Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S DENGAN DIAGNOSA
MEDIS POST OPERATIVE CLOSED FRAKTURE FEMUR
DI RSUD AMPANA

Oleh :
NURFUAD MUHLIS
NIM : B300221073

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BARAMULI
TAHUN 2022
1. Pendahuluan

Fraktur atau patah tulang merupakan suatu keadaan dimana terputusnya

kontinuitas tulang atau tulang rawan yang di akibatkan karena adanya rudapaksa

(Mansjoer, 2008). Seiring dengan meningkatnya mobilitas dan jarak tempuh,

manusia memerlukan alat bantu kendaraan untuk mobilitas mereka. Semakin

banyaknya kendaraan bermotor maka insiden kecelakanan sangat tinggi. Insiden

kecelakaan dapat menjadi penyebab terjadinya fraktur, baik kecelakaan kerja

maupun kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2000).

Fraktur di sebabkan oleh beberapa penyebab seperti adanya trauma tumpul

maupun terbuka, penekanan, penekuan, dll. Manifestasi klinis fraktur yaitu

hilangnya fungsi anggota gerak, nyeri pembengkakan dan deformitas akibat

pergeseran fragmen tulang, krepitasi akibat gesekan antar fragmen satu dengan

lainnya, pembengkakan dan perubahan warna lokal pada daerah fraktur akibat

trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Kehilangan fungsi tubuh

permanen merupakan kondisi yang di takutkan pasien fraktur (Smeltzer, 2002).

Komplikasi awal yang dapat terjadi pada fraktur yaitu kerusakan arteri terjadi

karena trauma, Compartment Syndrometerjadi karena terjebaknya otot, tulang,

saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut, Fat Embolism Syndrom terjadi

karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrowkuning masuk ke aliran darah

sehingga menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah, Infeksi terjadi karena

sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan, Avaskuler Nekrosis

terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu sehingga dapat

menyebabkan nekrosis tulang, dan Shockterjadi karena kehilangan banyak darah

dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya

oksigenasi sehingga dapat menyebabkan kematian (Brunner dan Suddarth, 2002).


2. Konsep Medis
a. Definisi

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau

tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan

jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang

terjadi itu lengkap atau tidak lengkap ( Nurarif, 2015 ).

b. Etiologi

1. Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya

kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis

patah melintang atau miring.

2. Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh

dari tempat terjadinya kekerasan. yang patah biasanya adalah bagian

yang paling lemah dalam jalur hantaran faktor kekerasan.

3. Kekerasan akibat tarikan otot patah tulang akibat tarikan otot sangat

jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan dan

penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

4. Fraktur patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh

melelehnya struktur tulang akibat proses patologik. Proses patologik

dapat disebabkan oleh kurangnya zat-zat nutrisi seperti vitamin D,

kalsium, fosfor, ferum. Factor lain yang menyebabkan proses patologik

adalah akibat dari proses penyembuhan yang lambat pada penyembuhan

fraktur atau dapat terjadi akibat keganasan Aimul (2006) di kutip oleh

Jfikriamrullah (2011).
c. Klasifikasi Fraktur

Menurut Chairuddin (2003), Fraktur diklasifikasikan, Sebagai berikut:

1. Klasifikasi etiologis :

a. Fraktur traumatic

b. Fraktur patologis terjadi pada tulang adanya kelainan/penyakit yang

menyebabkan kelemahan pada tulang (infeksi, tumor, kelainan

bawaan) dan dapat terjadi secara spontan atau akibat terjadi trauma

jaringan.

c. Fraktur stres terjadi karena adanya stres yang kecil yang berulang-

ulang pada daerah tulang yang menompang berat badan. Fraktur stres

jarang sekali di temukan pada anggota gerak atas.

2. Klasifikasi klinis :

a. Fraktur tertutup bila tidak terdapat hubungan antar fragmen tulang

dengan dunia luar.

b. Fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulangdengan

dunia luar. Karena adanya perlukan di kulit.

c. Fraktur dengan komplikasi, misal malunion, delayed, union,nanunion,

infeksi tulang.

3. Jenis klasifikasi fraktur terbagi menjadi dua bagian :

a. Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan

biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).

b. Fraktur tidak komplet adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari

garis tengah tulang.


c. Fraktur tertutup (fraktur simpel) tidak menyebabkan robeknya kulit.

d. Fraktur terbuka (fraktur komplikatan/kompleks) merupakan fraktur

dengan luka ada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan

tulang.

c. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif (2015), tanda dan gejala dri fraktur, antara lain :

1. Tidak dapat menggunakan anggota gerak.

2. Nyeri pembekakan.

3. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh

dikamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat,

kecelakaan kerja, trauma olah raga)

4. Gangguan fungsional anggota gerak.

5. Deformitas.

6. Kelainan gerak.

7. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada daerah fraktur.

8. Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.

9. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh

dikamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa benda berat,

kecelakaan kerja, trauma olah raga)

10. Gangguan fungsional anggota gerak.

11. Deformitas.

12. Kelainan gerak.

13. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada daerah fraktur.

14. Krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.


d. Pemeriksaan penunjang :

1. X-ray menetukan lokasi/luasnya fraktur.

2. Scan tulang: memperlihatkan fraktur yang lebih jelas, mengidentifikasikarena

jaringan lunak.

3. Arteriogram: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan

4. Hitung darah lengkap : hemokosentrasi mungkin meningkat, menurun pada

perdarahan, peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan.

5. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untul klirens ginjal.

6. Profil koagolis : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi atau

cedera hati. (Nurarif dan Kusuma, 2015).

e. Penatalaksanaan :

1. Reduksi fraktur mengebangkan fragmen tulang pada kesejajarannya dan

rotasi anatomis. Reduksi tertutup, mengembangkan fragmen tulang ke

posisinya (ujung – ujungnya saling berhubungan) dengan menipulasi dan

traksi manual. Alat yang di gunakan biasanya traksi, bidai dan alat lainya.

Reduksi terbuka, dengan pendekatan bedah alat fiksasi interna dalam

bentuk pin, kawat, skrup, plat, paku.

2. Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode externa dan interna

mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neorovaskuler selalu

di panatu meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan, gerakan, perkiraan

imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang mengalami

fraktur adalah sekitar 3 bulan (Nurarif, 2015).


f. Dampak masalah

Ditinjau dari anatomi dan patofisiologi diatas, masalah klien yang

mungkin timbul terjadi merupakan respon terhadap klien terhadap

penyakitnya. Akibat fraktur terutama pada fraktur akan menimbulkan dampak

baik terhadap klien sendiri maupun keadaan keluarganya. Dampak fisik pasien

tidak bisa melakukan aktifitas secara mandiri karena keterbatasan aktifitas

dikarenakan pemasangan fiksasi. Dampak ekonomi jika pasien bekerja maka

pasien akan cuti selama masa penyembuhan. Dampak sosial pasien merasa

malu akan kondisinya saat ini sehingga pasien tidak bisa bersosialisasi dengan

lingkungannya.

1. Biologis

Pada klien fraktur ini terjadi perubahan pada bagian tubuhnya yang

terkena trauma, peningkatan metabolisme karena digunakan untuk

penyembuhan tulang, terjadi perubahan asupan nutrisi melebihi kebutuhan

biasanya terutama kalsium dan zat besi

2. Psikologis

Klien akan merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari

fraktur, perubahan gaya hidup, kehilangan peran baik dalam keluarga

maupun dalam masyarakat, dampak dari hospitalisasi rawat inap dan harus

beradaptasi dengan lingkungan yang baru serta takutnya terjadi kecacatan

pada dirinya.
3. Sosial

Klien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam

masyarakat karena harus menjalani perawatan yang waktunya tidak akan

sebentar dan juga perasaan akan ketidakmampuan dalam melakukan

kegiatan seperti kebutuhannyasendiri seperti biasanya.

4. Spiritual

Klien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan

keyakinannya baik dalam jumlah ataupun dalam beribadah yang

diakibatkan karena rasa nyeri dan ketidakmampuannya.

5. Terhadap Keluarga

Masalah yang timbul pada keluarga dengan salah satu anggota

keluarganya terkena fraktur adalah timbulnya kecemasan akan keadaan

klien, apakah nanti akan timbul kecacatan atau akan sembuh total. Koping

yang tidak efektif bisa ditempuh keluarga, untuk itu peran perawat disini

sangat vital dalam memberikan penjelasan terhadap keluarga. Selain itu,

keluarga harus bisa menanggung semua biaya perawatan dan operasi klien.

Hal ini tentunya menambah beban bagi keluarga (Syamsul, 2010 dikutip

oleh Regina, 2014).

3. Konsep Asuhan keperawatan

a. Pengkajian

Proses keperawatan dalam mengumpulkan informasi atau data tentang

klien, agar dapat mengindentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan

kesehatan, dan keperawatan klien, baik fisik,mental,social dan lingkungan.


b. Pengumpulan data

1. Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, suku, agama, tempat tinggal,

pekerjaan, pendidikan, dan suku. Pada umumnya fraktur terjadi pada laki

– laki dengan usia 20 – 40 tahun rentan terjadi fraktur. Pada penderita

fraktur, umur menjadi pengaruh dalam proses penyembuhan fraktur,

akan semakin lama karena saat usia tua tulang tidak beregenerasi lagi.

Pekerjaan juga menjadi pengaruh utama pada fraktur mengingat fraktur

paling sering disebabkan karena kecelakaan.

2. Keluhan utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus post operative

fractureadalah rasa nyeri. Nyeri tersebut terjadi karena pemasangan

traksi / tindakan pembedahan.

3. Riwayat penyakit sekarang

Pada klien fraktur / patah tulang nyeri dapat disebabkan karena

tindakan pembedahan.Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap

tentang rasa nyeri klien yaitu dengan pengkajian PQRST :

a) Provoking Incident : Faktor nyeri yaitu akibat tindakan pembedahan.

b) Quality of Pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan klien. Apakah nyerinya seperti terbakar, berdenyut atau

menusuk.

c) Region : Apakah nyeri menjalar atau menyebar, dan seberapa jauh

penyebarannya, dan sampai dimana rasa sakit terjadi.

d) Severity (Scale) of Pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan

klien, dapat di ukur dengan menggunakan skala nyeri 1 – 10 yaitu :


Tipe nyeri :

10 : Nyeri sangat berat

7-9 : Tipe nyeri berat

4-6 : Tipe nyeri sedang

1-3 : Tipe nyeri ringan

0 : Tidak ada nyeri

Skala intesitas nyeri

0 : Tidak ada nyeri

1 : Nyeri seperti gatal, tersetrum atau nyut - nyutan

2 : Nyeri seperti melilit atau terpukul

3 : Nyeri seperti perih atau mules

4 : Nyeri seperti kram dan kaku

5 : Nyeri seperti tertekan atau bergerak

6 : Nyeri seperti terbakar atau ditusuk

7, 8, 9 : Sangat nyeri tetapi dapat dikontrol oleh klien dengan dengan

aktifitas yang bisa dilakukan

10 : Sangat dan tidak dapat di kontrol klien

(Saduran dari Fundamental of Nursing, Sudiharto).

e) Time : kapan nyeri itu timbul, dan berapa lama nyeri berlangsung,

apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.


