Drs.ALINUR,M.Pd
Di susun oleh:
MUHAMMAD HAKIM TRIANDA 210012009
ELMAN GEA
SON IKHLAS HULU
HARIS GULO
YOLIGAMI HULU
Penyusun mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga makalah mata kuliah Pengantar Pendidikan yang berjudul “Sistem Pendidikan
Nasional” ini dapat terselesaikan dengan baik. Dengan segala daya upaya yang kami miliki, kami
maksimalkan kemampuan kami untuk menyusun makalah ini.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam penulisan
makalah ini.Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk melengkapi tugas 1 mata kuliah Pengantar
Pendidikan. Kami berharap semoga makalah yang telah kami buat ini dapat bermanfaat.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi penyusun mengucapkan mohon
maaf atas kesalahan yang penyusun lakukan, penyusun juga mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Medan, 13 JUNI 2022
Kelompok 1
DAFAR ISI
KATA PENGHANTAR………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………...
A.LATAR BELAKANG
B.RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH
1. PENGERTIAN PROGRAM BIMBINGAN
2. LANGKAH LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN
3. VARIASI PROGRAM BIMBINGAN MENURUT JENJANG PENDIDIKAN
4. TENAGA BIMBINGAN DI SEKOLAH BESERTA FUNGSI DAN PERANANNYA
5. MEKANISME IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SEKOLAH
B. PERANAN GURU DALAM PELAKSAAN PEMBIMBINGAN DI SEKOLAH
C. KERJA SAMA GURU DENGAN KONSELOR DALAM LAYANAN BIMBINGAN
A. KESIMPULA N
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BABI
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Proses kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang
beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil
tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya
mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis,
sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah
semestinya.
Aktivitas belajar bagi setiap anak, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar, kadang-kadang
lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-
kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga
sulit untuk mengadakan konsentrasi.
Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari
dalam kaitanya dengan aktivitas belajar, setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan
individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik.
“Dalam keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, untuk itu di
perlukan program bimbingan yang dapat membantu siswa dalam mengatasi hambatan-hambatan yang
dialami siswa ketika belajar.
Dalam pelaksanaan bimbingan ini bukan hanya dilakukan oleh guru kelas saja namun juga harus
dilakukan oleh semua tenaga pendidik yang ada di sekolah terutama dalam pembentukan sikap.
B.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian program bimbingan belajar?
C. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam pembahasan ini, yaitu :
2. Mampu memahami peranan guru dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di
sekolah
BABII
PEMBAHASAN
.
A.PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH
Menurut pendapat Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan Mitchell (1981) program
bimbingan dan konseling adalah suatu program yang memberikan layanan khusus yang dimaksudka
untuk membantu individu dalam mengadakan penyesuaian diri. Program bimbingan itu menyangkut
dua faktor, yaitu : (1) faktor pelaksana atau orang yang akan memberikan bimbingan dan (2) faktor-
faktor yang berkaitan dengan perlengkapan, metode, bentuk layanan siswa-siswa, dan sebagainya,
yang mempunyai kaitan dengan kegiatan bimbingan (Abu Ahmadi, 1977).
Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) menyatakan bahwa program bimbingan yang disusun
dengan baik dan rinci akan memberikan banyak keuntungan.
Dikemukakan oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) seperti
berikut:
a) Tahap persiapan.
b) Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah ditunjuk oleh pemimpin sekolah.
b) Setelah data terkumpul perlu dilakukan penentuan urutan prioritas kegiatan yang akan dilakukan,
dan sekaligus menyusun konsep program bimbingan yang akan dilakukan dalam kurun waktu
tertentu.
c) Konsep program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah bila perlu dengan mengundang
personel sekolah untuk memperoleh balikan guna penyempurnaan program tersebut.
e) Dari hasil evaluasi program tersebut kemudian dilakukan penyempurnaan (revisi) untuk program
berikutnya.
Pendidikan formal terendah adalah sekolah dasar (SD). Meskipun demikian menurut Winkel (1991)
tenaga-tenaga pendidik di taman kanak-kanak juga dituntut untuk memberikan layanan bimbingan.
Hal ini, dikuatkan dalam Pedoman dan Penyuluhan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
tahun 1980 Buku III C, dalam rangka pelaksanaan kurikulum taman kanak-kanak 1976.
1) Bimbingan yang berkaitan dengan kemandirian dan keharmonisan dalam menjalin hubungan sosial
dengan teman-teman sebayanya.
