA ACALE (cgs)
17
VII Fasial Otot bicara, kemampuan perasa( jarang di kaji),
mengangkat alis , tersenyum
KEKUATAN OTOT
Sekala Deskripsi
18
B. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering terjadi pada pasien dengan trauma
antara lain sebagai berikut.
1. Bersihan jalan napas tidak efektif.
2. Gangguan pertukaran gas.
3. Penurunan cardiac output.
4. Gangguan perfusi jaringan serebral.
5. Nyeri.
6. Ansietas.
7. Gangguan komunikasi verbal.
8. Risiko injuri.
9. Kurang pengetahuan..
C. Rencana intervensi
Intervensi atau tindakan keperawatan yang dapat dilakukan pada
pasien deng trauma kepala adalah sebagai berikut.
1. Pertahankan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.
2. Berikan oksigen sesuai kondisi.
3. Buat jalur intravena untuk memasukkan cairan dan obat-obatan.
4. Siapkan untuk dilakukan tindakan medis.
5. Berikan obat-obatan sesuai dengan order.
6. Bantu mengurangi kecemasan.
7. intervensi lain yang dapat membantu kesembuhan pasien.
8. Edukasi pasien.
D. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses asuhan
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi asuhan
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah disusun dan
direncanakan dalam tindakan asuhan keperawatan. Dalam pelaksanaan
rencana tindakan terdapat 2 jenis tindakan, yakni tindakan mandiri
perawat dan tindakan kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait.
19
E. Evaluasi Dan Ongoing Monitoring
Setelah dilakukannya tindakan keperawatan, hal yang harus dilakukan
dengan cara mengevaluasi intervensi yang telah dilakukan serta
monitoring keadaan pasien Evaluasi dan monitoring yang dapat
dilakukan yaitu sebagai berikut.
1. Monitoring secara kontinu terhadap kondisi yang mengancam
nyawa.
2. Monitor respons pasien terhadap intervensi yang diberikan.
3. Lakukan modifikasi intervensi keperawatan jika diperlukan.
F. Dokumentasi Terhadap Intervensi Yang Di Berikan
Dalam melakukan tindakan keperawatan atau intervensi perlu
dilakukannya dokumentasi. Tujuan adanya dokumentasi tersebut
adalah sebagai bukti bahwa tindakan-tindakan keperawatan telah
dilakukan ataupun belum dilakukan pada pasien. Dengan demikian,
tindakan keperawatan tersebut dapat dilihat apakah sudah sesuai
dengan kriteria hasil yang sudah ditentukan atau belum.
20
21
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pasien An. A di ruang ICU IGD Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Laut dr.
Ramelan Surabaya. Pasien An. A datang ke IGD RSPAL dr. Ramelan pada tangga
16 Januari 2022 pukul 02.30 dalam kondisi tidak sadar setelah mengalami
kecelakaan pada tanggal 15 Januari pukul 23.30 WIB, Pasien dibonceng jatuh
ditabrak dari sisi sebelah kanan, saat kejadian pasien tidak menggunakan helm. Di
IGD RSPAL dr. Ramelan Pasien dilakukan pemasangan infus NS 0,9 %,
pengambilan sample darah DL, KK, FH, BGA, foto Thorax, terapi Tranexamat 1
gr, vit K 1 ampul, injeksi dexametashone, pemasangan Colarbris, pemasangan
Cateter no 12 cuff 10cc, pemasangan OGT no 12, dilakukan swab antigen dan
PCR, pemberian Manitol 200cc, pemberian injeksi propofol 2cc, pemasangan
pump modor 2:1.
Fraktur arcus zygoma kanan, lateral wall orbita kanan, os sphenoid kanan,
lateral wall sinus maxilaris kanan dan fraktur ramus mandibula kanan.
Pasien An. A dilakukan operasi Boor Hole pemasangan EVD pada tanggal 16
Januari 2022 pukul 09.45 WIB. Lalu pasien An. A dianjurkan untuk rawat inap di
ruang ICU IGD dengan diagnosa COB. Pasien diantar ke ICU IGD dengan TD:
100/70mmHg, Suhu: 36,3°C, RR: 18x/menit, Nadi: 155 x/menit, GCS 1X4.
