Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN

(NYERI) PADA TN. A BED 25 DI RUANG C


RSUD DR. SOEDARSO

NAMA KELOMPOK:
RIAN 211133031
NUR AZIZAH 211133061
WANDAH SARI 211133075
DESI ADAYANI 211133046
ERA ELFARINA 211133008
URAY RANI IRFIANA 211133038
LISNAWATI SURYAWARDANI 211133017
TENGKU ROBBY ASWIRANDY 211133036
PATRICIA LAURA THESSALONIKA FEBRIAND 211133063

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
OKTOBER 2021
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat Regional
Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang Keperawatan
Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang Keperawatan
Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam Keperawatan
Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis IPTEK dan Teknologi
Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang Keperawatan
Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri, Transparan dan
Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS GANGGUAN RASA AMAN DAN NYAMAN


(NYERI) PADA TN. A BED 25 DI RUANG C
RSUD DR. SOEDARSO

Pontianak, Oktober 2021


Mahasiswa

KELOMPOK

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Azhari Baedlawi, M.Kep Suma N, S.Kep, Ns


NIDN. 4005129101 NIP. 198111012008032001

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
VISI DAN MISI.............................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iv
BAB I KONSEP DASAR.................................................................................1
A. DEFINISI..........................................................................................1
B. ETIOLOGI........................................................................................2
C. KLASIFIKASI..................................................................................2
D. TANDA DAN GEJALA...................................................................3
E. KOMPLIKASI..................................................................................3
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG......................................................4
G. PENATALAKSANAAN MEDIS.....................................................6
BAB II WEB OF CAUSATION..........................................................................9
A. WOC..................................................................................................9
B. PATOFISIOLOGI...........................................................................10
BAB III PROSES KEPERAWATAN...............................................................11
A. PENGKAJIAN.................................................................................11
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................14
C. INTERVENSI KEPERAWATAN...................................................15
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.............................................16
E. EVALUASI KEPERAWATAN.......................................................17
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................18
A. PENGKAJIAN.................................................................................18
B. ANALISA DATA............................................................................22
C. DIAGNOSA DAN INTERVENSI...................................................23
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI..............................................25
BAB V PEMBAHASAN....................................................................................32
A. ANALISIS KASUS..........................................................................32
B. ANALISIS INTERVENSI KEPERAWATAN................................32
C. RANCANGAN IDE BARU.............................................................32
BAB VI PENUTUP.............................................................................................35
A. SIMPULAN.....................................................................................35
iv
B. SARAN.............................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................36

v
BAB I
KONSEP DASAR

A. DEFINISI
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai
kerusakan (International Association fol the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan dengan durasi kurang dari 3 bulan (Nanda I 2015).
Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan
sebagai suatu kerusakan (International Association fol the Study of Pain); awitan yang
tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat, terjadi konstan atau berulang
tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari tiga (>3)
bulan (Nanda I 2015).
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan seseorang merasa kurang nyaman dan
sempurna dalam kondisi fisik, psikospiritual, lingkungan, budaya dan sosialnya (Keliat
dkk., 2015). Menurut (Keliat dkk., 2015) gangguan rasa nyaman mempunyai batasan
karakteristik yaitu: ansietas, berkeluh kesah, gangguan pola tidur, gatal, gejala distress,
gelisah, iritabilitas, ketidakmampuan untuk relasks, kurang puas dengan keadaan,
menangis, merasa dingin, merasa kurang senang dengan situasi, merasa hangat, merasa
lapar, merasa tidak nyaman, merintih, dam takut. Gangguan rasa nyaman merupakan
suatu gangguan dimana perasaan kurang senang, kurang lega, dan kurang sempurna
dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan serta sosial pada diri yang biasanya
mempunyai gejala dan tanda minor mengeluh mual (PPNI, 2016).

B. ETIOLOGI
Penyebab nyeri akut salah satunya adalah agen pencedera fisik (prosedur operasi)
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari
sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif
dan individual (Potter & Perry, 2010). Nyeri juga merupakan pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial (Smeltzer & Bare, 2001).

1
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi
bedah, dan memiliki awitan bedah yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi (ringan
sampai berat) serta berlangsung singkat (kurang dari enam bulan) dan menghilang
dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Nyeri akut
biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur. Klien yang mengalami nyeri
akut biasanya menunjukkan gejala perspirasi meningkat, denyut jantung dan tekanan
darah meningkat.

C. KLASIFIKASI
Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis (SDKI PPNI,
2016), sebagai berikut:
1. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari kurang 3 bulan.
Penyebab nyeri akut antara lain:
1) Agen pencedera fisiologis (mis: inflamasi, iskemia, meoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis: terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis: abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
2. Nyeri Kronik
Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Penyebab nyeri kronis antara lain:
1) Kondisi muskuloskeletal kronis
2) Kerusakan sistem saraf
3) Penekanan saraf
4) Infiltrasi tumor
5) Ketidakseimbangan neuromedulator, dan reseptor
6) Gangguan imunitas (mis: neuropati terkait HIV, virus vericella-zoster)
7) Gangguan fungsi metabolic
8) Riwayat posisi kerja statis

2
9) Peningkatan indeks massa tubuh
10) Kondisi pasca trauma
11) Tekanan emosional
12) Riwayat penganiayaan (mis: fisik, psikologis, seksual)
13) Riwayat penyalahgunaan obat/zat.

D. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala nyeri ada bermacam macam perilaku yang tercermin dari pasien.
Secara umum jika seseorang yang mengalami nyeri akan didapatkan respon psikologis
berupa (Mohammad, 2012):
1. Suara : Menangis, merintih, menarik/menghembuskan nafas
2. Ekpresi wajah : meringis mulut
3. Mengigit lidah, mengatupkan gigi, dahi berkerut, tertutup rapat/membuka mata atau
mulut, mengigit bibir
4. Pergerakan tubuh: Kegelisahan, mondar-mandir, Gerakan menggosok atau
berirama, bergerak melindungi bagian tubuh, immobilisasi, otot tegang.
5. Interaksi sosial: menghindari percakapan dan kontak sosial, berfokus aktifitas untuk
mengurangi nyeri, disorientasi waktu.

E. KOMPLIKASI
Nyeri merupakan kejadian ketidaknyamanan yang dalam perkembangannya akan
mempengaruhi berbagai komponen dalam tubuh. Efek nyeri dapat berpengaruh terhadap
fisik, perilaku, dan pengaruhnya pada aktivitas sehari-hari (Andarmoyo, 2017).
1. Tanda dan gejala
Tanda fisiologis dapat menunjukkan nyeri pada klien yang berupaya untuk tidak
mengeluh atau mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting untuk mengobservasi
keterlibatan saraf otonom. Saat awitan nyeri akut, denyut jantung, tekanan darah,
dan frekuensi pernapasan meningkat (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
2. Efek fisik
a. Nyeri akut
Pada nyeri akut, nyeri yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai efek
yang membahayakan diluar ketidaknyamanan yang disebabkannya. Selain
merasakan ketidaknyamanan dan mengganggu, nyeri akut yang tidak kunjung

3
mereda dapat memengaruhi sistem pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal,
endokrin, dan imunologik (Andarmoyo, 2017).
b. Nyeri kronis
Seperti halnya nyeri akut, nyeri kronis juga mempunyai efek negatif dan
merugikan. Supresi atau penekanan yang terlalu lama pada fungsi imun yang
berkaitan dengan nyeri kronis dapat meningkatkan pertumbuhan tumor
(Andarmoyo, 2017).
c. Efek perilaku
Pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan
tubuh yang khas dan berespons secara vokal serta mengalami kerusakan dalam
interaksi sosial. Pasien seringkali meringis, mengernyitkan dahi, menggigit
bibir, gelisah, imobilisasi, mengalami ketegangan otot, melakukan gerakan
melindungi bagian tubuh sampai dengan menghindari percakapan, menghindari
kontak sosial dan hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri (Wahyudi &
Abd.Wahid, 2016).
d. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari
Pasien mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi dalam
aktivitas rutin, seperti mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan higiene
normal dan dapat mengganggu aktivitas sosial dan hubungan seksual (Wahyudi
& Abd.Wahid, 2016).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test C-Protein Reaktif (CRP). Pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-20.000/ml
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%. Sedangkan pada C-Protein Reaktif (CRP)
ditemukan jumlah serum yang meningkat.
2. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan
ultrasonografi ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi
pada apendiks. Sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian
menyilang dengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami
inflamasi serta pelebaran sekum.

4
3. Pengukuran Nyeri
a. Skala Pengukuran Numerik
Numerical Rating Scale (NRS) menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-
10. Skala ini sangat efektif untuk digunakan saat mengkaji intensitas nyeri
sebelum dan setelah intervensi terapeutik.

Keterangan :
0 Tidak ada nyeri (merasa normal).
1 Nyeri hampir tidak terasa (nyeri sangat ringan). Sebagian besar tidak
pernah berfikir tentang rasa sakit, seperti gigitan nyamuk.
2 Tidak menyenangkan. Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit.
3 Bisa ditoleransi. Nyeri sangat terasa, seperti suntikan oleh dokter.
4 Menyedihkan. Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit
dari sengatan lebah.
5 Sangat menyedihkan. Kuat dalam, nyeri yang menusuk, seperti kaki
terkilir.
6 Intens. Kuat dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga tampak
memengaruhi sebagian indra, menyebabkan tidak fokus, komunikasi
terganggu.
7 Sakit intens. Sama seperti skala 6, rasa sakit benar-benar mendominasi
indra, tidak mampu berkomunikasi dengan baik dan tidak mampu
melakukan perawatan diri.
8 Benar – benar mengerikan. Nyeri sangat kuat dan sangat mengganggu
sampai sering mengalami perubahan perilaku jika nyeri terjadi.
9 Menyiksa tak tertahankan. Nyeri sangat kuat, tidak bisa ditoleransi
dengan terapi.
10 Nyeri tak terbayangkan dan tak dapat diungkapkan. Nyeri sangat berat
sampai tidak sadarkan diri.
b. Pengelompokan Skala Nyeri
Pengelompokan Skala nyeri menurut Wahyudi & Abd.Wahid (2016) adalah
sebagai berikut:
1) Skala Nyeri 1-3 (Nyeri ringan)
Nyeri bisa ditoleransi dengan baik/tidak mengganggu aktivitas

5
2) Skala Nyeri 4-6 (Nyeri sedang)
Skala ini timbul hinggap bisa membuat terganggunya aktivitas fisik.
3) Skala Nyeri 7-9 (Nyeri berat)
Tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri.
4) Skala Nyeri 10 (Nyeri sangat berat)
Malignan/nyeri sangat hebat dan tidak berkurang dengan terapi/obat-
obatan pereda nyeri dan tidak dapat melakukan aktivitas.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Penatalaksanaan Nyeri Secara Farmakologis
a. Analgesik Narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derivate opium seperti morfin dan
kodein. Narkotik dapat memberikan efek penurunan nyeri dan kegembiraan
karena obat ini mengaktifkan penekan nyeri endogen pada susunan saraf pusat.
Namun penggunaan obat ini menimbulkan efek menekan pusat pernapasan di
medulla batang otak sehingga perlu pengkajian secara teratur terhadap
perubahan dalam status pernapasan jika menggunakan analgesik jenis ini
(Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
b. Analgesik Non-narkotik
Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen, dan ibuprofen selain
memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan anti piretik. Obat
golongan ini menyebabkan penurunan nyeri dengan menghambat produksi
prostalglandin dari jaringan yang mengalami atau inflamasi. Efek samping yang
paling umum terjadi adalah gangguan pencernaan seperti adanya ulkus gaster
dan perdarahan gaster (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).
2. Penatalaksanaan Nyeri Secara Non-Farmakologis
a. Distraksi
Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri,
atau dapat diartikan lain bahwa distraksi adalah suatu tindakan pengalihan
perhatian pasien ke hal-hal di luar nyeri. Dengan demikian, diharapkan pasien
tidak terfokus pada nyeri lagi dan dapat menurunkan kewaspadaan pasien
terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

6
Distraksi diduga dapat menurunkan presepsi nyeri dengan menstimulasi
sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang
ditransmisikan ke otak. Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan
pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri. Berikut
jenis-jenis teknik distraksi:
1) Distraksi visual/penglihatan
Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan ke dalam tindakan-
tindakan visual atau melalui pengamatan.
2) Distraksi audio/pendengaran
Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan ke dalam tindakan
melalui organ pendengaran.
3) Distraksi intelektual
Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang dialihkan ke dalam tindakan-
tindakan dengan menggunakan daya intelektual yang pasien miliki
(Andarmoyo, 2017).
b. Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari
ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi
lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan
perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan
menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi (“hirup, dua, tiga”)
dan ekhalasi (“hembuskan, dua, tiga”). Pada saat perawat mengajarkan ini,
akan sangat membantu bila menghitung dengan keras bersama pasien pada
awalnya. Napas yang lambat, berirama, juga dapat digunakan sebagai teknik
distraksi. Hampir semua orang dengan nyeri mendapatkan manfaat dari
metode-metode relaksasi.
Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan
dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri akut dan yang meningkatkan
nyeri (Andarmoyo, 2017).
c. Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam
suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.

