Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ASKEP ANAK DENGAN FRAKTUR HUMERUS

DISUSUN OLEH :

SARI IKHSANTI

DOSEN PEMBIMBING

NS. RIDHA HIDAYAT, M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

TUANKU TAMBUSAI BANGKINANG

TAHUN AJARAN 2013/2014

1
Asuhan keperawatan anak dengan FRAKTUR HUMERUS

A. DEFINISI
1. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000).
2. Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
(Linda Juall C, 1999 ).
3. Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus
(Mansjoer, Arif, et al, 2000).
4. Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan /
trauma langsung maupun tak langsung (Sjamsuhidajat, R. 2004).
Jadi fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan /
trauma langsung maupun tak langsung karena diskontinuitas atau hilangnya struktur dari
tulang humerus.

B. KLASIFIKASI
Fraktur / patah tulang humerus terbagi atas :
1. Fraktur Suprakondilar Humerus
Jenis fraktur ini dapat dibedakan menjadi :
a. Jenis ekstensi yang terjadi karena trauma langsung pada humerus distal melalui benturan
pada siku dan lengan bawah pada posisi supinasi dan lengan siku dalam posisi ekstensi
dengan tangan terfiksasi.
b. Jenis fleksi pada anak biasanya terjadi akibat jatuh pada telapak tangan dengan tangan
dan lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalamposisi sedikit fleksi.

2. Fraktur Interkondiler Humerus


Fraktur yang sering terjadi pada anak adalah fraktur kondiler lateralis dan fraktur kondiler
medialis humerus.
3. Fraktur Batang Humerus
Fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung yang mengakibatkan fraktur transvesal atau gaya
memutar tak langsung yang mengakibatkan fraktur spiral (fraktur yang arah garis patahnya
berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi)
4. Fraktur Kolum Humerus

2
Fraktur ini dapat terjadi pada kolum anatomikum ( terletak di bawah kaput humeri) dan kolum
sirurgikum ( terletak di bawah tuberkulum ).

C. ETIOLOGI
Penyebab fraktur humerus diantaranya adalah :
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Fraktur yang disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat berupa
pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran atau penarikan.
a. Trauma langsung
Tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan lunak rusak.
b. Trauma tak langsung
Tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena itu,
kerusakan jaringan lunak pada fraktur mungkin tidak ada.
Fraktur humerus juga dapat terjadi akibat:
1) Fraktur kelelahan atau tekanan
Akibat dari tekanan yang berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan retak yang terjadi pada
tulang.
2) Kelemahan abnormal pada tulang / fraktur patologik
Fraktur yang dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah
(misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (osteoporosis tulang).
D. MEKANISME CEDERA
Fraktur biasanya terjadi setelah jatuh pada lengan yang terlentang, jenis cedera pada orang
muda menyebabkan dislokasi bahu. Klasifikasi Neer ( 1970 ) memperhatikan empat segmen
utama yang terlibat dalam cedera ini yaitu caput, tuberositas minor, tuberositas mayor dan
batang.
Klasifikasi ini membedakan jumlah fragmen yang bergeser , kalau fragmen tak bergeser
dianggap sebagai fraktur satu bagian, kalau satu segmen terpisah dari lainnya disebut fraktur
dua bagian , kalau dua fragmen bergeser ini disebut fraktur tiga bagian kalau semua bagian
utama bergeser ini disebut fraktur empat bagian.
E. PATOFISIOLOGI
Trauma yang terjadi pada tulang humerus dapat menyebabkan fraktur. Fraktur dapat berupa
fraktur tertutup ataupun terbuka. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak di
sekitarnya sedangkan fraktur terbuka biasanya disertai kerusakan jaringan lunak seperti otot
tendon, ligamen, dan pembuluh darah.
Tekanan yang kuat dan berlebihan dapat mengakibatkan fraktur terbuka karena dapat
menyebabkan fragmen tulang keluar menembus kulit sehingga akan menjadikan luka terbuka
dan akan menyebabkan peradangan dan kemungkinan terjadinya infeksi.

3
Keluarnya darah dari luka terbuka dapat mempercepat pertumbuhan bakteri. Tertariknya
segmen tulang disebabkan karena adanya kejang otot pada daerah fraktur menyebabkan
disposisi pada tulang sebab tulang berada pada posisi yang kaku.

F. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik atau gambaran klinis pada fraktur humerus adalah:
1. Nyeri
Nyeri continue / terus-menerus dan meningkat karena adanya spasme otot dan kerusakan
sekunder sampai fragmen tulang tidak bisa digerakkan.
2. Deformitas atau kelainan bentuk
Perubahan tulang pada fragmen disebabkan oleh deformitas tulang dan patah tulang itu
sendiri yang diketahui ketika dibandingkan dengan daerah yang tidak luka.
3. Gangguan fungsi
Setelah terjadi fraktur ada bagian yang tidak dapat digunakan dan cenderung menunjukkan
pergerakan abnormal, ekstremitas tidak berfungsi secara teratur karena fungsi normal otot
tergantung pada integritas tulang yang mana tulang tersebut saling berdekatan.
4. Bengkak / memar
Terjadi memar pada bagian atas lengan yang disebabkan karena hematoma pada jaringan
lunak.
5. Pemendekan
Pada fraktur tulang panjang terjadi pemendekan yang nyata pada ekstremitas yang disebabkan
oleh kontraksi otot yang berdempet di atas dan di bawah lokasi fraktur humerus.
6. Krepitasi
Suara detik tulang dapat didengar atau dirasakan ketika fraktur humeri digerakkan disebabkan
oleh trauma lansung maupun tak langsung.

G. KOMPLIKASI
1. Dislokasi bahu
Fraktur-dislokasi baik anterior maupun posterior sering terajdi. Dislokasi biasanya dapat
direduksi secara tertutup dan kemudian diterapi seperti biasa.
2. Cedera saraf
Kelumpuhan saraf radialis dapat terjadi pada fraktur humerus bila tidak ada tindakan yang
berarti.
3. Lesi saraf radialis
Yaitu ketidakmampuan melakukan ekstensi pergelangan tangan sehingga pasien tidak mampu
melakukan fleksi jari secara efektif dan tidak dapat menggenggam lagi.

4
4. Kekakuan sendi
Kekakuan pada sendi terjadi jika tidak dilakukan aktivitas lebih awal.
5. Non-union
Penyembuhan tulang tidak terjadi walaupun telah memakan waktu lama karena :
a. Terlalu banyak tulang rusak pada cedera sehingga tidak ada yang menjembatani fragmen
b. Terjadi nekrosa tulang karena tidak ada aliran darah
c. Anemi endoceime imbalance (ketidakseimbangan endokrin atau penyebab sistemik yang
lain)

H. PENCEGAHAN FRAKTUR HUMERUS


Pencegahan fraktur humerus dapat dengan tiga pendekatan :
1. Dengan membuat lingkungan lebih aman
2. Mengajarkan kepada masyarakat secara berkesinambungan mengenai :
a. Bahaya minum sambil berkemudi
b. Pemakaian sabuk pengaman
c. Harus berhati-hati pada waktu mendaki tangga, melaksanakan kegiatan dengan
mengeluarkan tenaga atau alat berat
d. Menggunakan pakaian pengaman untuk pekerjaan berbahaya baik di rumah atau di
tempat pekerjaan
e. Menggunakan pakaian pelindung pada saat berolahraga
3. Mengajarkan kepada para wanita mengenai osteoporosis
(Long, B.C., 1996: 356)

I. PENATALAKSANAAN
Menurut Sjamsuhidajat (1998) prinsip pengelolaan patah tulang adalah reposisi dan
immobilisasi. Penatalaksanaan yang bisa dilakukan antara lain:
a. Proteksi saja, misal mitela untuk fraktur dengan kedudukan baik
b. Immobilisasi dengan fiksasi atau immobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap
memerlukan immobilisasi agar tidak terjadi diskolasi fragmen
c. Reposisi diikuti immobilisasi
d. Reposisi dengan traksi terus-menerus selama masa tertentu, diikuti immobilisasi
e. Reposisi diikuti immobilisasi fiksasi luar
f. Reposisi secara non operatif diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam pada tulang secara
operatif
g. Reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan pemasangan fiksasi
internal
h. Eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya dengan prostetis

5
Pada prinsipnya pengobatan pada fraktur humerus dapat dilakukan secara tertutup yaitu
dengan cara :
1) Fragmen-fragmen dikembalikan pada posisi anatomis (reposisi)
2) Dilakukan imobilisasi sampai terjadi penyambungan fragmen-fragmen tersebut (fiksasi
atau immobilisasi)
3) Pemulihan fungsi (restorasi)
Hal diatas dilakukan karena toleransi yang baik terhadap pemendekan, serta rotasi fragmen
patahan tulang. Pengobatan secara tertutup dapat dilakukan dengan traksi skelet.
Secara umum tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan fraktur tertutup
antara lain :
1. Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas seperti biasa segera mungkin sepanjang
memungkinkan
2. Ajarkan pasien dalam mengontrol pembengkakan dan nyeri
3. Dorong pasien untuk aktif sebatas kemampuan dalam situasi immobilisasi fraktur
4. Lakukan latihan untuk mempertahankan kondisi otot yang tidak rusak dan untuk
meningkatkan kekuatan otot
5. Ajarkan pasien cara penggunaan alat bantu secara aman
6. Bantu pasien dalam memodifikasi lingkungan rumah mereka
7. Ajarkan pasien untuk perawatan mandiri, informasi pengobatan, monitor potensial
komplikasi dan kebutuhan pengawasan pelayanan kesehatan lanjutan.

6
DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeon.1983.Perawatan Diri Penderita Cidera.Jogjakarta: Yayasan Esentia


Media.
Dongoes, Marilyn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian.Jakarta: EGC.
Engram, B.1998.Asuhan Keperawatan Medical Bedah vol.2.Jakarta: EGC.
Nanda.2005.Nursing Diagnosis: Definition Clasification 2005-2006.Philadelphia:North American
Nursing Diagnosis Asosiation.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga. Jajarta : Media Aesculapius.
Meizter, Sussahe C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddart edisi
8.Jakarta: EGC.
Purwadianto, Agus Sampurno.2000.Kedaruratan Medik Edisi Revisi Pedoman Penatalakasaan
Praktis.Jakarta: Binarupa Aksara.
Sjamsuhidajat, R. 2004 . Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai