Anda di halaman 1dari 10

Sabda Volume 12, Nomor 1, Juni 2017 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

TRADISI MERDANG MERDEM KALAK KARO DI DESA JUHAR, KECAMATAN


JUHAR, KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA

Mada Triandala Sibero1 dan Diandala Sibero2


1
Ph. D. Candidate, Laboratory of Tropical Marine Biotechnology, Dept. of Coastal Resources
Management, Faculty of Fisheries and Marine Science, Diponegoro University, Semarang
madatriandala@hotmail.com
2
Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Nommensen, Jl. Perintis Kemerdekaan No.23,
Kota Medan, Sumatera Utara 20218

Abstract
Juhar village is located in Subdistrict Juhar, District Karo, North Sumatera. Majority of
society in Juhar village are farmers and cattlemen. A few of farmers farm in the forest and
collect forest products. The society do the traditional ceremony known as merdang merdem
and also known as kerja tahun. Merdang merdem in Juhar Village is organized by youth and
held every year on August 17th. Merdang merdem was held as thanksgiving to the ancestral
spirits for the success and good harvest. Today, merdang merdem is held for family
gathering. In this event, there are traditional performances like rende and landek.

Key words: Juhar Village, annual work plan, Karo, merdang merdem

1. Pendahuluan Indonesia yang bersuku Batak adalah


Hingga tahun 2015 Kementerian 3,58%; suku Melayu sebesar 2,27%
Dalam Negeri meresmikan 34 provinsi di sedangkan Nias hanya 0,44%. Nilai
Indonesia, salah satunya adalah provinsi tersebut menjadikan suku Batak sebagai
Sumatera Utara yang terletak di Pulau jumlah penduduk ketiga terbanyak yang
Sumatera (Kemendagri, 2015)1. Provinsi mendominasi Indonesia jika diurutkan
Sumatera Utara (Sumut) diresmikan pada berdasarkan suku (BPS, 2010). Suku Batak
15 April 1948 dengan kota Medan sebagai merupakan suku besar yang di dalamnya
Ibu Kota Provinsi. Letak geografis provinsi terdapat tujuh sub suku yakni Batak
Sumut adalah 1o-4o LU dan 98o-100o BT Angkola, Batak Karo, Batak Mandailing,
dengan luas total 181.960,65 km2 yang Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak
sebagian besarnya berada di Pulau Tapanuli dan Batak Toba (Brahmana et al.,
Sumatera dan sebagian kecilnya berada di 2009; BPS, 2010). Setiap sub suku Batak
Pulau Nias yang dibagi atas 25 Kabupaten memiliki aturan adat, tata krama, hingga
dan 8 Kota Madya (Kemendagri, 2015). bahasa yang berbeda. Batak Karo
Provinsi Sumut memiliki 3 suku asli yakni merupakan suku asli yang mendiami
Batak, Melayu dan Nias. Suku Batak Kabupaten Karo atau lebih dikenal dengan
umumnya tinggal di dataran tinggi dan sebutan Taneh Karo. Masyarakat Karo
dekat dengan pegunungan; suku Melayu biasanya lebih dikenal dengan istilah kalak
tinggal di dataran rendah dan dekat dengan Karo atau artinya dalam bahasa Indonesia
pesisir; sedangkan suku Nias tinggal di adalah orang Karo. Kabupaten ini memiliki
Pulau Nias. Namun seiring dengan 17 kecamatan dengan total Desa/Kota
globalisasi, wilayah tempat tinggal sudah sebanyak 269; luas wilayah 2.127,25 km2;
tidak dapat digunakan sebagai identitas dan jumlah penduduk hingga tahun 2013
suku tertentu. sebanyak 363.755 jiwa (BPS, 2014). Peta
Hasil survei penduduk pada tahun wilayah Kabupaten Karo dapat dilihat pada
2010 diketahui bahwa jumlah penduduk gambar 1.
TRADISI MERDANG MERDEM KALAK KARO DI DESA JUHAR, KECAMATAN JUHAR,
KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA 91
Gambar 1.

Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara


(Sumber: BPS, 2014)

Suku Batak Karo memiliki merga Pekan, Tarigan Tegur, Tarigan Tambun,
silima atau lima marga utama yakni Tarigan Gerneng dan masih beberapa lagi.
Tarigan, Perangin-angin, Ginting, Karo- Kalak Karo berkomunikasi
karo dan Sembiring. Setiap marga utama menggunakan bahasa Karo serta memiliki
memiliki sub marga yang biasanya berbagai jenis acara adat yang
digunakan oleh kalak Karo pada akhir dilaksanakan pada waktu tertentu dengan
namanya. Penggunaan marga merupakan tujuan tertentu juga seperti erpangir ku
suatu keharusan bagi masyarakat Karo. lau, nengget, dan merdang merdem
Sayangnya kalak Karo lebih sering (Sembiring, 2009; Brahmana et al., 2009;
menggunakan marga utamanya dalam Surbakti, 2014). Acara adat tahunan yang
penulisan nama di dalam pembuatan kartu sampai sekarang masih dilaksanakan oleh
tanda pengenal maupun akte kelahiran masyarakat adalah merdang merdem.
sehingga kekhasan sub marga mulai Hampir setiap desa yang berada di Taneh
menghilang karena banyak anak muda Karo memiliki waktu dan cara yang
Karo yang lupa bahkan tidak mengetahui berbeda dalam melaksanakan acara adat
sub marganya. Contoh sub marga dari merdang merdem.
marga utama Tarigan adalah Tarigan Tua,
Tarigan Bondong, Tarigan Cingkes, 2. Kecamatan Juhar dan Desa Juhar
Tarigan Gana-gana, Tarigan Silangit, Kecamatan Juhar terletak di 710-800
Tarigan Tambak, Tarigan Sibero, Tarigan m di atas permukaan laut. Kecamatan ini

TRADISI MERDANG MERDEM KALAK KARO DI DESA JUHAR, KECAMATAN JUHAR,


KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA 92
memiliki 25 desa yang memiliki total luas rumah jahe. Marga yang menjadi
wilayah 218,56 km2 atau sebesar 10,27% penduduk asli di Desa Juhar adalah
dari luas total Taneh Karo dengan jumlah Ginting, Perangin-angin dan Tarigan.
penduduk sebanyak 13.726 jiwa. Luas Namun kini, di Desa Juhar juga terdapat
tersebut membuat Kecamatan Juhar marga Sembiring dan Karo-karo yang
menjadi Kecamatan terbesar ketiga setelah merupakan pendatang karena pernikahan
Kecamatan Mardingding dan Laubaleng. ataupun penempatan kerja. Ketiga marga
Hal tersebut membuat Kecamatan ini asli yang menjadi penduduk Desa Juhar
dikenal sebagai Juhar Si Mbelang yang memiliki daerah kekuasaan sendiri-sendiri
diartikan ke dalam bahasa Indonesia yang dibagi menjadi wilayah lading, hutan,
menjadi Juhar yang luas. Hingga tahun sawah hingga mata air. Setiap marga
2013 tercatat ada 14 gedung sekolah yang memiliki daerahnya masing-masing dan
tersebar di desa-desa yang berada di jika dilanggar akan mendapatkan hukuman
Kecamatan Juhar dengan jumlah guru adat berupa denda hingga kutukan.
sebanyak 114 orang sedangkan jumlah
murid yang terdaftar sebanyak 2.186 3. Sistem Ekonomi dan Mata
siswa/i (BPS, 2014). Kecamatan ini Pencaharian Masyarakat Desa Juhar
memiliki 25 desa yang memiliki tradisi dan Lokasi Desa Juhar yang terletak
acara adat yang beragam, ada yang sama berdekatan dengan kaki Gunung Sinabung
dan ada yang berbeda. Salah satu acara menjadikannya sebagai wilayah yang
adat yang dilaksanakan namun pada waktu sangat subur dan sesuai untuk usaha
yang berbeda adalah merdang merdem. pertanian dan peternakan. Masyarakat
Desa Juhar yang berada di Kecamatan ini umumnya berprofesi sebagai petani dan
juga melakukan acara tersebut dengan cara peternak. Masyarakat melakukan usahan
yang berbeda dengan desa lainnya pertanian secara menetap di ladang, sawah
sehingga sangat penting untuk dikaji dan serta hutan. Banyak keluarga yang tidak
dipelajari. memiliki lahan pribadi memilih menjadi
Acara merdang merdem di Desa buruh tani atau mengusahakan tanah
Juhar dilaksanakan disebuah bangunan keluarga sebagai lahan bercocok tanam.
yang disebut dengan losd. Losd merupakan Beberapa keluarga memanfaatkan hutan
bangunan yang digunakan masyarakat sebagai lahan bercocok tanam dan
Karo untuk melaksanakan suatu acara serta beberapa diantaranya memilih
rapat yang berhubungan dengan memanfaatkan hasil hutan seperti buah
kepentingan umum. Desa Juhar memiliki cokelat, durian, kopi, nira, jengkol, petai,
tujuh losd yakni losd ginting rumah kemiri, kulit manis, ijuk, bambu, kayu,
berneh, losd ginting rumah gugung, losd nenas hutan hingga lengkeng yang tumbuh
perangin-angin taneh gara, losd perangin- secara liar untuk dijual seperti yang
angin (gepa), losd tarigan sebayak, losd diperlihatkan pada gambat 2.
tarigan jambur lateng dan losd tarigan