7
Tindakan ini membutuhkan konsentrasi yang cukup. Upayakan kondisi
lingkungan klien mendukung untuk tindakan ini. Kegaduhan, kebisingan, bau
menyengat, atau cahaya yang sangat terang perlu dipertimbangkan agar tidak
mengganggu klien untuk berkonsentrasi. Beberapa klien lebih rileks dengan
cara menutup matanya (Andarmoyo, 2017).

8
BAB II
WEB OF CAUSATION

A. WOC

Nyeri wajah

Kerusakan Jaringan

Fraktur Nasal

Rentan fraktur Perdarahan

Reposisi

Resiko Infeksi
Bersihan jalan nafas
tidak efektif

Kurangnya nafsu Gangguan pemenuhan


Depresi saraf nyeri makan Nutrisi

Gangguan pola tidur Deficit pengetahuan

Nyeri Akut Cemas

(NANDA, 2015 – 2017), (Smeltzer & Bare, 2002), (Lynda Juall Carpenito – Moyet Edisi 13)

9
B. PATOFISIOLOGI
Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptor pada kulit bisa intesitas tinggi maupun
rendah seperti perennggangan dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel yang mengalami
nekrotik akan merilis K + dan protein intraseluler. Peningkatan kadar K + ekstraseluler
akan menyebabkan depolarisasi nociceptor, sedangkan protein pada beberapa keadaan
akan menginfiltrasi mikroorganisme sehingga menyebabkan peradangan/inflamasi.
Akibatnya, mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien, prostaglandin E2, dan histamin
yang akan merangasng nosiseptor sehingga rangsangan berbahaya dan tidak berbahaya
dapat menyebabkan nyeri (hiperalgesia atau allodynia). Selain itu lesi juga
mengaktifkan faktor pembekuan darah sehingga bradikinin dan serotonin akan
terstimulasi dan merangsang nosiseptor. Jika terjadi oklusi pembuluh darah maka akan
terjadi iskemia yang akan menyebabkan akumulasi K + ekstraseluler dan H + yang
selanjutnya mengaktifkan nosiseptor. Histamin, bradikinin, dan prostaglandin E2
memiliki efek vasodilator dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini
menyebabkan edema lokal, tekanan jaringan meningkat dan juga terjadi Perangsangan
nosiseptor. Bila nosiseptor terangsang maka mereka melepaskan substansi peptida P
(SP) dan kalsitonin gen terkait peptida (CGRP), yang akan merangsang proses inflamasi
dan juga menghasilkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.
Vasokonstriksi (oleh serotonin), diikuti oleh vasodilatasi, mungkin juga bertanggung
jawab untuk serangan migrain. Peransangan nosiseptor inilah yang menyebabkan nyeri.
(Silbernagl & Lang, 2000).

10
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian nyeri yang faktual dan tepat dibutuhkan untuk menetapkan data dasar,
menegakkan diagnosis keperawatan yang tepat, menyeleksi terapi yang cocok, dan
mengevaluasi respons klien terhadap terapi. Keuntungan pengkajian nyeri bagi klien
adalah nyeri dapat diidentifikasi, dikenali sebagai suatu yang nyata, dapat diukur, dan
dapat dijelaskan serta digunakan untuk mengevaluasi perawatan (Andarmoyo, 2017).
1. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, diagnosis
medis.
2. Alasan masuk rumah sakit
Yaitu keluhan utama pasien saat masuk rumah sakit dan saat dikaji. Pasien
mengeluh nyeri, dilanjutkan dengan riwayat kesehatan sekarang, dan kesehatan
sebelum (Wahyudi & Wahid, 2016).
3. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan tergantung dari seberapa jauh dampak trauma kepala disertai penurunan
tingkat kesadaran, salah satunya nyeri (Muttaqin, 2011).
4. Riwayat kesehatan sekarang
Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari kecelakaan lalu lintas,
jatuh dari ketinggian, dan trauma langsung ke kepala. Pengkajian yang didapat
meliputi tingkat kesadaran menurun (GCS < 15), konklusi, muntah,
takipnea/dispnea, sakit kepala, wajah simetris/tidak, lemah, luka di kepala,
paralisis, akumulasi sekret pada saluran pernapasan, adanya liquor dari hidung dan
telinga, serta kejang (Muttaqin, 2011).
5. Riwayat kesehatan dahulu
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh pada penyakit
yang diderita sekarang, riwayat cedera kepala sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obatan antikoagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, konsumsi alkohol berlebihan (Muttaqin, 2011).

11
6. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit yang
sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan yang menular
dalam keluarga (Muttaqin, 2011).
7. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai proses emosi
klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga
dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya
baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat (Muttaqin, 2011).
8. Pengkajian Nyeri
Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif. Data yang terkumpul secara
komprehensif dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan manajemen nyeri
yang tepat.
P (provoking incident) :
1) Faktor pencetus atau penyebab
2) Faktor yang meringankan: teknik atau keadaan yang dapat menurunkan
nyeri
3) Faktor yang memperberat: teknik atau keadaan yang dapat meningkatkan
nyeri
Q (Quality/Quantity)
Deskripsi nyeri yang dirasakan seseorang, karakteristik nyeri.
R (Regio)
Regio yang mengalami nyeri, dapat ditunjukkan dengan gambar.
S (Severy)
Kekuatan dari nyeri dengan menggunakan skala nyeri.
T (Time)
Waktu timbul nyeri, periode (durasi) nyeri dirasakan.
9. Riwayat Nyeri
Saat mengkaji nyeri, perawat harus memberikan pasien kesempatan untuk
mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri dan situasi tersebut dengan
cara atau kata-kata mereka sendiri. Langkah ini akan membantu perawat
memahami makna nyeri pada pasien, pengkajian riwayat nyeri meliputi beberapa
aspek, antara lain:

