Abstract
Juhar village is located in Subdistrict Juhar, District Karo, North Sumatera. Majority of
society in Juhar village are farmers and cattlemen. A few of farmers farm in the forest and
collect forest products. The society do the traditional ceremony known as merdang merdem
and also known as kerja tahun. Merdang merdem in Juhar Village is organized by youth and
held every year on August 17th. Merdang merdem was held as thanksgiving to the ancestral
spirits for the success and good harvest. Today, merdang merdem is held for family
gathering. In this event, there are traditional performances like rende and landek.
Key words: Juhar Village, annual work plan, Karo, merdang merdem
Suku Batak Karo memiliki merga Pekan, Tarigan Tegur, Tarigan Tambun,
silima atau lima marga utama yakni Tarigan Gerneng dan masih beberapa lagi.
Tarigan, Perangin-angin, Ginting, Karo- Kalak Karo berkomunikasi
karo dan Sembiring. Setiap marga utama menggunakan bahasa Karo serta memiliki
memiliki sub marga yang biasanya berbagai jenis acara adat yang
digunakan oleh kalak Karo pada akhir dilaksanakan pada waktu tertentu dengan
namanya. Penggunaan marga merupakan tujuan tertentu juga seperti erpangir ku
suatu keharusan bagi masyarakat Karo. lau, nengget, dan merdang merdem
Sayangnya kalak Karo lebih sering (Sembiring, 2009; Brahmana et al., 2009;
menggunakan marga utamanya dalam Surbakti, 2014). Acara adat tahunan yang
penulisan nama di dalam pembuatan kartu sampai sekarang masih dilaksanakan oleh
tanda pengenal maupun akte kelahiran masyarakat adalah merdang merdem.
sehingga kekhasan sub marga mulai Hampir setiap desa yang berada di Taneh
menghilang karena banyak anak muda Karo memiliki waktu dan cara yang
Karo yang lupa bahkan tidak mengetahui berbeda dalam melaksanakan acara adat
sub marganya. Contoh sub marga dari merdang merdem.
marga utama Tarigan adalah Tarigan Tua,
Tarigan Bondong, Tarigan Cingkes, 2. Kecamatan Juhar dan Desa Juhar
Tarigan Gana-gana, Tarigan Silangit, Kecamatan Juhar terletak di 710-800
Tarigan Tambak, Tarigan Sibero, Tarigan m di atas permukaan laut. Kecamatan ini
c d
Gambar 2. Tanaman liar yang tumbuh di hutan dan dimanfaatkan oleh masyarakat local: a)
kopi; b) durian; c) cokelat, dan; d) nira
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Tanaman pertanian yang menjadi dari aren (nira). Bahan baku dalam
andalan dari desa ini adalah jong (jagung) pembuatan gula aren adalah air nira yang
dan siberu dayang (padi) seperti yang diambil secara gratis dari hutan. Seiring
diperlihatkan pada Gambar 3. Usaha dengan globalisasi, saat ini masyarakat di
peternakan yang dijalankan oleh Desa Juhar memiliki profesi yang sangat
masyarakat adalah peternakan unggas beragam seperti pedagang, supir bus antar
seperti ayam, bebek dan itik; serta kota, supir becak bermotor (bentor), guru,
peternakan ruminansia seperti sapi dan bidan, Polisi dan perangkat desa.
kambing; hewan lain yang paling banyak Masyarakat Desa Juhar masih memegang
diternakkan adalah babi. Selain menjadi teguh beberapa ajaran dan hukum adat
petani dan peternak, masyarakat asli Desa sehingga hubungan kekeluargaan antar
Juhar juga berprofesi sebagai pembuat gula masyarakat terjalin dengan sangat baik.
a b
Gambar 3. Tanaman pertanian: a) padi; b) jagung
Kegiatan-kegiatan pertanian yang hasil panen yang tidak laku karena rusak
dilaksanakan oleh masyarakat di desa atau sudah membusuk. Kotoran dari hewan
Juhar sudah dipengaruhi oleh pengetahuan ternak nantinya akan digunakan sebagai
dan teknologi moderen. Para petani yang pupuk alami.
memiliki modal besar memanfaatkan Jaman dahulu masyarakat Desa Juhar
traktor, mesin pemisah padi, penanggalan melakukan kegiatan peternakan dibawah
waktu tanam, penggunaan bibit unggul rumah panggung yang disebut sebagai
yang diberikan pemerintah, dan rumah si waluh jabu. Rumah adat Karo ini
penggunaan pupuk serta pestisida pabrikan berukuran sangat besar dan ditinggali oleh
sedangkan petani dengan modal kecil delapan keluarga. Jarak lantai rumah ke
masih menggunakan cara tradisional yakni tanah bisa mencapai 1,5 meter dan jarak
menggunakan kerbau dan cangkul untuk tersebutlah yang digunakan oleh kalak
membajak, bibit hasil tuaian sendiri, dan Karo jaman dahulu sebagai kandang
tidak menggunakan pupuk. Petani yang hewan ternak seperti babi dan ayam.
memanfaatkann hasil hutan juga sudah Gambar rumah adat tersebut dapat dilihat
dipengaruhi oleh pengetahuan moderen. pada Gambar 4. Masyarakat tradisional
Mereka menggunakan motor untuk masuk jaman dahulu sudah mengenal teknik
ke hutan untuk mengangkut hasil hutan membangun yang sangat baik karena
sedangkan jaman dahulu, merek terbukti dari konstruksi bangunan rumah
menggunakan kereta kerbau atau berjalan yang tidak menggunakan semen dan paku.
kaki untuk mengangkut hasil hutan. Rumah si waluh jabu dibuat dari kayu
Teknologi komunikasi seperti hand phone sebagai tiang penyangga dan dinding
membantu para petani dalam bertransaksi sedangkan atapnya dibuat dari ijuk. Jumlah
hasil pertanian yang mereka punya. rumah adat ini sudah semakin berkurang
Sebelum ada teknologi komunikasi yang karena kebanyak keluarga memilih untuk
memadai para petani menjual hasil tinggal sendiri dan membangun rumah
pertanian ke satu pengumpul yang moderen. Keadaan rumah si waluh jabu di
biasanya menguasai suatu wilayah Desa Juhar juga semakin tidak terurus.
selanjutnya sang pengumpul menjualnya Beberapa tahun lalu satu rumah adat
ke pasar, namun sekarang para petani dirobohkan dan dijadikan rumah penduduk
sudah bisa langsung mengecek harga pasar moderen. Rumah adat si waluh jabu yang
dari hand phone dan bisa langsung ditampilkan pada Gambar 4 sudah
menghubungi pengumpul di pasar. Hal ini mendapatkan beberapa perbaikian salah
mampu mengurangi kerugian yang dialami satunya adalah atap yang sudah diganti
oleh petani akibat permainan harga yang menjadi seng.
dilakukan oleh pengumpul.
Kegiatan peternakan masih terbilang 4. Sistem Agama dan Kepercayaan
cukup tradisional karena banyak hewan Masyarakat Desa Juhar
yang diternakan secara liar dipekarangan Sebelum agama masuk ke Desa
rumah. Beberapa peternak ternak unggas Juhar, masyarakat sudah mengenal
tidak mengandangkan hewan ternaknya kepercayaan tradisional yakni pemena.
dan tidak memberikan ransum khusus. Kepercayaan ini meyakini bahwa roh
Hewan ternak besar seperti kambing dan nenek moyang (leluhur) yang disembah
babi diternakkan di kandang khusus namun akan memberikan keselamatan dan
berada di dekat lahan pertaniannya atau kesuksesan pada usaha pertanian yang
bahkan diternakkan di dalam hutan. Para dilakukan. Biasanya masyarakat akan
peternak umumnya memberikan pakan dari melakukan ritual tertentu dengan cara
Gambar 4. Rumah adat si waluh jabu di Desa Juhar, Kecamatan Juhar, Kabupaten
Karo (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Agama yang dipeluk oleh yang dilakukan secara turun menurun oleh
masyarakat Desa Juhar adalah Kristen, kalak Karo di seluruh wilayah taneh Karo
Katolik dan Islam dengan agama mayoritas dengan tujuan menjaga ketentraman dan
yang dipeluk adalah Kristen. Masyarakat keseimbangan bermasyarakat serta
Karo secara keseluruhan memiliki Gereja membangun komunikasi dengan keluarga
kesukuan yang bernama Gereja Batak yang sudah lama tidak bertemu (Brahmana
Karo Protestan (GBKP) yang menjadi et al., 2009). Jaman dahulu acara adat
tempat ibadah mayoritas masyarakat Karo merdang merdem dilakukan dengan tujuan
di Desa Juhar. Meskipun agama sudah mengucap syukur kepada roh nenek
masuk dan berkembang di Desa Juhar, moyang atas hasil panen pertanian
namun beberapa orang masih tetap khususnya padi yang melimpah. Proses
memeluk kepercayaan tradisional. penanaman padi jaman dahulu sarat
Beberapa rumah ibadah yang terdapat di dengan upacara spiritual dengan harapan
Desa Juhar dapat dilihat pada Gambar 5. hasil pertanian yang baik. Upacara tersebut
sesuai dengan kepercayaan pemena yang
5. Tradisi Merdang Merdem dipegang oleh kalak Karo jaman dahulu.
5.1. Mengucap Syukur dan Kerja Tahun Rentetan upacara itulah yang mendasari
Merdang merdem atau dalam bahasa acara merdang merdem atau sekarang lebih
Indonesia lebih dikenal dengan istilah dikenal sebagai kerja tahun di masyarakat
kerja tahun merupakan suatu pesta adat Karo (Ginting, 2007). Saat ini masayarakat
a b
Gambar 5. Rumah Ibadah di Desa Juhar a) GBKP; b) Mesjid; c) Gereja Katolik St. Paulus
(Sumber: Dokementasi pribadi)
Desa Juhar melaksanakan acara adat tengah-tengah desa. Selama kerja tahun,
kerja tahun setiap tanggal 17 Agustus, Desa Juhar menarik penonton dari desa
bertepatan dengan hari libur nasional Hari lain yang berada di sekitarnya.
Raya Kemerdekaan Republik Indonesia. Pemuda/i akan menyebarkan
Pemuda/i desa akan merancang acara ini undangan dan proposal bantuan dana ke
jauh-jauh hari karena akan ada gendang pemerintah daerah serta masyarakat karena
guro-guro aron yang merupakan dana yang dibutuhkan sangat besar dan tak
perhelatan budaya yang sangat besar dan jarang hingga ratusan juta rupiah. Ikatan
biasanya tiga hari. Acara dimulai dari pemuda/i Desa Juhar akan menghubungi
tanggal 16 Agustus di malam hari hingga orang-orang asli Juhar namun kini sudah
tanggal 18 Agustus di pagi hari dimana bekerja di luar desa (merantau) seperti di
tanggal 17 Agustus merupakan puncak Kota Medan hingga yang berada di luar
acaranya. Pertunjukan seni dan acara pulau bahkan luar negeri untuk
puncak dilaksanakan di Losd Rumah menawarkan proposal bantuan dana.
Berneh karena letaknya yang berada di Terdapat sebuah stigma yang berkembang
Balobat merupakan alat musik tiup teknologi yang sudah diterima dan
yang terbuat dari bambu. Bentuknya mirip diterapkan dalam kegiatan sehari-hari,
seperti recorder. Alat musik ini memiliki namun masyarakat Karo di Desa Juhar
enam buah lubang nada. Keteng-keteng masih mempertahankan budaya merdang
adalah alat musik pukul yang terbuat dari merdem yang lebih dikenal sebagai kerja
bambu. Alat musik pukul ini sangat unik tahun yang dilaksanakan setiap tanggal 17
karena memiliki senar yang terbuat dari Agustus. Acara adat ini pada awalnya
kulit bambu yang dicungkil dan ditarik berupa ritual adat yang bertujuan untuk
sedemikian rupa dan tidak terputus lalu ucapan syukur kepada leluhur atas hasil
dibawahnya diberikan ganjalan sehingga pertanian yang bagus namun setelah
membentuk dua buah senar yang terpisah. masuknya agama maka maknanya bergeser
Cara memainkannya adalah dengan menjadi sebuah acara adat yang bertujuan
memukul senar bambu dengan batang kayu mengeratkan hubungan kekeluargaan. Saat
yang lebih pendek. Mangkok merupakan ini acara kerja tahun digunakan oleh
alat musik seperti cawan yang terbuat dari masyarakat untuk bertemu dengan
keramik atau kaca dan dimainkan dengan keluarga besar dan beberapa di antaranya
cara dipukul. Alat musik ini berfungsi digunakan untuk melakukan perjodohan.
sebagai pembawa ritmis dalam ansambel
musik Karo (Sitepu, 2013). Sejalan dengan Daftar Pustaka
perkembangan jaman, posisi alat musik ini
di dalam kerja tahun telah ditambah atau [BPS] Badan Pusat Statistik Tanah Karo.
bahkan terkadang digantikan oleh 2014. Karo dalam Angka 2014.
keyboard atau lebih sering disebut dengan Kabupaten Karo: Badan Pusat
istilah kibod oleh masyarakat Karo. Kibod Statistik Kabupaten Karo.
dianggap lebih murah karena membayar [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010.
satu pemain alat musik namun sudah bisa Kewarganegaraan, Suku Bangsa,
memberikan efek aransemen seperi Agama, dan Bahasa Sehari-hari
ansambel alat musik tradisonal Karo. Penduduk Indonesia: Hasil Sensus
Pergeseran ini mengakibatkan semakin Penduduk 2010. Jakarta: Badan
sedikit anak muda di Desa Juhar tidak Pusat Statistik.
tertarik mempelajari alat musik tradisional. [Kemendagri] Kementerian Dalam Negeri.
2015. Buku II Provinsi Sumatera
6. Simpulan Utara.
Kalak Karo di Desa Juhar mayoritas http://www.kemendagri.go.id/media/
bekerja sebagai petani dan peternak. filemanager/2015/08/18/1/2/12._sum
Banyak kemajuan ilmu pengetahuan dan
TRADISI MERDANG MERDEM KALAK KARO DI DESA JUHAR, KECAMATAN JUHAR,
KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA 99
ut.pdf. (Diakses pada tanggal 9
Januari 2016).
[Kemendagri] Kementerian Dalam Negeri.
2015. Kode dan data wilayah
administrasi pemerintahan
(Permendagri No. 56-2015).
http://www.kemendagri.go.id/pages/
data-wilayah. (Diakses pada tanggal
9 Januari 2016).
Brahmana, E., Rochayanti, C., Edy, M. S.
2009. “Nilai-nilai gotong royong
dalam tari Mbuah Page (analisis
semiotika nilai-nilai gotong royong
dalam tari Mbuah Page pada acara
adat Merdang-Merdem di Desa
Perbesi Kecamatan Tigabinanga
Kabupaten Karo Sumatera Utara”.
Jurnal Ilmu Komunikasi 7 (1): 84-91.
Ginting, J. S. 2007. “Kerja Tahun Tradisi
pada Masyarakat Karo”. Historisme
23(11): 6-8.
Sembiring, E. 2009. “Upacara nengget
pada masyarakat Suku Karo (Studi
deskriptif: Desa Saran Padang,
Kecamatan Dolok Silau, Kabupaten
Simalungun).” Skripsi. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Sitepu, B. P. 2013. “Kajian organologis
kulcapi pada masyarakat Karo
buatan Bapak Pauji Ginting.”
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Surbakti, Ernawati. 2014. “Nilai budaya
dalam leksikon erpangir ku lau
tradisi Suku Karo (Kajian
Antropolinguistik)”. Telangkai
Bahasa dan Sastra 8 (1): 95-107.