22
A. Pengkajian
a) Identitas
b) Keluhan utama
Keluhan utama pasien An. A tidak terkaji karena pasien datang ke IGD
Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Laut dr. Ramelan dalam kondisi
tidak sadar.
g) Keadaan umum
Infus 1000 cc
Manitol 375 cc
Output :
Urin 800 cc
IWL 600 cc +
Bala
nce cairan :
Total input = 1975 cc Total output =
1950 cc -
(+) 25 cc
h) Pemeriksaan Penunjang
i) Pemberian Terapi
TD : 100 / 70 mmHg
Nadi : 155 x/menit Tekanan nadi : 30
3. Ds : - Ketidakmampu Defisit nutrisi
an menelan (D. 0019 SDKI
Do : makanan hal. 56)
B. Diagnosa Keperawatan
Nama : An. A Ruangan/kamar : ICU IGD
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d adanya jalan nafas buatan d.d ada
produksi sputum, ada suara nafas tambahan.
D. Tindakan Keperawatan
Tindakan Keperawatan An.
R/ -
9. Identifikasi kebutuhan dilakukan penghisapan
R/ terdapat secret ETT berwarna putih kental dan secret mulut berwarna kuning kental
10. Monitor dan catat warna, jumlah dan konsentrasi secret
R/ secret ETT berwarna putih kental dan secret mulut berwarna kuning kental
11. Gunakan Teknik aseptik ( gunakan sarung tangan, masker, kacamata jika perlu)
R/ menggunakan sarungtangan
12. Gunakan Prosedural steril dan disposibel
R/ -
13. Berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi (100%) paling sedikit 30 detik sebelum dan
sesudah pelaksaan
R/ terpasang NRM
14. Hentikan penghisapan dan berikan oksien jika pasien mengalami kondisi bradikardi dan
penurunan saturasi
R/ -
35
E. Evaluasi
Tanggal No. Dx Evaluasi (soap) Paraf
/jam
Senin 17 1
S: -
januari
O:
2022
- Pasien terpasang ETT no. 6,
14:00 - terdapat secret ETT Putih kental
jumlah produksi sedikit,
- secret mulut kuning kental
produksi sedikit
- Irama nafas ireguler
- Suara nafas ronkhi + / +
- Td : 102/60 mmHg
- N : 103 x/menit
- RR : 18 x/menit
- S : 38,5 Oc
- Tekanan Nadi : 42
A:
- Masalah bersihan jalan nafas
teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
36
37
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Struktur kepala terdiri atas Skalp (kulit kepala), Skull (tengkorak),
Jaringan ikat yang melindungi otak (meningen: duramater, arachnoid mater,
piamater), Jaringan otak, Cairan serebrospinal dan Kompartmen vaskular.
Trauma kepala merupakan trauma yang mengenai tengkorak yang
menyebabkan kerusakan otak mulai dari ringan sampai berat (Silvestri, 2014).
Secara global. trauma memiliki angka kematian yang cukup tinggi
dibandingkan dengan penyakit dalam. penatalaksanaan pasien trauma kepala
yaitu dengan Stabilisasi masalah jalan napas, Penegakan diagnosis akut dan
melakukan penatalaksanaan. Dan Mengkaji status kesadaran pasien saat
datang ke IGD dan melakukan monitoring perubahan tingkat kesadarannya.
Pengkajian pada pasien trauma kepala yaitu Kaji mekanisme injuri,
Tingkat kesadaran, Status mental, Gangguan komunikasi, Kemampuan
motorik, Gangguan sensasi, Gangguan penglihatan, Nyeri (PQRST), Sakit
kepala, Kejang, Muntah, Usaha untuk mengurangi gejala, Status imunisasi
dan Untuk pengkajian riwayat pasien bisa dilakukan dengan mengkaji
AMPLE
Tanda dan gejala pasien trauma kepala meliputi Muntah Muntah,
Disorientasi., Sakit kepala, Perubahan pada ukuran dan reaksi pupil terhadap
cahaya,Perubahan kognitif, Perubahan berbicara, Perubahan fungsi motorik,
Penurunan tingkat kesadaran, Amnesia, Paralisis unilateral, Kelemahan pada
wajah. Dengan Pemeriksaan Diagnostik yang dilakukan pada pasien dengan
trauma kepala adalah Laboratorium,CT scan kepala, X-ray kepala dan spinal,
MRI, Angiografi. Foto toraks. Dan Pemeriksaan EKG 12 lead
Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan trauma kepala ada dua, yaitu
Komplikasi jangka pendek seperti terjadinya perdarahan serebral, hematom,
peningkatan tekanan intrakranial (TIK), infeksi, dan kejang dan juga ada
Komplikasi jangka panjang seperti perubahan perilaku, gangguan fungsi saraf
kranial, dan kecacatan sesuai area otak yang mengalami kerusakan.
38
3.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan
kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan
memakluminya, karena kami adalah hamba Allah SWT. yang tak luput dari
salah, khilaf, Alfa, dan lupa
40
DAFTAR PUSTAKA