12
a) Lokasi: untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, perawat bisa
memberikan bantuan dengan gambar tubuh untuk pasien agar bisa menandai
bagian mana yang dirasakan nyeri.
b) Intensitas nyeri: cara menentukan intensitas nyeri pasien, biasanya paling
banyak menggunakan skala nyeri biasanya dalam rentang 0-5 atau 0-10. Angka
0 menandakan tidak adanya nyeri dan angka tertinggi adalah nyeri terhebat
yang dirasakan pasien.
c) Kualitas nyeri: terkadang nyeri yang dirasakan bisa seperti, tertusuk-tusuk,
teriris benda tajam, disetrum dan rasa terbakar. Perawat dapat mencatat kata-
kata yang digunakan pasien dalam menggambarkan nyerinya.
d) Pola: pola nyeri meliputi, waktu, durasi, dan kekambuhan interval nyeri. Maka,
perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung,
apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir kali muncul.
e) Faktor presipitasi: terkadang, aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri.
Seperti, aktivitas berlebih yang mengkibatkan timbulnya nyeri dada, selain itu
faktor lingkungan, suhu lingkungan dapat berpengaruh terhadap nyeri, stresor
fisik dan emosional juga dapat memicu munculnya nyeri.
f) Gejala yang menyertai: nyeri juga bisa menimbulkan gejala yang menyertai,
seperti mual, muntah, dan pusing.
g) Pengaruh pada aktivitas sehari-hari: dengan mengetahui sejauh mana nyeri
mempengaruhi aktivitas harian pasien akan membantu perawat dalam
memahami prespektif pasien tentang nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang
perlu dikaji terkait nyeri, yaitu pola tidur, nafsu makan, konsentrasi, pekerjaan
dan aktivitas diwaktu senggang.
h) Sumber koping: setiap individu memiliki strategi koping berbeda-beda dalam
menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri
sebelumnya, atau pengaruh agama dan budaya.
i) Respon afektif: respon afektif pasien terhadap nyeri bervariasi, bergantung
pada situasi, derjat dan durasi nyeri, dan faktor lainnya. Perawat perlu
mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal
pada diri pasien (Mubarak & Chayatin, 2008).
10. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara lengkap dan menyeluruh.

13
a) Ukur suhu tubuh, tekanan darah, nadi, serta tinggi dan berat badan pada setiap
pemeriksaan.
b) Amati seluruh tubuh pasien untuk melihat keberadaan lesi kulit,
hiperpigmentasi, ulserasi, tanda bekas tusukan jarum, perubahan warna dan ada
tidaknya oedema.
c) Lakukan pemeriksaan status mental untuk mengetahui orientasi pasien,
memori, komprehensi, kognisi dan emosi pasien terutama sebagai akibat dari
nyeri.
d) Pemeriksaan sendi selalu lakukan pemeriksaan di kedua sisi pasien apabila
kemungkinan untuk mendeteksi adanya asimetri. Lakukan palpasi untuk
mengetahui area spesifik dari nyeri.
e) Pemeriksaan sensorik, menggunakan diagram tubuh sebagai alat bantu dalam
menilai nyeri terutama untuk menentukan letak dan etiologi nyeri.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut SDKI (2016), diagnosa keperawatan yang muncul berhubungan dengan
gangguan rasa nyaman nyeri adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma), kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan), fisik (mis. Abses,
amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, Latihan
fisik berlebihan)
2. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis, kerusakan sistem
syaraf, penekanan syaraf, infiltrasi tumor, ketidakseimbangan (neurontranmitter,
neuromodulator, dan reseptor), gangguan imunitas, gangguan fungsi metabolic,
Riwayat posisi kerja statis, peningkatan IMT, kondisi pasca trauma, tekanan
emosional, riwayat penganiayaan, Riwayat penyalahgunaan obat
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan, kurang control
tidur (disebabkan nyeri), kurang privasi, restraint fisik, ketiadaan teman tidur, tidak
familiar dengan peralatan tidur

14
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
No
Keperawatan (SLKI) (SIKI)
1. Nyeri Akut SLKI SIKI
D.0077 Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Kriteria Hasil : 1. Lakukan pengkajian kembali
1. Melaporkan nyeri terkontrol tentang nyeri yang dirasakan
2. Kemampuan mengenali onset Rasional : mengetahui
nyeri karakteristik nyeri yang
3. Kemampuan mengenali dirasakan pasien
penyebab nyeri 2. Berikan info mengenai nyeri
4. Kemampuan menggunakan Rasional : menambah wawasan
Teknik non-farmakologis pasien terkait rasa nyeri yang
5. Keluhan nyeri menurun dirasakan
6. Penggunaan analgesik 3. Berikan informasi yang akurat
menurun untuk meningkatkan
pemahaman dan respon
keluarga terhadap pengalaman
nyeri
Rasional : agar keluarga
mampu melakukan manajemen
nyeri secara mandiri
4. Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat, tim keseha tan
untuk memilih tindakan
penurun nyeri nonfarmakologi
sesuai kebutuhan
Rasional : alternatif dalam
mengatasi nyeri yang dirasakan
5. Kolaborasi dalam Pemberian
Analgesik
Rasional : mengurangi rasa
nyeri

2. Nyeri Kronik SLKI SIKI


D.0078 Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Kriteria Hasil : 1. Lakukan pengkajian kembali
1. Melaporkan nyeri terkontrol tentang nyeri yang dirasakan
2. Kemampuan mengenali onset Rasional : mengetahui
nyeri karakteristik nyeri yang
3. Kemampuan mengenali dirasakan pasien
penyebab nyeri 2. Berikan info mengenai nyeri
4. Kemampuan menggunakan Rasional : menambah wawasan
Teknik non-farmakologis pasien terkait rasa nyeri yang
5. Keluhan nyeri menurun dirasakan
6. Penggunaan analgesik 3. Berikan informasi yang akurat
menurun untuk meningkatkan
pemahaman dan respon
keluarga terhadap pengalaman
nyeri
Rasional : agar keluarga
mampu melakukan manajemen
nyeri secara mandiri
4. Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat, tim keseha tan
untuk memilih tindakan
penurun nyeri nonfarmakologi
sesuai kebutuhan

15
Rasional : alternatif dalam
mengatasi nyeri yang dirasakan
5. Perawatan Kenyamanan dan
terapi relaksasi
Rasional : menjaga pasien agar
tetap nyaman
3. Gangguan Pola SKLI SIKI
Tidur Pola tidur membaik Observasi
D.0055 Kriteria Hasil : 1. Identifikasi pola aktivitas tidur
1. Keluhan sulit tidur berkurang Rasional : menentukan
2. Keluhan sering terjaga intervensi yang tepat yang
berkurang harus diberikan kepada pasien
3. Keluhan tidak puas tidur 2. Identifikasi factor pengganggu
berkurang tidur (fisik dan/atau psikologis)
4. Keluhan pola tidur berubah Rasional : sebagai data
berkurang pendukung untuk intervensi
5. Keluhan istirahat tidak cukup berikutnya
berkurang Terapeutik
6. Kemampuan beraktivitas 1. Modifikasi lingkungan (mis.
meningkat Pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras, dll)
Rasional : lingkungan yang
nyaman meningkatkan kuakitas
tidur lebih baik
2. Fasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
Rasional : stress baisanya
menjadi factor pemicu
terganggunya pola tidur
3. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis. Pijat, pengaturan posisi,
terapi acupressure)
Rasional : meningkatkan
kenyamanan pada pasien
4. Sesuaikan jadwal pemberian
obat
Rasional : memastikan obat
sudah dikonsumsi tepat waktu
oleh pasien

Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit
Rasional : menjaga kondisi
tubuh agar tetap baik

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan komponen dari proses keperawatan yang
merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan. Pengertian tersebut menekankan bahwa implementasi adalah melakukan
atau menyelesaikan suatu tindakan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

16
Terdapat berbagai tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri.
Implementasi lebih ditunjukkan pada:
a. Upaya perawatan dalam meningkatkan kenyamanan,
b. Upaya pemberian informasi yang akurat,
c. Upaya mempertahankan kesejahteraan,
d. Upaya tindakan peredaan nyeri nonfarmakologis, dan
e. Pemberian terapi nyeri farmakologis (Andarmoyo, 2017).