TRADISI MERDANG MERDEM KALAK KARO DI DESA JUHAR, KECAMATAN JUHAR,


KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA 93
a b

c d

Gambar 2. Tanaman liar yang tumbuh di hutan dan dimanfaatkan oleh masyarakat local: a)
kopi; b) durian; c) cokelat, dan; d) nira
(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Tanaman pertanian yang menjadi dari aren (nira). Bahan baku dalam
andalan dari desa ini adalah jong (jagung) pembuatan gula aren adalah air nira yang
dan siberu dayang (padi) seperti yang diambil secara gratis dari hutan. Seiring
diperlihatkan pada Gambar 3. Usaha dengan globalisasi, saat ini masyarakat di
peternakan yang dijalankan oleh Desa Juhar memiliki profesi yang sangat
masyarakat adalah peternakan unggas beragam seperti pedagang, supir bus antar
seperti ayam, bebek dan itik; serta kota, supir becak bermotor (bentor), guru,
peternakan ruminansia seperti sapi dan bidan, Polisi dan perangkat desa.
kambing; hewan lain yang paling banyak Masyarakat Desa Juhar masih memegang
diternakkan adalah babi. Selain menjadi teguh beberapa ajaran dan hukum adat
petani dan peternak, masyarakat asli Desa sehingga hubungan kekeluargaan antar
Juhar juga berprofesi sebagai pembuat gula masyarakat terjalin dengan sangat baik.

a b
Gambar 3. Tanaman pertanian: a) padi; b) jagung

TRADISI MERDANG MERDEM KALAK KARO DI DESA JUHAR, KECAMATAN JUHAR,


KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA 94
(Sumber: Dokumentasi pribadi)

