Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH DAN PERANAN


GURU DALAM PELAKSAAN NYA
MATA KULIAH : PROFESI KEGURUAN
DOSEN MATA KULIAH

Drs.ALINUR,M.Pd

Di susun oleh:
MUHAMMAD HAKIM TRIANDA 210012009
ELMAN GEA
SON IKHLAS HULU
HARIS GULO
YOLIGAMI HULU

FAKULTAS KEGURUAN DAN IMU KEPENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
UNVERSITAS PEMBINAAN MASYARAKAT INDONESIA
KATAPENGANTAR

Penyusun mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga makalah mata kuliah Pengantar Pendidikan yang berjudul “Sistem Pendidikan
Nasional” ini dapat terselesaikan dengan baik. Dengan segala daya upaya yang kami miliki, kami
maksimalkan kemampuan kami untuk menyusun makalah ini.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam penulisan
makalah ini.Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk melengkapi tugas 1 mata kuliah Pengantar
Pendidikan. Kami berharap semoga makalah yang telah kami buat ini dapat bermanfaat.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi penyusun mengucapkan mohon
maaf atas kesalahan yang penyusun lakukan, penyusun juga mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Medan, 13 JUNI 2022
Kelompok 1
DAFAR ISI
KATA PENGHANTAR………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………...
A.LATAR BELAKANG
B.RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH
1. PENGERTIAN PROGRAM BIMBINGAN
2. LANGKAH LANGKAH PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN
3. VARIASI PROGRAM BIMBINGAN MENURUT JENJANG PENDIDIKAN
4. TENAGA BIMBINGAN DI SEKOLAH BESERTA FUNGSI DAN PERANANNYA
5. MEKANISME IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SEKOLAH
B. PERANAN GURU DALAM PELAKSAAN PEMBIMBINGAN DI SEKOLAH
C. KERJA SAMA GURU DENGAN KONSELOR DALAM LAYANAN BIMBINGAN

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULA N
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BABI
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Proses kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang
beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil
tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya
mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis,
sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah
semestinya.

Aktivitas belajar bagi setiap anak, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar, kadang-kadang
lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-
kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga
sulit untuk mengadakan konsentrasi.

Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari
dalam kaitanya dengan aktivitas belajar, setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan
individual ini pulalah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik.
“Dalam keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, untuk itu di
perlukan program bimbingan yang dapat membantu siswa dalam mengatasi hambatan-hambatan yang
dialami siswa ketika belajar.

Dalam pelaksanaan bimbingan ini bukan hanya dilakukan oleh guru kelas saja namun juga harus
dilakukan oleh semua tenaga pendidik yang ada di sekolah terutama dalam pembentukan sikap.

B.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian program bimbingan belajar?

2. Bagaimana langkah-langkah penyusunan program bimbingan ?

3. Bagaimana program bimbingan menurut jenjang pendidikan ?

4. Siapa saja tenaga bimbingan di sekolah beserta fungsi dan peranannya?

C. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai dalam pembahasan ini, yaitu :

  1. Mampu memahami pengertian, langkah, variasi, ketenagaan, struktur organisasi serta


implementasi program bimbingan di sekolah.

2. Mampu memahami peranan guru dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di
sekolah

BABII
PEMBAHASAN

PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH DAN PERANAN GURU


DALAM PELAKSANAANNYA

.
A.PROGRAM BIMBINGAN DI SEKOLAH

1. Pengertian Program Bimbingan

Menurut pendapat Hotch dan Costor yang dikutip oleh Gipson dan Mitchell (1981) program
bimbingan dan konseling adalah suatu program yang memberikan layanan khusus yang dimaksudka
untuk membantu individu dalam mengadakan penyesuaian diri. Program bimbingan itu menyangkut
dua faktor, yaitu : (1) faktor pelaksana atau orang yang akan memberikan bimbingan dan (2) faktor-
faktor yang berkaitan dengan perlengkapan, metode, bentuk layanan siswa-siswa, dan sebagainya,
yang mempunyai kaitan dengan kegiatan bimbingan (Abu Ahmadi, 1977).

Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) menyatakan bahwa program bimbingan yang disusun
dengan baik dan rinci akan memberikan banyak keuntungan.

2. Langkah-Langkah Penyusunan Program Bimbingan


 

Dikemukakan oleh Miller yang dikutip oleh Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) seperti
berikut:

a) Tahap persiapan.

b) Pertemuan-pertemuan permulaan dengan para konselor yang telah ditunjuk oleh pemimpin sekolah.

c) Pembentukan panitia sementara untuk merumuskan program bimbingan.

d) Pembentukan panitia penyelenggara program.