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan adalah tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk
mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah
pencapaian tujuan. Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah nyeri
dilakukan dengan menilai kemampuan dalam merespons rangsangan nyeri, diantaranya:
a. Klien menyatakan adanya penurunan rasa nyeri,
b. Mendapatkan pemahaman yang akurat mengenai nyeri
c. Mampu mempertahankan kesejahteraan dan meningkatkan kemampuan fungsi fisik
dan psikologis yang dimiliki,
d. Mampu menggunakan tindakan-tindakan peredaan nyeri nonfarmakologis,
e. Mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri
(Andarmoyo, 2017).

17
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal Pengkajian: 11 Okt 2021 Jam: 09.15 Ruang/RS: Ruang C/RSUD Dr. Soedarso

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. BIODATA
a. Biodata Pasien
1) Nama : Tn. A
2) Umur : 51 tahun
3) Alamat : Jl. Ya’m Sabran
4) Pendidikan : SD
5) Pekerjaan : Swasta
6) Tanggal masuk : 10 Oktober 2021
7) Diagnosa medis : Colic Abdomen
8) Nomor register : 00005211
b. Biodata Penanggung jawab
1) Nama : Ny. N
2) Umur : 20 tahun
3) Alamat : Jl. Ya’m Sabran
4) Pendidikan : SMA
5) Pekerjaan : Pelajar
6) Hubungan dengan klien : Anak
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama: Klien mengeluh nyeri di perut bawah ± 1 minggu.
P: Proses penyakit
Q: Seperti ditusuk
R: Perut bawah
S: 6
T: ± 15 menit
Sejak 7 bulan yang lalu nyeri pernah dirasakan klien.
b. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RS Kota sekitar 7 bulan yang lalu
dengan keluhan yang sama.
18
c. Riwayat Sosial
Kondisi lingkungan tempat tinggal dan tempat klien bekerja bersih dan terawat.
Dilingkungan sekitar klien pun tidak ada yang menderita penyakit menular.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien tinggal bersama istri dan ketiga anaknya. Keluarga klien yang lain tidak pernah
mengalami hal serupa dengan klien. Keluarga juga tidak memiliki penyakit menular.

3. PENGKAJIAN BIOLOGIS
a. Rasa Aman dan Nyaman
Klien merasakan nyeri perut bawah.
P: Proses penyakit
Q: Seperti ditusuk
R: Perut bawah
S: 6
T: ± 15 menit
b. Aktifitas
SMRS: Klien bekerja dan bisa melakukan aktivitas lain seperti biasa.
MRS: Klien tidak bisa bekerja dan melakukan aktivitas lain seperti biasa.
c. Eliminasi: Urine Dan Feses
Eliminasi feses:
SMRS: Klien BAB teratur 2 kali sehari.
MRS: Klien BAB masih teratur 2 kali sehari.
Eliminasi urine:
SMRS: Klien BAK teratur 7-8 kali sehari.
MRS: Klien BAK teratur ± 7-8 kali sehari.
d. Personal Hygiene
SMRS: Personal hygiene terpenuhi secara mandiri.
MRS: Personal hygiene terpenuhi dengan bantuan sebagian.
e. Istirahat
SMRS: Klien sehabis pulang bekerja atau melakukan aktivitas lainnya selalu istirahat.

19
MRS: Klien selama di RS selalu istirahat agar cepat pulih.
f. Tidur
SMRS: Klien tidurnya teratur, tercukupi, dan nyenyak.
MRS: Klien susah tidur jika nyerinya datang.
g. Cairan
SMRS: Klien minum ± 8-9 gelas sehari.
MRS: Klien minum ± 8-9 gelas sehari.
h. Nutrisi
SMRS: Klien makan teratur 2 kali sehari dengan porsi nasi lengkap.
MRS: Klien makan teratur 2 kali sehari dengan porsi nasi lengkap.
i. Kebutuhan oksigenasi dan karbondioksida pernafasan
SMRS: Klien bernapas dengan lancar dan tidak memiliki gangguan pernapasan.
MRS: Klien tidak memiliki gangguan pada pernapasan sehingga tidak memerlukan alat
bantu napas.
j. Kardiovaskuler
Klien tidak memiliki riwayat gangguan kardiovaskuler sehingga tidak menunjukkan
tanda dan gejala yang abnormal.
k. Seksualitas
SMRS: Fungsi seksual klien tidak terganggu.
MRS: Sakit saat ini tidak mengganggu fungsi seksual.
4. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
a. Psikologi
Pengendalian emosi klien stabil, saat ditanya mau menjawab dengan baik. Klien merasa
khawatir akan penyakitnya.
b. Hubungan Sosial
Klien memiliki hubungan sosial yang baik dengan masyarakat dan aktif dalam
mengikuti setiap ada kegiatan di lingkungan rumahnya.
c. Spiritual
Klien beragama islam. Klien tetap menjaga sholatnya meskipun keadaan sedang sakit
dan klien percaya dia akan sembuh.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis GCS: E: 4, V: 5, M: 6 (15)
2) Kondisi secara umum : Baik
3) TTV : TD: 109/72 mmHg, N: 99 x/mnt, RR: 20 x/mnt,
S: 36,7˚C