4. Riwayat penyakit dahulu

Pada klien fraktur / patah tulang dapat disebabkan oleh trauma /

kecelakaan, degeneratif dan patologi. Pernah mengalami kejadian patah

tulang atau tidak sebelumnya dan ada / tidaknya klien mengalami

pembedahan perbaikan dan pernah menderita osteoporosis sebelumnya.

5. Riwayat penyakit keluarga

Pada keluarga klien ada / tidak yang menderita osteoporosis, arthritis

dan tuberkolosis atau penyakit lain yang sifatnya menurun dan menular.

6. Pemeriksaan fisik

Berdasarkan B1-B6

a) B1(Breathing)

Inspeksi : Tidak ada perubahan yang menonjol seperti bentuk dada ada

tidaknya sesak nafas, pernafasan cuping hidung, dan pengembangan

paru antara kanan dan kiri simetris.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, gerakan vokal fremitus antara kanan

dan kiri sama.

Perkusi : Bunyi paru resonan

Auskultasi : Suara nafas vesikuler tidak ada suara tambahan seperti

whezzing atau ronchi


b) B2(Blood)

Inspeksi : Kulit dan membran mukosa pucat.

Palpasi : Tidak ada peningkatan frekunsi dan irama denyut nadi, tidak

ada peningkatan JVP, CRT menurun >3detik

Perkusi : Bunyi jantung pekak

Auskultasi : tekanan darah normal atau hipertensi ( kadang terlihat

sebagai respon nyeri), bunyi jantung I dan II terdengar lupdup tidak ada

suara tambahan seperti mur mur atau gallop.

c) B3 (Brain)

Inspeksi : Mengkaji kesadaran dengan nilai GCS, tidak ada kejang,

tidak ada kelainan nervus cranialis

Palpasi : Tidak ada nyeri kepala

d) B4 (Bladder)

Inspeksi : Pada miksi klien tidak mengalami gangguan, warna urin

jernih, buang air kecil 3 – 4 x/hari.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih

e) B5 (Bowel)

Inspeksi : Keadaan mulut bersih, mukosa lembab, keadaanabdomen

normal tidak asites.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan atau massa pada abdomen.Perkusi :

Normal suara tympani


Auskultasi : Peristaltik normal

f) B6 (Musculoskeletal)

Inspeksi : Aktivitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan dari

post operative fracture sehingga kebutuhan perlu dibantu baik oleh

perawat atau keluarga, misalnya kebutuhan sehari-hari, mandi, BAB,

BAK dilakukan diatas tempat tidur.Pada area luka beresiko tinggi

terhadap infeksi, sehingga tampak diperban / dibalut. Tidak ada

perubahan yang menonjol pada sistem integumen seperti warna kulit,

adanya jaringan parut / lesi, adanya perdarahan, adanya pembengkakan,

tekstur kulit kasar dan suhu kulit hangat serta kulit kotor.

Palpasi : Adanya nyeri , kekuatan otot pada area fraktur mengalami

perubahan akibat kerusakan rangka neuromuscular, mengalami

deformitas pada daerah trauma. ROM menurun yaitu mengkaji dengan

skala ROM :

(1)) Skala 0 : Paralisis total.

(2)) Skala 1 : Tidak ada gerakan, teraba / terlihat adanyakontraksi otot.

(3)) Skala 2 : Gerakan otot penuh menantang gravitasi dengansokongan.

(4)) Skala 3 : Gerakan normal menentang gravitasi

(5)) Skala 4 : Gerakan normal menentang gravitasi dengansedikit tahanan

(6)) Skala 5 : gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan tahanan

penuh.
g) B7 (Penginderaan)

Inspeksi : Pada mata terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika

terjadi perdarahan), pergerakan bola mata normal, pupil isokor.

h) B8 (Endokrin)

Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran

kelenjar parotis.

c. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan, post operative.

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan suplai darah

kejaringan menurun.

3. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan luka post operativefracture.

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuscular,nyeri, terapi restriktif (imobilisasi).

5. resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, (pemasangan traksi) (Nurarif,

2015).
d. Intervensi keperawatan

1. Intervensi diagnosa Nyeri akut

Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasional

Setelah di lakukan 1. Beri penjelasan pada 1. Dengan memberikan


tindakan keperawatan di klien dan keluarga penjelasan diharapkan
harapkan nyeri akut tentang penyebab nyeri. klien tidak merasa cemas
teratasi. dan dapat melakukan
Kriteria Hasil : sesuatu yang dapat
1.Mampu mengontrol mengurangi nyeri.
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu 2. Kaji tingkat nyeri klien 2. Mengevaluasi tingkat
menggunakan teknik (lokasi, karakteristik dan nyeri klien dapat
nonfarmakologi untuk durasi) serta respon mendeteksi gejala dini
mengurangi nyeri, verbal dan non verbal yang timbul sehingga
mencari bantuan) pada klien yang perawat dapat memilih
2.Melaporkan bahwa mengisyaratkan nyeri. tindakan keperawatan
nyeri berkurang dengan selanjutnya serta
menggunakan manjemen mengkaji respon verbal
nyeri. dan non verbal klien
dapat diketahui
intervensi kita berhasil
atau tidak.
3. Ajarkan pada klien 3. teknik nafas dalam dan
cara pengurangan nyeri mengalihkan nyeri
dengan teknik relaksasi mampu menstimulus
dan distraksi. otak terhadap nyeri
sehingga mengurangi
nyeri.
4. Pertahankan 4. Immobilisasi / bedrest
immobilisasi / bedrest dapat meringankan nyeri
karena adanya trauma / dan mencegah
patah tulang / displacement tulang /
pemasangan traksi. eksistensi jaringan luka.

5. Observasi tanda-tanda 5. Observasi tanda-tanda


vital. vital dapat diketahui
keadaan umum klien.

6. Lakukan kolaborasi 6. Obat analgesik


dalam pemberian obat diharapkan dapat
sesuai dengan yang di mengurangi nyeri dan
indikasikan yaitu anal obat pelemas otot
gesik dan pelemas otot. diharapkan dapat
melemaskan otot.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan suplai darah

kejaringan menurun.

Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional


Setelah di lakukan 1. Kajisecarakomprehe 1. Sirkulasiperiferdapat
tindakan keperawatan di nsisirkulasiperifer. menunjukantingkatk
harapakn Ketidaefektifan eparahanpenyakit.
perfusi jaringan perifer di 2. Evaluasi 2. Pulsasi yang
harapkan masalah teratasi. nadiperiferdan lemahmenimbulkan
Kriteria hasil : edema. kardiakoutput
1. Tekanan systole dan menurun.
distole dalam rentang 3. Untukmeningkatkan
yang diharapkan. venous return.
2. Tidak ortostatik 3. Evaluasi 4. Mencegah
hipertensi ortostatik. anggotabadanataule komplikasidekubitus
3. Tidak ada tanda-tanda bih. .
peningkatan tekanan 5. Mengerakkan
intrakanial (tidak lebih 4. Ubah ototdansendi agar
dari 15 mmHg). posisipasiensetiap 2 tidakkaku.
jam sekali. 6. Meminimalkanadan
yabekuandalamdara
5. Dorong latian ROM h.
sebelumbedrest.

6. Kolaborasi
dengantimmedisden
ganpemberian anti
platelet
atauantiperdarahan.

3. Kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan luka post operativefracture.

Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional


Setelah di lakukan 1. Anjurkan klien untuk 1. Nyaman saat di gerakkan
tidakan keperwatan di menggunakan pakaian dan luka tidak tertekan
harpakan Kerusakan yang longgar 2. Memberikan posisi yang
intregitas kulit masalah 2. Hindari kerutan pada nyaman
teratasi. tempat tidur, ganti
seprei setiap hari 3. Menghindari adanya
Kriteria hasil : infeksi untuk menjaga
3. Jaga kebersihan kulit
1.Integritas kulit yang yang luka agar tetap kebersihan kulit
baik bisa di pertahankan bersih dan kering 4. Mengetahui tingkat
(sensasi, elastisitas, 4. Monitor aktivitas dan mobilisasi klien
termperatur, hidrasi, mobilisasi 5. Menghindari adanya
pigmentasi) tidak ada 5. Monitor kulit akan infeksi dan perubahan
luka /lesi pada kulit. adanya oedem dan perfusi jaringan
kemerahan 6. Mempertahankan
2. Menunjukakan
6. Anjurkan klien untuk kekuatan otot serta
pemahaman dalam proses melakukan gerak aktif meningkatkan sirkulasi
perbaikan kulit dan sedikit demi sedikit
mencegah terjadinya
cidera berulang
3. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan kulit

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka

neuromuscular, nyeri, terapi restriktif (imobilisasi)

Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasional


Setelah di lakukan tindakan 1. Observasi keterbatasan 1. R/ Dengan observasi
keperawatan di harapkan gerak klien dan catat respon dapat diketahui seberapa
hambatan mobilitas fisik klien terhadapimmobilisasi. jauh tingkat perubahan
teratasi. fisik klien (keterbatasan
Kriteria hasil : gerak) dan bagaimana
1. Klien meningkat dalam respon / persepsi klien
aktivitas fisik. tentang gambaran
2. Mengerti tujuan dari dirinya.
peningkatan mobilitas. 2. Anjurkan klien untuk
3. Memverbalisasikan berpartisipasi dalam aktivitas 2. R/ Dapat memberi
perasaan dalam meningkat dan pertahankan stimulasi kesempatan pasien
kekuatan dan kemampuan lingkungan antara lain TV, untuk mengeluarkan
berpindah. Radiodan surat kabar. energi, memfokuskan
4. Mempergerakan perhatian, meningkatkan
pengunaan alat. rangsangan kontrol diri
5. Bantu untuk mobilisasi. pasien dan membantu
dalam menurunkan
isolasi sosial.
3.Ajarkan pada klien 3.R/ Dapat menambah
untuk berlatih secara aliran darah ke otot dan
aktif / pasif dari latihan tulang melakukan
ROM. gerakan sendi dapat
mencegah kontraktur.

