S DENGAN DIAGNOSA
MEDIS POST OPERATIVE CLOSED FRAKTURE FEMUR
DI RSUD AMPANA
Oleh :
NURFUAD MUHLIS
NIM : B300221073
kontinuitas tulang atau tulang rawan yang di akibatkan karena adanya rudapaksa
pergeseran fragmen tulang, krepitasi akibat gesekan antar fragmen satu dengan
lainnya, pembengkakan dan perubahan warna lokal pada daerah fraktur akibat
Komplikasi awal yang dapat terjadi pada fraktur yaitu kerusakan arteri terjadi
saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut, Fat Embolism Syndrom terjadi
karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrowkuning masuk ke aliran darah
sehingga menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah, Infeksi terjadi karena
sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan, Avaskuler Nekrosis
terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu sehingga dapat
tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan
b. Etiologi
3. Kekerasan akibat tarikan otot patah tulang akibat tarikan otot sangat
4. Fraktur patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh
fraktur atau dapat terjadi akibat keganasan Aimul (2006) di kutip oleh
Jfikriamrullah (2011).
c. Klasifikasi Fraktur
1. Klasifikasi etiologis :
a. Fraktur traumatic
bawaan) dan dapat terjadi secara spontan atau akibat terjadi trauma
jaringan.
c. Fraktur stres terjadi karena adanya stres yang kecil yang berulang-
ulang pada daerah tulang yang menompang berat badan. Fraktur stres
2. Klasifikasi klinis :
infeksi tulang.
a. Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan
b. Fraktur tidak komplet adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari
tulang.
c. Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif (2015), tanda dan gejala dri fraktur, antara lain :
2. Nyeri pembekakan.
3. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh
5. Deformitas.
6. Kelainan gerak.
9. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh
11. Deformitas.
jaringan lunak.
6. Profil koagolis : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi atau
e. Penatalaksanaan :
traksi manual. Alat yang di gunakan biasanya traksi, bidai dan alat lainya.
baik terhadap klien sendiri maupun keadaan keluarganya. Dampak fisik pasien
pasien akan cuti selama masa penyembuhan. Dampak sosial pasien merasa
malu akan kondisinya saat ini sehingga pasien tidak bisa bersosialisasi dengan
lingkungannya.
1. Biologis
Pada klien fraktur ini terjadi perubahan pada bagian tubuhnya yang
2. Psikologis
Klien akan merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari
maupun dalam masyarakat, dampak dari hospitalisasi rawat inap dan harus
pada dirinya.
3. Sosial
4. Spiritual
5. Terhadap Keluarga
klien, apakah nanti akan timbul kecacatan atau akan sembuh total. Koping
yang tidak efektif bisa ditempuh keluarga, untuk itu peran perawat disini
keluarga harus bisa menanggung semua biaya perawatan dan operasi klien.
Hal ini tentunya menambah beban bagi keluarga (Syamsul, 2010 dikutip
a. Pengkajian
1. Identitas
pekerjaan, pendidikan, dan suku. Pada umumnya fraktur terjadi pada laki
akan semakin lama karena saat usia tua tulang tidak beregenerasi lagi.
2. Keluhan utama
menusuk.
e) Time : kapan nyeri itu timbul, dan berapa lama nyeri berlangsung,
dan tuberkolosis atau penyakit lain yang sifatnya menurun dan menular.
6. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan B1-B6
a) B1(Breathing)
Inspeksi : Tidak ada perubahan yang menonjol seperti bentuk dada ada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, gerakan vokal fremitus antara kanan
Palpasi : Tidak ada peningkatan frekunsi dan irama denyut nadi, tidak
sebagai respon nyeri), bunyi jantung I dan II terdengar lupdup tidak ada
c) B3 (Brain)
d) B4 (Bladder)
e) B5 (Bowel)
f) B6 (Musculoskeletal)
tekstur kulit kasar dan suhu kulit hangat serta kulit kotor.
skala ROM :
penuh.
g) B7 (Penginderaan)
h) B8 (Endokrin)
kelenjar parotis.
c. Diagnosa keperawatan
kejaringan menurun.
2015).
d. Intervensi keperawatan
kejaringan menurun.
6. Kolaborasi
dengantimmedisden
ganpemberian anti
platelet
atauantiperdarahan.
e. Implementasi
dibuat untuk proses penyembuhan klien selama klien di rawat di rumah sakit.
Setiap tindakan yang di berikan dari rencana tindakan harus di beri tanggal, waktu
vital pasien, mengkaji tingkat intensitas dan frekuensi nyeri, menjelaskan kepada
klien tentang penyebab nyeri, melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian analgesik.
Pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan penurunan suplai darah selama 2x24 jam dilakukan kegiatan
atauantiperdarahan.
kulit pada tahap perkembangan luka, mengkaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta
jumlah dan tipe cairan luka, memantau peningkatan suhu tubuh, memberikan
perawatan luka dengan tehnik aseptik, membalut luka dengan kasa kering dan
imobilisasi, mengajarkan dan member dukung pasien dalam latihan ROM aktif
dan pasif, melakukan pemantauan pada pasien dalam hal penggunaan alat bantu,
sesegera mungkin, melakukan kolaborasi dengan ahli terapi fisik / okupasi dan /
spesialis rehabilitasi.