20
4) Pertumbuhan fisik : TB: 167 cm BB: 61 kg Postur tubuh: Tegak
5) Keadaan kulit : Bersih, sawo matang
b. Pemeriksaan Cepalokaudal
1) Kepala :
a) Rambut : Warna hitam dengan sedikit uban, bersih, pertumbuhan rambut rata, tidak
ada nyeri tekan, tidak teraba masa.
b) Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih, pupil mengecil.
c) Telinga : Simetris, bersih, tidak menggunakan alat bantu dengar.
d) Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada deviasi septum, tidak
menggunakan alat bantu napas.
e) Mulut : Membran mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis.
2) Leher
Inspeksi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada deviasi trakea, gerakan
leher normal, tidak ada jejas dan lesi.
3) Dada
a) Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, tidak tampak pulsasi ictus cordis.
b) Auskultasi : Tidak ada suara napas tambahan, S1 S2 reguler.
c) Palpasi : Vocal fremitus simetris, ictus cordis tidak teraba.
d) Perkusi : Perkusi paru sonor, batas jantung tidak melebar.
4) Abdomen
a) Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada benjolan.
b) Auskultasi : Bising usus 13 x/mnt.
c) Palpasi : Terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah.
d) Perkusi : Timpani.
5) Genetalia, Anus danrektum
a) Inspeksi : Tidak dikaji.
b) Palpasi : Tidak dikaji.
6) Ekstremitas
a) Atas
Inspeksi : Jari lengkap, tangan simetris, tidak ada lesi, tidak ada sianosis.
Palpasi : Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan.
b) Bawah
Inspeksi : Jari lengkap, kaki simetris, tidak ada lesi, tidak ada varises.
Palpasi : Tidak ada pitting edema.

21
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (10 Oktober 2021)
Pemeriksaan Hasil Flag Pemeriksaan Hasil
6
RBC 5,08 10 /uL Ureum 28,0 mg/dL
HGB 16,7 g/dL Kreatinin 0,56 mg/dL
HCT 46,4 % SGOT 14,0 U/L
MCV 91,4 FL SGPT 10,1 U/L
MCH 32,8 PG ALB 4,3 g/dL
MCHC 35,9 g/dL
RDWCV 17,8 % +
RDWSD 53,0 FL +
3
PLT 374 10 /uL
MPV 5,5 FL -
PCT 0,21 %
Na+ 140 mmol
K+ 3,04 mmol
Cl- 103 mmol
Ca 1,00 mmol
GDS 85 mg/dL
7. TERAPI YANG DIBERIKAN
Nama Obat Dosis Waktu Rute Pemberian
Dexamethasone 5 mg/ml 2 x 1 (per 12 jam) IV
Ranitidine 2 x 1 amp 2 x 1 (per 12 jam) IV
Lansoprazole 30 mg 1 x 1 (per 24 jam) PO
Inf. NaCl 0,9 % 20 tpm IV
ANALISA DATA
No Tanggal / Jam Data Fokus Masalah Keperawatan
1 11 Oktober 2021 Data Subjektif: Nyeri akut
07.00 WIB 1. Klien mengeluh nyeri di perut bawah.
P: Proses penyakit
Q: Seperti ditusuk
R: Perut bawah
S: 6
T: ± 15 menit
Data Objektif:
1. Klien tampak meringis.
2. Klien terlihat sulit tidur.
2 11 Oktober 2021 Data Subjektif: Gangguan pola tidur
07.00 WIB 1. Klien mengeluh susah tidur jika nyerinya
datang.
2. Klien mengeluh sering terjaga.
3 11 Oktober 2021 Data Subjektif: Ansietas
07.00 WIB 1. Klien merasa tidak berdaya.
2. Klien merasa khawatir akan penyakitnya.
Data Objektif:
1. Klien tampak gelisah.
2. Klien terlihat sulit tidur.

22
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Intervensi Keperawatan Rasional Tindakan
Keperawatan Hasil
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I. 08238) \
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi : 1. Untuk mengetahui karakteristik
peroses penyakit. selama 3x24 jam 1. Identifikasi lokasi, nyeri secara kompeherensif
diharapkan masalah nyeri karakteristik, durasi,
akut dapat teratasi frekuensi, kualitas, skala
dengan kriteria hasil : dan intesitas nyeri 2. Untuk mengetahui kualitas nyeri
Tingkat Nyeri (L.08066) 2. Identifikasi respon nyeri yang dirasakan pasien
- Keluhan nyeri non verbal
menurun Terapeutik :
- Meringis 3. Berikan tekhnik 3. Untuk mengurangi rasa nyeri
menurun nonfarmakologi untuk secara non farmakologis
- Kesulitan tidur mengurangi rasa nyeri
menurun (aromaterapi)
Edukasi
4. Ajarkan tekhnik 4. Untuk mengurangi rasa nyeri
nonfarmakologis untuk secara non farmakologis
mengurangi rasa nyeri
(tekhnik relaksasi nafas
dalam)
Kolaborasi
5. Kolaborasi dalam 5. Untuk mengurangi rasa nyeri
pemberian analgetik secara farmakologis

2 Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan Dukungan Tidur (I. 09265)


berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi :
23
kurang kontrol tidur. selama 3x24 jam 1. Identifikasi faktor 1. Untuk mengetahui intevensi
diharapkan masalah pengganggu tidur selanjutnya
gangguan pola tidur Terapeutik
dapat teratasi dengan 2. Lakukan prosedur untuk 2. Meningkatkan rasa kenyamanan
kriteria hasil : meningkatkan saat tidur
Pola Tidur ( L.05045) kenyamanan (pengaturan
- Keluhan sulit posisi )
tidur menurun Edukasi
- Keluhan sering 3. Jelaskan pentingnya tidur 3. Istirahat yang cukup dapat
terjaga menurun cukup selama sakit mempercepat penyembuhan
4. Anjurkan menepati 4. Agar bisa menyesuaikan dengan
kebiasaan waktu tidur kebiasaan sewaktu dirumah
3 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Reduksi Ansietas (I. 09134)
dengan krisis tindakan keperawatan Observasi
situasional. selama 3x24 jam 1. Monitor tanda-tanda 1. Untuk menentukan intervensi
diharapkan masalah ansietas (verbal dan non selanjutnya
ansietas dapat teratasi verbal)
dengan kriteria hasil : Terapeutik
- Verbalisasi 2. Gunakan pendekatan 2. Agar menimbulkan rasa percaya
khawatir akibat yang tenang dan pasien kepada perawat
kondisi yang meyakinkan
dihadapi menurun Edukasi
- Perilaku gelisah 3. Anjurkan keluarga untuk 3. Membantu mengurangi kecemasan
menurun tetap bersama pasien, pasien
- Pola tidur jika perlu
membaik 4. Anjurkan 4. Mengetahui perasaaan pasien untuk
- Perasaaan mengungkapkan memberikan intevensi
keberdayaan perasaan dan persepsi
membaik 5. Latih tekhnik relaksasi 5. Memberikan rasa nyaman

24
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Kode Diagnosa
Hari / Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD
Keperawatan
Selasa, 12 1 Manajemen Nyeri (I. 08238) \ S : Pasien mengatakan masih merasakan
Oktober 2021 Observasi : nyeri
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, P : Proses Penyakit
durasi, frekuensi, kualitas, skala dan Q : Ditusuk – tusuk
intesitas nyeri R : Abdomen bawah
Respon : S : 5 ( sedang )
P : Proses penyakit T : + 15 menit
Q : Seperti ditusuk-tusuk O:
R : Abdomen bawah - Pasien tampak meringis
S : 6 (sedang) - Px tampak gelisah
T : + 15 menit - TTV : TD : 132/67 mmHg
N : 102x/menit
2. Mengidentifikasi respon nyeri non S : 36,4 ‘C
verbal RR : 17x/menit
Respon : A : Masalah belum teratasi
Pasien tampak meringis P : Intervensi dilanjutkan
Terapeutik : Manajemen Nyeri (I. 08238) \
3. Memberikan tekhnik nonfarmakologi Observasi :
untuk mengurangi rasa nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
(aromaterapi) durasi, frekuensi, kualitas, skala
Respon : dan intesitas nyeri
Pasien tampak nyaman dan relaks 2. Identifikasi respon nyeri non
Edukasi verbal
4. Mengajarkan tekhnik nonfarmakologis Terapeutik :
untuk mengurangi rasa nyeri (tekhnik 3. Berikan tekhnik nonfarmakologi
relaksasi nafas dalam) untuk mengurangi rasa nyeri
25
Respon : (aromaterapi)
Pasien tampak mengikuti instruksi dan Edukasi
dapat melakukannya dengan benar 4. Ajarkan tekhnik nonfarmakologis
Kolaborasi untuk mengurangi rasa nyeri
5. Berkolaborasi dalam pemberian (tekhnik relaksasi nafas dalam)
analgetik Kolaborasi
Respon : 5. Kolaborasi dalam pemberian
Terapi telah diberikan analgetik

Selasa, 12 2 Dukungan Tidur (I. 09265) S : Pasien mengatakan masih sulit dan
Oktober 2021 Observasi : sering terjaga saat tidur
1. Mengidentifikasi faktor pengganggu Pasien mengatakan ia tidur hanya +
tidur 5jam/hari
Respon : O : Pasien tampak lemah
Pasien mengatakan ia tidak bisa tidur A : Masalah belum teratasi
karena nyeri P : Intervensi dilanjutkan
Terapeutik Dukungan Tidur (I. 09265)
2. Melakukan prosedur untuk Observasi :
meningkatkan kenyamanan 1. Identifikasi faktor pengganggu
(pengaturan posisi ) tidur
Respon : Terapeutik
Pasien nyaman dengan posisi 2. Lakukan prosedur untuk
semifowler meningkatkan kenyamanan
Edukasi (pengaturan posisi )
3. Menjelaskan pentingnya tidur cukup Edukasi
selama sakit 3. Jelaskan pentingnya tidur cukup
Respon : selama sakit

26
Pasien mengerti dan memahami 4. Anjurkan menepati kebiasaan
penjelasan dari perawat waktu tidur
4. Menganjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
Respon :
Pasien kooperatif
Selasa, 12 3 Reduksi Ansietas (I. 09134) S : Pasien mengatakan ia masih cemas
Oktober 2021 Observasi dengan kondisinya saat ini
1. Memonitor tanda-tanda ansietas Pasien mengatakan ia takut dengan hasil
(verbal dan non verbal) pemeriksaan penunjang yang ia tunggu
Respon : pasien mengatakan cemas O:
karna kondisi penyakitnya, pasien - Pasien tampak gelisah
tampak cemas - Pasien tampak sulit tidur
Terapeutik A : Masalah belum taratasi
2. Menggunakan pendekatan yang tenang P : Intervensi dilanjutkan
dan meyakinkan Reduksi Ansietas (I. 09134)
Respon : Observasi
Saat bercerita pasien tampak percaya 1. Monitor tanda-tanda ansietas
dengan perawat (verbal dan non verbal)
Edukasi Terapeutik
3. Menganjurkan keluarga untuk tetap 2. Gunakan pendekatan yang tenang
bersama pasien dan meyakinkan
Respon : Edukasi
Pasien selalu ditemani oleh anaknya 3. Anjurkan keluarga untuk tetap
4. Menganjurkan mengungkapkan bersama pasien, jika perlu
perasaan dan persepsi 4. Anjurkan mengungkapkan
Respon : perasaan dan persepsi
Pasien menceritakan apa yang ia 5. Latih tekhnik relaksasi
rasakan yaitu ia sangat cemas dengan

27
penyakitnya yang tak kunjung
sembuh. Ia takut penyakitnya
mengalami komplikasi hingga ke
penyakit-penyakit lainnya
5. Melatih tekhnik relaksasi
Respon :
Pasien kooperatif
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari / Tanggal Kode Diagnosa Impelentasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) TTD


Keperawatan
Rabu, 13 1 Manajemen Nyeri (I. 08238) \ S : Pasien mengatakan ia tidak
Oktober 2021 Observasi : merasakan nyeri lagi
1. Mengidentifikasi lokasi, O:
karakteristik, durasi, frekuensi, - Pasien tampak tenang
kualitas, skala dan intesitas nyeri - Px tampak relaks
Respon : - TTV : TD : 115/79 mmHg
Pasien mengatakan ia tidak N : 87x/menit
merasakan nyeri lagi S : 36,5 ‘C
2. Mengidentifikasi respon nyeri non RR : 17x/menit
verbal A : Masalah teratasi
Respon : P : Intervensi dihentikan
Pasien tampak tenang
Terapeutik :
3. Memberikan tekhnik
nonfarmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri (aromaterapi)
Respon :
Pasien tampak nyaman dan relaks

28
Edukasi
4. Mengajarkan tekhnik
nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (tekhnik relaksasi nafas
dalam)
Respon :
Pasien tampak mengikuti instruksi
dan dapat melakukannya dengan
benar
Kolaborasi
5. Berkolaborasi dalam pemberian
analgetik
Respon :
Terapi telah diberikan
Rabu, 13 2 Dukungan Tidur (I. 09265) S:
Oktober 2021 Observasi : - Pasien mengatakan ia sudah
1. Mengidentifikasi faktor bisa tidur
pengganggu tidur - Pasien mengatakan ia tidur +
Respon : 8jam/hari
Pasien mengatakan ia sudah bisa O : Pasien tampak segar
tidur karena nyeri sudah hilang A : Masalah teratasi
Terapeutik P : Intervensi dihentikan
2. Melakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(pengaturan posisi )
Respon :
Pasien nyaman dengan posisi
semifowler
Edukasi