2) Bimbingan pribadi
Program kegiatan bimbingan dan konseling untuk siswa-siswa sekolah dasar lebih menekankan pada
usaha pencapaian tugas-tugas perkembangan mereka antara lain:
Berkenaan dengan penyusunan program bimbingan di sekolah dasar, Gibson dan Mitchell (1981)
mengemukakan beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, seperti:
b) Di SD masih menggunakan sistem guru kelas sehingga seandainya ada anak yang tidak disenangi
oleh guru, maka akan lebih fatal akibatnya.
Program bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya berorientasi kepada pencapaian tugas-
tugas perkembangannya. Winsel ( 1992 ) mengemukakan tugas-tugas perkembangan untuk siswa
SLTP antara lain :
– Memperjuangkan taraf kebebasan sewajarnya dari orang tua dan dari orang dewasa lainnya
Hambatan dari pencapaian tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain: kurang kepercayaan diri,
kurangnya kepekaan perasaan, sering timbulnya kegelisahan, dan kurangnya semangat kerja keras.
Secara garis besar program bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya berorientasi kepada:
1) Bimbingan belajar, karena cara belajar din SLTP berbeda dengan di SD.
2) Bimbingan tentang muda-mudi, karena pada usia ini mereka mulai mengenal hubungan cinta kasih
(Gibson dan Mitchell).
3) Pada usia ini mereka mulai membentuk kelompok sebaya(peer group), maka program bimbingan
belajar hendaknya juga menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan social.
4) Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15 tahun.
5) Bimbingan karir baik yang menyangkut pemahaman tentang dunia pendidikan ataupun pekerjaan.
Cole (1959) mengemukakan beberapa tugas perkembangan pada usia remaja ( usia SLTA)
yaitu bertujuan untuk mencapai:
1) Bimbingan belajar di perguruan tinggi atau bimbingan yang bersifat akademik.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah menjadi tanggung jawab bersama antar personel
sekolah, guru-guru, wali kelas, dan petugas lainnya (Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya,1985).
Pekerjaan konselor merupakan salah satu dari pekerjaan professional di sekolah (Gibson dan Mitchell,
1981).
– Tenaga khusus/psikolog sekolah, pekerja sosial sekolah, dokter,dan juru rawat
Dalam kurikulum SMA 1975 Buku III C tentang Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan dikemukakan
bahwa konselor di sekolah terdiri dari:
(a) kepala sekolah, (b) penyuluh pendidikan (konselor sekolah), (c) guru penyuluh atau wali kelas, (d)
guru, dan (e) petugas administrasi
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, kepala sekolah mempunyai tugas sebagai
berikut:
6) Mengadaka hubungan dengan lembaga-lembaga di luar sekolah dalam rangka kerja sama
pelaksanaan bimbingan.
Peranan dan tugas konselor sekolah dalam kegiatan bimbingan dan konseling adalah:
2) Memberikan garis-garis kebijaksanaan umum mengenai kegiatan bimbingan dan konseling.
3) Bertanggung jawab terhadap jalannya program.
6) Membantu untuk memahami dan mengadakan penyesuaian kepada diri sendiri, lingkungan
sekolah, dan lingkungan social yang makin lama makin berkembang.
7) Menerima dan mengklarifikasikan informasi pendidikann dan informasi lainnya yang diperoleh
dan meyimpannya sehingga menjadi catatan komulatif siswa.
8) Menganalisis dan menafsirkan data siswa untuk menetapkan suatu rencana tindakan positif
terhadap siswa.
11)Memberikan informasi pendidikan dan jabatan kepada siswa-siswa dan menafsirkannya untuk
keperluan pendidikan dan jabatan.
13)Bersama guru membantu siswa memilih pengalaman atau kegiatan-kegiatan ko-kurikuler yang
sesuai dengan minat, staf, bakat, dan kebutuhannya.
14)Membantu guru menyusun pengalaman belajar dan membuat penyesuaian metode mengajar yang
sesuai dengan dan dapat memenuhi sifat masalah masing-masing siswa.
15)Mengadakan penelaahan lanjutan terhadap siswa-siswa tamatan sekolahnya dan terhadap siswa
putus sekolah serta melakukan
Berkenaan dengan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah peran dan tanggung jawab wali kelas
adalah:
7) Memberikan penerangan.
(9) Memantau hubungan sosial siswa dengan individu lainnya dari berbagai segi.
(10) Bekerja sama dengan konselor dalam membuat sosiometri dan sosioprogram.
(11) Bekerja sama dengan konselor dalam mengadakan pemeriksaan kesehatan psikologis oleh tim
ahli.
(13) Ikut serta atau menyelenggarakan sendiri pertemuan kasus (case conference).
(d) Guru
Adapun tugas dan tanggung jawab guru dalam bimbingan dan konseling adalah:
1) Turut serta aktif dalam membantu melaksanakan kegiatan program bimbingan dan konseling
9) Bekerja sama dengan konselor mengumpulkan data siswa dalam usaha untuk mengidentifikasikan
masalah yang dihadapi siswa.
11) Mengirimkan (referral) masalah siswa yang tidak dapat diselesaikan kepada konselor.
(e) Petugas Administrasi
Tugas dan tanggung jawab petugas administrasi dalam kegiatan konseling adalah:
5) Menyiapkan alat-alat atau formulir-formulir pengumpulan data siswa, seperti angket, observasi
wawancara, riwayat hidup, sosiometri dan sosiogram, kunjungan rumah, panggilan orang tua,
pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan psikologis
Untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah, konselor beserta personel sekolah
perlu memperhatikan komponen kegiatan sebagai berikut:
Komponen ini terdiri : (1) pemberian orientasi kehidupan sekolah kepada siswa. (2) pemberian
informasi tentang program studi kepada siswa yang dipandang memerlukannya, (3) pemberian
informasi jabatan kepada siswa, (4) pemberian informasi pendidikan lanjutan.
Konseling dilakukan terhadap siswa yang mengalami masalah yang sifatnya lebih probadi. Jika ada
masalah yang tidak dapat diatasi oleh petugas yang bersangkutan, perlu di alihtangankan kepada
pihak yang lebih ahli.
d. Komponen Pelaksana
Pelaksana jenis kegiatan tersebut adalah konselor sekolah, konselor bersama guru bidang studi dan
juga kepala sekolah sesuai dengan fungsi peranannya masing-masing.
e. Komponen Metode/Alat
Alat yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan itu adalah: angket kartu
pribadi, konseling dan sebagainya.
Jadwal kegiatan layanan dapat dilakukan pada awal tahun pelajaran atau waktu lain tergantung dari
jenis atau macam kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Data yang diperlukan dapat diperoleh langsung dari siswa yang bersangkutan. Hal ini tergantung atau
jenis data yang diperlukan. Semua kegiatan ini dikoordinasikan oleh konselor dan
dipertanggungjawabkan kepada kepala sekolah.
Peranan guru dalam bimbingan di sekolah dapat di bedakan menjadi dua, yaitu : (a) tugas dalam
layanan bimbingan dalam kelas dan (b) di luar kelas.
Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan
guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan fungsinya dan pembimbing, yaitu :
a) Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai individu, siswa memiliki
potensi untuk dikembangkan dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk madiri.
Abu Ahmadi (1977) mengemukakan peran guru sebagai pembimbing dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar, sebagai berikut :
a) Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh hasil yang
lebih baik.
b) Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan dan
minatnya.
Di samping tugas-tugas tersebut, guru juga dapat melakukan tugas bimbingan dalam proses
pembelajaran seperti berikut :
b) Memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya kepada murid dalam
memecahkan masalah pribadi.
Tugas-tugas guru dalam layanan bimbingan di luar kelas antara lain :
Dalam kegiatan-kegiatan belajar-mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama antara guru
dengan konselor demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya
(1985) mengutip pendapat Miller yang mengatakan bahwa :
a) Proses belajar menjadi sangat efektif, apabila bahan yang dipelajari dikaitkan langsung dengan
tujuan-tujuan pribadi siswa.
b) Guru yang memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya, lebih peka terhadap hal-
hal yang dapat memperlancar dan mengganggu kelancaran kelas.
c) Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan siswa secara lebih nyata.
Guru juga mempunyai beberapa keterbatasan. Menurut Koestoer Partowisastro (1982)
keterbatasan-keterbatasan guru tersebut antara lain :
a) Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang bermacam-macam, karena
guru tidak terlatih untuk melaksanakan tugas itu.
b) Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi di tambah tugas yang
banyak untuk memecahkan masalah-masalah siswa.
BABIII
KESIMPULAN
Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan bersama. Semua personel sekolah
(kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi) mempunyai peran masing-masing
dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
Untuk dapat menyukseskan misi bimbingan dan konseling diperlukan program yang
komprehensif dan mantap. Program ini harus disusun dengan tepat dan sesuai dengan
identifikasi masalah.Oleh karena itu, program bimbingan di setiap jenjang pendidikan
berbeda satu sama lain sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa pada masing-masing
kelompok umur itu.
SARAN
Adapun saran adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya orang tua dan sekolah dapat bekerja sama dalam membantu pelaksanaan
bimbingan belajar.
2. Sekolah perlu mengembangkan layanan bimbingan belajar bagi siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
3. Terbentuknya kerjasama antara guru dan konselor dalam memberikan bimbingan untuk
siswa
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno. 1999. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut. 1993. Proses Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut. 1996. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Djumiran, dkk. 2009. Profesi Keguruan. Dirjen Dikti Depdiknas.