4.Monitor tekanan darah 4.R/ Hipertensi postural


dan catat masalah sakit adalah masalah umum
kepala. yang mengurangi
bedrest lama dan
memerlukan tindakan
khusus.

5.Konsultasikan dangan 5.R/ Konsultasi dengan


ahli terapi fisik / ahli terapi / spesialis
spesialis, rehabilitasi. rehabilitasi dapat
menciptakan program
aktivitas dan latihan
individu.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, (pemasangantraksi).

Tujuan /kriteria hasil Intervensi Rasional


Setelah di lakukan tindakan 1. Kaji keadaan luka (kontinuitas 1. R/Untuk mengetahui
keperawatandi harpakan resiko dari kulit) terhadap adanya: tanda-tanda infeksi.
infeksi teratasi. edema, rubor, kalor, dolor, fungsi
Kriteria hasil : laesa.
1.Klien bebas dari tandadan 2. Anjurkan pasien untuk tidak
gejala infeksi memegang bagian yang luka. 2. R/Meminimalkan
2.Mendreskripsikan proses 3. Merawat luka dengan terjadinya kontaminasi.
penularan penyakitfaktor yang menggunakan tehnikaseptik
Mempengaruhi sertapenularan 3. R/Mencegah
penatalaksanaan. 4. Mewaspadai adanya keluhan kontaminasi dan
3.Menunjukkan kemampuan nyerimendadak, keterbatasan kemungkinan infeksi
untuk timbulnya infeksi. gerak, edema lokal, silang.
4. R/Merupakan indikasi
adanya osteomilitis.
4. Jumlah leokosit dalam eritema pada daerah 5.R/Leukosit yang
batas normal. luka. meningkat artinya sudah
5. Menunjukkan prilaku 5.kolaborasi: terjadi proses infeksi
hidup sehat. Pemeriksaan darah :
-leukosit

Pemberian obat-obatan : -Untuk mencegah


-antibiotika dan TT kelanjutan terjadinya
(Toksoid Tetanus). infeksi dan pencegahan
tetanus.
-Mempercepat proses
-Persiapan untuk operasi penyembuhan luka dan
sesuai indikasi dan penyegahan
peningkatan infeksi.

e. Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan pelaksana dari rencana yang sudah

dibuat untuk proses penyembuhan klien selama klien di rawat di rumah sakit.

Setiap tindakan yang di berikan dari rencana tindakan harus di beri tanggal, waktu

dan paraf (Doenges, 2009).

Pada diagnosa nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, post operative,

selama 2 x 24 jam dilakukan tindakan keperawatan berupa melakukan bina

hubungan saling percaya kepada pasien dan kleuarga, mengobservasi tanda-tanda

vital pasien, mengkaji tingkat intensitas dan frekuensi nyeri, menjelaskan kepada

klien tentang penyebab nyeri, melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian analgesik.
Pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

berhubungan dengan penurunan suplai darah selama 2x24 jam dilakukan kegiatan

seperti mengkaji tanda – tanda vital klien, mengkajisecarakomprehensif

sirkulasiperifer, mengevaluasi nadiperiferdan edema, menganjurkan kepada klien

untuk mengubah posisipasiensetiap 2 jam sekali, menganjurkan untuk latian ROM

sebelumbedrest, kolaborasi dengantimmedisdenganpemberian anti platelet

atauantiperdarahan.

Pada diagnosa kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post

operative, selama 2 x 24 jam dilakukan tindakan keperawatan berupa mengkaji

kulit pada tahap perkembangan luka, mengkaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta

jumlah dan tipe cairan luka, memantau peningkatan suhu tubuh, memberikan

perawatan luka dengan tehnik aseptik, membalut luka dengan kasa kering dan

steril, jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya

debridement, setelah debridement, mengganti balutan sesuai kebutuhan,

melakukan kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

Pada diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri /

ketidaknyamanan, kerusakan musculoskeletal, fraktur, selama 2 x 24 jam

dilakukan tindakan keperawatan berupa mengkaji derajat imobilitas yang

dihasilkan oleh cedera / pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap

imobilisasi, mengajarkan dan member dukung pasien dalam latihan ROM aktif

dan pasif, melakukan pemantauan pada pasien dalam hal penggunaan alat bantu,

memberikan/membantu pasien dalam mobilisasi dengan kursi roda, tongkat

sesegera mungkin, melakukan kolaborasi dengan ahli terapi fisik / okupasi dan /

spesialis rehabilitasi.
Pada diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya

organisme sekunder akibat trauma, selam 2 x 24 jam dilakukan tindakan

keperawatan berupa memantau tanda-tanda vital, melakukan perawatan luka

dengan tehnik aseptic, melakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti

infuse, kateter, drainase luka, dan lain-lain, jika di temukan tanda infeksi lakukan

kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit, berkolaborasi untuk

pemberian antibiotic.