29
3. Menjelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
Respon :
Pasien mengerti dan memahami
penjelasan dari perawat
4. Menganjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
Respon :
Pasien kooperatif
Rabu, 13 3 Reduksi Ansietas (I. 09134) S : Pasien mengatakan ia sudah tidak
Oktober 2021 Observasi khawatir dengan kondisi penyakitnya,
1. Memonitor tanda-tanda ansietas karena ia sudah tau penyebab dari
(verbal dan non verbal) penyakitnya
Respon : pasien mengatakan sudah O:
tidak cemas - Pasien tampak tenang
Terapeutik - Pasien tampak bisa tidur
2. Menggunakan pendekatan yang A : Masalah teratasi
tenang dan meyakinkan P : Intervensi dihentikan
Respon :
Saat bercerita pasien tampak
percaya dengan perawat
Edukasi
3. Menganjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
Respon :
Pasien selalu ditemani oleh
anaknya
4. Menganjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi

30
Respon :
Pasien mengatakan ia sudah
mengetahui penyebab yang
membuat perutnya nyeri
5. Melatih tekhnik relaksasi
Respon :
Pasien kooperatif

31
BAB V
PEMBAHASAN

A. ANALISIS KASUS
1. Pengkajian
Hasil pengkajian pada tanggal 12 Oktober 2021 didapatkan hasil bahwa pasien
mengatakan nyeri P : Proses penyakit, Q : Seperti ditusuk-tusuk, R : Abdomen bawah, S :
6 (SEDANG), T : Intermiten. Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah kurang
lebih satu minggu sejak tujuh bulan nyeri sebelumnya pernah dirasakan pasien. Pasien
mengatakan sudah punya riwayat nyeri bagian perut sejak tujuh bulan yang lalu dan
sebelumnya dirawat di RSUD Soeltan Syarif Abdurrahman. Pasien mengatakn sulit tidur
jika nyeri datang. Pasien mengatakan badan terasa lemah dan tidak bertenaga. Pasien juga
mengatakan merasa khawatir terhadap penyakitnya.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang diangkat pada kasus ini adalah :
a. Nyeri akut ( ditemukan pada tanggal 12 Oktober 2021)
b. Gangguan pola tidur ( ditemukan pada tanggal 12 Oktober 2021)
c. Ansietas ( ditemukan pada tanggal 12 Oktober 2021)

B. ANALISIS INTERVENSI KEPERAWATAN


Intervensi yang menjadi intervensi utama pada pasien ini adalah program manajamen
nyeri. Pada hari 1 pasien diharapkan untuk dapat memanajemen nyeri, ini diharapkan
agar nyeri pasien berkurang dengan menhgajrkan tekhnik terapi nonfarmakologi yaitu
dengan pemberian aroma terapi. Pada hari ke 2 dan selanjutnya diharapkan pasien dapat
memanajemen nyeri secara mandiri dengan tekhni yang telah diajarkan yaitu melalui
tekhnik aroma terapi.

C. RANCANGAN IDE BARU


Menurut Dr. Alan Huck (neurology psikiater dan Direktur Pusat Penelitian Bau dan
Rasa di Chicago), bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia, mirip narkotika.
Ternyata hidung kita memiliki kemampuan untuk membedakan lebih dari 100.000 bau
yang berbeda yang mempengaruhi kita dan itu terjadi tanpa kita sadari. Bau-bauan

32
tersebut mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi,
ingatan, dan pembelajaran. Misalnya, dengan menghirup aroma lavender maka akan
meningkatkan gelombang-gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang
membantu kita untuk merasa rileks. Mekanisme aromaterapi dalam tubuh:

33
Setelah impuls di sampaikan ke otak, maka reaksi kompleks pun dimulai.
Keseluruhan bagian otak ikut andil dalam reaksi ini, tak terkecuali system limbic. Setelah
keseluruhan impuls diterjemahkan, maka segera dilakukan respon baik secara hormonal
(endrokrin) maupun persyarafan (syaraf). Kemudian reaksi penyembuhan pun terjadi dan
dapat segera Anda rasakan.
Lebih dalam lagi, system limbic merupakan satu set struktur otak termasuk
hipokampus, amigdala, nukleus thalamic anterior, septum, korteks limbik dan forniks.
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak sehingga
dibedakan dari pemetaan bagian otak secara eksternal. System limbic lebhi bertanggung
jawab pada berbagai fungsi psikologis otak termasuk emosi, perilaku, memori jangka
panjang dan lain sebagainya.
Maka bisa dikatakan bahwa dalam aplikasi aromaterapi secara hirup, Anda
memperoleh 2 efek penyembuhan sekaligus, yaitu penyembuhan secara psikis melalui
system limbic dan penyembuhan keluhan fisik melalui endokrin dan system syaraf.
Reaksi pengobatan aromaterapi dimulai dari rongga hidung, kemudian syaraf di
bagian atas sebelah dalam hidung mengantarkan impuls yang ditimbulkan dari armaterapi
ke pusat otak. Dari sinilah reaksi pengobatan dimulai secara spesifik dengan berbagai
reaksi yang diberikan oleh otak. Dalam hal ini, aplikasi aromaterapi secara hirup lebih
memiliki pengaruh pada kondisi psikis dan pikiran manusia. Nyeri pun dapat berubah
menjadi lebih ringan bahkan hilang karena tubuh menjadi rileks dan persepsi nyeri
dihalangi oleh bebauan yang menyamankan tubuh.

34
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan pada Colic Abdomen harus dititik beratkan pada proram
manajemen nyeri. Pengkajian fisik difokuskan pada respon tubuh pasien dalam
menjalankan program selama perawatan. Diagnosa keperawatan utama yang dapat
ditegakkan terutama pada pasien dengan Colic Abdomen adalah nyeri akut. Akibat dari
penyakit yang dialami pasien maka dibutuhkan kesabaran, keterampilan maupun
kekratifan untuk mencapai hasil perawatan yang semaksimal mungkin.

B. SARAN
Dengan adanya laporan ini diharapkan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
lebih baik dan dapat menjadi referensi dalam mengatasi masalah nyeri pada pasien. Bagi
perawat diharapkan dapat menjadi pilihan dalam merawat pasien yang mengalami nyeri
ringan. Kelompok menyadari masih ada kekurangan dalam laporan ini, sehingga masih
memerlukan kritik dan saran dari pembaca agar memperoleh hasil yang lebih baik lagi.

35
DAFTAR PUSTAKA

Afroh F, Judha M, Sudarti. 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri


Persalinan.Yogyakarta: Nuha Medika.
Andarmoyo. 2017. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: AR-RUZZ
MEDIA.
Potter, Perry. 2010. Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7. Vol.
3. Jakarta : EGC.
PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba Medika.
Wahyudi, Andri Setiya & Wahid, Abd. 2016. Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra
Wacana Media.

36

Anda mungkin juga menyukai