Kegiatan-kegiatan pertanian yang hasil panen yang tidak laku karena rusak
dilaksanakan oleh masyarakat di desa atau sudah membusuk. Kotoran dari hewan
Juhar sudah dipengaruhi oleh pengetahuan ternak nantinya akan digunakan sebagai
dan teknologi moderen. Para petani yang pupuk alami.
memiliki modal besar memanfaatkan Jaman dahulu masyarakat Desa Juhar
traktor, mesin pemisah padi, penanggalan melakukan kegiatan peternakan dibawah
waktu tanam, penggunaan bibit unggul rumah panggung yang disebut sebagai
yang diberikan pemerintah, dan rumah si waluh jabu. Rumah adat Karo ini
penggunaan pupuk serta pestisida pabrikan berukuran sangat besar dan ditinggali oleh
sedangkan petani dengan modal kecil delapan keluarga. Jarak lantai rumah ke
masih menggunakan cara tradisional yakni tanah bisa mencapai 1,5 meter dan jarak
menggunakan kerbau dan cangkul untuk tersebutlah yang digunakan oleh kalak
membajak, bibit hasil tuaian sendiri, dan Karo jaman dahulu sebagai kandang
tidak menggunakan pupuk. Petani yang hewan ternak seperti babi dan ayam.
memanfaatkann hasil hutan juga sudah Gambar rumah adat tersebut dapat dilihat
dipengaruhi oleh pengetahuan moderen. pada Gambar 4. Masyarakat tradisional
Mereka menggunakan motor untuk masuk jaman dahulu sudah mengenal teknik
ke hutan untuk mengangkut hasil hutan membangun yang sangat baik karena
sedangkan jaman dahulu, merek terbukti dari konstruksi bangunan rumah
menggunakan kereta kerbau atau berjalan yang tidak menggunakan semen dan paku.
kaki untuk mengangkut hasil hutan. Rumah si waluh jabu dibuat dari kayu
Teknologi komunikasi seperti hand phone sebagai tiang penyangga dan dinding
membantu para petani dalam bertransaksi sedangkan atapnya dibuat dari ijuk. Jumlah
hasil pertanian yang mereka punya. rumah adat ini sudah semakin berkurang
Sebelum ada teknologi komunikasi yang karena kebanyak keluarga memilih untuk
memadai para petani menjual hasil tinggal sendiri dan membangun rumah
pertanian ke satu pengumpul yang moderen. Keadaan rumah si waluh jabu di
biasanya menguasai suatu wilayah Desa Juhar juga semakin tidak terurus.
selanjutnya sang pengumpul menjualnya Beberapa tahun lalu satu rumah adat
ke pasar, namun sekarang para petani dirobohkan dan dijadikan rumah penduduk
sudah bisa langsung mengecek harga pasar moderen. Rumah adat si waluh jabu yang
dari hand phone dan bisa langsung ditampilkan pada Gambar 4 sudah
menghubungi pengumpul di pasar. Hal ini mendapatkan beberapa perbaikian salah
mampu mengurangi kerugian yang dialami satunya adalah atap yang sudah diganti
oleh petani akibat permainan harga yang menjadi seng.
dilakukan oleh pengumpul.
Kegiatan peternakan masih terbilang 4. Sistem Agama dan Kepercayaan
cukup tradisional karena banyak hewan Masyarakat Desa Juhar
yang diternakan secara liar dipekarangan Sebelum agama masuk ke Desa
rumah. Beberapa peternak ternak unggas Juhar, masyarakat sudah mengenal
tidak mengandangkan hewan ternaknya kepercayaan tradisional yakni pemena.
dan tidak memberikan ransum khusus. Kepercayaan ini meyakini bahwa roh
Hewan ternak besar seperti kambing dan nenek moyang (leluhur) yang disembah
babi diternakkan di kandang khusus namun akan memberikan keselamatan dan
berada di dekat lahan pertaniannya atau kesuksesan pada usaha pertanian yang
bahkan diternakkan di dalam hutan. Para dilakukan. Biasanya masyarakat akan
peternak umumnya memberikan pakan dari melakukan ritual tertentu dengan cara

TRADISI MERDANG MERDEM KALAK KARO DI DESA JUHAR, KECAMATAN JUHAR,


KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA 95
meletakkan sesajen pada tempat atau kemampuan untuk menghubungkan
benda yang dianggap sakral dan memiliki manusia dengan roh para leluhur. Sekarang
kekuatan magis seperti bagian hutan kepercayaan tradisional sudah banyak
tertentu, gua, sungai, batu besar dan pohon. ditinggalkan semenjak agama masuk ke
Masyarakat juga memiliki orang yang Desa Juhar, Kecamatan Juhar.
dituakan yang dianggap memiliki

Gambar 4. Rumah adat si waluh jabu di Desa Juhar, Kecamatan Juhar, Kabupaten
Karo (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Agama yang dipeluk oleh yang dilakukan secara turun menurun oleh
masyarakat Desa Juhar adalah Kristen, kalak Karo di seluruh wilayah taneh Karo
Katolik dan Islam dengan agama mayoritas dengan tujuan menjaga ketentraman dan
yang dipeluk adalah Kristen. Masyarakat keseimbangan bermasyarakat serta
Karo secara keseluruhan memiliki Gereja membangun komunikasi dengan keluarga
kesukuan yang bernama Gereja Batak yang sudah lama tidak bertemu (Brahmana
Karo Protestan (GBKP) yang menjadi et al., 2009). Jaman dahulu acara adat
tempat ibadah mayoritas masyarakat Karo merdang merdem dilakukan dengan tujuan
di Desa Juhar. Meskipun agama sudah mengucap syukur kepada roh nenek
masuk dan berkembang di Desa Juhar, moyang atas hasil panen pertanian
namun beberapa orang masih tetap khususnya padi yang melimpah. Proses
memeluk kepercayaan tradisional. penanaman padi jaman dahulu sarat
Beberapa rumah ibadah yang terdapat di dengan upacara spiritual dengan harapan
Desa Juhar dapat dilihat pada Gambar 5. hasil pertanian yang baik. Upacara tersebut
sesuai dengan kepercayaan pemena yang
5. Tradisi Merdang Merdem dipegang oleh kalak Karo jaman dahulu.
5.1. Mengucap Syukur dan Kerja Tahun Rentetan upacara itulah yang mendasari
Merdang merdem atau dalam bahasa acara merdang merdem atau sekarang lebih
Indonesia lebih dikenal dengan istilah dikenal sebagai kerja tahun di masyarakat
kerja tahun merupakan suatu pesta adat Karo (Ginting, 2007). Saat ini masayarakat

TRADISI MERDANG MERDEM KALAK KARO DI DESA JUHAR, KECAMATAN JUHAR,


KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA 96
sudah tidak menggunakan istilah merdang termasuk yang bukan kalak Karo. Setiap
merdem namun menggunakan istilah kerja desa memiliki waktu dan cara yang
tahun karena dianggap lebih mudah berbeda dalam merayakan pesta adat kerja
dimengerti oleh masyarakat umum tahun.

a b

Gambar 5. Rumah Ibadah di Desa Juhar a) GBKP; b) Mesjid; c) Gereja Katolik St. Paulus
(Sumber: Dokementasi pribadi)

Desa Juhar melaksanakan acara adat tengah-tengah desa. Selama kerja tahun,
kerja tahun setiap tanggal 17 Agustus, Desa Juhar menarik penonton dari desa
bertepatan dengan hari libur nasional Hari lain yang berada di sekitarnya.
Raya Kemerdekaan Republik Indonesia. Pemuda/i akan menyebarkan
Pemuda/i desa akan merancang acara ini undangan dan proposal bantuan dana ke
jauh-jauh hari karena akan ada gendang pemerintah daerah serta masyarakat karena
guro-guro aron yang merupakan dana yang dibutuhkan sangat besar dan tak
perhelatan budaya yang sangat besar dan jarang hingga ratusan juta rupiah. Ikatan
biasanya tiga hari. Acara dimulai dari pemuda/i Desa Juhar akan menghubungi
tanggal 16 Agustus di malam hari hingga orang-orang asli Juhar namun kini sudah
tanggal 18 Agustus di pagi hari dimana bekerja di luar desa (merantau) seperti di
tanggal 17 Agustus merupakan puncak Kota Medan hingga yang berada di luar
acaranya. Pertunjukan seni dan acara pulau bahkan luar negeri untuk
puncak dilaksanakan di Losd Rumah menawarkan proposal bantuan dana.
Berneh karena letaknya yang berada di Terdapat sebuah stigma yang berkembang

TRADISI MERDANG MERDEM KALAK KARO DI DESA JUHAR, KECAMATAN JUHAR,


KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA 97
di dalam masyarakat di Desa Juhar bahwa 5.2. Unsur Kesenian dalam Merdang
suatu keluarga akan dipandang sukses oleh Merdem di Desa Juhar
masyarakat jika memberikan bantuan dana Dalam acara merdang meredem atau
yang besar dan seluruh anggota keluarga kerja tahun, terdapat berbagai pertunjukan
inti bisa hadir dalam acara kerja tahun. seni dan budaya yang ditampilkan oleh
Salah satu manfaat lain dari kerja tahun pemuda/i. Selain diisi oleh penampilan
adalah perjodohan. Orang tua yang masyarakat lokal, kerja tahun juga diisi
memiliki anak yang belum menikah akan oleh penampilan perkolong-kolong. Istilah
mencoba memperkenalkan anaknya ke perkolong-kolong diberikan kepada
keluarga lain dan menjodohkan anaknya. seorang performer yang mahir bernyanyi
Pemuda/i yang tidak dijodohkan juga (rende) dan menari (landek) tradisional
biasanya mencari pasangan dari peserta Karo. Selain bisa rende dan landek,
atau pun penonton pesta adat ini. seorang perkolong-kolong umumnya juga
Kerja tahun menjadi waktu yang harus mampu berbicara didepan umum
paling tepat untuk pulang kampung bagi seperti menjadi pembawa acara agar dapat
masyarakat yang berkampung di Desa membawa suasanya menjadi lebih
Juhar. Orang tua yang memiliki anak di menyenangkan. Perkolong-kolong juga
luar kota akan meminta anaknya pulang biasanya menjadi tamu spesial dalam acara
dan hadir dalam acara ini. Perayaan ini kerja tahun. Tarian yang ditampilkan oleh
dianggap jauh lebih penting dibandingkan pemuda/i umumnya tarian tradisional yang
acara adat lain atau pun acara keagamaan bermakna ucapan syukur, percintaan,
seperti Natal, Paskah dan Lebaran persaudaraan dan kekeluargaan. Semua
sehingga masyarakat dari agama apa pun lagu dan tarian yang ditampilkan
diharapkan harus datang. Selama perayaan merupakan ekspresi kebahagiaan
acara ini, setiap rumah tangga menyiapkan masyarakat Desa Juhar.
makanan bagi para tamu yang datang. Pertunjukan seni yang ditampilkan
Makanan tradisional khas Karo disediakan berupa tarian, nanyian dan tidak jarang
selama acara ini berlangsung seperi pagit- pertunjukan instrumen alat musik
pagit atau dikenal sebagai terites, babi tradisional. Musik tradisional adalah musik
panggang Karo, cipera manuk, tasak telu, yang memiliki nilai-nilai etnis yang dapat
cimpa dan jong labar. Makanan tradisional menggambarkan suatu masyarakat yang
khas Karo yang unik adalah terites karena feodalistis yang dipergunakan pada waktu
berasal dedaunan yang dimakan oleh sapi tertentu. Musik tradisional Karo yang
dan belum tercerna sempurna di dalam dimainkan dalam kerja tahun Desa Juhar
sistem pencernaan. Pengambilan dedaunan umumnya sama dengan desa lain yang
dari rumen dilakukan secara manual yakni berada di Kabupaten Karo yang
menggunakan tangan. Dubur sapi merupakan ansambel alat musik tradisional
dibersihkan terlebih dahulu hingga bersih yang dikenal dengan gendang kulcapi.
kemudian tangan dimasukkan hingga Istilah gendang tidak berarti alat musik
bagian dalam dan mencapai rumen pukul namun bermakna ansambel musik
selanjutnya dedaunan tersebut diambil dan khas Karo. Ansambel ini terdiri atas
ditarik keluar lalu diolah hingga menjadi kulcapi, balobat, keteng-keteng dan
terites. Selama acara berlangsung tuan mangkok. Alat musik kulcapi bebentuk lute
rumah menyediakan makanan untuk setiap seperti gitar namun ukurannya jauh lebih
tamu yang datang secara gratis sehingga kecil dan hanya memiliki dua senar yang
orang-orang hanya memiliki aktivitas dahulunya terbuat dari akar pohon nira
datang bersilahturahmi dan makan. namun sekarang telah diganti menjadi
senar logam. Alat musik ini dimainkan
dengan cara dipetik seperti gitar. Gambar

TRADISI MERDANG MERDEM KALAK KARO DI DESA JUHAR, KECAMATAN JUHAR,


KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA 98
alat musik kulcapi dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Alat musik kulcapi Karo


(Sumber: Sitepu, 2013)

Balobat merupakan alat musik tiup teknologi yang sudah diterima dan
yang terbuat dari bambu. Bentuknya mirip diterapkan dalam kegiatan sehari-hari,
seperti recorder. Alat musik ini memiliki namun masyarakat Karo di Desa Juhar
enam buah lubang nada. Keteng-keteng masih mempertahankan budaya merdang
adalah alat musik pukul yang terbuat dari merdem yang lebih dikenal sebagai kerja
bambu. Alat musik pukul ini sangat unik tahun yang dilaksanakan setiap tanggal 17
karena memiliki senar yang terbuat dari Agustus. Acara adat ini pada awalnya
kulit bambu yang dicungkil dan ditarik berupa ritual adat yang bertujuan untuk
sedemikian rupa dan tidak terputus lalu ucapan syukur kepada leluhur atas hasil
dibawahnya diberikan ganjalan sehingga pertanian yang bagus namun setelah
membentuk dua buah senar yang terpisah. masuknya agama maka maknanya bergeser
Cara memainkannya adalah dengan menjadi sebuah acara adat yang bertujuan
memukul senar bambu dengan batang kayu mengeratkan hubungan kekeluargaan. Saat
yang lebih pendek. Mangkok merupakan ini acara kerja tahun digunakan oleh
alat musik seperti cawan yang terbuat dari masyarakat untuk bertemu dengan
keramik atau kaca dan dimainkan dengan keluarga besar dan beberapa di antaranya
cara dipukul. Alat musik ini berfungsi digunakan untuk melakukan perjodohan.
sebagai pembawa ritmis dalam ansambel
musik Karo (Sitepu, 2013). Sejalan dengan Daftar Pustaka
perkembangan jaman, posisi alat musik ini
di dalam kerja tahun telah ditambah atau [BPS] Badan Pusat Statistik Tanah Karo.
bahkan terkadang digantikan oleh 2014. Karo dalam Angka 2014.
keyboard atau lebih sering disebut dengan Kabupaten Karo: Badan Pusat
istilah kibod oleh masyarakat Karo. Kibod Statistik Kabupaten Karo.
dianggap lebih murah karena membayar [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010.
satu pemain alat musik namun sudah bisa Kewarganegaraan, Suku Bangsa,
memberikan efek aransemen seperi Agama, dan Bahasa Sehari-hari
ansambel alat musik tradisonal Karo. Penduduk Indonesia: Hasil Sensus
Pergeseran ini mengakibatkan semakin Penduduk 2010. Jakarta: Badan
sedikit anak muda di Desa Juhar tidak Pusat Statistik.
tertarik mempelajari alat musik tradisional. [Kemendagri] Kementerian Dalam Negeri.
2015. Buku II Provinsi Sumatera
6. Simpulan Utara.
Kalak Karo di Desa Juhar mayoritas http://www.kemendagri.go.id/media/
bekerja sebagai petani dan peternak. filemanager/2015/08/18/1/2/12._sum
Banyak kemajuan ilmu pengetahuan dan
TRADISI MERDANG MERDEM KALAK KARO DI DESA JUHAR, KECAMATAN JUHAR,
KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA 99
ut.pdf. (Diakses pada tanggal 9
Januari 2016).
[Kemendagri] Kementerian Dalam Negeri.
2015. Kode dan data wilayah
administrasi pemerintahan
(Permendagri No. 56-2015).
http://www.kemendagri.go.id/pages/
data-wilayah. (Diakses pada tanggal
9 Januari 2016).
Brahmana, E., Rochayanti, C., Edy, M. S.
2009. “Nilai-nilai gotong royong
dalam tari Mbuah Page (analisis
semiotika nilai-nilai gotong royong
dalam tari Mbuah Page pada acara
adat Merdang-Merdem di Desa
Perbesi Kecamatan Tigabinanga
Kabupaten Karo Sumatera Utara”.
Jurnal Ilmu Komunikasi 7 (1): 84-91.
Ginting, J. S. 2007. “Kerja Tahun Tradisi
pada Masyarakat Karo”. Historisme
23(11): 6-8.
Sembiring, E. 2009. “Upacara nengget
pada masyarakat Suku Karo (Studi
deskriptif: Desa Saran Padang,
Kecamatan Dolok Silau, Kabupaten
Simalungun).” Skripsi. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Sitepu, B. P. 2013. “Kajian organologis
kulcapi pada masyarakat Karo
buatan Bapak Pauji Ginting.”
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Surbakti, Ernawati. 2014. “Nilai budaya
dalam leksikon erpangir ku lau
tradisi Suku Karo (Kajian
Antropolinguistik)”. Telangkai
Bahasa dan Sastra 8 (1): 95-107.

TRADISI MERDANG MERDEM KALAK KARO DI DESA JUHAR, KECAMATAN JUHAR,


KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA 100

Anda mungkin juga menyukai