Anda di halaman 1dari 27

Pembelajaran Matematika Anak Terbaru 

(matemagica)
Maret 25, 2009 — Dadan Wahidin
 
 
 
4 Votes

All about matemagica…..

Selamat pagi . Perkenankanlah saya Inarita. Ibu Rumah Tangga full dirumah dgn 2 anak umur 10
th (4 SD) dan 5 1/2 th (TK B). Beberapa pertanyaan saya adalah sbb:

1.Sejak kapankah cara matemagica ini ditemukan? Dan oleh siapa?

Jawab:
Saya mengeksplorasi dari GANITA SUTRA menjadi matemagica kira-kira satu tahun yang lalu.
Berasal dari beberapa metode yang saya gabungkan untuk mencari yang termudah. Dan ternyata
dasar-dasarnya semuanya menggunakan aljabar. Kita pernah belajar aljabar misalkan persamaan
(x+5) (x+8) akan kita selesaikan dengan x2 + 13 x + 40 sampai disitu saja. Kita tak tahu apa itu
gunanya aljabar. Ternyata perkalian demikian bisa untuk menyelesaikan (dengan cepat dan
mudah) perkalian 105 x 108 yaitu 105=(100+5) dan 108=(100+8) dalam penyelesaian perkalian
antara 105×108 masing-masing diselisihkan dengan 100 jadi 105 selisihnya 5 dan 108 selisihnya
8 kemudian

105 5
108 8

Tambahkan silang ke bawah 105+8 atau ke atas 108+5=113 menjadi jawaban pertama, lalu
kalikan 5×8=40 sehingga jawaban dari perkalian 105×108=11340. Ini ditelusuri dari proses
aljabar. Coba ibu otak-atik persamaan diatas

GANITA SUTRA dalam bahasa India berarti matematika. Teknik ini dikenal di India sekitar
3000 tahun yang lalu yang tergabung dalam VEDA dan beberapa literatur Phytagoras
menggunakan GANITA SUTRA. Veda adalah ilmu yang membicarakan tentang kesehatan, sains
dan matematika serta ilmu2 lain yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (termasuk religi).
Eksplorasi GANITA SUTRA terjadi di Eropa dan Amerika Serikat sekitar tahun 1965 ketika
GANITA SUTRA tersebut berhasil diterjemahkan oleh salah satu mahasiswa matematika (nama
universitasnya saya lupa) bernama Krishna Tirtahaj. Di Komunitas Bukamata kami menyebutnya
MATEMAGICA (plesetan dari kata MATEMATIKA MAGIC) karena dengan GANITA
SUTRA ini teknik berhitungnya menjadi sederhana dan mudah serta sebenarnya sudah sering
kita lakukan. Hanya saja kita belum sadar bahwa kita pernah dan bisa melakukannya.
Pembuktian perhitungan dalam GANITA SUTRA banyak menggunakan Aljabar. Informasi
terakhir yang saya peroleh adalah teknik GANITA SUTRA ini sedang diteliti oleh para
ilmuwan-matematikawan NASA secara diam-diam.
2. Mengapa para ahli math jaman dahulu belum dapat cara matemagica ini? atau kalau sudah
mereka dapat sejak saat dahulu itu, mengapa tidak dipakai secara universal hingga saat ini?
(khususnya utk perhitungan kali bagi tambah kurang : KABATAKU)

Jawab:
Literatur GANITA SUTRA ditemukan secara tidak sengaja di India dan ternyata sudah berusia
sekitar 3000 tahun yang lalu. Jadi kemungkinan para pendeta atau pemuka agama jaman India
kuno sudah menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Di Eropa dan Amerika GANITA
SUTRA dikenal dengan nama MathMagic dan sudah dieksplorasi sejak 1965. Di Indonesia,
mungkin, sudah pernah diungkap tetapi tidak dieksplorasi kembali. Pada tahun 1993, di Amerika
Serikat, seorang guru SD bernama Scott Flansburg, berhasil membuat rekor dan tercatat dalam
Guiness Book of Records sebagai HUMAN CALCULATOR karena kemampuannya
menjumlahkan bilangan dengan cepat di kepala dan berhasil mengalahkan kecepatan kalkulator.
Ternyata sang HUMAN CALCULATOR menggunakan GANITA SUTRA yang telah diberi
nama baru menjadi MathMagic.

Di Komunitas Bukamata, teknik GANITA SUTRA atau MathMagic ini kami eksplorasi kembali
dan kami beri sebutan MATEMAGICA.

Karena sebenarnya metode ini menggunakan formula aljabar, maka sebenarnya mereka pintar
juga tapi baru kini bisa kita ketahui bahwa aljabar itu mempermudah perhitungan matematika.

Harapan saya adalah siswa-siswa Indonesia akan bisa menerapkan metode ini. Saya mulai
dengan STIA Laa Roibba di Bogor, dimana saya memberikan kuliah matemagica untuk Jurusan
PGSD (Pendidikan Guru SD) dan PGTK (Pendididkan Guru TK). Artinya sudah ada pendidikan
formal yang memasukan Matemagica pada kurikulumnya.

3. Apakah metode matemagica ini bisa dibilang hampir sama dgn sistim perhitungan mental
aritmatik/sempoa yg menggunakan cara menghitung suatu perhit. Kabataku dgn CARA CEPAT
TEPAT / FANTASTIS?

Sempoa pakai alat dan tujuan akhir anak lepas dari alat, matemagica tidak pakai alat tetapi
menggunakan dasar-dasar aljabar yang disesuaikan secara kasus per kasus. Misalkan dalam
matemagica kita mengenal :

Perkalian Silang dengan HASIL SATU DERET (tanpa jumlah ke bawah)


Perkalian Komplementer dengan mendasarkan pada bilangan terdekat
Kotak Perkalian. Kotak Perkalian adalah alat bantu dalam hitungan perkalian di atas 3 digit.
Anak kelas 3 SD mungkin sudah merasa kesulitan dengan perkalian 354×658, tetapi dengan
menggunakan Kotak Perkalian, anak kelas 3 SD sudah bisa mengerjakan perkalian seperti
68594×88947 dalam waktu relatif singkat (biasanya sekitar 1-1,5 menit tergantung dari
penguasaannya terhadap perkalian 1-9). Kami di sini menyebut Kotak Perkalian ini dengan
sebutan KALKULATOR KERTAS. Berapapun perkalian yang dihadapi sang anak akan menjadi
lebih sederhana dengan KALKULATOR KERTAS ini asalkan dia sudah bisa mengerjakan
perkalian 1 hinga perkalian 9 (standar).
Pada dasarnya semua metode yang ada bertujuan baik, yaitu untuk mencapai hasil yang benar.
Namun, perbedaan mendasar antara Sempoa dan Matemagica, menurut analisa kami di
Bukamata, adalah bahwa Sempoa mungkin baik bagi anak yang memiliki fundamental math
yang kuat serta memiliki bakat di bidang math. Tetapi bagaimana dengan anak-anak yang tidak
memiliki kemampuan dan bakat math? Di Matemagica baik anak yg memiliki kemampuan/bakat
math maupun yang tidak (bahkan cenderung membenci) akan merasakan kemudahan dan
kesenangan. Tujuan akhir Matemagica bukan semata-mata kecepatan berhitung (meski bisa
cepat tetapi kami tidak menganjurkan anak berhitung dng cepat jika memang belum memahami
Matemagica dng baik dan benar), tetapi tujuan akhirnya adalah PEMAHAMAN TENTANG
MATH ITU SENDIRI DAN KESENANGAN ANAK TERHADAP MATH.

4.Setelah menyimak makalah 1 ini, bukankah metode ini sangat baik sekali utk penyelesaian
soal2 dgn perintah: “Jawablah dgn tepat perhitungan dibawah ini” mis:

2236+5678+65784+87645+923451+34251=?

Dgn metode matemagica, soal tsb pasti akan dijawab dgn cepat, akurat dan happy.

Akan tetapi bagaimana jika metode matemagica ini dipakai utk menjawab suatu soal dgn
perintah “Uraikan jawabanmu utk soal dibawah ” :

A mempunyai 9 kelereng merah dan 12 kelereng putih. Semua kelereng dimasukan kedalam
kotak. TIAP KOTAK DIISI KELERENG SEMUA WARNA DENGAN SAMA BANYAK UTK
SETIAP WARNA. Berapa kotak yg diperlukan? dan berapa banyak kelereng dlm tiap kotak?
(soal diambil dr test subsumatif semester2 kls 4SD ; 3/3/05)

Bagi anak yg terbiasa menggunakan metode matemagica akan menulis jawaban apa di kertas
jawaban nya jika diberikan soal terahir diatas? Apakah dia akan langsung menjawab hasil
ahirnya berupa perhit. Kabataku spt menjawab soal no. 1? dgn mangabaikan pengantar kalimat
matematik sebelum mendapatkan hasil ahir?

Jawab :
Kami mengakui bahwa kelemahan siswa SD di math kebanyakan pada “soal cerita”. Ibu Inarita
benar bahwa soal cerita membutuhkan lebih banyak konsentrasi karena soal cerita biasanya
membutuhkan logika lebih dari sekedar berhitung. Jika persamaan hitungnya sudah tersedia
maka siswa akan dengan mudah menyelesaikannya. Namun, soal cerita sangat berbeda. Siswa
harus mampu menguraikan cerita yang ada menjadi PERSAMAAN MATEMATIKA. Inilah inti
kesulitan sang anak. Memahami cerita dan kemudian menuangkannya dalam bentuk persamaan
matematika akan jauh lebih sulit jika kita tidak menggunakan alat peraga. Mungkin kami sendiri
perlu membaca 2-3 kali soal tersebut sebelum menjawabnya.

Jadi, di Bukamata kami memberikan cara pemecahan soal cerita dengan alat peraga sebisa yang
kami sediakan. Misalnya seperti contoh soal ibu Inarita di atas, kami harus menyediakan
kelereng dan kotaknya. Hal ini memang repot tetapi harus dilakukan. Jika sang anak sudah
terbiasa dengan soal cerita dan sudah bisa menguraikannya dalam bentuk persamaan maka dia
tidak membutuhkan alat peraga.
Kesimpulannya, sang anak tetap harus menggunakan uraian dan menuangkannya dalam bentuk
persamaan matematikanya. Jika sudah dapatkan persamaan itulah maka Matemagica bisa
digunakan. Hal ini karena kami memperlakukan Matemagica hanya sebagai tools yg baik dan
benar untuk digunakan jika persamaan matematikanya sudah berhasil diperoleh. Namun, untuk
dapat memahami soal cerita memang dibutuhkan ilmu lain. Misalnya bagaimana pemahaman dia
terhadap tata bahasa Indonesia? Jadi intinya ada dua hal yg harus dipahami anak, yaitu jalan
ceritanya (dipahami dng ilmu bahasa) dan persamaan matematikanya (diselesaikan dng
Matemagica atau cara lain).

Di Bukamata kami merancang juga permainan-permainan edukatif matematika. Salah satunya


mereka harus bisa menyelesaikan soal-soal cerita (seperti soal di atas) dalam permainan tersebut.
Jika ibu Inarita ada waktu bisa melihat permainan ANGKA KAGET di mana toolsnya
menggunakan Matemagica.

Semoga berkenan

Demikian untuk sementara pertanyaan saya.

Terima kasih atas perhatiannya.

Inarita

————————————————–

Yth Ibu Srihari,

Saya ingin bertanya atau mungkin lebih tepatnya mohon diberi penjelasan :

1.Pada umur berapa sebaiknya anak mulai diajarkan berhitung (tentunya setelah mengenal
angka) dan bagaimana cara yang mudah untuk memperkenalkan matematika pada anak-anak?
maksud saya sebelum mengenalkan metode matemagic?(metode ini saya lihat lebih kepada
bagaimana menyelesaikan sebuah soal matematika) karena sebelum “menyelesaikan soal” maka
kita harus “menyampaikan soal” tersebut.

Jawab :
Belajar berhitung bisa diajarkan ketika anak telah mengenal jumlah suatu benda. Mungkin anak
belum tahu angka (simbolnya) tapi anak biasanya telah lebih dulu mengenal jumlah (atau
bilangan). Setelah mengetahui jumlah kita perkenalkan simbolnya, bahwa satu (jumlah benda
misalkan satu apel) dituliskan atau disimbolkan dengan angka 1, dst. Setelah itu mengenal lebih
dekat dengan angka (bilangan) kemudian baru menginjak ke pintu gerbang aritmatika yaitu
penambahan.

Mengenal konsep berhitung sebenarnya sudah bisa dimulai dari sejak bayi (sekitar usia 4 bulan).
Kita bisa ajarkan, misalkan: setiap hari sang bayi kita beri mainan 3 bola berwarna merah,
kuning, hijau. Suatu hari, bola merah kita sembunyikan. Apa yang terjadi adalah sang bayi
berusaha mencari (tentunya dengan cara bayi ya Bu…). Ini sebenarnya kita sudah mengajarkan
konsep pengurangan. Di lain hari, kita coba tambah dengan bola berwarna putih. Dia akan
merasa senang karena memiliki lebih banyak bola. Ini sudah belajar konsep menjumlah. Di lain
hari, sembunyikan lagi 2 bola. Dia pasti akan mencari-cari lagi. Demikian seterusnya, ajak sang
bayi bermain sambil mengenal konsep tambah-kurang (tetapi bukan menulis simbol angka).

Matemagica yang kita seminarkan memang untuk anak yang sudah mempunyai dasar-dasar
berhitung (perkalian sudah tahu pemahamannya). Sedangkan penguasaan perkalian (hapalan)
kita akan bantu dengan pemantapan misalkan bagaimana bila anak belum hapal perkalian satu
digit. Di tingkat TK konsep tambah-kurang sudah bisa dikenalkan hingga 99 hanya
menggunakan 10 jari. Tetapi, kunci utamanya adalah MINAT. Jika sang anak TK belum
menunjukkan minat, tunda dulu sampai sang buah hati benar-benar berminat. Jika minat sudah
kita dapatkan, apapun yg kita ajarkan biasanya akan jauh lebih mudah.

Matemagica sesuai untuk usia 8 tahun ke atas, Bu. Di mana pada usia itu anak biasanya sudah
mengenal semua dasar-dasar perhitungan (kabataku). Matemagica bertugas sebagi tools yang
akan memperkaya wawasan sang anak dalam menentukan strategi menjawab soal perhitungan.
Untuk anak usia 5-7 tahun, kami sedang mempersiapkan KOMIK MATEMAGICA (mudah2an
tahun ini sudah bisa beredar… bukan promosi lho, Bu). Judulnya sih, mungkin, BERMAIN
ANGKA DENGAN MATEMAGICA.

2.Menurut Ibu, adakah aturan tingkatan pembelajaran matematik pada setiap anak (I mean
berdasarkan umur, eg: Balita, pre school, kindergarten,elementary, etc)?

Jawab :
Aturan standar tetap ada. Biasanya disusun berdasarkan standar rata-rata yang biasa disebut
modul atau pun kurikulum. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa seorang anak bisa sangat
agresif terhadap suatu bidang hingga ia bisa melampaui yang lainnya karena faktor seperti
kecerdasan, motivasi, dan kreatifitas anak berbeda-beda. Juga dipengaruhi pula upaya
sinkronisasi dari lingkungan. Misalkan orangtua, sekolah, lembaga seperti Sempoa, Kumon
ataupun Matemagica.

Oleh karena itu kami lebih cenderung mengetahui minat sang anak dulu, Bu. Setelah itu baru kita
bisa mengeksplorasi materi ajaran apa yang akan kita berikan. Jadi tingkatan belajar dan
mengenal berhitung tetap harus ada sesuai dengan yang diterapkan di masing-masing lembaga
pendidikan. Matemagica nantinya dapat melengkapi kurikulum yg telah diterima sang anak.

3.Kalo anak sudah mulai sekolah, let say, masuk pre school, TK atau SD. Dalam mengajarkan
matematika, sebaiknya mengikuti materi pelajaran yang diajarkan disekolah, atau disesuaikan
dengan kemampuan anak (kalo memang dia lebih cepat menguasai ya terus kita ajarkan ke
tingkatan yang lebih lanjut)?

Jawab :
Seharusnya memang demikian. Tiap anak punya catatan kemajuan yang berbeda sehingga setiap
anak bisa berbeda dalam RESULT. Tetapi kondisi demikian tentu akan memerlukan sumberdaya
dan biaya yang tinggi. Tidak semua sekolah formal (terutama sekolah negeri di daerah-daerah)
mampu menyediakannya. Di sinilah peran orangtua dan lembaga2 pendidikan non formal
diharapkan.

Jika kemampuan anak memang sudah memenuhi dan berminat terhadap bidang itu, tidak ada
salahnya untuk diajarkan. Saya melakukan pengajaran penjumlahan 1-99 dengan menggunakan
10 jari kepada anak kami Adinda yang ketika itu masih berusia 5 tahun. Kami lihat anaknya
senang dan berminat. Maka kami teruskan belajarnya sampai dia merasa sudah cukup. Tidak ada
target apapun yang kami kenakan pada dirinya. Saat ini Adinda, entah mengapa, selalu ingin
ikutan mengerjakan perhitungan jika kakaknya sedang ada PR. Dan saya tidak melarang dia
untuk membolak-balik buku matematika kelas 1 SD selama dia memang berminat dan atas
keinginan sendiri.

Hal terpenting lainnya adalah anak harus mengerti tujuan dia belajar matematika. Suami saya
selalu bertanya kepada anak-anak sebelum memulai belajar bersama. “Coba Agung kamu
sebutkan, untuk apa kamu belajar matematika?” “Supaya menang main playstation sama Papa!”
Dan faktanya memang dalam berbagai permainan game playstation banyak mengandung
pelajaran matematika. Katakanlah game Harvest Moon, yaitu game yg bercerita tentang
pengelolaan perusahaan pertanian. Anak seusia Adinda, jika didampingi dan diarahkan dng baik
dan benar, akan membangkitkan minatnya. Jika minat sudah ada maka pelajaran menjadi lebih
ringan. Dalam Harvest Moon, Agung dan Adinda sudah mengerti menghitung selisih waktu dng
menggunakan AM-PM, atau kapan saat yg tepat untuk menjual telur ayam yg telah dipeliharanya
ke pasar dan mengapa harus dijual pada hari tertentu. Tujuan belajar yang sederhana dan tidak
abstrak serta mudah dipahami inilah yg memacu Agung dan Adinda mau mempelajari
matematika yg belum dia terima di sekolahnya.

Saya pernah berjumpa dengan seseorang ibu yang anaknya telah belajar dengan suatu metode
(sampai level tertentu), dan tenyata ibu itu menyadari bahwa metode matemagica lebih mudah
dan cepat ditangkap dalam beberapa menit oleh anaknya. Ibu tadi mau menerima hal itu sebagai
kebenaran logis.

4.Apakah metode matemagic ini juga ada untuk tingkatan lanjutan (materi pelajaran matematika
di tingkat SMP atau SMA) atau hanya matematika dasar saja? Ada

Jawab:
Matemagica sebaiknya untuk 8 tahun ke atas. Ke atas diartika benar-benar tanpa batas. Bisa
untuk SD, SMP atau SMP tergantung dari kebutuhan. Hal ini bisa terjadi karena matemagica
mendasarkan perhitungan pada kaidah-kaidah Aljabar (pembuktian metode matemagica banyak
menggunakan Aljabar). Maka dari itu matemagica bersifat umum namun penggunaannya
disesuaikan kebutuhan (tidak untuk level tertentu).

Demikian pertanyaan dari saya. Atas penjelasan dan kesempatan yang diberikan. Saya ucapkan
terima kasih.

wassalam,

martha
———————————————-

Dear Ibu. Srihari / Bp. Bekti,

Perkenalkan saya Margie Rahayu ibu dari 3 orang anak, yg I (7.5 th) kls 2 , ke II (4.5 th) kls 0
kecil dan ke III (2.5 th) masih pre-school dan saya karyawati dari perusahaan swasta di Jakarta.
Saya sudah membaca makalah yang sudah diberikan oleh Ibu. Srihari dan Bp. Bekti kemarin
walaupun saya baca sambil dengan mengerjakan tugas kantor namun saya sempatkan waktu utk
menyimak tulisan yg telah ibu/bpk buat. Disini saya ingin tanya atau mungkin mengungkapan
sedikit , walaupun pertanyaan hampir sama sari penanya yg telah saya baca sebelumnya .

1. Sistem matemagica, hal ini baru saya dengar dan mungkin masih awam ditelinga saya dna
setelah dipahami memang cara demikian jadi mudah utk melakukan penyelesaian soal yang
selama ini saya sudah memberikan cara kepada anak I saya yaitu sistem perhitungan dengan
sempoa, saya berikan dia les sejak duduk di kelas I dan hingga saat ini dan memang dg cara
sempoa tsb penghitungan sesulit yg kalo kita gunakan kalkulator jadi lebih mudah. Disini ingin
saya tanyak kpd Ibu. Srihari apakah sudah ada bimbingan/les untuk cara perhitungan dengan
matemagica tsb, jika ada dimana saya bisa dapatkan lamatnya. Oh, iya anak saya itu yg I dan
juga yg ke II memang gemar berhitung dibanding dengan pelajaran membaca/hapalan ….mohon
informasinya bu..atau ibu mungkin bisa lebih menjelaskan lebih jauh mengenai matemagica tsb.

Jawab:
Matemagica saat ini ada 2 kategori, yaitu MATEMAGICA MATHSCHOOL khusus untuk para
guru atau yang berminat menjadi trainer matemagica. Pengajarnya adalah saya sendiri bu.
Sedangkan kategori yg kedua adalah MATHMAGIC CLUB yg khusus ditujukan langsung
kepada anak. Di sini bp. Hermawan yg menjadi fasilitatornya.

Kedua kategori bimbingan tersebut belum kami jalankan serius karena kami masih focus kepada
pengembangan metode itu sendiri. Jika kami rasakan pengembangan matemagica sudah
memadai dan SDM sudah mencukupi, maka kami tinggal menjalankan kedua kategori
bimbingan di atas.

Namun ibu tidak perlu khawatir, di rumah kami membuka konsultasi kepada siapa saja tentang
matemagica sekaligus kalau perlu mendiskusikannya secara informal. Kami beranggapan bahwa
metode ini adalah metode yang sebenarnya sudah ada sebelumnya dan sudah kita lakukan.
Hanya saja kita belum merasa bahwa kita telah menggunakan matemagica. Oleh karena itu kami
lebih suka mendiskusikannya terlebih dahulu dengan para orangtua atau guru.

Alamat kami ada di:


BUKAMATA INDONESIA Foundation
Jl. Manglid F8, Perum Budi Agung
Bogor 16310, TEL 0251-7158258 Mobile 08889017776

2. Dirumah setiap pulang kantor atau pada saat saya dikantor pun saya tlp kerumah pada jam2
anak sudah pulang dari sekolah dan saya menanyakan apa pelajaran yg untuk hari ini dan nilai yg
didapat disekolah tentunya. kadang memang utk yg duduk di SD bilang bahwa hari ini dia ada
matematika dan dengan soal yg sulit sekali , dan jika saya tanya nilai yg didapat dia agak sedikit
diam…dn saya tahu mungkin dia mendpt nilai yg tidak memuaskan dengan perolehan nilai 8,
saya seringkali ingatkan pd anak saya utuk lebih teliti dan gunakan hitung cara sempoa yg biasa
dia pelajari pd les, dan juga biasanya pd saat pulang kantor saya periksa kembali buku pelajaran
yg tadi dia ungkapkan dan saya kembali ulang dengan memebri soal sampai dia benar2 betul,
dan saya selalu mengatakan pdnya bahwa utk lain kali tidak mau melihat dengan angka ini
lagi…namun dari situ anak tsb timbul penyesalan dg apa yg sudah saya katakan, padahal dia
sudah berusaha bahwa dia ingin memberikan yg terbaik, kadang dia jadi diam suka timbul takut
utk mengerjakan soal yg salah tsb jadi salah kembali …. Dari uraian tsb saya ingin tanyakan pd
Bp. Bekti bagaimana saya bisa meyakinkan dia, padahal dia paling suka dg pelajaran tsb apalagi
jika ada les sempoa , dia ga mau absen…., namun rasa percaya dirinya ini masih kurang dan
malu bertanya…(info yg saya dapt dari guru lesnya). mohon penjelasannya…

Jawab :
Malu bertanya atau kepercayaan diri yang kurang sebenarnya bukan hanya persoalan ketika ia
menghadapi urusan matematika. Mungkin ia memang demikian. Jadi harus diperhatikan pula.
Memang benar dengan trampil matematika diharapkan menjadikan anak percaya diri. Tapi tentu
saja bukan hanya itu.

Saya dulu pernah khawatir karena anak saya kelewat pendiam, sampai-sampai saya berpikir tak
apa-apa ¬ ia tak pandai matematika ataupun pelajaran lainnya asalkan ia tidak pendiam dan
pemalu. Saya hanya ingin ia tumbuh normal dan bisa banyak berteman dan bergaul. Karena toh
kecerdasan akademik bukan segala-galanya. Menurut saya menjadi orang pemalu dan pendiam
sangat merugikan diri sendiri walau ia sangat menonjol dalam bidang akademik. Apalagi
tantangan kehidupan di masa mendatang membutuhkan orang-orang dengan Multiple
Intelligence bagus. Lalu saya punya cara dengan mencarikan kegiatan untuk anak saya yang saya
pusatkan di rumah. Ada taman baca, komputer kid, atau bermain PS, nonton Film, klub
matemagic dsb. Semuanya saya tujukan agar anak saya punya teman. Hasilnya memang
menggembirakan dan dia kini mampu memperlihatkan bakat-bakatnya, misalkan menjadi juara
harapan lomba menulis surat untuk presiden RI tahun 2003, lomba menggambar, lomba
mengarang cerita anak, berani memerintah adiknya, bertanggung jawab dll.

Pengalaman saya yg lain adalah bagaimana saya menggunakan AKAL untuk memotivasi dan
membangkitkan kepercayaan diri sang anak. Namun karena waktu terbatas, silahkan ibu
kunjungi http://www.pustakaakal.com dan ibu Eriska bisa download Pustaka Akal dari edisi 1 –
6 di sana, download secara FREE (abaikan harga yang ada).

Demikian uraian yg saya berikan dan mohon maaf jika ada kata2 yg kurang berkenan , dan
terima kasih.

Salam,

Mama Eriska

————————-
Bapak Bekti yth,

Sebelumnya perkenalkan saya seorang Ibu dengan 2 anak yg pertama 10 th laki2 kelas 5 SD ,
dan ke dua perempuan umur 4 th ( Play Group ), dan saya seorang ibu yang bekerja pulang
sampe rumah kurang lebih jam ½ 7.

Setelah membaca makalah yg bapak uraikan ..saya menjadi merasa salah selama ini menerapkan
cara belajar kepada anak.bener kadang saya bilang, mama dulu bisa kok, kamu kok susah bgt.,
dll.aduh adang sampe bentak.setelah baca itu saya sampai terharu dan janji dalam hati..tidak mau
lagi otodidak seperti
itu..padahal saya banyak membaca buku ttg cara mendidik anak dll.tapi kok susuah yah..atau
karena cape??dan cepet bgt emosi..( semua untuk mengecek tugas 2 sekolah dia tidak percaya
sama papanya). Bangga sekali yah Agung dan Adinda punya Bapak seperti Bpk Bekti.

Betul sekali guru menerapkan teori yg harus sama dengan buku..atau kurikulum..,saya sering
menerapkan cara2 saya kepada anak saya yg SD.., tapi dia bilang ngk sama dgn pak gurunya.

Anak saya juga pernah ikut sempoa waktu kelas 1 dan hanya mau 1 level..karena katanya pusing
banyak rumusnya..

Saya juga lihat..kalo ada pertanyaan berupa soal cerita dia sudah bingung..dan hampir selalu
mendapat nilai di bawah standar..

Yang menjadi pertanyaan saya :

1.Apakah setiap anak bisa mengunakan metode Matemagica tsb?..Semalam saya coba ke anak
saya.dia bilang ” Ma..susah..enakkan begini.”.(maksudnya seperti biasa..yg pernah didapat dari
sekolah..”Cara meminjam”..).

Jawab:
Pada prinsipnya bisa bu. Hanya saja, kami kembali berpedoman kepada Multiple Intelligence di
mana harga diri dan kepercayaan anak harus lebih diutamakan daripada sekedar mempelajari
suatu metode. Selama ini saya pribadi memperlakukan anak-anak saya dan teman-temannya
dengan memberikan kebebasan kepada mereka untuk memilih metode. Jika sang anak merasa
lebih sesuai dng cara di sekolah tidak apa-apa bu. Tetapi itu tidak berarti matemagica lebih
rumit. Dalam matemagica ada banyak cara untuk berhitung. Oleh karena itu wawasan sang anak
dalam memahami perhitungan matematika akan lebih banyak membantu. Fakta yang saya
temukan adalah semakin banyak anak saya menguasai strategi penjumlahan dan pengurangan,
akan semakin percaya diri dia terhadap kemampuan matematikannya. Pada awalnya anak-anak
pada bingung karena mereka bilang kok tidak sesuai dng yg diajarkan di sekolah. Saya bilang,
ayo kita coba dengan soal lain yg sedikit susah. Dan saya beri mereka kebebasan menyelesaikan
soal yang ada. Setelah itu kita sama-sama bandingkan prosesnya. Lambat laun kok ya mereka ini
malah minta lagi! Kalau mereka minta teknik lain, maka saya katakana: “Nggak mau ah! Kalau
Papa kasih tau semua strategi yg papa miliki, nanti papa bisa kalah dong pinternya!” Dari
perkataan itu anak-anak akan semakin bersemangat untuk mendapatkan strategi baru. Bahkan,
Agung berusaha “mencuri” strategi yg sengaja saya sembunyikan (tetapi saya sembunyikan
ditempat yg gampang ditemukan). Akhirnya mereka bersemangat untuk mencoba dan
memperluas wawasan tentang strategi lainnya dalam berhitung sehingga matemagica sudah bisa
mereka terima sebagai pelengkap metode yg sudah di dapat di sekolah.

2.Metode ini juga sepertinya menggunakan rumus ..bagaimana cara dia mengerti dan memahami
rumus itu secara logika., Apakah metode ini sama dengan Sempoa , yang banyak menjamur
sekarang., dan pelukah seorang anak dikursuskan sempoa atau sejenisnya.

Jawab :
Rumus dalam matemagica lebih tepat disebut “strategi”. Tetapi tidak ada ketentuan khusus
mengenai rumus dalam matemagica. Sebagai contoh, matemagica menyatakan bahwa setiap
perkalian bilangan puluhan dengan 11, maka hasilnya akan menjadi 3 digit bilangan ratusan di
mana bilangan puluhan adalah jumlah dari bilangan puluhan dan satuan. Konkretnya seperti ini:
33×11=363, tambahkan 3+3=6 dan letakkan 6 diantara 3 dan 3, maka jadilah 363. Contoh lain:
45×11= 4+5=9, letakkan 9 diantara 4 dan 5 menjadi 495.

Hal ini sebenarnya bukan rumus, bu. Tetapi lebih merupakan suatu kebiasaan yg logis
berdasarkan pengamatan. Mari kita coba 24×11, hasilnya pasti 2+4=6 dan letakkan 6 diantara 2
dan 4, maka hasilnya adalah 264. Coba ibu cek dengan metode perkalian biasa. Jika 67×11
berapa? 6+7=13, letakkan 13 diantara 6 dan 7 menjadi 6137. Tapi sang anak harus paham bahwa
13 memiliki 10 puluhan dan 3 puluhan karena sebenarnya 13 itu adalah 130. Maka tambahkan 1
dengan 6 sehingga hasilnya adalah 737. Jadi 67×11=737.

Dengan fakta ini maka seolah-olah hal ini merupakan rumus. Tapi sebenarnya bukan.

Tidak ada perbedaan prinsip dengan Sempoa karena matemagica dan sempoa memiliki tujuan yg
mirip. Yg membedakan adalah tujuan matemagica untuk membuat anak senang, bukan semata-
mata kecepatan berhitung. Selain itu matemagica sekarang sudah dilengkapi Math Experiment
yg lebih menekankan matematikanya dan bukan semata-mata aritmatika. Hal ini kami ajarkan
dalam Mathmagic Club untuk anak kls 3 SD sampai 1 SMP.

3.Unutk olimpiade matematika, seorang anak bisa cepat menjawab, mungkin karena
kejeniusannya atau karena kreatifitas si anak?

Jawab:
Saya yakin sekali bahwa hal itu adalah hasil dari kejeniusan yang dipadu dng kreatifitas.
Kejeniusan+kreatifitas=kecepatan. Yang lebih kami tekankan dalam matemagica bukan sekedar
kecepatan, tetapi lebih kepada kesenangan dan arti pentingnya matematika di dalam menjawab
persoalan kehidupan sang anak. Dan di Mathmagic Club kami tidak memfokuskan anak untuk
ikut olimpiade matematika. Karena prinsip kami: MENJADI MATEMATIKAWAN ITU
HANYA SATU PILIHAN. TETAPI MEMAHAMI MATEMATIKA ITU SUATU
KEHARUSAN.

4.Bagaimana penerapan Metode ini ke soal cerita?


Jawab:
Pertama yg harus dilakukan adalah merubah apa yg ada dalam cerita itu menjadi persamaan
matematika. Entah itu tambah, kurang, kali atau bagi. Atau campuran diantara keempat operasi
hitung tersebut. Jika telah ketemu persamaannya, kemudian baru memecahkan perhitungannya
dng matemagica. Jadi matemagica hanya sebagai tools, sedangkan pemahaman soal cerita hal
penting lainnya. Soal cerita memerlukan pemahaman arti dari kalimat2nya. Mungkin bisa
ditempuh dng belajar bahasa dng baik.

5.Bisa dipakai untuk pelajaran Fisika atau Kimia setelah lulus SD? Karena kita tau Pelajaran
Fisika juga penuh dengan rumus2.

Jawab :
Bukan rumus-rumus yang akan membantu pelajaran kimia dan fisika, tapi penerapan rumus
fisika dan kimia akan dibantu oleh perhitungan matemagica. Katakanlah misalkan ada rumus

Jarak = kecepatan x waktu.

Jika Diketahui :
Kecepatan =125 km / jam
Waktu = 12 jam
Berapa jarak yang ditempuh?
Jawab = 125 x 25
(perkalian ini yang akan kita selesaikan dengan cara matemagic)

Selama di fisika dan kimia ada perhitungannya, maka selama itu pula akan memerlukan
aritmetika.

6.Apakah ada dijual buku Metode Matemagica ini di pasaran?

Jawab:
Sudah tersedia di seluruh toko buku di Indonesia (Gramedia, Gung Agung, Kharisma, dan
lainnya). Saat ini sudah menginjak cetakan kedua.

7.Untuk anak ke 2 saya (umur 4 th) bagaimana cara mengajar berhitung yang baik.., apa dia tidak
bingung kaalau kita menerapkan cara2 seperti ini sedangkan guru mainnya udh konvensional
mengajarkan anak2 seperti konsep teoritis..

Mungkin pertanyaan ini sudah ada yg menanyakannya.., sebenarnya masih banyak yg mau
ditanyakan, karena sambil kerja konsentrasi unutk bertanya kadang buyar..di rumah sudah
disiapkan tapi lupa bawa disketnya..

Terimakasih banyak Pak sebelumnya, dan boleh enggk yah Pak, setelah seminar ini (karena
keterbatasan waktu, kami bertanya pada bapak lewat email Bapak..)

Jawab:
[SUDAH ADA PADA JAWABAN SEBELUMNYA]
Salam hormat dari kami sekeluarga

——————————–

Yth. Bapak Bekti Hermawan,

Pada makalah pembicara 1, dijelaskan bahwa Matemagica tidak dianjurkan untuk anak dibawah
8 tahun, tetapi pada materi yang Bapak sampaikan, ternyata Bapak telah mengunkan metode
tersebut untuk putri Bapak yang berusia dibawah 8 tahun.

Jawab:
Matemagica yang saya ajarkan kepada Adinda yang masih berusia 5 tahun ketika itu bukan
matemagica secara keseluruhan. Saya hanya bermain-main dengan Adinda dengan perkalian 11
(lihat contoh perkalian 11 pada jawaban sebelumnya). Dengan main-main seperti itu ternyata
sangat mendorong minatnya untuk belajar berhitung lebih lanjut. Oleh karena itu, kreatifitas kita
dalam berkomunikasi belajar matematika sangat menentukan. Dengan permainan perkalian 11
ini terkesan Adinda sudah bisa, tetapi sebenarnya dia hanya menghafal. Tetapi dalam perkalian
11 meski menghafal tetap ada belajarnya, yaitu penjumlahan. Pada contoh 33×11=363 di atas
Adinda sebenarnya bukan belajar perkalian 11 yg sebenarnya, tetapi dia hanya belajar
penjumlahan, yaitu 3+3 dan kemudian meletakkan hasilnya dianatara 3 dan 3. Strategi belajar
seperti ini cukup ampuh untuk menakut-nakuti kakaknya bahwa Adinda sudah bisa perkalian 11
(mungkin ini akal-akalan ortunya saja ya bu….;-))

Bagaimana penerapan yang Bapak gunakan? Apakah ada hal khusus yang
harus diperhatikan, jika akan diterapkan untuk anak dibawah usia 8
tahun?

Jawab:
Jawaban mirip seperti di atas, bu. Hal khusus yg ada adalah cara mengkomunikasikan
matemagica kepada sang buah hati seperti yg saya lakukan sebagaimana jawaban sebelumnya.
Selebihnya adalah bermain.

——————————–

Dalam membimbing putra/putri Bapak untuk mengenal berhitung apakah


yang Bapak perkenalkan terlebih dahulu kepada mereka.

Jawab
Pertama, yang pasti adalah mengenal bilangan. Kedua, konsep behitung yang dimulai dari
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan akhirnya pembagian. Sama seperti pendekatan
konvensional biasa. Setelah anak memahami bilangan barulah kami beranjak ke matemagica.
Tidak perlu terburu-buru.

Terimaksih,
Alita
Pagi Bapak Bekti,

Saya sangat setuju dengan pendapat Bapak, mengenai pentingnya keterlibatan orang tua secara
nyata dalam pendidikan anak. Dulu waktu saya masih SD, saya sangat senang untuk mengikuti
pelajaran matematika yang disampaikan oleh Bapak Djoko Waliadi di TVRI atau pun ilmu
pengetahuan yang lain, namun sayang sekali materi pendidikan seperti itu boleh dikatakan saat
ini hampir tidak diakomodir oleh stasium tv kita, bahkan oleh stasiun tv yang mengklaim sebagai
tv pendidikan.

Kalau saya boleh usul, apabila memungkinkan bagaimana kalau materi-materi pendidikan seperti
metode Matemagica ini disebarluaskan dengan memanfaatkan siaran televise, sehingga tv dapat
juga berfungsi sebagai sarana pendidikan tidak melulu hiburan.

Jawab:
Dulu sudah pernah dihubungi SCTV. Tetapi batal karena menurut mereka ada berita lain yang
lebih menarik (mungkin gossip atau infotainment ya..?) untuk ditayangkan. Wah, ternyata
pendidikan bagi media TV kurang menarik nih?!.

Mohon masukan dari Bapak, bagaimana menurut bapak konsep pengenal berhitung yang
menarik yang dapat diberikan kepada anak balita maupun batita, mengingat saya dan suami
harus bekerja sehingga waktu kami dengan anak-anak sangat terbatas. (anak kami yang sulung
berusia 4 tahun, yang kecil baru 9 bulan)

Terima kasih, dan saya tunggu jawabannya.

Jawab :
Saya biasanya melakukan hal seperti ini:

1. Mengenalkan jumlah suatu benda. Mungkin anak belum tahu angka (simbolnya) tapi anak
biasanya telah lebih dulu mengenal jumlah.
2. Setelah mengetahui jumlah kita perkenalkan simbolnya, bahwa satu (jumlah benda misalkan
satu apel) dituliskan / disimbolkan dengan angka 1, dst
3. Setelah itu mengenal lebih dekat dengan angka (bilangan) kemudian baru menginjak ke pintu
gerbang aritmetika yaitu penambahan.
Selain itu ada cara lain, seperti permainan yg kami buat di rumah:

Ingin sepuluh
Ular tangga
Pindah gunung
Domino asyik

Pada dasarnya permainan tersebut menggunakan kartu (1 sd 9). Bagi anak usia balita, Satu sisi
kartu ada angka, bagian belakang berupa gambar buah sesuai dengan angka (Jumlah kartu 30).
Bagi anak besar, digunakan kartu angka tanpa gambar untuk menyatakan jumlah.
1. Anak yang sudah tahu simbol bahwa angka 1 merupakan simbol dari jumlah satu. Berarti
langsung pakai bagian depan kartu (tanpa melihat jumlah buah)
2. Kartu bisa digunakan untuk menjumlah. Berikan dua kartu kepada Rian, lalu mintalah untuk
menjumlahkan kartu itu misalkan 6 dan 3 dia akan menjawab 9, jika ia kesulitan ia bisa
membalik kartu untuk menghitung jumlah buah. Tapi jika ia sudah bisa biarlah dikerjakan tanpa
melihat kartu baliknya
3. Aktifitas itu bisa tambah menarik dengan menggunakan ular tangga dan beberapa anak.
Pertama-tama letakkan pion di Start. Jika ia menjawab benar, maka ia bisa melangkah satu
kotak. Kemudian ada kartu kejutan (berisi hal-hal menarik, misalkan) kemudian jika ia sudah
satu putaran ia akan mendapatkan hadiah satu bintang (kartu bintang) katakan dengan puji-
pujian,dsb. Atau misalkan bila Rian bisa mengumpulkan 10 kartu kepintarannya sama dengan
anak TKB atau kelas 1 SD, dll.
4. Tema permainan bisa operasi pengurangan. Kartu besar dikurangi dengan kartu kecil.
5. Atau perkalian bila anak sudah mengenal perkalian atau belajar perkalian. Pada waktu anak
mulai belajar perkalian boleh membawa tabel perkalian misalkan, dsb
6. Penjumlahan bisa tiga kartu, empat kartu dst sesuai dengan usia anak
7. Permainan ingin sepuluh caranya dengan membagi kartu jadi sama rata antara pemain.
Kemudian ada kartu yang dibuka, misalkan kartu angka 2, karena permainannya ingin sepuluh,
maka lawan harus mencari kartu angka 8 untuk melengkapi, dst

Dan masih banyak yang bisa dilakukan dengan kartu, selamat mencoba.

Wassalammu’alaikum wr.wb.

Farah

—————————-

Selamat pagi Ibu Srihadi.

Terimakasih atas makalahnya yang menarik, yang benar-benar memberikan insipirasi bagi saya
untuk mengajarkan matematika dengan cara yang lebih mudah. Beberapa metode berhitung yang
ibu ajarkan ternyata selama ini sudah saya pergunakan sendiri dan memang mempermudah untuk
berhitung.

Pertanyaan saya :

1.Menurut ibu bagaimana sebaiknya konsep pengenalan matematika yang mudah untuk anak
balita maupun batita?. ( Catatan : Saat ini untuk anak sulung saya Rian yang berusia 4 tahun,
kami sudah mengajarinya berhitung dengan jari sebatas 1-10, pengenalan angka, menghitung
gambar di buku cerita yang kami baca bersama-sama, dan Alhamdulillah Rian terkadang dengan
melihat saja tanpa menunjuk satu persatu, terkadang sudah dapat menyebutkan jumlah gambar
yang kami tanyakan).

Jawab :
Cara yang sudah ibu lakukan sudah sangat baik, dan kami juga melakukan hal yang sama. Selain
itu, sebagai sharing info, yg kami lakukan adalah:
Mengenalkan jumlah suatu benda. Mungkin anak belum tahu angka (simbolnya) tapi anak
biasanya telah lebih dulu mengenal jumlah.
Setelah mengetahui jumlah kita perkenalkan simbolnya, bahwa satu (jumlah benda misalkan
satu apel) dituliskan / disimbolkan dengan angka 1, dst
Setelah itu mengenal lebih dekat dengan angka (bilangan) kemudian baru menginjak ke pintu
gerbang aritmetika yaitu penambahan.

Selain itu ada cara lain, seperti permainan yg kami buat di rumah:

Ingin sepuluh
Ular tangga
Pindah gunung
Domino asyik

2.Mengapa ibu tidak menganjurkan metode Matemagica digunakan pada anak usia di bawah 8
tahun.

Jawab:
Biasanya kami menggunakan pertimbangan bahwa pada usia rata-rata 7-8 tahun anak sudah
mengenal perkalian. Mengenal perkalian sudah pasti mengenal penjumlahan (dan pengurangan).
Kami juga memiliki masa pemantapan atau belajar matematika sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak, seperti contoh saya pada poin 1.

3.Keterampilan berhitung seperti apa yang sebaiknya mulai diajarkan kepada anak balita atau
batita.

Jawab:
1. Mengenal jumlah suatu benda. Mungkin anak belum tahu angka (simbolnya) tapi anak
biasanya telah lebih dulu mengenal jumlah.
2. Setelah mengetahui jumlah kita perkenalkan simbolnya, bahwa satu (jumlah benda misalkan
satu apel) dituliskan / disimbolkan dengan angka 1, dst
3. Setelah itu mengenal lebih dekat dengan angka (bilangan) kemudian baru menginjak ke pintu
gerbang aritmetika yaitu penambahan.

4.Mengenai contoh cara menghitung perkalian 94×98 sebagaimana pada makalah ibu, bagaimana
penerapan cara perhitungan untuk bilangan yang lain, apakah pendekatannya juga ke angka 100,
atau ke angka puluhan terdekat.

Jawab:
Tergantung soal yang dihadapi

Misal: 16 x 17 =?

1. Bisa diselasaikan dengan perkalian silang


16
17
—- x

1. 6 x 7 = 42 tulis 2 simpan 4
2. Silang (1×7)+(1×6)=13 tambahkan dengan 4 dari poin 1 = 17 tulis 7 simpan 1
3. 1 x 1 = 1 tambahkan dengan 1 (poin dari 2) = 2, tulis 2
4. jadi 16 x 17 = 272

2. Pendekatan ke 10 juga bisa (perkalian komplementer)

masing-masing selisihkan dengan 10


16 -10= 6
17 -10= 7

Tambahkan menyilang:
16 + 7 atau 17 + 6 = 23 yang artinya 23(0) = 23 puluhan — (0) karena pendasarannya pada
puluhan
6 x 7 = 42 lalu tambahkan

23(0)
42
—–
272

Dan masih banyak banyak cara lainnya.

Terima kasih, dan saya tunggu jawabannya.

Wassalammu’alaikum wr.wb.
Farah Dwinita

——————————-

Saya yuli, ibu bekerja dengan 1 orang anak laki-laki berusia 11 bulan
Saya mau bertanya :

1.Sejak usia berapa anak sudah bisa diperkenalkan dengan matematika

Jawab:
Matematika dengan pengertian luas (bisa konsep jumlah, persamaan ketidak samaan, dll)
sebenarnya sudah mulai dilihat oleh anak usia 0-1 tahun. Ia bisa tahu kalau orang yang dilihatnya
pergi menjauh satu atau datang satu. Datang dua menjauh dua, dst. Begitu juga bila ia sudah
hapal mainannya, bila mainannya yang ia inginkan tidak ada ia akan mencari (mungkin
menangis, dsb). Kemudian ia juga tahu yang datangnya adalah orang yang sama (misalkan
mamanya) atau bukan. Itulah penguasaan matematika anak pada usia dini.
Usia mana ia diperkenalkan matematika akan tergantung situasi. Anak yang mempunyai kakak,
akan cenderung lebih tahu lebih dulu daripada yang tidak punya kakak. Karena ketika kita
mengajari kakaknya, adik akan menimbrung. Dan pada waktu-waktu demikian lihat respon
adiknya. Bila ia ingin ya penuhi, bila ia tidak ingin jangan dipaksa. Tapi juga ada anak pertama
yang dapet perhatian lebih dari orangtua sehingga lebih dini mengerti lalu terdorong untuk
belajar. Yang pertama diajarkan adalah konsep jumlah, tentunya dengan tetap mengacu pada
permainan edukatif. Usia bisa mulai 3 tahun. 4 tahun tak masalah, 5 tahun pun tak masalah,
tergantung kesiapan anak tentunya. Tidak ada yang perlu ditakutkan, tidak usah khawatir anak
akan ketinggalan. Pada waktunya (ketika anak sudah siap) anak akan bisa berhitung, karena pada
dasarnya setiap anak itu cerdas. Seperti pada proses tumbuh kembang mereka. Setiap anak bisa
berdiri dan berdiri dalam usia 8 bulan, ada yang 9 bulan, satu tahun , atau tahun dua bulan, tapi
semuanya bisa berdiri dan berjalan. Memang ketrampilan berhitung bisa meningkatkan
kepercayaan diri mereka katakanlah tapi itu bukan satu-satunya.

2. Kapan matemagica sudah bisa diajarkan?

Jawab :
Yang jelas anak sudah mulai belajar perkalian, tapi matemagic bukan hanya perkalian, tapi juga
diantaranya adalah penjumlahan.

3. Bagaimana dan dimana saya/anak saya nanti bisa mempelajari matemagica?

Jawab:
Informasi selengkapnya ada di http://www.Bukamata.com

Terima kasih

——————-

Yth ibu Srihari:

Saya ibu satu anak berumur 10 bulan, mohon penjelasan hal-hal sbb:

1.Saya mengetahui kemampuan anak itu masing-masing sesuai tingkat pertumbuhannya, yang
saya ingin tanyakan rata-rata pada umur berapa yang tepat kita memperkenalkan angka yang
kemudian berlanjut pada berhitung? Dan untuk tahap awal metode apa yang paling tepat?

Jawab :
Tanpa kita sadari sebenarnya ketika ibu mulai mengatakan kepada anak “ini lho bola adik satu
kuning satu merah” pada usia berapapun maka konsep matematika sudah ibu ajarkan. Atau
ketika ibu menyampaikan sesuatu benda dengan jumlah tertentu. Anak sudah mulai belajar
konsep-konsep perhitungan. Pengalaman anak pada usia 0-3 tahun adalah arsitektur untuk
otaknya (saya punya artikelnya) dimana sentuhan pada anak pada usia itu merupakan bekal ia
menghadapi kehidupan setelah periode itu dst (setelah 3 tahun). Jadi ada anak yang mampu siap
belajar dengan cepat juga ada anak yang biasa (artinya bukan kesiapan belajar yang menonjol).
Itu semuanya dipengaruhi oleh faktor sentuhan lingkungan anak (lingkungan adalah sebagai
dunia anak) tentu saja ada anak yang terlahir dengan kecerdasan matematis.

Namun tetap ada rata-rata, biasanya orang mulai aktif (dengan kesadaran) mengajarkan konsep
matematika pada usia TK

2. Sebelum Matemagica ini, saya pernah mendengan metode kumon, aritmatika, sempoa dan
masih ada yang lainnya, apa perbedaan masing2 dan metode apa yang paling efektif dan efisien?

Jawab:
Pada dasarnya setiap metode bertujuan sama. Hanya caranya saja yang berbeda-beda. Mohon ibu
merujuk jawaban yang sudah ada berdasarkan pertanyaan yang mirip dengan pertanyaan ibu.

Sebagai tambahan, metode matemagica adalah eksplorasi aritmatika yang mendasarkan pada
prinsip-prinsip aljabar.

3. Dari pengalaman, ada guru matematika atau fisika yang memberikan nilai 50% apabila anak
sudah dapat mengetahui cara penghitungan sesuai rumus dari buku patokan sekolah, walaupun
jawaban akhirnya salah. Bagaimana cara penerapan metode matemagica terhadap apa yang
diterima anak di sekolah?

Jawab :
Saya punya dua option

1. Nilai 50 % adalah kebijaksanaan yang diberikan sebagai penghargaan kepada anak yang telah
mengikuti prosedur pengerjaan berdasarkan pada cara yang diinstruksikan.
2. Atau nilai 50% diberikan sebagai penghargaan atas pekerjaan mereka. Walau hasil salah ia
masih punya nilai 50%.

Mana dari dua pilihan itu yang sebenarkan terjadi.


Bagaimana misalkan anak menggunakan metode lain. Kemudian ia mengerjakan dan tenyata
salah juga, bukan karena metodenya tapi karena faktor lain apakah ia tetap mendapat nilai atas
pekerjaannya?

Sehingga yang terjadi adalah nilai 50% yang diberikan lebih berdasar pada kepatuhan terhadap
suatu cara. Saya pernah mendapati kasus seperti ini. Pada Kelas 3 SD mendapat 10 soal
perkalian di papan tulis. Soal pertama (1) dibuat contoh lalu dijawab. Kelas diintruksikan untuk
mengerjakan soal di buku.

Lalu ada anak yang mengerjakan 9 soal dengan benar. Tapi nomor soal jadi berubah (karena soal
pertama merasa sudah dikerjakan) jadi no 2 dijadikan no 1, no 3 jadi no. 2 dst. Hasil perkalian
benar semua hanya masalah pada no soal.

Apa yang terjadi?


Tidak ada nilai dan di lembar kosong sebelahnya, guru menuliskan dengan tinta merah perkalian
no.1 … x .. no 2 … x … dst sampai no 10 … x …. dan ada pesan bahwa lain kali lebih teliti.
Perhatikan soalnya!

Siapa yang tidak teliti sebenarnya?


Pemikiran saya adalah bahwa guru hanya melihat pada jawaban.

Lihat option 1. Nilai 50 % adalah kebijaksanaan yang dibuat diberikan sebagai penghargaan
kepada anak yang telah mengikuti prosedur pengerjaan berdasarkan pada cara yang
diinstruksikan termasuk menulis nomor dengan benar

Jadi bahwa option ke –2 sulit dilakukan

Nilai 50% diberikan sebagai penghargaan atas pekerjaan mereka. Walau hasil salah ia masih
punya nilai 50%. Kenyataan hasil perkalian dari 9 soal yang dikerjakan benar ia tidak
mendapatkan nilai.

Di matemagic karena proses mendasarkan pada aljabar, dan bila mau proses bisa dijabarkan
(ditulis). Matemagic walau proses bisa di otak tapi tetap bisa dijabarkan, asal sekolah mau
menerima sebagai kebenaran logis.

1245
3472
—— +

1(000) + 3(000) = 4(000)


2(00) + 4(00) = 6(00)
4(0) + 7(0) = 11(0)
5+2=7
——————————- +
4717

Atau dalam perkalian misalkan 98×98=?


(100–2)(100-2) = 10.000 –4 x 100 + 2 = 9600 + 2 = 9602
atau
= 100 (100 –4) + 2 = 9602
atau
= 100 ( 100 –2 –2) + 2 = 9602
atau
= 100( 98 –2) + 2 = 9602

Terima kasih.

Salam,
Emilia Riena
——————-

Ibu Srihari yth

Saya tertarik pada materi yang Ibu berikan pada kesempatan kali ini. Saya ingin bertanya pada
Ibu Srihari. Beberapa bulan yang lalu saya beli buku di Gramedia dengan judul “MQ :
Merangsang Kejeniusan Matematika Anak”, karya Elf McBride dengan penerbit Anak Prestasi
Pustaka. Buku tersebut dimaksudkan meningkatkan potensi matematis anak.

Setelah membaca uraian Ibu pada materi kemarin, saya merasa ada kesamaan materi/pola pikir
antara buku tersebut dengan matemagica yang ibu bawakan.
Pertanyaan saya : apakah memang polanya sama? Anak saya (11 th, kelas 6) sudah mencoba
hitungan dengan pola tersebut. Dan dia sudah merasakan kemudahannya.

Jawab :
Buku tersebut menambah khazanah saya. Saya baru mendapatkan sebulan yang lalu. Pada
dasarnya baik Elf McBride dan Bukamata menggunakan sumber yang sama, yaitu GANITA
SUTRA.

Pertanyaan kedua: apa pendapat Ibu terhadap kursus Aritmatik yang sekarang banyak berdiri?
Apa ada perbedaan pola pengasahan otak kiri dan kanan pada matemagica?

Pada saat saya memperkenalkan metode ini saya tidak menitik beratkan pada pola pengasahan
otak kanan atau kiri atau menegaskan matemagic mengasah otak kanan kiri. Yang menjadi dasar
acuan adalah bahwa metode ini mempercepat, mempermudah menyenangkan dan menumbuhkan
kreatifitas dalam mengotak atik angka. Namun ketika saya memperkenalkan metode saya kepada
seorang bapak yang pernah ikut brain management ia mengatakan bahwa metode ini benar-benar
mengasah otak kanan dan kiri. Wah yang bener kata saya? Lalu ia menerangkan bahwa memang
kedua otak kita mengontrol mode yang berbeda.

Otak kiri :
Logis
Berurutan
Rasional
Analisa
Obyektif
Sebagian

Otak kanan
Intuitif
Acak
Holistik
Sintesa
Subyektif
Menyeluruh
Namun sekali lagi saya tidak ingin menggunakan istilah mengasah otak kanan-kiri untuk
menjelaskan manfaat matemagica. Biarlah anak (siapapun) mengenal metode ini agar ia bisa
menilai sendiri apakah metode ini asyik atau enggak!

Terima kasih banyak atas perhatiannya.

Wass
Dyah Nawang P

——————————–

Selamat pagi ibu Srihari Ediat,

Saya Sulfi , termasuk ibu yang banyak menghabiskan banyak waktu di kantor tetapi ingin sekali
memperkenalkan matematika itu sejak dini kepada anak saya Choqi yg baru berumur 9 bulan.

Pertanyaannya :

1.Tahap-tahap apa saja yang harus diperkenalkan terlebih dahulu kepada bayi seusia < satu tahun
dan > satu tahun. Bagaimana caranya agar memperkenalkan matematika untuk seusia Choqi

Jawab:
Jawaban saya mungkin akan sama dengan jawaban atas pertanyaan dari salah seorang peserta
seminar.

1. Anak sudah mendengar kata-kata (yang diucapkanan) satu dua tiga dst.
2. Mengenalkan konsep jumlah suatu benda kepada anak. Satu apel, dua apel, tiga apel dst. Satu
jeruk, dua jeruk, tiga bola, dst
3. Menunjukkan suatu jumlah dengan suatu simbol jika satu apel disimbolkan dengan angka 1
tunjukkan kartu angka dua, dua jeruk dengan angka 2 atau kartu angka dua Jika jumlah dan
angka sudah dipahami
4. Mengurut dengan benar 1 sampai 10
5. Belajar konsep penambahan dengan alat bantu (buah, bola, atau apapun) misalkan 2 apel + 2
apel lalu menjadi 4 apel (tunjukkan). Atau dengan menunjukkan benda-benda yang ada di rumah
(buku, kursi, meja, dsb). Konsep pengurangan juga berikan contoh dengan alat bantu, misalkan
pertama ada 5 apel, kemudian anda ambil 2 apel, lalu sisanya hitung bersama-sama
6. Belajar tambah tambah 1 sd 9, dengan bantuan kartu buah (satu sisi bergambar jumlah buah)
sisi satunya tertulis angkanya.Dua kartu ditambahkan. Jika anak kesulitan balik kartunya hitung
buahnya.

————————

Apakah efektif dengan memperkenalkan math itu dengan waktu 10-15 menit setiap hari
mengingat jam 8 malam saya baru sampai dirumah.
Jawab:
Sangat efektif karena yang penting bukan lamanya, tetapi yang lebih penting adalah rutin.

Sekian pertanyaan dari saya, Mudah-mudahan dapat menambah wawasan para ibu yg bekerja.

Terimakasih
Sulfi – MamaCQ

——————–

Dear Ibu Srihari dan Bapak Bekti,

Perkenankan saya menyampaikan rasa hormat dan kagum saya atas upaya terobosan yang Ibu
Srihari dan Bapak Bekti lakukan dalam memasyarakatkan Cinta Matematika.

Juga salut untuk WRM yang menyelenggarakan on-line seminar ini. Saya menanti kelanjutan
seminar dan diselenggarakannya seminar-seminar on-line lainnya.

Pertanyaan saya:

1.Konsep Matemagica ini apakah tergantung kepada kemampuan improvisasi seseorang/anak


dalam menyederhanakan soal matematika?

Jawab:
Kami memberikan berbagai alternatif pemecahan persoalan matematika sesuai dengan kasus per
kasus. Ada perkalian silang, perkalian komplementer, ada kotak perkalian dst. Diantaranya akan
sangat mudah memecahkan kasus bila diterapkan.

91
91
—x
Selisihkan dengan 100
91 9
91 9
—x

91–9 = 82
9 x 9 = 81 jadi jawabnya 8281

2. Silang
91
91
—x
8281
1 x 1 = 1 tulis 1
(1 x 9) + (1×9) = 18 tulis 8 simpan 1
9 x 9 = 81 tambahkan 1 = 82 tulis 82. Jawaban adalah 8281

2.Dalam mengenalkan bilangan dan hitungan serta cara menghitung kepada anak Balita secara
Matemagica, masih perlukah dipakai cara hafalan hitungan secara konvensional?

Jawab:
Masih perlu. Selain itu bentuk-bentuk kreatifitas pengenalan bilangan dan perhitungan sederhana
masih tetap diperlukan. Pada saatnya nanti, setelah mengenal matemagica, diharapkan sang anak
akan lebih menyukai matematika.

3.Mohon maaf, saya belum pernah ikut maupun mengetahui mengenai metode-metode ala
Mental Aritmetika, Sempoa ataupun Kumon dllnya. Bila tidak berkeberatan, mohon dijelaskan
apa perbedaan metode Matemagica dengan metode-metode tsb.

Jawab:
Mohon ibu merujuk kepada pertanyaan yang mirip dengan pertanyaan ibu.

3.Kami sekeluarga kebetulan penggemar buku. Pertanyaan ini mungkin di luar jalur: kalau tidak
berkeberatan mohon di-sharing konsep pemikiran siapa atau teori dari buku mana saja yang Ibu
dan Bapak jadikan bahan acuan.

Jawab:
Kami mengadopsi dari berbagai sumber. Ada metode Trachtenberg, Vedas (Ganita Sutra), dan
Aljabar Sederhana. Tetapi ternyata semuanya adalah konsep pengembangan dari aljabar.

Ibu mohon menghubungi saya di info@bukamata.com atau HP 08889017776 untuk daftar


pustaka matemagica. Saya harus mencarinya dulu di rumah.

5. Matemagica ini penerapannya untuk orang tua, bagaimana ? Kebetulan kalau belanja banyak
sering nyoba berhitung sendiri(hehehe dulu-duluan sama
kasirnya) apa harus selalu ditulis begitu?

Jawab:
Justru dengan belajar matemagic, menghitung belanjaan bahkan tanpa menuliskan. Karena kita
mendasarkan bahwa digit depan lebih utama dari pada digit belakang. Juga cepat mendapatkan
estimasi. Yang ada di contoh seminar adalah bila kita menghadapi soal hitungan seperti itu.

Bagi guru apakah pernah menggunakan metode ini misalkan

Pelajaran Nilai Kurang/lebih


1. 6 -1
2 5 -2
3 6 -1
47
57
6 8 +1
77
87
9 8 +1
10 7

Berapa Total nilai?


1. Ambil nilai terbanyak = 7
2. Andaikan semua 7 jadi 7 x 10 = 70
3. Hitung kurang lebihnya.
4. Kurangnya 4 atau (–4 ) lebihnya 2
5. Jadi kurang (-2)
6. Jawabnya 70 –2 = 68

6.Bagaimana dengan perkalian apakah orang tua masih butuh? Tentu !!

Terima kasih sebelumnya, dan mohon informasi untuk metode ini lebih lanjut.

Jawab:
Keterangan lebih lanjut ada di http://www.bukamata.com

Wassalam

Hani Iskadarwati

——————————-

Bapak Bekti Yth,

Membaca makalah anda rasanya memang perlu kita untuk menjadi ‘asisten’ belajar bagi setiap
anak kita. Namun ada pengalaman tersendiri yang cukup sulit ketika kita menyekolahkan anak di
negeri orang dan ditambah lagi usia anak kita adalah usia yang sedang banyak2nya explore
lingkungan dan penyerapan bahasa.

Anak saya Zahra bulan mei nanti 3 tahun, kami tinggal di Jepang sudah 1 tahun (& masih 3
tahun lagi) dan insyaAllah april nanti masuk ke Hoikuen (playgroup). Yang masih saya pikirkan
adalah bagaimana saya menjadi ‘asisten’ dia di rumah, bagaimana saya mengajarinya berhitung
(mungkin belum berhitung tapi mengenal angka) sedangkan di sekolah dia tentu akan diajari
angka2 versi jepang.

Yang kedua, ada kendala bahasa (termasuk hitungan) dari anak2 indonesia ketika pulang ke
tanah air dan masuk sekolah, karena pengalaman dari yang sudah2 demikian dan mereka perlu
waktu setidaknya setengah tahun untuk masuk ke ‘komunitas’ sekolah.
Mohon saran dan pendapatnya. Maaf ini kasus khusus, yang mungkin tidak banyak yang
mengalaminya, atau mungkin ada peserta seminar ini yang punya pengalaman, bisa sharing
disini atau lewat japri.

Salam,

Sorja Koesuma

Jawab:
Mohon maaf ibu Sorja, meski kami dulu juga pernah di Jepang, namun waktu itu anak-anak
kami belum lahir. Jadi mohon maaf jika kami belum bisa memberikan jawaban untuk kasus ini
karena memang kami belum . Kami harap pertanyaan ini bisa di sharing kepada peserta seminar
lainnya terutama yang berdomisili di luar Indonesia.

————————————–

Saya Murni, Ibu bekerja dengan anak laki-laki berusia 2 tahun 11 bulan

Bagaimana cara memperkenalkan matematika (konsep) dan bukan sekedar hafalan 1, 2, 3,… dst.
Bagaimana cara memperkenalkan konsep tambah, kurang, kali atau bagi pada usia tsb

Jawab:
1. Anak sudah mendengar kata-kata (yang diucapkanan) satu dua tiga dst.
2. Mengenalkan konsep jumlah suatu benda kepada anak. Satu apel, dua apel, tiga apel dst. Satu
jeruk, dua jeruk, tiga bola, dst
3. Menunjukkan suatu jumlah dengan suatu simbol jika satu apel disimbolkan dengan angka 1
tunjukkan kartu angka dua, dua jeruk dengan angka 2 atau kartu angka dua Jika jumlah dan
angka sudah dipahami
4. Mengurut dengan benar 1 sampai 10
5. Belajar konsep penambahan dengan alat bantu (buah, bola, atau apapun) misalkan 2 apel + 2
apel lalu menjadi 4 apel (tunjukkan). Atau dengan menunjukkan benda-benda yang ada di rumah
(buku, kursi, meja, dsb). Konsep pengurangan juga berikan contoh dengan alat bantu, misalkan
pertama ada 5 apel, kemudian anda ambil 2 apel, lalu sisanya hitung bersama-sama
6. Belajar tambah tambah 1 sd 9, dengan bantuan kartu buah (satu sisi bergambar jumlah buah)
sisi satunya tertulis angkanya. Dua kartu ditambahkan. Jika anak kesulitan balik kartunya hitung
buahnya.
7. dst
terima kasih
murni

About these ads

Share this:

 Google +1
 Facebook4

Like this:

Ditulis dalam Makalah ilmu Pendidikan, Makalah Jurusan Matematika. 4 Komentar »

4 Tanggapan ke “Pembelajaran Matematika Anak Terbaru (matemagica)”

1. hamidah Says:
Juni 3, 2009 pada 4:28 am

saya mahasiswa s2 di Bandung tertarik ingin menerapkan pembelajaran dengan


metamagica untuk tesis saya, apakah pembelajaran seperti ini dapat diterapkan untuk
menguasai satu topik pembelajaran selain penjumlahan dan perkalian? misalnya bangun
datar, semua topik lingkaran?
sekalian minta contoh nya….
terima kasih.

Balas

2. neneng Says:
November 17, 2010 pada 8:38 pm

salam kenal pak tolong saya dikirimi makalah matemagica ke email…trims

Balas

3. Rumah Belajar Bumi Cendekia Says:


Februari 22, 2011 pada 5:05 pm

Saya sedang mencoba mengajarkan asyik belajar matematika untuk anak TK dan Sd..
Masing bingung menerapkan agar mereka faham..

Balas

4. Metros Prihatin Says:


Oktober 7, 2011 pada 5:25 am

saya suka dan berminat sekali dapat info dari sini, terkait tugas saya di pendidikan
dasar,tks

Balas
Tinggalkan Balasan

« Pendidikan Matematika Realitik

KONSEP, TRANMISI DAN PERUBAHAN BUDAYA BELAJAR »


Blog pada WordPress.com. Tema: Garland oleh Stefan

Anda mungkin juga menyukai