Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
(Dewi & Afridah, 2018)Lansia sering mengalami gangguan yang
disebabkan karena proses penuan, antara lain gangguan sirkulasi darah
(hipertensi kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah di otak dan
ginjal), gangguan pada persendian (osteoatritis, asam urat), dan berbagai
penyakit neoplasma. Hampir 8% orang yang berusia 50 tahun ke atas
mempunyai keluhan persendian, misalnya linu, pegal, dan kadang-kadang
terasa nyeri (Nugroho, 2008).
(Vachek et al., 2012)Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola
hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang
mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat perubahan metabolisme
tubuh biasanya disebut sindrom metabolik. Sindrom metabolik berkaitan
erat dengan penyakit asam urat. Semakin tinggi kadar asam urat maka akan
mempengaruhi perkembangan sindrom metabolik.
(Liengme et al., 2015)Asam urat disebut sebagai salah satu penyakit
orang kaya. Alasannya karena gaya hidupnya orang-orang kaya yang sangat
berlebihan dalam mengonsumsi makanan yang tinggi protein, tinggi lemak,
mengonsumsi minuman beralkhohol dan merokok aktif. (Noviyanti, 2015).
Produk akhir metabolisme purin yang berasal dari metabolisme dalam
tubuh/ faktor endogen (genetik) dan berasal dari luar tubuh/ faktor eksogen
(sumber makanan). Asam urat dihasilkan oleh setiap makhluk hidup sebagai
hasil dari proses metabolisme sel yang berfungsi untuk memelihara
kelangsungan hidup. (Kanbara, 2010 (Nurlina, 2014)). Tubuh menyediakan
85 persen senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari, hal ini berarti bahwa
kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15 persen. Makanan yang
mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi asam urat.
Hiperurikemia dapat membentuk kristal asam urat/ batu ginjal yang akan
membentuk sumbatan pada ureter. (Wortman, 2005 (Nurlina, 2014)
1
).
(Liengme et al., 2015)Berdasarkan survei WHO, Indonesia merupakan
Negara Terbesar ke 4 di dunia yang penduduknya menderita asam urat dan
berdasarkan sumber dari Buletin Natural,di Indonesia penyakit asam urat
35% terjadi pada pria dibawah usia 34 tahun. Kadar asam urat normal pada
pria berkisar 3,5-7 mg/dl dan pada perempuan 2,6-6 mg/dl. Kadar asam urat
diatas normal di sebut Hiperurisemia. Insiden gout di Indonesia menduduki
urutan kedua setelah osteoartritis (Dalimartha, 2008 dikutip dari penelitian
Festy dkk).
(Liengme et al., 2015)Prevalensi gout di Indonesia diperkirakan 1,6-
13,6/100.000 orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya
umur (Tjokroprawiro, 2007 (Setyo, 2014)). Prevalensi gout di Jawa Timur
sebesar 17%, prevalensi gout di Surabaya sebesar 56,8% (Festy, 2010).
Berdasarkan RISKESDAS ( Riset Kesehatan Dasar) 2013, prevalensi
penyakit sendi pada usia 55-64 tahun 45,0%,usia 65-74 tahun 51,9%,usia ≥
75 tahun 54,8%. Menurut Dinkes Ponorogo pada tahun 2014 dari data 10
penyakit terbesar kasus penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat
(penyakit tentang tulang belakang,radang sendi, rematik, nyeri sendi)
menduduki urutan kedua dengan presentasi 15% dengan jumlah 87.182
kasus. Tempat yang menduduki angka tertinggi berada pada Puskesmas
Ponorogo Utara sebanyak 3.283 penderita. Dari data Puskesmas Ponorogo
Utara bulan Oktober 2015 POSKESDES Jingglong menduduki angka
tertinggi dalam data bulanan yaitu sebanyak 88 penderita asam urat (gout).
(Untuk & Smp, 2018)Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit
asam urat salah satunya gaya hidup Gaya hidup yang dimaksudkan adalah
aktivitas fisik, pola makan dan kebiasaan istirahat (LingQiu, 2013).
Konsumsi makanan yang tidak seimbang (asupan protein yang mengandung
purin terlalu tinggi), konsumsi makanan yang tinggi lemak, karbohidrat,
Protein dankebiasaan minum kopi tidak disertai konsumsi airmenyebabkan
tingginya kadar asam urat di dalam tubuh (Wulandari, 2016). Selain itu,
aktivitas / gerakan fisik seperti olahraga akan menurunkan ekskresi asam
urat dan meningkatkan produksi asam laktat dalam tubuh, semakin berat
aktivitas fisik, maka semakin banyak asam laktat yang 2 diproduksi
(Pusriningsih, 2014). Serta kebiasaan istirahat / waktu tidur, seseorang
dikatakan baik apabila tidak menunjukkan tanda- tanda kekurangan tidur
dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya.Tidur yang kurang menjadi
peluang untuk terjadi peningkatan asam urat (Ling Qiu, 2013).
Pengetahuan masyarakat khususnya di daerah pedesaan masih sangat
minim. Baik mengenai gejala, upaya pencegahan ataupun pengobatan asam
urat. Pada daerah pedesaan masih banyak ditemukan gejala penyakit asam
urat, akan tetapi masyarakat pedesaan masih belum bisa membedakan mana
gejala penyakit asam urat dan penyakit sendi lainnya. Untuk menghindari
penyakit gout, salah satu caranya adalah menjaga kadar asam urat dalam
darah di posisi normal, yaitu 5-7 mg%. Batasan tertinggi untuk pria adalah
6,5 mg% sedangkan untuk wanita 5,5 mg%. Di atas batas ini, biasanya akan
terjadi pengkristalan. Dan juga disarankan untuk banyak minum air putih,
minimal 2.5 liter/hari. Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu
mengeluarkan asam urat melalui urin.Tidak ada hubungan yang ditemukan
antara diet dan UA (Uric Acid) (Erick, 2013). Mengurangi HDL-c adalah
salah satu faktor utama yang bertanggung jawab untuk peningkatan UA
(hubungan negatif) pada wanita. semakin tinggi konsentrasi urat, semakin
kecil ukuran HDL (Erick, 2013).
(Ridhoputrie et al., 2019)Salah satu upaya penanggulangan terjadinya
masalah tersebut adalah memberikan Health Education(HE) dan Health
Promotion (HP) sebagai upaya promotif dan preventif dalam
penanggulangan terjadinya peningkatan kadar asam urat (Astuti, 2015).
Melihat kompleksnya permasalahan asam urat bisa disimpulkan, bahwa
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, peran tenaga kesehatan
sebagai educator diharapkan dapat membantu memberikan informasi
tentang Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Penyakit Asam Urat
(Gout).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan Pola Makan Dan Gaya Hidup Lansia Dengan
Kadar Asam Urat Di Desa Tarebung Kec. Gayam Kab. Sumenep”.

3
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut “ Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat
dalam menjaga pola makan dan gaya hidup dengan kadar asam urat”.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Penelitian ini untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Masyarakat


Tentang Penyakit Asam Urat (Gout) Di Desa Tarebung Kecamatan
Gayam Kabupaten Sumenep.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik penderita asam urat pada lansia
sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang asam urat di
desa terebung
b. Untuk mengetahui pengetahuan lansia terhadap pola makan
dan gaya hidup pada penderita asam urat setelah dilakukan
pendidikan kesehatan di desa tarebung
c. Untuk mengetahui sikap pencegahan lansia terhadap penyakit
asam urat di desa tarebung

D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini diharapkan
mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Memberikan pengetahuan pendidikan kesehatan terkait dengan pola
makan terhadap penyakit asam urat kepada para lansia yang ada di
desa tarebung untuk lebih memperdalam lagi tingkat
pengetahuannya.
b. Sebagai dasar untuk kegiatan penelitian selanjutnya
4 yang
menggunakan metode pendidikan dan metode kuesioner.
2. Manfaat praktis

a. Bagi lansia

1) Memberikan pengetahuan pola makan yang baik terhadap penyakit


asam urat

2) Memberikan pengaruh perubahan terkait diet gout terhadap terjadinya


penyakit gout athritis.
b. Bagi Kader
1) Membantu mengatasi permasalahan Kader dalam pemberian
pengetahuan pola makan yang baik terhadap penyakit asam urat
di desa tarebung
2) Membantu kader dalam bahan masukan kedepannya terkait
dengan metode yang digunakan.
c. Bagi perawat
Dapat menambah wawasan perawat tentang pentingnya
pendidikan kesehatan sebagai upaya promosi kesehatan yang tepat
pada masyarakat mengenai pengetahuan pola makan dan gaya
hidup yang baik terhadap penyakit asam urat pada lansia.

d. Bagi institusi pendidikan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi institusi pedidikan sebagai bahan masukan
dalam mengembangkan program keperawatan.
e. Bidang ilmu

5
Penelitian ini mencakup bidang ilmu keperawatan yaitu keperawatan medikal
bedah dan keperawatan komunitas.DAFTAR PUSTAKA
Dewi, F. A., & Afridah, W. (2018). Pola Makan Lansia Penderita Asam Urat Di
Posyandu Lansia Kelurahan Wonokromo Surabaya. Journal of Health
Sciences, 7(1). https://doi.org/10.33086/jhs.v7i1.491
Liengme, B. V., Stolojan, V., Banks, M., Mierke, C. T., Başkal, S., Kim, Y. S.,
Noz, M. E., ‫ م‬.‫ و‬.‫ د‬,‫عامر‬., Tyson, R. K., Geometry, R., Analysis, G., Rodgers,
P., Palmer, S., Palmer, K., Wood, M. A., Simoen, E., Claeys, C., Sperrin, M.,
Riedel, M. F., … Seifert, F. (2015). No 主観的健康感を中心とした在宅高
齢者における 健 康 関 連 指 標 に 関 す る 共 分 散 構 造 分 析 Title.
Metrologia, 53(5), 1–116. https://doi.org/10.1590/s1809-
98232013000400007
Ridhoputrie, M., Karita, D., Romdhoni, M. F., & Kusumawati, A. (2019).
Hubungan Pola Makan Dan Gaya Hidup Dengan Kadar Asam Urat Pralansia
Dan Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas I Kembaran, Banyumas, Jawa
Tengah. Herb-Medicine Journal, 2(1), 43–50.
https://doi.org/10.30595/hmj.v2i1.3481
Untuk, H., & Smp, S. (2018). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者にお
ける 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title.
Vachek, J., Zakiyanov, O., & Tesař, V. (2012). Chronic kidney disease. Interni
Medicina pro Praxi, 14(3), 107–110.

Anda mungkin juga menyukai