Pada diagnosa resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

terus menerus akibat luka terbuka, selama 2 x 24 jam dilakukan tindakan

keperawatan berupa memantau dan catat kehilangan darah pada pasien (jumlah,

warna), memantau adanya peningkatan denyut nadi dan penurunan tekanan darah,

memantau jumlah urin, memantau terjadinya penurunan kesadaran dan pasien

tampak haus, melakukan kolaborasi dengan tim medis lain pemeriksaan

laboratorium, terutama penurunan Hb dan HT.

f. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu hasil akhir dari perkembangan klien dari setiap

tindakan yang sudah di rencanakan. Dan klien sudah mengalami perubahan

terhadap diri yang di rasakan (Doenges, 2009).

Pada diagnosa nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, post operative,

selama 2 x 24 jamdiharapkan skala nyeri berkurang skala 1- 3, wajah tampak

rileks.

Pada diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan

penurunan suplai darah selama 2 x 24 jam tekanan systole dan distole dalam batas
normal, tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakanial (tidak lebih dari 15

mmHg).

Pada diagnosa kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post

operative, selama 2 x 24 jam diharapkan luka bersih tidak lembab dan tidak kotor,

mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, menunjukkan perilaku / teknik untuk

mencegah kerusakan kulit.

Pada diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri /

ketidaknyamanan, kerusakan musculoskeletal, fraktur, selama 2 x 24 jam

diharapkan klien mampu melakukan pergerakan dan perpindahan,

mempertahankan mobilitas optimal yang dapat ditoleransi dengan karakteristik : 0

= mandiri penuh, 1 = memerlukan alat bantu, 2 = memerlukan bantuan dari orang

lain untuk bantuan pengawasan dan pengajaran, 3 = membutuhkan bantuan dari

orang lain dan alat bantu, 4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Pada diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya

organisme sekunder akibat trauma, selam 2 x 24 jam diharapkan : tidak ada tanda-

tanda infeksi seperti pus, luka bersih tidak lembab dan tidak kotor, tanda-tanda

vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.

Pada diagnosa resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan

terus menerus akibat luka terbuka, selama 2 x 24 jam diharapkan asupan volume

cairan dapat teratasi, tidak ada tanda-tanda syok, turgor kulit lembab, CRT < 3

detik
TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang dimulai dari tahap

pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi pada tanggal 5 Maret

2022 di ruang Vela Bira RSUD Ampana.

Data diambil tanggal : 5-7 Maret 2022 Jam : 10.00 WIB

Tgl.MRS : 3 Maret 2022

Diagnosa Medis : Post Operative Closed Frakture femur dextra

No Rekam Medis : 0003875xx

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

klien atas nama Tn. S berusia 50 tahun, bersuku jawa, beragama

islam, mempunyai tingkat pendidikan SD, Pekerjaan wiraswasta. Tn. S

beralamatkan Kelurahan Ampana.

Untuk penanggung jawab pembiayaan selama perawatan adalah

Ny. W yang merupakan istrinya berusia 45 tahun, Berpendidikan SD,

berkerja sebagai ibu rumah tangga, dan beralamatkan Kelurahan Ampana.


2. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat Keperawatan Sekarang


1) Keluhan Utama : Pasien mengatakan nyeri.
2) Riwayat Penyakit Saat Ini
Saat pengkajian pasien mengatakan pada tanggal 3 Maret 2022

pasien mengalami kecelakaan tunggal. Pasien ditabrak oleh kendaraan

roda empat saat mau pulang kerumah. Kejadiannya sekitar jam 17.00,

lalu pasien dibawa oleh warga ke RSUD Ampana dengan kondisi kaki

sebelah kanan bengkak dan terasa nyeri yang hebat. Lalu pasien di

masukkan ke ruang bedah minor untuk mendapatkan tindakan

keperawatan sementara sebelum dilakukan foto rontgen. Setelah pasien

dilakukan foto rontgen didapatkan hasil fraktur femur dextra dan

dibawa ke ruang Vela Bira jam 21.00. Pada tanggal 5 Maret jam

09.00 pasien dibawa ke ruang operasi untuk mendapatkan tindakan

selanjutnya. Setelah dilakukan tindakan operasi pasien dipindah ke

ruang RR jam 11.00 untuk pemulihan. Setelah itu pasien dibawa

kembali ke ruang Vela Bira pada jam 15.00. pengkajian dilakukan

tanggal 5 Maret 2022 jam 10.00. ditemukan keluhan nyeri, P: Nyeri

saat digerakkan, Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: Femur (D), S: nyeri

skala 6, T: Nyeri hilang timbul.

Masalah keperawatan : Nyeri Akut.


3) Riwayat Keperawatan Sebelumnya

a) Riwayat kesehatan yang lalu :


(1) Penyakit yang pernah di derita :

Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti saatini.

(2) Operasi : Pasien tidak pernah operasi

(3) Alergi : Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

a) Penyakit yang pernah di derita oleh anggota keluarga

Pasien mengatakan seluruh anggota keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit

apapun.

b) Lingkungan rumah dan komunitas.

Istri pasien mengatakan lingkungan rumah pasien baik, hubungan pasien

dengan tetangga juga baik. Hubungan di dalam keluarga jugabaik.

c) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan


Istri pasien mengatakan tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol, tidak

mempunyai kebiasaan merokok. Pasien jarang mengkonsumsi makanan tinggi

kolesterol.

3. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum :

Keadaan umum pasien lemah, kesadaran composmentis,GCS 4-5-6.

1) Tanda vital

Pada tanda-tanda vital pasien ditemukan data, tensi: 130/80 mmHg,

Suhu: 36’C, Lokasi pengukuran: Axilla, Nadi : 80x/menit Lokasi

penghitungan : Radialis, Respirasi: 20x/menit.


