Oleh
Eko Setyawan, S. Kep
NIM 092311101017
LAPORAN PENDAHULUAN
KLIEN DENGAN FRAKTUR HEAD FEMUR
Oleh Eko Setyawan, S. Kep.
A. General Concideration
a. Pengertian
Fraktur head femur adalah rusaknya kontinuitas pada tulang femur pada
bagian kaput. Fraktur ini jarang terjadi dan berkaitan dengan adanya
fraktur dislokasi hip. Lokasi dan ukuran dari fraktur serta tingkat
kominusi tergantung pada posisi pinggul saat dislokasi. Kejadian head
femur ini jarang terjadi. Fraktur head femur terjadi sebagai akibat dari
cidera misalnya karena benturan, jatuh dari ketinggian, cidera olahraga,
kecelakaan industry. 5- 15% dari dislokasi pinggul posterior berhubungan
dengan fraktur head femur karena fraktur terjadi antara head femur dan
acetabulum posterior dimana dapat mengakibatkan fraktur impaksi atau
lekukan dari head femur (Woon, Colin dan Taylor Ben. 2014).
Angka kejadian terjadinya fraktur head femur yaitu 10% dapat
diakibatkan dari adanya dislokasi hip posterior dan 25%-75% dapat
disebabkan karena dislokasi hip anterior
B. Anatomi
Head femur atau yang biasa disebut dengan kepala femur adalah tombol
tulang dibagian atas tulang paha. Bagian ini berbentuk seperti bola yang
menghubungkan antara paha dengan panggul dan membentuk sendi panggul.
Bagian head femur ini didukung dengan adanya cairan synovial yang
memungkinkan pergerakan kesegala arah. Femur adalah tulang paha yang
merupakan tulang panjang pada ekstremitas bagian bawah. Poros femur
panjang dan silindris serta memuncak dibagian atas dengan tiga tonjolan yang
disebut dengan trokhanter mayor, trokhanter minor, dan kepala femur atau
head femur. Kepala femur adalah bagian tengah, yang merupakan bagian
terbesar dari tonjolan tersebut dan didukung oleh sebuah cabang kecil dari
tulang yang disebut dengan leher femur atau neck femur. Leher femur
mengarah menuju ke pinggul dengan sudut sekitar 126 derajat, sehingga dapat
menghubungkan dengan acetabulum. Sebuah gerakan pada bagian ini dengan
sudut kecil yang tidak teratut atau sudut besar yang teratur dapat menyebabkan
knock-lutut atau bowleggedness. Head femur hampir bulat, halus, dan
berselubung oleh tulang rawan. Tulang rawan ini membantu melindungi
tulang paha dan panggul selama gerakan sendi panggul.
Sendi pinggul adalah sendi sinovial, dimana ditandai dengan membran
sinovial yang mengeluarkan cairan pelumas sinovial, yang mengisi ruang pada
tulang yang disebut dengan rongga sinovial. Cairan ini membuat lapisan
tulang rawan pada kepala femoral dan acetabulum licin untuk mencegah
gesekan dan kerusakan pada tulang (Kenney, Caitlin. 2014).
Pada Head Femur terdapat beberapa ligamen yaitu :
trochanter
major
dan
minor.
Ligamentum
iniberfungsi
bolong
disebut
zona
orbicularis.
Capsula
articularis:
M.
gluteus
maximus,
M.
semitendinosus,
M.
Fraktur terjadi di bawah fovea, tidak melibatkan bagian berat tubuh dari
head femur.
2) Tipe 2
Fraktur terjadi diatas fovea, dan melibatkan bagian berat tubuh dari head
femur.
3) Tipe 3
Fraktur yang terjadi pada di bagian head femur dengan disertai pula pada
bagian neck femur. Pada tipe ini, dapat menyebabkan tingginya insiden
AVN (avascular necrosis).
4) Tipe 4
Fraktur pada head femur yang melibatkan bagian acetabular.
(Woon, Colin dan Taylor Ben. 2014).
Biasanya diperlukan waktu trauma yang cukup ekstrim untuk menyebabkan
kerusakan tersebut dan mungkin memerlukan pembedahan. Gangguan ke
salah satu arteri utama dapat menyebabkan nekrosis avascular, di mana sel-sel
mulai mati karena kekurangan suplai darah. Ini merupakan komplikasi serius
dan dapat memerlukan penggantian pinggul (Kenney, Caitlin. 2014).
Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak,
kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.
E. Algoritma Pengambilan Keputusan untuk Fraktur Head Femur
Pada fraktur femur anak, dilakukan terapi berdasarkan tingkatan usia. Pada
anak usia baru lahir hingga 2 tahun dilakukan pemasangan bryant traksi.
Sedangkan usia 2-5 tahun dilakukan pemasangan thomas splint. Anak
diperbolehkan pulang dengan hemispica.Pada anak usia 5-10 tahun
ditatalaksana dengan skin traksi dan pulang dengan hemispica gips.
Sedangkan usia 10 tahun ke atas ditatalaksana dengan pemasangan
intamedullary nails atau plate dan screw.
Untuk fraktur femur dewasa, tipe Femoral Head, prinsipnya adalah reduksi
dulu dislokasi panggul. Pipkin I, II post reduksi diterapi dengan touch down
weight-bearing 4-6 minggu. Pipkin I, II dengan peranjakan >1mm diterapi
dengan ORIF. Pipkin III pada dewasa muda dengan ORIF, sedangkan pada
dewasa tua dengan endoprothesis. Pipkin IV diterapi dengan cara yang sama
pada fraktur acetabulum.
1)
Non operatif
a) Hip reduction
Indikasi:
1. Dislokasi akut
2. Mengurangi terjadinya dislokasi pinggul dalam waktu 6 jam
b) TDWB x 4-6 minggu, membatasi adduksi dan rotasi internal
Indikasi:
1. Fraktur head femur tipe 1
2. Fraktur head femur tipe 2 dengan laserasi tulang <1 mm
3. Fragmen tidak stabil
4. Sendi pinggul dalam kondisi stabil
2) Operatif
a) ORIF
Indikasi:
1. Fraktur tipe 2 dengan laserasi >1 mm
dapat
menggunakan
bedah
pinggul
bila
diperlukan)
e) Pembedahan
dengan
menggunakan
pendekatan
anterior
pendekatan
posterior.
Pendekatan
ini
dengan
(Kocher-Langenbeck)
approach dengan
digastric
osteotomy
a) Memberikan visualisasi atau gambaran terbaik dari fraktur
head femur dan fraktur dinding acetabulum posterior
c.
10-12 kali dan dilakukan setiap hari. Latihan ini diharapkan dapat
mengurangi oedem dan nyeri.
2) Passive Movement
Passive movement adalah gerakan yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan
dari luar sementara itu otot pasien lemas. Passive movement ada 2, yaitu :
a) Relaxed Passive Movement
Gerakan pasif hanya dilakukan sebatas timbul rasa nyeri. Bila pasien
sudah merasa nyeri pada batas lingkup gerak sendi tertentu, maka
gerakan dihentikan.
b) Forced Passive Movement
Forced Passive Movement bertujuan untuk menambah lingkup gerak
sendi. Tekniknya hampir sama dengan relaxed passive movement,
namun di sini pada akhir gerakan diberikan penekanan sampai pasien
3)
sedangkan
terapis
4)
Hold Relax
Hold Relax adalah teknik latihan gerak yang mengkontraksikan otot
kelompok antagonis secara isometris dan diikuti relaksasi otot tersebut.
Kemudian dilakukan penguluran otot antagonis tersebut. Teknik ini
5)
G. Komplikasi
1) Osifikasi heterotropic
Merupakan pembentukan tulang di luar jaringan lunak . Kejadian
secara
keseluruhan
adalah
6-64%.
Pendekatan
anterior
dapat
(superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur
terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan
seperti pin dan plat.
3.
serta
bagian
distal
terutama
mengenai
status
atau
kebiruan
(livide)
atau
hyperpigmentasi.
d) Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang
tidak biasa (abnormal).
e) Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
f) Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
2) Feel (palpasi)
krepitasi,
catat
letak
kelaina.
agar
dapat
mengevaluasi
keadaan
sebelum
dan
cabang-cabang
saraf
menggambarkan
otot
seperti
Kreatinin
Kinase,
Laktat
Aldolase
yang
meningkat
penyembuhan tulang.
c) Pemeriksaan lain-lain
1) Pemeriksaan mikroorganisme
kultur
pada
dan
tahap
test
b. Pathway
Trauma (langsung/ tidak langsung)
Fraktur patologis
Ketidaksetabilan posisi
fraktur apabila organ
fraktur digerakkan
Fragmen tulang yang
patah menusuk organ
sekitar
Hematoma pada
daerah fraktur
Gangguan integritas
kulit
Nyeri
Kompartemen
sindrom, keterbatasan
aktifitas
Defisit perawatan
diri
Kerusakan
neuromuskular
Gangguan fungsi
organ distal
Hambatan
mobilitas fisik
c. Diagnosa
1) Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas tulang.
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan
muskuloskeletal.
3) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kerusakan akibat
trauma.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entry akibat
trauma fisik.
5) Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan suplai oksigen
tidak adekuat
d. Perencanaan Keperawatan
No.
1.
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut
berhubungan
dengan
diskontinuitas
tulang.
Intervensi dan
Rasional
NIC : Pain management
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
(PQRST)
(tahu penyebab
nyeri dan mampu
menggunakan
teknik non
farmakologik untuk
mengurangi nyeri)
b. Mampu mengenali
nyeri (skala,
intensitas,
frekuensi)
c. Klien menyatakan
rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
2.
3.
4.
5.
2.
Resiko infeksi
berhubungan
dengan adanya port
de entry akibat
pemasangan trauma
fisik.
Rasional :
mengetahui skala
nyeri yang dirasakan
pasien
Kontrol lingkungan
pasien yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan
kebisingan
Rasional :
memberikan
kenyamanan bagi
pasien
Ajarkan tentang
teknik non
farmakologik seperti
teknik nafas dalam
Rasional :
mengalihkan rasa
nyeri yang dirasakan
pasien
Tingkatkan istirahat
Rasional :
manajemen nyeri
pasien
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Rasional :
mengevaluasi hasil
tindakan dan
menentukan
intervensi lanjutan
3.
Kerusakan integritas
jaringan
berhubungan
dengan kerusakan
akibat trauma.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 7x24 jam
kerusakan integritas
kulit dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
NOC : Wound Healing
a. Integritas
permukaan kulit
kembali
b. Melaporkan
adanya penrubahan
sensasi nyeri pada
tempat luka
c. Mampu
mendemonstrasika
n rencana untuk
penyembuhan kulit
dan mencegah
trauma berulang
3. intruksikan
pengunjung untuk
mencuci tangan dan
menggunakan baju
yang diperbolehkan
masuk ruangan
Rasional :
meminimalisir
jumlah kuman
4. tingkatkan intake
nutrisi
Rasional :
meningkatkan status
imun untuk
meningkatkan daya
tahan tubuh
5. monitor tanda-tanda
vital, dan hasil
laboratorium
Rasional :
memonitor status
infeksi
NIC : Incision site care
1. Kaji lokasi
kerusakan kulit dan
ketahui penyebab
kerusakan
Rasional :
pengkajian utama
untuk menentukan
intervensi yang dapat
dilakukan
2. Tentukan kondisi
kerusakan kulit saat
ini
Rasional:
mengetahui seberapa
dalam luka yang
merusak jaringan
3. Monitor area yang
rusak dari perubahan
d. Mampu
menjelaskan
langkah-langkah
untuk
penyembuhan
4.
Gangguan mobilitas
fisik berhubungan
dengan kerusakan
muskuloskeletal
warna, kemerahan,
bengkak, perubahan
suhu, nyeri atau
tanda infeksi lainnya.
Rasional:
mengidentifikasi
masalah lain yang
mungkin muncul
4. Hindari tekanan pada
area yang sakit
Rasional : mencegah
adanya tekanan yang
menyebabkan luka
semakin parah
5. Evaluasi penggunaan
alas pada bagian
yang sakit
Rasional:
mempertahankan
kenyamanan pasien
6. Kolaborasi untuk
pemberian salep atau
obat topical lainnya
Rasional :
pencegahan untuk
infeksi dan juga
penyembuhan
Setelah dilakukan
NIC: exercise therapy
asuhan keperawatan
(ambulation)
1. Kaji kemampuan
selama 7x24 jam
fungsional otot
pasien mampu
Rasional :
bergerak bebas dengan
mengidentifikasi
kriteria hasil
kekuatan /kelemahan
NOC: joint movement
dapat membantu
dan mobility level
memberi informasi
a. Peningkatan
aktivitas pasien
yang diperlukan untuk
b. Memperagakan
membantu pemilihan
penggunaan alat
intervensi
bantu untuk
2. Atur posisi tiap 2 jam,
mobilisasi
(supinasi, sidelying)
terutama pada bagian
yang sakit
Rasional : dapat
menurunkan resiko
iskemia jaringan
injury. Sisi yang sakit
biasanya kekurangan
sirkulasi dan sensasi
yang buruk serta lebih
mudah terjadi
kerusakan
kulit/dekubitus.
3. Mulai ROM.
Aktif/pasif untuk
semua ekstremitas .
Anjurkan latihan
meliputi latihan otot
quadriceps/gluteal
ekstensi, jari dan
telapak tangan serta
kali.
Rasional :
meminimalkan atropi
otot, meningkatkan
sirkulasi, membantu
mencegah kontraktur,
menurunkan resiko
hiperkalsiurea dan
osteoporosis pada
pasien dengan
haemorhagic.
4. Tempatkan bantal di
bawah aksila sampai
lengan bawah
Rasional : mencegah
abduksi bahu dan
fleksi siku
5. Elevasi lengan dan
tangan
Rasional : dapat
meningkatkan aliran
balik vena dan
mencegah terjadinya
formasi edema.
5.
Gangguan perfusi
jaringan perifer
berhubungan
dengan suplai
oksigen tidak
adekuat
7.
8.
9.
pemeriksaan
laboratorium darah
lengkap.
Berikan transfusi
darah lengkap/packed
sesuai indikasi
Berikan oksigen
sesuai indikasi
Siapkan intervensi
pembedahan sesuai
indikasi.
Daftar pustaka
Caitlin Kenney. 2014. Femoral Head Fracture. http://www.wisegeek.com/what-isthe-femoral-head.htm [30 Agustus 2014]
Colin Woon, Ben Taylor. 2014. Femoral Head Fracture. http:// www. orthobullets.
com/trauma/ 1036/femoral-head-fractures [30 Agustus 2014]
_. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby: Missouri
_. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby: Missouri