Pada diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya
infuse, kateter, drainase luka, dan lain-lain, jika di temukan tanda infeksi lakukan
pemberian antibiotic.
keperawatan berupa memantau dan catat kehilangan darah pada pasien (jumlah,
warna), memantau adanya peningkatan denyut nadi dan penurunan tekanan darah,
f. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu hasil akhir dari perkembangan klien dari setiap
rileks.
penurunan suplai darah selama 2 x 24 jam tekanan systole dan distole dalam batas
normal, tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakanial (tidak lebih dari 15
mmHg).
operative, selama 2 x 24 jam diharapkan luka bersih tidak lembab dan tidak kotor,
orang lain dan alat bantu, 4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.
organisme sekunder akibat trauma, selam 2 x 24 jam diharapkan : tidak ada tanda-
tanda infeksi seperti pus, luka bersih tidak lembab dan tidak kotor, tanda-tanda
terus menerus akibat luka terbuka, selama 2 x 24 jam diharapkan asupan volume
cairan dapat teratasi, tidak ada tanda-tanda syok, turgor kulit lembab, CRT < 3
detik
TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
roda empat saat mau pulang kerumah. Kejadiannya sekitar jam 17.00,
lalu pasien dibawa oleh warga ke RSUD Ampana dengan kondisi kaki
sebelah kanan bengkak dan terasa nyeri yang hebat. Lalu pasien di
dibawa ke ruang Vela Bira jam 21.00. Pada tanggal 5 Maret jam
apapun.
kolesterol.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum :
1) Tanda vital
Susunan ruas tulang belakang: Normal, Irama nafas teratur, tidak ada
Kussmaul), tidak ada otot bantu nafas, perkusi thorax: Resonan, tidak
ada alat bantu nafas, vokal fremitus: Getaran pada punggung sisi kanan
dan kiri semua, suara nafas : Vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan.
3) Kardiovaskuler (B2)
Pada pemeriksaan B2 ditemukan data, tidak ada nyeri dada, irama
bunyi jantung tambahan, tidak ada cianosis, tidak ada clubbing finger,
4) Persyarafan (B3)
secara bergantian ketika ditanya tentang orang yang asa dui tempat itu,
tempat dia berada saat ini. Pasien mampu mengenali waktu dengan
baik, tidak ada kejang, tidak ada kaku kuduk, tidak ada budsky, tidak
ada nyeri kepala, istirahat/tidur : saat sebelum sakit pasien jarang tidur
siang karena sibuk bekerja dan tidur malam hari yaitu 8 jam (dari jam
21.00-05.00) saat sakit pasien tidur siang 3 jam per hari, malam 8 jam
5) Data Psikososial
a) Gambaran diri/ citra diri
b) Tanggapan tentang tubuhnya : Baik.
c) Bagian tubuh yang disukai : Pasien menyukai semua bagian tubuhnya.
d) Bagian tubuh yang kurang disukai : Tidak ada.
e) Persepsi terhadap kehilangan bagian tubuh : Tidak ada.
b. Data penunjang
1. Laboratorium
Terlampir:
tusuk.
R:femur (D)
S :skala nyeri 6
DO :
- Pasien tampak
menyerengai saat
bergerak
- Terdapat fraktur
dan dibalut
- TTV : Tekanan
- Nadi :
84x/mnt, RR :
20x/mnt.
2. DS :
digerakkan.
K/U : lemah
ROM : 5 5
2 5
keluarga dalam
memenuhi kebutuhan
- Perrgerakan terbatas
- Terdapat fraktur
dan dibalut.
b. Daftar Masalah Keperawatan
closed dextra.
2) Hambatan mobolitas fisik berhubungan dengan adanya lukafraktur femur
dextra.
closed dextra.
dextra.
5. Intervensi Keperawatan
No RM : 000387xx
femur dextra.
No Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional
4) Analgetik
berfungsi
untuk
mengurangi nyeri
dengan
lebih cepat.
1. Agar pasienlebih
1) Bina hubungan terbuka
2. Tujuan : saling percaya
2. Mencegah
Setelah dilakukan 2) Cuci tangan 6
penularan
tindakan keperawatan langkah.
mikrobakterium.
selama 2x24 jam
3) Beritahu tentang 3. Untuk
diharapkan mobilitas fisik
pentingnya memotivasi pasien
pasien meningkat dengan,
mobilisasi. tentangpentingnya
Kriteria Hasil :
mobilisasi.
1) Pasien dapat 4) Ajarkan
4. Mempercepat
memenuhi mobilisasi pada
penyembuhan.
kebutuhannya pasien
pemberian terjadinya
luka post op
dari debu.
6. Implementasi Keperawatan
DX
Maret antrain 2 mg
ceftriaxone 1 mg
asering 14 tpm
4. Mengkaji karakteristik
nyeri.
5. Mengajarkan tekhnik
(menyarankan pasien
disukai pasien,
bag.
pentingnya mobilisasi.
2. Mengajarkan mobilisasi ke
mikamiki.
1 mg.
14 tpm.
dan relaksasi.
urinebag.
pentingnya mobilisasi.
2. Mengajarkan mobilisasi ke
pasien.
fraktur.
7. Evaluasi Keperawatan
dapat mendemonstrasikan
skala nyeri 2.
A:
Masalah teratasi.
P:
fisik berhubungan
dengan kelemahan S :
mika – miki.
O:
5 5
4 5
A:
Masalah teratasi
P:
Pasien pulang.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawatan medikal bedah. EGC. Jakarta