Anda di halaman 1dari 13

DEFINISI DAN KONSEP

PENDIDIKAN NONFORMAL

KELAS B

TYAS MAWARDANI 195030900111031


CHOIROTUN NADIROH 195030901111018
BALINDA NURUL AINIYAH 195030901111020

Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Administrasi Pendidikan Nonformal dan Informal

ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME telah melimpahkan nikmat
dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan Literatur Administrasi
Pendidikan Nonformal tentang “Definisi dan Konsep Pendidikan Nonformal” dengan
waktu yang tekah ditentujkan. Terimaksih juga kami ucapkan kepada Dosen
pengampu mata kuliah Administrasi Pendidikan Nonformal dan Informal.

Kami berharap literatur ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan


pembaca umumnya tentang “Definisi dan Konsep Pendidikan Nonformal”.
Sebelumnya kami memohon maaf jika terdapat kesalahan kata ataupun kekurangan
dalam literatur ini. Tidak lupa kami mengharapkan adanya masukan serta kritikan
yang membangun dari pembaca demi terciptanya literatur yang lebih baik lagi.

Penulis, 22 April 2021

i
Daftar Isi

Kata pengantar………………………………………………………………………i
Daftar Isi…………………………………………………………………………….ii
Definisi Pendidikan Nonformal……………………………………………………..1
Konsep Pendidikan Nonformal……………………………….……………………..1
Peran Pendidikan Nonformal……………………………………………….……….2
Sasaran Pendidikan Nonformal…………………………………………….………..3
Fungsi dan tujuan Pendidikan Nonformal………………………………….………..5
Ciri-ciri dan sistem pembelajaran pendidikan nonformal………………….………..6
Daftar pustaka……………………………………………………………….…….…8

ii
Definisi Pendidikan Nonformal

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun


2003 Pasal 1 ayat (1) tujuan pendidikan secara substansial adalah
proses pembelajaran yang dilakukan secara terencana untuk mengembangkan peserta
didik pada aspek kognitif, sikap dan praktik, serta memiliki karakter/nilai berdasarkan
agama dan budaya agar dapat membawa dirinya hidup secara mandiri dan bermanfaat
bagi dirinya, lingkungan sekitarnya bahkan bangsa dan negaranya. Berangkat dari
tujuan pendidikan Indonesia tersebut pada pasal 26 ayat 1 menjelaskan bahwa
pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penugasan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional dan dianggap mampu menyediakan
aktivitas pendidikan yang memenuhi kebutuhan dan kepentingan yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan dan kepentingan yang tidak dapat dipenuhi oleh sekolah formal
untuk dapat memenuhi tuntutan global di dunia kerja.

Pendidikan nonformal menurut Coombs adalah setiap kegiatan yang


diorganisasikan di luar sistem persekolahan yang mapan apakah dilakukan secara
terpisah atau sebagian bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, dilakukan secara
sengaja untuk melayani anak didik tertentu untuk mencapai tujuan belajarnya. Dari
pengertian tersebut pendidikan nonformal dapat disebut sebagai pendidikan pengganti,
penambah, dan atau pelengkap seperti yang ada dalam undang-undang no 20 tahun
2003 pasal 26 ayat (1). Pendidikan nonformal mencakup banyak lingkungan dalam
proses pelaksanaan pendidikannya yaitu lingkungan pendidikan sekolah, lingkungan
pendidikan keluarga, dan lingkungan pendidikan masyakat. Dari lingkungan proses
pelaksanaan pendidikan akan menghasilkan pemanfaatan masyarakat yang berkualitas
hasil dari pendidikan nonformal.

Konsep Pendidikan Nonformal

“Pendidikan nonformal” belum banyak diterima oleh masyarakat umum,


misalnya, kata tersebut adalah label negatif dan mengandung makna bahwa kegiatan
yang dimaksud tidak memiliki bentuk maupun struktur. Mereka lebih suka
menggunakan sebutan pendidikan non sekolah atau pendidikan di luar sekolah. Juga
ada keberatan bahwa penggunaan istilah "non formal" untuk menunjuk kegiatan

1
pendidikan di luar sistem pendidikan tidak sepenuhnya akurat. Program paralel seperti
itu dirujuk sebagai pendidikan formal pengganti. Contoh pembelajaran nonformal
adalah program pelatihan yang diberikan oleh lembaga sosial kemasyarakatan seperti
perpustakaan, sekolah musik, sekolah bahasa asing, balai masyarakat atau balai
lainnya yang menyelenggarakan kursus pelatihan berbagai keterampilan, instrumental
musik, tari, teater, olahraga, melukis, dll.

Peran Pendidikan Nonformal

Darkenwald dan Merriam (1982:50) mengatakan bahwa apabila tujuan


pendidikan nonformal adalah pengembangan peserta belajar sebagai individu dan
kelompok sosial di mana peserta belajar itu hidup maka kurikulum pendidikan
nonformal, peran tutor dan peserta belajar, dan proses pembelajarannya harus
berfungsi untuk mencapai kemajuan individu dan kelompok sosialnya. Muhajir
Effendy (2017) dalam artikel kemendikbud mengatakan bahwa meingkatnya
kebutuhan Sumber Daya Manusia maka pendidikan nonformal seperti kursus dan
pelatihan mempunyai peranan yang sangat kuat. Peranan pendidikan nonformal
Mendikbud yaitu (1) mengejar, (2) beriringan atau seiring, (3) mendahului. Dari
peranan tersebut dapat diartikan mengejar yaitu mengejar ketertinggalan dalam
pendidikan formal di sekolah; beriringan atau seiring dalam KBBI adalah bersama-
sama berjalan maka pendidikan nonformal bisa didapatkan seiring saat menjalankan
pendidikan formal; sedangkan mendahului salam KKBI adalah lebih maju dari pada,
bisa dijabarkan bahwa pendidikan nonformal bisa mendahului pendidikan formal
seperti pelatihan atau kursus atau ketrampilan yang dimiliki sejak dini. Dalam
pengadaan kursus dan pelatihan sebagai pendidikan nonformal maka diharapkan
dapat menjadi prospek untuk menenuhi kebutuhan dunia kerja saat ini.

Peran yang dibawa oleh pendidikan nonformal bagi masyarakat adalah sebagai
agen pengembangan personal dan sosial. Pengembangan personal dan sosial tersebut
adalah sebuah transformasi sosial untuk usaha masyarakat agar dapat hidup mengikuti
dan menghadapi perkembangan zaman dan globalisasi yang terjadi. Dari agen
pengembangan personal dan sosial ini harus melibatkan peran masyarakat sebagai
pengajarnya seperti yang dikatakan Basleman (2006) yaitu salah satu keberhasiilan
program pendidikan berkelanjutan terletak pada peran tenaga kependidikan dalam
pendidikan nonformal, sehingga tenaga kependidikan dalam pendidikan nonformal

2
perlu ditingkatkan kualitasnya baik dari perencanaan pembelajaran, variasi program
yang ditawarkan, proses pembelajaran dengan mengingat karakteristik warga belajar
sampai kepada evaluasi hasil output warga belajar dan outcome yang diharapkan
sehingga mampu mandiri dan memiliki ketrampilan untuk meningkatkan taraf hidup
mereka. Dari pendapat tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait
dengan pendidik dalam pendidikan nonformal dalam proses pembelajaran. Pendidik
harus mampu berperan sebagai fasilitator yang membantu, mendukung, dan
mengusahakan terciptanya keberhasilan untuk mencapai kondisi dan prinsip
pembelajaran seperti (1) mengenali dan menentukan kebutuhan belajar, (2)
merencanakan dan melaksanakan kegiatan, (3) menetapkan tujuan belajar, (4) menilai
proses dan hasil kegiatan belajar mengajar.

Sasaran Pendidikan Nonformal

Sasaran pendidikan nonformal apabila dilihat berdasarkan warga masyarakat


yang memerlukan layanan pendidikan yang bertujuan sebagai pengganti, penambah,
dan atau pelengkap pendidikan formal, maka sasaran secara umum tersebut, dapat
dijabarkan sasaran dasar dalam pengklasifikasian pendidikan nonformal menurut
Sanafiah Faisal (1986) yaitu sebagai berikut :

1. Berdasarkan usia

Terdiri dari usia anak-anak, remaja, pemuda, dan orang dewasa. Usia-usia
tersebut mempengaruhi sisi pendidikan individu, sisi psikologis, dan sisi sosial
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan individu yang dalam pembelajarannya
menimbulkan keragaman. Pengelompokkan berdasarkan usia misalnya yaitu
kursus bahasa inggris dan IUIX desain. IUIX desain dikelompokkan berdasarkan
6-12 tahun untuk usia permulaan, usia 13 tahun keatas sebagai pertengahan
(middle), dan lanjut menuju ke kelompok ahli untuk dewasa (adult).

2. Berdasarkan jenis kelamin

Pertimbangan jenis kelamin sangat penting dalam sasaran pendidikan


nonformal karena ada beberapa pelatihan atau pembelajaran yang hanya cocok
untuk salah satu gender atau jenis kelamin. Contoh sasaran pendidikan nonformal
adalah sebagian pondok pesantren, termasuk kedalam pendidikan nonformal karena

3
dalam menjalankan ujian kelulusan harus mengikuti tes paket yang disediakan
pemerintah. Pondok pesantren yang dikelompokkan atas pesantren putri untuk jenis
kelamin perempuan dan pesantren putra untuk jenis kelamin laki-laki. Pemisahan
tersebut dilakukan berdasarkan kaidah yang ada dalam ajaran agama islam.

3. Berdasarkan lingkungan tempat tinggal

Pada sasaran ini meliputi warga masyarakat yang bertempat tinggal di


lingkungan tempat tinggal dilingkungan pedesaan, pinggiran kota dan perkotaan.
Setiap tempat tinggal akan memiliki karakteristik dan potensi yang berbeda-beda,
pendidikan nonformal perlu disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan yang
didasarkan pada lingkungan tempat tinggal. Hal itu dikarenakan agar dapat
mengelola lingkungan tempat tinggal dengan potensi yang dimiliki individu.
Pengelompokan berdasarkan lingkungan tempat tinggal misalnya yaitu kelas setir
mobil sekolah warga di Paradesa, Cilacap.

4. Berdasarkan latar belakang pekerjaan

Berdasarkan latar belakang pekerjaan merupakan sasaran terhadap individu


yang belum mendapatkan pekerjaan dan warga masyarakat yang sedang atau sudah
bekerja tetapi kemampuan yang dimiliki individu tersebut kurang memadai. Atau
dapat dibilang lebih dimatangkan kemampuan di bidang pekerjaannya tersebut.
Misal pelatihan menjahit yang diselenggarakan oleh pemerintah bagi penjahit
untuk lebih mendalami kemampuan menjahitnya.

5. Berdasarkan latar belakang pendidikan

Sasaran ini dimaksudkan pada masyarakat yang telah menamatkan


pendidikanya pada jenjang tertentu, masyarakat yang gagal atau keluar dari
pendidikannya, dan masyarakat yang belum mengenal bangku sekolah. Misalnya
pendidikan khursus bahasa inggris di Kampung Inggris Pare bagi masyarakat yang
ingin lebih mendalami kemampuan bahasa inggrisnya.

6. Berdasarkan latar belakang kelainan sosial

Sasaran pendidikan nonformal ini meliputi masyarakat normal tapi terlantar,


dan masyarakat yang mengalami penyimpangan sosial. Misalnya Sekolah

4
Alternatif untuk Anak Jalanan (SAAJA), yang dikhususkan untuk anak-anak
jalanan yang memang benar benar tidak mampu secara ekonominya.

Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nonformal

Fungsi lembaga pendidikan nonformal menurut UU Sisdiknas Tahun 2003


pasal 26 adalah sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal
dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pada ayat ke 5, kursus dan
pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup, sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan
profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Tujuan dari diadakannya lembaga pendidikan adalah
untuk mengembangkan kemampuan peserta didik sesuai dengan yang diatur UU
Sisdiknas Tahun 2003 pasal 26 ayat 3.

Sistem pendidikan nonformal dimulai dari lingkaran interaksi dalam


masyarakat yang memiliki kepentingan bersama dimana para anggotanya menggali
potensi diri dan belajar untuk mengembangkan diri. Lebih lanjut, interaksi
dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan melatih anggota
atau siswa dapat bertukar pikiran di antara guru dan siswa. Oleh karena itu,
pendidikan nonformal mempunyai tujuan dan sistem tertentu yang sesuai dengan
kebutuhan anggota dan peserta didik. Menurut Santoso S. Hamijoyo dalam Marzuki
(2012: 106) Secara normatif tujuan pendidikan nonformal mengacu pada konsep
pemberdayaan yang diarahkan untuk memungkinkan pembelajaran seumur hidup
bukan pendidikan seumur hidup .

Pendidikan non formal dalam setiap kegiatan pendidikan yang


diselenggarakan di luar sistem formal yang ditetapkan baik berfungsi secara terpisah
atau sebagai komponen penting dari kegiatan yang lebih luas dan dirancang untuk
melayani klien dan tujuan pendidikan yang dapat diidentifikasi. Sistem klasifikasi itu
sendiri dapat dikritik karena menganggap ketiga mode pembelajaran sebagai entitas
yang terpisah, ketika mereka dapat eksis secara bersamaan. Keberatan juga bisa
muncul karena pendekatan ini melihat pendidikan kadang-kadang sebagai proses dan
kadang-kadang sebagai institusi, di mana bisa menjadi keduanya.

5
Ciri-ciri dan sistem pembelajaran pendidikan nonformal

Karakteristik pendidikan nonformal berbeda dengan pendidikan formal. Hal


ini didasari oleh adanya perbedaan sasaran, kebutuhan belajar, lingkungan, budaya,
tingkat pengetahuan dan sebagainya. Sehingga pendidikan nonformal lebih bervariasi
dibandingkan dengan pendidikan formal. Pendidikan Non Formal memiliki
karakteristik, seperti; 1) waktu relative singkat, 2) tematik, 3) tidak berjenjang
sistemik, 4) usia bervariasi, 5) berorientasi praktis, 6) materi bervariasi dan praktis, 7)
merupakan pemenuhan kebutuhan belajar, 8) tidak mementingkan ijazah (Joesoef,
1992).

Menurut Gimbuta (2011) Hoppers (2006), jenis pendidikan non formal


meliputi; 1) pendidikan paraformal, 2) pendidikan populer, 3) pengembangan pribadi,
4) pelatihan profesional dan kejuruan, 5) literasi dengan pengembangan keterampilan,
6) program PNF tambahan, 7) perawatan dan pendidikan anak usia dini. Dalam
pendidikan nonformal juga dikelompokkan berdasarkan programnya seperti pendapat
dari Abdulhak (2012,20), dibedakan menjadi 3 yaitu :

a. Pendidikan berkelanjutan (continue education). Meliputi program pasca


keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan peningkatan, pendidikan
peningkatan mutu hidup, pendidikan pengembangan minat individu, dan program
yang berorientasi pada masa depan.

b. Pendidikan orang dewasa (adult education). Meliputi program keaksaraan,


program pasca keaksaraan setelah pendidikan dasar untukorang dewasa,
pendidikan pembaruan, dan pendidikan kader organisasi.

c. Pendidikan yang diselenggarakan masyarakat. Meliputi pendidikan


pemberantasan buta huruf, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kesetaraan, pemberdayaan perempuan, kepemudaan, dan kelembagaan
pendidikan nonformal.

Studi kasus penerapan pendidikan nonformal, salah satunya adalah yang


diusulkan dewan internasional untuk pengembangan pendidikan atau ICED
(International Council for Educational Development), sebagai bagian dari program
NFE (PNF). Sistem ini mendefinisikan pendidikan sebagai kontinum dan membagi

6
kontinum menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat formalisasi. Sistem ICED dapat
dikritik karena mempertimbangkan mode pembelajaran sebagai entitas yang terpisah.
Banyak sistem klasifikasi di bidang PNF juga telah dicoba. berdasarkan studi kasus
dan inventarisasi percobaan PNF, sistem klasifikasi ini bergantung pada berbagai
kriteria, seperti klien target, tujuan yang dikejar, dan teori pembangunan pedesaan
yang mendasarinya.

7
Daftar Pustaka

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

Abdulhak, Ishak dan Suprayogi. 2012. Penelitian Tindakan Pendidikan NonFormal.


Jakarta: PT Raja Persada.

Basleman. 2006. Peran Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal (PNF) dalam


Meningkatkan Kualitas Warga Belajar Pendidikan Berkelanjutan. Jurnal
Ilmiah VISI PTK-PNF. Vol 1 No 2

Bhola, H.S. 1983. Non-formal Education in Perspective. Prospects. Vol. 13 No. 1.


Paris.

Costea, O., Cerkez, M., Sarivan, L. 2009. Oana Moldovana, Victor Bocos-Bintintan.
2015 Journal The necessity of reconsidering the concept of non-formal
education. Social and Behavioral Sciences 209.

Coombs, P.H. and Ahmed, M. 1974, Attacking rural poverty: Hoe educatin can help,
Baltimore: John Hopkins University Press, Wiratomo, Paulus 1986,
Indonesian Non Formal Education Program: Problems of Access and The
effect of The Programs on The Attitudes of Learners, Albany: State
University of New York.

Darkenwald, G. G., & Merriam, S. B. (1982). Adult education: Foundation of practice.


New York: Harper & Row, Publishers.

Effendy, Muhajir. 2017. Artikel Mendikbud: Pendidikan Nonformal Punya Peran


Penting Ciptakan Tenaga Terampil. diambil pada 6 juni 2021. diambil dari
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/09/mendikbud-pendidikan-
nonformal-punya-peran-penting-ciptakan-tenaga-terampil.

8
Gimbuta. 2011. Nonformal education. A logical analysis of the term. Journal Plus
Education. Vol. VII, No. 2. pp. 266-286.

Hoppers, Wim. 2006. Non-Formal Education and Basic Education Reform. a


Conceptual review. Journal Unesco: IIEP Production

International Council for Educational Development (ICED) PO Box 217, Essex,


Connecticut 06426, USA. Since 1968 the ICED has published a significant
collection of case studies related to experiments carried out in Asia, Africa and
Latin America. These documents may be obtained directly from the ICED.

Joesoef, Soelaiman (1992) Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.

Marzuki, Saleh. (2012). Pendidikan Non-formal Dimensi dalam Keaksaraan


Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Myriam Bacquelaine Erik Raymaekers. 1991. Non-formal Education in Developing


Countries. International Journal of Educational Management. Vol. 5 Iss 5 pp.

Anda mungkin juga menyukai