Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR CRURIS

DISUSUN OLEH :

ARIF MUJIONO / 2107031 PUPUT NOR PUSPITASARI/ 2107058


FITRI DWI APRILIA / 2107039
SISWANTO / 2107062
HERSAT YUDHA ADI / 2107042
SISWINDA CAHYANI / 2107063
I’IN WERDINING RAHAYU / 2107044
SRI WINDARSIH / 2107064
IWAN NUROZI / 2107045
SUSILOWATI / 2107066
M. JEFRY SUKRON / 2107050
TAUFIQ HIDAYAT / 2107068
MUHAMMAD RIFQY AZIZ /2107053
TRIA FRISKA / 2107069
NIDA NUR AFIDA 2107054
YULI YANI / 2107073

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG

2021/2022
A. Definisi
Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh tekanan atau trauma. Fraktur merupakan rusaknya kontinuitas tulang
yang disebabkan oleh tekanan eksternal yang datang lebih besar dibandingkan dengan
yang dapat diserap oleh tulang (Asikin et al, 2016).
Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia danfibula
yang biasanya terjadi pada bagian proksimal (kondilus), diafisis,atau persendian
pergelangan kaki (Muttaqin, 2008). Berdasarkan pengertian para ahli dapat
disimpulkan bahwa frakturcruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan di
tentukan sesuai jenisdan luasnya, yang di sebabkan karena trauma atau tenaga
fisik yangterjadi pada tulang tibia.

B. Etiologi
Menurut Wijaya dan Putri (2013) penyebab fraktur adalah :
a) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinyakekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka
dengangaris patah melintang atau miring.
b) Kekerasan tidak langsung
Menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya
kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur
hantaran vektor.
c) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa
pemutiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasidari ketiganya,
danpenarikan.
C. Manifestasi klinis
Manifestasi fraktur menurut Brunner & Suddarth (2005) adalah nyeri,
hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus,
pembengkakan local perubahan warna.
a. Nyeri terus menerus dan bertambah sampai fregmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk  bidai alamiah
alamiah yang dirancang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur, bagian – bagian tak dapat digunakan dan cenderung
bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa)  bukannyatetap rigid
seperti seperti normalnya. Pergeseranfragmen pada fraktur lengan atau
tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas
yang bias diketahui dengan membandingkanekstremitas normal.
Ekstremitas tak dapatdengan baik karena fungsi normal otot bergantung
bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot.
c. Pada fraktur panjang, terjadinya pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat diatas atau dibawah tempat fraktur.
Fraktur sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5 cm
(1-2 inci).
d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

D. Klasifikasi
Menurut (Brunner & Suddarth, 2005) jenis-jenis fraktur adalah:
a) Complete fracture (fraktur komplet) patah pada seluruh garis
tengahtulang, luas dan melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan
posisi tulang.
b) Closed fracture (simple fraktur) tidak menyebabkan robeknya
kulit,integritas kulit masih utuh.
c) Open fracture (compound fraktur / komplikata / kompleks),merupakan
fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak danujung tulang
menonjol sampai menembus kulit) atau membranemukosa sampai
kepatahan tulang.Fraktur terbuka digradasi menjadi:

- Grade I : luka bersih, kurang dari 1 cm panjangnya-


- Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunakyang
ekstensif
- Grade III : luka sangat terkontaminasi dan mengalamikerusakan
jaringan lunak ekstensif.
d) Greenstick fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang
lainnyamembengkok.
e) Tranversal fraktur sepanjang garis tengah tulang
f) Oblik fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
g) Spiral fraktur memuntir seputar batang tulang
h) Komunitif fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa

E. Patofisiologi

Patofisiologi fraktur clavicula menurut Helmi (2012) adalah tulang


pertama yang mengalami proses pergerasan selama perkembangan embrio
pada minggu ke lima dan enam. Tulang clavicula, tulang humerus bagian
proksimal dan tulang scapula bersama-sama membentuk bahu. Tulang
clavicula ini membantu mengangkat bahu ke atas, keluar, dan kebelakang
thorax. Pada bagian proximal tulang clavicula bergabung dengan sternum
disebut sebagai sambungan sternoclavicular (SC). Pada bagian distal clavicula
(AC), patah tulang pada umumnya mudah untuk dikenali dikarenakan tulang
clavicula adalah tulang yang terletak dibawah kulit (subcutaneus) dan
tempatnya relatif didepan. Karena posisinya yang terletak dibawah kulit maka
tulang ini sangat rawan sekali untuk patah. Patah tulang clavicula terjadi
akibat tekanan yang kuat atau hantaman yang keras ke bahu. Energi tinggi
yang menekan bahu ataupun pukulan langsung pada tulang akan menyebabkan
fraktur.
Pathway

F. Pengkajian Keperawatan
a. Pengumpulan data
1) Identitasklien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan jam MRS, nomor register, diagnosa medis
2) Keluhanutama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut/kronik tergantung dari lamanyaserangan. Unit
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri pasien
digunakan:
- Provoking inciden: apakah ada peristiwa yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
- Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan
pasien.Apakah seperti terbakar, berdenyut atau menusuk.
- Region radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar/menyebar dan dimana rasa sakit terjadi
- Saverity (scale of pain): seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
pasien, bisa berdasarkan skala nyeri/pasien menerangkan seberapa
jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
- Time:berapalamanyeriberlangsung,kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari/siang hari
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien fraktur/patah tulang dapat disebabkan oleh
trauma/kecelakaan, degeneratif dan patologis yang didahului dengan
perdarahan, kerusakan jaringan sekirat yang mengakibatkan nyeri,
bengkak, kebiruan, pucat/perubahan warna kulit dan kesemutan.
4) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien pernah mengalami penyakit ini (Fraktur Costa) atau
pernah punya penyakit yang menular/menurun sebelumnya.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Pada keluarga pasien ada/tidak yang menderita esteoporoses,
arthritis dan tuberkulosis/penyakit lain yang sifatnya menurut dan
menular.
6) Pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Pada fraktur akan mengalami perubahan/ gangguan pada personal
hygien, misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, BAB dan BAK.
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada fraktur tidak akan mengalami penurunan nafsu makan,
meskipun menu berubah misalnya makan dirumah gizi tetap sama
sedangkan di RS disesuaikan dengan penyakit dan diet pasien.
c) Pola Eliminasi
Kebiasaan miksi/defekasi sehari-hari, kesulitan waktu defekasi
dikarenakan imobilisasi, feses warna kuning dan konsistensi
defekasi, pada miksi pasien tidak mengalami gangguan.
d) Pola Istirahat dan Tidur
Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang
disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur.
e) Pola Aktivitas dan Latihan
Aktivitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan akibat dari
fraktur femur sehingga kebutuhan pasien perlu dibantu oleh
perawat / keluarga.
f) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Pada fraktur akan mengalami gangguan diri karena
terjadiperubahan pada dirinya, pasien takut cacat seumur
hidup/tidak dapat bekerja lagi.
g) Pola Sensori Kognitif
Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan, sedang pada pola
kognitif atau cara berpikir pasien tidak mengalami gangguan.
h) Pola Hubungan Peran
Terjadinyaperubahanperanyangdapat mengganggu hubungan
interpersonal yaitu pasien merasa tidak berguna lagidan menarik
diri.
i) Pola Penanggulangan Stres
Perlu ditanyakan apakah membuat pasien menjadi stres
danbiasanya masalah dipendam sendiri / dirundingkan dengan
keluarga.
j) Pola Reproduksi Seksual
Bila pasien sudah berkeluarga dan mempunyai anak,
makaakan mengalami pola seksual dan reproduksi, jika
pasienbelum berkeluarga pasien tidak akan mengalami gangguan.
k) Pola Tata Nilai dan Kepercayaan
Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan pasien
meminta perlindungan / mendekatkan diri dengan Tuhan
b. Pemeriksaanfisik/ Head to toe
c. Pemeriksaanpenunjang
Pemeriksaan diagnostik fraktur yaitu:
a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi dan luasnya fraktur
b. Scan tulang, tonogram, scan CT/MRI : memperlihatkan fraktur, jugadapat
digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi)atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
taruma multiple).
e. Kreatinin : trauma otot meningkat beban kreatinin untuk kliren ginjal
f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,transfusi
multiple atau cedera hari

G. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Fisik D. 0077


b. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Kerusakan Integritas
Struktur Tulang D. 0054
c. Resiko Infeksi berhubungan dengan integritas kulit D. 0142

H. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi


Hasil
1. Nyeri akut SLKI SIKI
berhubungan Kontrol Nyeri L. 08063 Manajeen Nyeri I. 08238
dengan agen Tujuan : 1. Monitor TTV
cedera fisik Setelah diberikan 2. Kaji lokasi,
D. 0077 asuhan keperawatan karakteristik,
selama 3 x 24 jam frekuensi, kualitas,
diharapkan skala nyeri dan intensitas nyeri
berkurang 3. Berikan teknik
Kriteria Hasil : nonfarmakologis
1. Nyeri dapat untuk mengurangi
terkontrol nyeri
2. Pasien mampu 4. Kolaborasi pemberian
mengenali onset dan analgetik jika perlu
penyebab nyeri
3. Pasien mampu
mengunakan teknik
non-farmakologis
untuk mengontrol
nyeri
2. Gangguan SLKI SIKI
mobilisasi fisik Mobilitas Fisik L. 05042 Dukungan Mobilisasi
berhubungan Tujuan : I. 05173
dengan Setelah diberikan 1. Identifikasi adanya
kerusakan asuhan keperawatan nyeri atau keluhan
integritas struktur selama 3 x 24 jam fisik lainnya
tulang diharapkan gangguan 2. Monitor kondisi
D. 0054 mobilitas fisik dapat umum selama
teratasi melakukan mobilisasi
Kriteria: 3. Menganjurkan
1. Gerakan terbatas membatasi gerak pada
menurun area cidera
2. Nyeri menurun
3. Pergerakan
ekstremitas
meningkat
4. Kekuatan otot
meningkat
5. Rentang Gerak
(ROM) meningkat
3. Resiko infeksi SLKI SIKI
berhubungan Integritas kulit dan Pencegahan Infeksi
dengan integritas jaringan L. 14125 I. 14539
kulit Setelah dilakukan - Monitor tanda dan
D. 0142 tintdakan keperawatan gejala infeksi local
selama 1x 24 jam maka dan sistemik.
integritas kulit - Jelaskan tanda dan
meningkat KH : gejala infeksi.
- Nyeri menurun - Ajarkan cara mencuci
- Kemerahan menurun tangan dengan benar.
- Bengkak menurun - Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu

I. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tindakan keperawatan untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosis
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi yang dilakukan
oleh perawat. Bila tidak atau belum berhasil, maka perlu disusun rencana
baru yang sesuai (Herdman & Kamitsuru, 2015). Ketika menentukan
apakah tujuan telah tercapai, perawat dapat menarik kesimpulan :
1. Masalah teratasi yakni respon klien sama dengan hasil yang
diharapkan.
2. Masalah teratasi sebagian yakni tujuan jangka pendek tercapai, tetapi
tujuan jangka panjang tidak tercapai, atau hasil yang yang diharapkan
hanya tercapai sebagian.
3. Masalah tidak teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Muskuloskaletal .Jakarta : EGC
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
danTindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI
Wahyuni, Sri (2012) Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Nn E Dengan Close
Fraktur Clavicula 1/3 Tengah Dekstra Di Instalasi Bedah Sentral RS
Orthopedi Prof. Dr.R.Soeharso Surakarta (Diploma thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Obara, Septa. (2020). Asuhan Keperawatan Perioperatif Pasien Dengan Diagnosa
Fraktur KlavikulaDenganTindakan Operasi Orif (Open Reduction Internal
Fixation) Di Ruang Operasi Rumah Sakit Dkt Bandar Lampung Tahun 2020.
(Diploma Thesis, Poltekkes Tanjungkarang).

Anda mungkin juga menyukai