Langkah-langkah penyusunan program program bimbingan urutannya cukup sederhana yaitu:

a) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan sekolah terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan


bimbingan.

b) Setelah data terkumpul perlu dilakukan penentuan urutan prioritas kegiatan yang akan dilakukan,
dan sekaligus menyusun konsep program bimbingan yang akan dilakukan dalam kurun waktu
tertentu.

c) Konsep program bimbingan dibahas bersama kepala sekolah bila perlu dengan mengundang
personel sekolah untuk memperoleh balikan guna penyempurnaan program tersebut.

d) Pelaksanaan program yang telah direncanakan.

e) Dari hasil evaluasi program tersebut kemudian dilakukan penyempurnaan (revisi) untuk program
berikutnya.

3. Variasi Program Bimbingan Menurut Jenjang Pendidikan

a. Pendidikan Taman Kanak-Kanak

Pendidikan formal terendah adalah sekolah dasar (SD). Meskipun demikian menurut Winkel (1991)
tenaga-tenaga pendidik di taman kanak-kanak juga dituntut untuk memberikan layanan bimbingan.
Hal ini, dikuatkan dalam Pedoman dan Penyuluhan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
tahun 1980 Buku III C, dalam rangka pelaksanaan kurikulum taman kanak-kanak 1976.

Layanan bimbingan dan konseling di taman kanak-kanak, hendaknya ditekankan pada:

1) Bimbingan yang berkaitan dengan kemandirian dan keharmonisan dalam menjalin hubungan sosial
dengan teman-teman sebayanya.

2) Bimbingan pribadi

b. Program Bimbingan di Sekolah Dasar


 

Program kegiatan bimbingan dan konseling untuk siswa-siswa sekolah dasar lebih menekankan pada
usaha pencapaian tugas-tugas perkembangan mereka antara lain:

1. Mengatur kegiatan-kegiatan belajarnya dengan bertanggung jawab


2. Dapat berbuat dengan cara-cara yang dapat diterima oleh orang dewasa serta teman-
teman sebayanya
3. Mengembangkan kesadaran moral berdasarkan nilai-nilai kehidupan dengan
membentuk kata hati (Winkel, 1991).
4. Program bimbingan hendaknya mengacu kepada tujuan umum di SD

Berkenaan dengan penyusunan program bimbingan di sekolah dasar, Gibson dan Mitchell (1981)
mengemukakan beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, seperti:

a) Kegiatan bimbingan di SD hendaknya lebih menekankan pada aktivitas-aktivitas belajar.

b) Di SD masih menggunakan sistem guru kelas sehingga seandainya ada anak yang tidak disenangi
oleh guru, maka akan lebih fatal akibatnya.

c) Adanya kecenderungan seorang anak bergantung kepada teman sebayanya.

d) Minat orang tua dominan mempengaruhi nilai kehidupan anak.

e) Masalah-masalah yang timbul di tingkat SD, tidak terlalu kompleks.

c. Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

            Program bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya berorientasi kepada pencapaian tugas-
tugas perkembangannya. Winsel ( 1992 ) mengemukakan tugas-tugas perkembangan untuk siswa
SLTP antara lain :

–          Menerima peranannya sebagai pria wanita

–          Memperjuangkan taraf kebebasan sewajarnya dari orang tua dan dari orang dewasa lainnya

–          Menambah bekal pengetahuan dan pemahaman untuk pendidikan lanjutan

–          Mengembangkan kata hati sesuai nilai-nilai kehidupan

Hambatan dari pencapaian tugas-tugas perkembangan tersebut antara lain: kurang kepercayaan diri,
kurangnya kepekaan perasaan, sering timbulnya kegelisahan, dan kurangnya semangat kerja keras.

Secara garis besar program bimbingan dan konseling di SLTP hendaknya berorientasi kepada:
1) Bimbingan belajar, karena cara belajar din SLTP berbeda dengan di SD.

2) Bimbingan tentang muda-mudi, karena pada usia ini mereka mulai mengenal hubungan cinta kasih
(Gibson dan Mitchell).

3) Pada usia ini mereka mulai membentuk kelompok sebaya(peer group), maka program bimbingan
belajar hendaknya juga menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan social.

4) Bimbingan yang berorientasi pada tugas-tugas perkembangan anak usia 12-15 tahun.

5) Bimbingan karir baik yang menyangkut pemahaman tentang dunia pendidikan ataupun pekerjaan.

d. Program Bimbingan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

           

            Cole (1959) mengemukakan beberapa tugas perkembangan pada usia remaja ( usia SLTA)
yaitu bertujuan untuk mencapai:

–          Kematangan emosional

–          Kemantapan minat terhadap lawan jenis

–          Kematangan sosial

–          Kebebasan diri dari kontrol orang tua

–          Kematangan intelektual

–          Kematangan dalam pemilihan pekerjaan

–          Efisiensi pemanfaatan waktu luang

–          Kematangan dalam memahami falsafah hidup

–          Kemampuan dalam mengidentifikasikan diri

Pogram bimbingan di SLTA hendaknya berorientasi kepada:

1) Hubungan muda-mudi/hubungan sosial.

2) Pemberian informasi pendidikan dan jabatan.

3) Bimbingan cara belajar.

e. Program Bimbingan di Perguruan Tinggi

 Program bimbingan di perguruan tinggi hendaknya berorientasi kepada:

 1) Bimbingan belajar di perguruan tinggi atau bimbingan yang bersifat akademik.

2) Hubungan sosial dan hubungan muda-mudi.

 4. Tenaga Bimbingan di Sekolah Beserta Fungsi dan Peranannya


 

Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah menjadi tanggung jawab bersama antar personel
sekolah, guru-guru, wali kelas, dan petugas lainnya (Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya,1985).
Pekerjaan konselor merupakan salah satu dari pekerjaan professional di sekolah (Gibson dan Mitchell,
1981).

Koestoer, P (1982) mengemukakan sejumlah personalia/konselor disekolah terdiri dari:

–          Konselor sekolah

–          Guru konselor/pembimbing

–          Tenaga khusus/psikolog sekolah, pekerja sosial sekolah, dokter,dan juru rawat

Dalam kurikulum SMA 1975 Buku III C tentang Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan dikemukakan
bahwa konselor di sekolah terdiri dari:

(a) kepala sekolah, (b) penyuluh pendidikan (konselor sekolah), (c) guru penyuluh atau wali kelas, (d)
guru, dan (e) petugas administrasi

(a)        Kepala Sekolah

Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, kepala sekolah mempunyai tugas sebagai
berikut:

1) Membuat rencana/program sekolah secara menyeluruh.

2) Mendelegasikan tanggung jawab tertentu dalam pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan.

3) Mengawasi pelaksanaan program.

4) Melengkapi dan meyediakan kebutuhan fasilitas bimbingan dan penyuluhan.

5) Mempertanggungjwabkan program tersebut baik ke dalam (sekolah) maupun ke luar (masyarakat).

6) Mengadaka hubungan dengan lembaga-lembaga di luar sekolah dalam rangka kerja sama
pelaksanaan bimbingan.

7) Mengkoordinasi kegiatan bimbingan dengan kegiatan-kegiatan lainnya.

(b)   Penyuluh Pendidikan ( Konselor Sekolah )

Peranan dan tugas konselor sekolah dalam kegiatan bimbingan dan konseling adalah:

1)   Menyusun program bimbingan dan konseling bersama kepala sekolah

2)   Memberikan garis-garis kebijaksanaan umum mengenai kegiatan bimbingan dan konseling.
3)   Bertanggung jawab terhadap jalannya program.

4)   Mengkoordinasikan laporankegiatan pelaksanaan program sehari-hari.

5)   Memberikan laporan kegiatan kepada kepala sekolah.

6)   Membantu untuk memahami dan mengadakan penyesuaian kepada diri sendiri, lingkungan
sekolah, dan lingkungan social yang makin lama makin berkembang.

7)   Menerima dan mengklarifikasikan informasi pendidikann dan informasi lainnya yang diperoleh
dan meyimpannya sehingga menjadi catatan komulatif siswa.

8)   Menganalisis dan menafsirkan data siswa untuk menetapkan suatu rencana tindakan positif
terhadap siswa.

9)   Menyelenggarakan pertemuan staf.

10)Melaksanakan bimbingan kelompok dan konseling individual.

11)Memberikan informasi pendidikan dan jabatan kepada siswa-siswa dan menafsirkannya untuk
keperluan pendidikan dan jabatan.

12)Mengadakan konsultasi dengan instansi-instansi yang berhubungan dengan program bimbingan


dan konseling dan memimpin usaha survey dalam masyarakat sekitar sekolah untuk mengetahui
lapangan-lapangan kerja yang terbuka.

13)Bersama guru membantu siswa memilih pengalaman atau kegiatan-kegiatan ko-kurikuler yang
sesuai dengan minat, staf, bakat, dan kebutuhannya.

14)Membantu guru menyusun pengalaman belajar dan membuat penyesuaian metode mengajar yang
sesuai dengan dan dapat memenuhi sifat masalah masing-masing siswa.

15)Mengadakan penelaahan lanjutan terhadap siswa-siswa tamatan sekolahnya dan terhadap siswa
putus sekolah serta melakukan

(c)    Guru Pembimbing atau Wali Kelas

Berkenaan dengan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah peran dan tanggung jawab wali kelas
adalah:

1) Mengumpulkan data tentang siswa.

2) Menyelenggarakan bimbingan kelompok.

3) Meneliti kemajuan dan perkembangan siswa (akademik, sosial, fisik, pribadi).

4) Mengawasi kegiatan siswa sehari-hari.

5) Mengobservasi kegiatan siswa di rumah.


6) Mengadakan kegiatan orientasi.

7) Memberikan penerangan.

(8) Mengatur dan menempatkan siswa.

(9) Memantau hubungan sosial siswa dengan individu lainnya dari berbagai segi.

(10) Bekerja sama dengan konselor dalam membuat sosiometri dan sosioprogram.

(11) Bekerja sama dengan konselor dalam mengadakan pemeriksaan kesehatan psikologis oleh tim
ahli.

(12) Mengidentifikasikan siswa yang memerlukan bantuan.

(13) Ikut serta atau menyelenggarakan sendiri pertemuan kasus (case conference).

(d)   Guru

Adapun tugas dan tanggung jawab guru dalam bimbingan dan konseling adalah:

1) Turut serta aktif dalam membantu melaksanakan kegiatan program bimbingan dan konseling

2) Memberikan informasi tentang siswa kepada staf bimbingan dan konseling.

3) Memberikan layanan instruksional (pengajaran).

4) Berpartisipasi dalam pertemuan kasus

5) Memberikan informasi kepada siswa.

6) Meneliti kesulitan dan kemajuan siswa.

7) Menilai hasil kemajuan belajar siswa.

8) Mengadakan hubungan dengan orang tua siswa.

9) Bekerja sama dengan konselor mengumpulkan data siswa dalam usaha untuk mengidentifikasikan
masalah yang dihadapi siswa.

10) Membantu memecahkan masalah siswa.

11) Mengirimkan (referral) masalah siswa yang tidak dapat diselesaikan kepada konselor.

12) Mengidentifikasikan, menyalurkan, dan membina bakat

(e)    Petugas Administrasi
 

Tugas dan tanggung jawab petugas administrasi dalam kegiatan konseling adalah:

1) Mengisi kartu pribadi siswa.

2) Menyimpan catatan-catatan dan data lainnya.

3) Menyelesaikan laporan dan pengumpulan data tentang siswa.

4) Mengirim dan menerima surat panggilan dan surat pemberitahuan.

5) Menyiapkan alat-alat atau formulir-formulir pengumpulan data siswa, seperti angket, observasi
wawancara, riwayat hidup, sosiometri dan sosiogram, kunjungan rumah, panggilan orang tua,
pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan psikologis 

             

5.   Mekanisme Implementasi Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling di sekolah, konselor beserta personel sekolah
perlu memperhatikan komponen kegiatan sebagai berikut:

1.  Komponen Pemrosesan Data


Kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah meliputi beberapa aspek, yaitu : (1)
pengumpulan data, (2) pengklasifikasian, (3) penyediaan data yang diperlukan, (4) penyimpanan, (5)
penafsiran. Data yang perlu diproses adalah tentang keadaan siswa di sekolah yang meliputi : (1)
kemampuan skolastik, (2) cita-cita, (3) hubungan sosial, (4) minat terhadap mata pelajaran, (5)
kebiasaan belajar, (6) kesehatan fisik, (7) pekerjaan orang tua, (8) keadaan keluarga.

b.      Komponen Kegiatan Pemberian Informasi

Komponen ini terdiri : (1) pemberian orientasi kehidupan sekolah kepada siswa. (2) pemberian
informasi tentang program studi kepada siswa yang dipandang memerlukannya, (3) pemberian
informasi jabatan kepada siswa, (4) pemberian informasi pendidikan lanjutan.

c.       Komponen Kegiatan Konseling

Konseling dilakukan terhadap siswa yang mengalami masalah yang sifatnya lebih probadi. Jika ada
masalah yang tidak dapat diatasi oleh petugas yang bersangkutan, perlu di alihtangankan kepada
pihak yang lebih ahli. 

d.      Komponen Pelaksana
Pelaksana jenis kegiatan tersebut adalah konselor sekolah, konselor bersama guru bidang studi dan
juga kepala sekolah sesuai dengan fungsi peranannya masing-masing.

e.       Komponen Metode/Alat

Alat yang dipakai untuk melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan itu adalah: angket kartu
pribadi, konseling dan sebagainya.

f.        Komponen Waktu Kegiatan

Jadwal kegiatan layanan dapat dilakukan pada awal tahun pelajaran atau waktu lain tergantung  dari
jenis atau macam kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

g.      Komponen Sumber Data

Data yang diperlukan dapat diperoleh langsung dari siswa yang bersangkutan. Hal ini tergantung atau
jenis data yang diperlukan. Semua kegiatan ini dikoordinasikan oleh konselor dan
dipertanggungjawabkan kepada kepala sekolah.

B.     Peranan Guru Dalam Pelaksanaan Bimbingan di Sekolah

Peranan guru dalam bimbingan di sekolah dapat di bedakan menjadi dua, yaitu : (a) tugas dalam
layanan bimbingan dalam kelas dan (b) di luar kelas.

a.      Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan di kelas

Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya (1985) mengemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan
guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan fungsinya dan pembimbing, yaitu :

a)      Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai individu, siswa memiliki
potensi untuk dikembangkan dan maju serta mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk madiri.

b)      Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa

c)      Pemahaman siswa secara empatik

d)     Penerimaan siswa apa adanya

e)      Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu

Abu Ahmadi (1977) mengemukakan peran guru sebagai pembimbing dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar, sebagai berikut :
a)      Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh hasil yang
lebih baik.

b)      Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan dan
minatnya.

c)      Mengusahakan siswa-siswa agar dapat memahami dirinya, kecakapan-kecakapan sikap,


minat, dan pembawaannya.

d)     Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik.

Di samping tugas-tugas tersebut, guru juga dapat melakukan tugas bimbingan dalam proses
pembelajaran seperti berikut :

a)      Melaksanakan kegiatan diagnostic kesulitan belajar.

b)      Memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya kepada murid dalam
memecahkan masalah pribadi.

b.      Tugas Guru dalam Operasional Bimbingan di Luar Kelas

      Tugas-tugas guru dalam layanan bimbingan di luar kelas antara lain :

a)      Memberikan pengajaran perbaikan (remedial teaching)

b)      Memberikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa

c)      Melakukan kunjungan rumah (home visit)

d)     Menyelenggarakan kelompok belajar

 C.    Kerjasama Guru dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan

      Dalam kegiatan-kegiatan belajar-mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama antara guru
dengan konselor demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya
(1985) mengutip pendapat Miller yang mengatakan bahwa :

a)      Proses belajar menjadi sangat efektif, apabila bahan yang dipelajari dikaitkan langsung dengan
tujuan-tujuan pribadi siswa.

b)      Guru yang memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya, lebih peka terhadap hal-
hal yang dapat memperlancar dan mengganggu kelancaran kelas.

c)      Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan siswa secara lebih nyata.

            Guru juga mempunyai beberapa keterbatasan. Menurut Koestoer Partowisastro (1982)
keterbatasan-keterbatasan guru tersebut antara lain :

a)      Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang bermacam-macam, karena
guru tidak terlatih untuk melaksanakan tugas  itu.

b)      Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi di tambah tugas yang
banyak untuk memecahkan masalah-masalah siswa.

BABIII
KESIMPULAN
Bimbingan dan konseling di sekolah merupakan kegiatan bersama. Semua personel sekolah
(kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi) mempunyai peran masing-masing
dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
Untuk dapat menyukseskan misi bimbingan dan konseling diperlukan program yang
komprehensif dan mantap. Program ini harus disusun dengan tepat dan sesuai dengan
identifikasi masalah.Oleh karena itu, program bimbingan di setiap jenjang pendidikan
berbeda satu sama lain sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa pada masing-masing
kelompok umur itu.
 
SARAN
 
Adapun saran adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya orang tua dan sekolah dapat bekerja sama dalam membantu pelaksanaan
bimbingan belajar.
2. Sekolah perlu mengembangkan layanan bimbingan belajar bagi siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
3. Terbentuknya kerjasama antara guru dan konselor dalam memberikan bimbingan untuk
siswa

DAFTAR PUSTAKA
Prayitno. 1999. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut. 1993. Proses Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukardi, Dewa Ketut. 1996. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Djumiran, dkk. 2009. Profesi Keguruan. Dirjen Dikti Depdiknas.

Anda mungkin juga menyukai