2) Breathing (B1)

Pada pemeriksaan B1 ditemukan data, Bentuk dada : Normal cest,

Susunan ruas tulang belakang: Normal, Irama nafas teratur, tidak ada

gangguan irama pernafasan (baik cheyne-Stokes,Biot, maupun

Kussmaul), tidak ada otot bantu nafas, perkusi thorax: Resonan, tidak

ada alat bantu nafas, vokal fremitus: Getaran pada punggung sisi kanan

dan kiri semua, suara nafas : Vesikuler, tidak ada suara nafas

tambahan.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan yang muncul.

3) Kardiovaskuler (B2)
Pada pemeriksaan B2 ditemukan data, tidak ada nyeri dada, irama

jantung: teratur,pulsasi: Kuat Posisi: ICS IV midclavicula sinistra ICS

V midsternalis dextra, bunyi jantung: S1 S2 tunggal, tidak ditemukan

bunyi jantung tambahan, tidak ada cianosis, tidak ada clubbing finger,

tidak ada pembesaran JVP.

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan yang muncul.

4) Persyarafan (B3)

Pada pemeriksaan B3 ditemkan data kesadaran : Compos mentis,

rientasi: Pasien mengatakan dijaga oleh istri, anaknya dan adiknya

secara bergantian ketika ditanya tentang orang yang asa dui tempat itu,

yang menjaga dirinya, pasien mengatakan bahwa dirinya berada

dirumah sakit untuk menjalani perawatan ketika ditanya tentang

tempat dia berada saat ini. Pasien mampu mengenali waktu dengan

baik, tidak ada kejang, tidak ada kaku kuduk, tidak ada budsky, tidak

ada nyeri kepala, istirahat/tidur : saat sebelum sakit pasien jarang tidur
siang karena sibuk bekerja dan tidur malam hari yaitu 8 jam (dari jam

21.00-05.00) saat sakit pasien tidur siang 3 jam per hari, malam 8 jam

per hari, tidak ada kelainan nervous cranialis,

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

5) Data Psikososial
a) Gambaran diri/ citra diri
b) Tanggapan tentang tubuhnya : Baik.
c) Bagian tubuh yang disukai : Pasien menyukai semua bagian tubuhnya.
d) Bagian tubuh yang kurang disukai : Tidak ada.
e) Persepsi terhadap kehilangan bagian tubuh : Tidak ada.

6) Keyakinan terhadap kesembuhan penyakit : Pasien yakin bisa sembuh.


a) Persepsi terhadap penyakit : Pasien menganggap sakit ini ujian dariTuhan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

b. Data penunjang
1. Laboratorium
Terlampir:

EKG : Tidak dilakukan.


X-Ray : Sudah dilakukan dengan hasil fraktur femur dextra.

2. Therapi pada tanggal 5 Maret 2022.


Infus Asering 1000 cc/24 jam.
Injeksi Antrain 2x250mg. ( untuk anti nyeri )
Injeksi santagesik 3x1 gram. ( digunakan untuk mengatasi nyeri )
Obat oral amoxcilin 3x1 hari. (antibiotik)
4. Diagnosa Keperawatan
a. Analisa Data

No Data Etiologi Problem

1 DS : Post op fraktur femur Nyeri akut

Pasien mengatakan nyeri (closed dextra)

p : nyeri saat digerakkan

Q : nyeri seperti tertusuk-

tusuk.

R:femur (D)

S :skala nyeri 6

T:nyeri hilang timbul.

DO :

- Pasien tampak

menyerengai saat

bergerak

- Terdapat fraktur

femur dextra ditutup

dengan kasa steril

dan dibalut

- TTV : Tekanan

Darah: Adanya fraktur

120/80mmHg, Hambatan mobilitas

- Suhu :36ᵒC, fisik

- Nadi :

84x/mnt, RR :
20x/mnt.

2. DS :

Pasien mengatakan kaki

kanannya sakit saat

digerakkan.

K/U : lemah

ROM : 5 5

2 5

- Pasien dibantu oleh

keluarga dalam

memenuhi kebutuhan

mandi dan BAB

- Perrgerakan terbatas

- Terdapat fraktur

femur dextra ditutup

dengan kasa steril

dan dibalut.
b. Daftar Masalah Keperawatan

1) Nyeri akut Berbuhubungan dengan Post Op fraktur femur

closed dextra.
2) Hambatan mobolitas fisik berhubungan dengan adanya lukafraktur femur

dextra.

c. Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas.


1) Nyeri akut Berbuhubungan dengan Post Op fraktur femur

closed dextra.

2) Hambatan mobolitas fisik berhubungan dengan adanya lukafraktur femur

dextra.

5. Intervensi Keperawatan

Tanggal : 5 Maret 2022

Nama Pasien : Tn.S

Dx Medis : Fraktur femur dextra

No RM : 000387xx

Tabel 3.1 rencana tindakan keperawatan pada Tn.S dengan diagnosaFraktur

femur dextra.
No Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Tujuan : 1. Bina hubungan 1) Agar pasien

Setelah dilakukan tindakan saling percaya lebih terbuka.


keperawatan selama 2x24 jam
2. Kaji skala nyeri. 2) Untuk
diharapkan nyeri pasien berkurang
3. Ajarkan pasien mengetahui
dengan, Kriteria Hasil :
1) Pasien tampak rileks teknik distraksidan seberapa
2) Wajah pasientidak
relaksasi. berhasil
menyeringai.
4. Kolaborasi intervensi yang
3) Pasien dapat
mendemonstrasikan dekstraksi pemberiananalgetik. diberikan.
dan relaksasi.
3) Untuk
4) Skala nyeriberkurang (1-3)
mengurangi
5) Ttv dalam batas normal.
nyeri.

4) Analgetik

berfungsi

untuk
mengurangi nyeri

dengan

lebih cepat.

1. Agar pasienlebih
1) Bina hubungan terbuka
2. Tujuan : saling percaya
2. Mencegah
Setelah dilakukan 2) Cuci tangan 6
penularan
tindakan keperawatan langkah.
mikrobakterium.
selama 2x24 jam
3) Beritahu tentang 3. Untuk
diharapkan mobilitas fisik
pentingnya memotivasi pasien
pasien meningkat dengan,
mobilisasi. tentangpentingnya
Kriteria Hasil :
mobilisasi.
1) Pasien dapat 4) Ajarkan
4. Mempercepat
memenuhi mobilisasi pada
penyembuhan.
kebutuhannya pasien

secara mandiri. 5. Mencegah

5) Lakukan rawat terjadinya infeksi


2) Kekuatan otot
luka pada luka pada
pasien meningkat.
post op. luka post oip.
3) ROM :
6) Kolaborasi 6. Mencegah

pemberian terjadinya

antibiotik. infeksi pada

luka post op

dari debu.

6. Implementasi Keperawatan

No Tanggal Jam Implementasi Nama / Tanggal

DX

1 5 17.00 1. Memasukkan Injeksi

Maret antrain 2 mg

2022 2. Memasukkan Injeksi

ceftriaxone 1 mg

3. Mengganti cairan infus

asering 14 tpm

4. Mengkaji karakteristik

nyeri.

5. Mengajarkan tekhnik

distraksi dan relaksasi

(menyarankan pasien

melakukan hal-hal yang

disukai pasien,

mengajarkan nafas dalam

ketika nyeri timbul).


6. KIE keluarga pasien

tentang cara membuang

urine yang ada di urine

bag.

2 17.30 1. Memberitahu pasien tentang

pentingnya mobilisasi.

2. Mengajarkan mobilisasi ke

pasien, mengajarkan pasien

mikamiki.

3. Melakukan kolaborasi untuk

memulihkan ROM aktif

(menggerakkan jari kaki).


1 6 Maret 12.00 1.Memasukkan Injeksi antrain

2022 2x50 mg.

2.Memasukkan Injeksi ceftriaxone

1 mg.

3. Mengganti cairan infus asering

14 tpm.

4.Mengkaji karakteristik nyeri

5.Mengajarkan tekhnik distraksi

dan relaksasi.

6.KIE keluarga pasien tentang cara

membuang urine yang ada di

urinebag.

2 12.30 1. Memberitahu pasien tentang

pentingnya mobilisasi.

2. Mengajarkan mobilisasi ke

pasien.

3. Melakukan kolaborasi dengan

fisioterapi untuk memulihkan

fraktur.
7. Evaluasi Keperawatan

Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi Paraf

7 Maret Nyeri akut S:

2022 berhubungan dengan Pasien mengatakan nyeri sudah

luka post op fraktur berkurang.

femur closed dextra. O:

Pasien tampak rileks, pasien

dapat mendemonstrasikan

teknik relaksasi dan distraksi,

skala nyeri 2.

A:

Masalah teratasi.

P:

Hambatan mobilitas Pasien pulang.

fisik berhubungan

dengan kelemahan S :

otot. Pasien mengatakan sudah bisa

mika – miki.
O:

K/U : baik, ROM :

5 5

4 5

Pasien tampak aktif.

A:

Masalah teratasi

P:

Pasien pulang.
DAFTAR PUSTAKA

Helmi,Zairin Noor.2012.Buku Saku Kedaruratan Di Bidang Bedah


Ortopedi.Jakarta:Salemba Medika.

Jitowiyono,Sugeng.,Weni kristiyani.2010.Asuhan Keperawatan Post


Operasi.Yogyakarta:Nuha Medika.

Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawatan medikal bedah. EGC. Jakarta

Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, ECG, Jakarta.

Nurarif,Amin Huda.,Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Dianosa Medis dan NANDA.Yogyakarta:MediAction

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Prifile Dinas Kesehatan


Rpublik Indonesia Tahun 2013. Sidoarjo.

Nanda Internasional , 2010. Pedoman Penyusunan Asuhan Keperawatan, Jakarta


: EGC.

McCloskey. (2009). Pedoman Penyusunan Studi Kasus Kmb. Yogyakarta :


Grahailmu.

Lily Yulaikha, 2009. Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan. Jakarta :


EGC.

Wilkison, judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 7, EGC


Jakarta

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Dari


Brunner & Suddart, Edisi 8. EGC : Jakarta.

Lukman, Ningsih, Nurna. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin. A. (2008). Asuhan Keperawatan Gangguan Integumen. Jakarta :
Salemba Medika.

T, Heather Herdman & Shigerni Kami Tsuru. 2005 – 2017. Diagnosa


Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. Edisi 10. Jakarta : EGC.

Hidayat, A. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.


Jakarta Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai