Anda di halaman 1dari 104

Penanggung Jawab : Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.

Ec

Penulis :

1. Puji Qomariyah, S.Sos., M.Si.


2. Paharizal, S.Sos., M.A.
3. Desy Ayu Krisna Murti, S.T., M.Sc
4. Fadhla Khanifa, S.Pd., M.Sc.
5. Rizqi Samera Al Farizi

Editor dan Penyelaras : Puji Qomariyah, S.Sos., M.Si.

Layout & Desain : Rifan Andrie Tiosyahudin, S.Kom.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................5
BAB I PENDAHULUAN..................................................................6
Sampah Perkotaan.........................................................................6
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)...............................9
Profil Gerakan Nasional Revolusi Mental Universitas Widya
Mataram.......................................................................................12
BAB II EDUCATION FOR SUSTAINABLE..................................15
DEVELOPMENT (ESD)..................................................................15
Bentuk dan Metode Pengelolaan Sampah Perkotaan Terpadu
Berbasis Masyarakat di Yogyakarta............................................15
BAB III POLA PENGELOLAAN SAMPAH.................................19
Pengelolaan Sampah Organik......................................................21
Pembuatan Komposter Portable / Takakura................................26
Pengelolaan Sampah Anorganik..................................................34
Bab IV BEST PRACTICE, KADIPATEN KALURAHAN BEBAS
SAMPAH.........................................................................................55
Pengelolaan Bank Sampah secara Mandiri.................................56
Pemanfaatan Sampah Tepat Guna Paguyuban Bank Sampah
Guno Rinekso..............................................................................61

Bab V UWM MENUJU KAMPUS HIJAU.....................................68


UI GreenMetric...........................................................................77
Wacana dan Praktik Green Campus UWM.................................80
Bab VI PENUTUP...........................................................................96
KATA PENGANTAR

Masyarakat sebagai produsen sampah sudah seharusnya peduli


terhadap upaya pengelolaan sampah. Upaya yang dilakukan adalah
melakukan pemilahan sampah dengan memisahkan sampah residu,
sampah organik, dan sampah nilai jual.

Upaya ini dilakukan untuk mengurangi volume sampah dan


menghasilkan manfaat ekonomis. Partisipasi masyarakat terhadap
pengelolaan sampah menjadi kunci pengelolaan sampah. Karena
masalah sampah bukanlah semata-mata tanggung jawab pemerintah
tapi juga diperlukan kesadaran masyarakat untuk menjaga
lingkungan sekitar.

Kondisi sampah di Yogyakarta sudah mencapai puncaknya,


Yogyakarta darurat sampah dengan keadaan TPA Piyungan sebagai
satu-satunya TPA di Yogyakarta tidak mampu menampung sampah
lebih banyak lagi. Universitas Widya Mataram mengajak warga
sekitar kampus terutama di wilayah Kecamatan Kraton, Kalurahan
Kadipaten untuk menangani sampah secara bersama-sama.
Terimakasih yang tidak terhingga pada Kemenko PMK dan FRI
yang memfasilitasi upaya Pengembangan Pendidikan Berbasis
Education for Sustainable Development (ESD) melalui Program
Gerakan Nasional Revolusi Mental. Semoga buku kecil ini
bermanfaat dan menginspirasi pembaca untuk menjaga lingkungan
dengan mengurangi sampah. Salam zero waste!

Rektor
Universitas Widya Mataram

Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec


BAB I PENDAHULUAN

Sampah Perkotaan
Responsible Consumption and Production adalah salah satu dari
17 Sustainable Development Goals yang diadopsi oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2015 untuk memastikan pada
tahun 2030 semua orang dapat menikmati kedamaian dan
kesejahteraan. Untuk mencapai hal ini pengelolaan sampah adalah
salah satu hal paling penting yang harus dilakukan. Salah satu
bentuk dari pengelolaan sampah adalah penerapan Reduce, Reuse,
Recycle, dan Replace atau 4R.

Masalah yang sering muncul dalam penanganan sampah kota adalah


masalah biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya ruang
yang pantas untuk pembuangan. Sebagai akibat biaya operasional
yang tinggi, kebanyakan kota-kota di Indonesia hanya mampu
mengumpulkan dan membuang 60% dari seluruh produksi
sampahnya. Dari 60% ini, sebagian besar ditangani dan dibuang
dengan cara yang tidak saniter, boros dan mencemari (Daniel et al.,
1985).

Sampah perkotaan dari hari ke hari semakin meningkat produksinya


sejalan dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang meningkat.
Oleh karenya diperlukan terobosan baru untuk penanganannya,
dengan prinsip sistem pengelolaan sampah tanpa sisa (zero waste
system). Pada sistem ini masyarakat dilibatkan secara penuh,
pemerintah hanya bertindak sebagai fasilitator dan regulator.
Masyarakat akan mengelola sendiri sampahnya, masyarakat akan
merasa memiliki dan juga akan memperoleh pendapatan dari
pengelolaan ini, sedangkan Pemerintah Daerah akan sangat
berkurang beban yang ditanggungnya. Partisipasi masyarakat yang
diperlukan disini adalah dimulai dari mengemas sampahnya sendiri
sesuai dengan jenis sampah yang ada.
Gambar 1: Sapi berdampingan Back Hoe dan Angkutan Sampah di
TPA Piyungan

Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia memproduksi sejumlah


sampah dalam bentuk padatan dengan volume antara 3 – 5 liter atau
sekitar 1 – 3 kg sampah perhari, baik sampah organik (tinja, sisa
dapur, sisa makanan) maupun sampah anorganik (kertas, plastik,
kaca, logam, dan lain-lain). Rasio bahan organik dengan bahan
anorganik sampah adalah antara 1:3. Jumlah tersebut tidak termasuk
cairan (urin dan cairan sanitasi) yang dapat mencapai 50 – 350 liter
per hari (Kastaman et al., 2007)

Produksi sampah perhari, berdasarkan Bappeda DIY, di Daerah


Istimewa Yogyakarta mencapai 1133 ton tetapi sampah yang bisa
diproses hanya 893 ton perhari. Pada setiap Kalurahan juga sudah
ada kelompok-kelompok pengelola sampah 4R (reduce, reuse,
recycle, replace). Jumlah Bank Sampah di DIY hingga mencapai
1272 bank. Tercatat sekitar 15-20% kepala keluarga sudah
melakukan 4R di rumah. Sedangkan pengelolaan sampah mandiri
mencapai 10 %.

Gambar 2: Sapi Memakan Sampah di TPA Piyungan

Sampah kian menjadi masalah serius di Yogyakarta. Dari semua


sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Piyungan, sebanyak 260 ton dari 370 ton produksi sampah Kota
Yogyakarta dibuang ke Piyungan. Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Piyungan di Bantul, yang dibangun tahun 1995, menyerupai
kolam sampah raksasa. Luas TPA penampung sampah dari Sleman,
Kota Yogyakarta, dan Bantul, itu mencapai 10 hektar. Tercatat pada
bulan Mei 2022 Zona A TPST Piyungan sudah penuh dengan
ketinggian mencapai 140 meter. Sementara itu Zona B juga
diperkirakan akan penuh dalam beberapa bulan sehingga
pembuangan harus dilakukan ke Zona Transisi yang masih dalam
persiapan.
Kondisinya terus meninggi karena setiap hari sekitar 1000 ton
sampah diangkut ratusan truk ke sana. Dengan kapasitas muat per
truk rata-rata 2 ton, berarti 500 truk setiap hari. Bila panjang satu
truk 4 meter, panjang deretan truk mencapai 2,5 km. Kenyataan ini
memerlukan perhatian dan penanganan serius dalam mengelola
sampah di Kota Yogyakarta dan sekitarnya mengingat laju
pertambahan produksi sampah sebanding dengan pertumbuhan
penduduk suatu daerah.

Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)

Gambar 3: Tim GNRM UWM Bersama Warga Kadipaten dalam


Acara Pelatihan Pembuatan Komposter Portabel/Takakura

Gerakan Nasional Revolusi Mental adalah tekad politik yang


mendasar dan bersifat paradigmatik yaitu ingin membongkar dan
mengadakan perubahan paradigma pembangunan lama 
menjadi paradigma pembangunan sosial yang
lebih baik dengan landasan pemikiran  pada Trisakti yakni berdaulat
dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkarakter. GNRM
didasari untuk meningkatkan kualitas kehidupan sosial-budaya yang
secara sosiologis mencakup aspek struktural, kultural
dan prosedural. Tiga nilai utama yang dikembangkan sebagai
pengungkit revolusi mental adalah integritas (jujur, dipercaya,
berkarakter, tanggung jawab), etos kerja (kerja keras, berdaya
saing, optimis, inovatif, dan produktif), dan gotong
royong (kerjasama, solidaritas, komunal, berorientasi pada
kemaslahatan).

Gambar 4: Tim GNRM Bersama Pengurus Bank Sampah


Gunorinekso di Pantai Baru

Gerakan revolusi mental itu sendiri memiliki 8 prinsip, yaitu (1)


berfokus pada gerakan sosial untuk mendorong kemajuan Indonesia;
(2) ada tekad politik untuk menjamin kesungguhan pemerintah; (3)
harus bersifat lintas sektoral; (4) kolaborasi antara pemerintah,
masyarakat sipil, sektor privat, dan akademisi; (5) diawali oleh
program pemicu untuk mengubah perilaku masyarakat secara
konkrit dan cepat; (6) desain program harus user friendly, populer,
menjadi bagian dari gaya hidup, dan sistematik holistik; (7) nilai-
nilai yang dikembangkan bertujuan mengatur kehidupan sosial
(moralitas publik) dan bukan mengatur moralitas privat; (8)
dampaknya dapat diukur. 

Gerakan pengelolaan sampah perkotaan di wilayah Kecamatan


Kraton, Kalurahan Kadipaten Yogyakarta dilakukan dengan harapan
bisa tercapai: pengelolaan sampah secara mandiri akibat aktivitas
rumah tangga, sehingga dapat mengurangi volume sampah yang
akan dibuang ke TPA. Selain mengurangi volume, adanya
pengolahan sampah diharapkan dapat menghasilkan manfaat
ekonomis bagi masyarakat berupa kompos maupun pupuk organik
serta barang-barang daur ulang. Upaya pengolahan sampah secara
mandiri di Kecamatan Kraton, Kalurahan Kadipaten diharapkan
dapat membantu menataulang (revitalisasi) kawasan nJeron Beteng
sebagai salah satu situs warisan budaya, sekaligus adanya aktivitas
ekonomi yang cukup besar berupa pasar, industri konveksi,
pariwisata, serta kegiatan ekonomi lainnya terbebas dari sampah.

Kegiatan pengelolaan sampah merupakan upaya pelestarian


lingkungan dengan memperhatikan aspek Reuse, Reduce, Recycle,
Replace (4R). Dan masyarakat adalah pihak yang memanfaatkan
hasilnya, maka program kegiatan ini memerlukan keterlibatan secara
aktif masyarakat setempat. Karena kegiatan ini juga melibatkan
kampus, keterlibatan mahasiswa dalam melakukan pendampingan
pada masyarakat merupakan bagian dari aplikasi ilmu yang
diperoleh di bangku kuliah untuk masyarakat luas. Sementara bagi
masyarakat hal ini merupakan salah satu sumbang pikiran dari pihak
lembaga pendidikan/perguruan tinggi untuk bersama-sama
mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat
bagi masyarakat luas.

Profil Gerakan Nasional Revolusi Mental Universitas Widya


Mataram
UWM memiliki basis konsep gerakan revolusi mental Pendidikan
karakter yang melekat dalam berbagai kegiatan, yang dikemas
dalam tiga metode:

Pertama, intrakurikuler. Mahasiswa UWM mendapat kuliah


landasan teori pendidikan karakter dalam mata kuliah dasar umum
(MKDU) Agama, Pancasila, Kewarganegaraan dan Bahasa
Indonesia ditambah dengan Matakuliah wajib Universitas,
diantaranya adalah Kewidyamataraman dan Kewirausahaan.
Kewidyamataraman yang berisi tentang nilai-nilai luhur budaya
relevan dengan aplikasi nilai-nilai etis keilmuan di masyarakat.
Nilai-nilai yang dimaksud adalah pendidikan budaya dan karakter
bangsa, yaitu kerja keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri,
semangat kebangsaan, cinta tanah air.

Kedua, kokurikuler. UWM memberi kesempatan dan memfasilitasi


sivitas akademika untuk membangun ruang berdiskusi dalam bentuk
mimbar akademik dosen dan mahasiswa di dalam kampus untuk
mengembangkan wawasan keilmuan dan kepekaan sosial
menggunakan Pendopo Agung nDalem Mangkubumen. Luaran
yang diharapkan, sivitas akademika bisa mengembangkan budaya
konstruktif melalui sharing ide, pemikiran dan tindakan.

Ketiga, ekstrakurikuler. UWM membuka kesempatan dan


memfasilitasi kegiatan mahasiswa dengan membentuk unit kegiatan
mahasiswa (UKM). Lembaga tersebut menjadi ruang para
mahasiswa mengembangkan dan mengekspresikan bakat, minat, dan
kemampuan berorganisasi dan kepemimpinan serta penalaran.
Metode ini terintegasi dengan proses belajar-mengajar secara intra-
kurikuler.
Ruang-ruang untuk pelaksanaan pendidikan karakter di UWM
dirintis sejak satu dekade lalu. Beberapa bentuknya Pekan Budaya
Masuk Kampus (2011) dengan sasaran masyarakat kampus dan
sekitar kampus untuk melestarikan dan menumbuhkembangkan
budaya-budaya konstruktif. Dan dalam pelaksanaannya, kegiatan ini
bekerjasama dengan Dinas Pariwisata DIY, Dinas Kebudayaan DIY,
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta.

Gambar 5: Podcast "Kota Darurat Sampah" di kanal Youtube


Podjok Ngasem TV (https://youtu.be/pd1AFSyNQnk)

Media sosial banyak digunakan untuk diseminasi produksi dan


mereproduksi ilmu pengetahuan. Salah satunya youtube, yang
banyak digunakan untuk share berita dan pengetahuan lain dengan
memproduksi berbagai hal diantaranya Podcast. Ruang tersebut
terus diperbarui dan dibentuk secara kesimbungan dari tahun ke
tahun. Bentuk paling aktual pembentukan ruang pendidikan karakter
dalam platfrom Youtube dalam kanal “Kutunggu di Pojok Ngasem”
(2020-2022), yang kemudian menjadi Stasiun Podjok Ngasem TV
dengan playlist Podjok Mikir, Podjok Ngopi (ngobrol yang
menginspirasi) dan Podjok Kata.
Lingkar Pendapa Agung sebagai forum gagasan dan persemaian
etika keilmuan, Solo Artwork Exhibition/showcase (2020-2022)
yang berubah menjadi Presentasi Karya Seni, Pendapa Agung Mid
Monthly Performances yang dikemas dalam Budaya Masuk
Kampus – internal-external annual.

Rangkaian metode pembentukan karakter tersebut diharapkan


mentransformasi nilai-nilai integritas, komitmen dan kredibilitas
mental dalam bentuk disiplin waktu, berperilaku aktif, jujur, dan
bertanggung jawab baik sebagai individu, warga kampus, dan warga
masyarakat.

BAB II EDUCATION FOR SUSTAINABLE


DEVELOPMENT (ESD)
Bentuk dan Metode Pengelolaan Sampah Perkotaan Terpadu
Berbasis Masyarakat di Yogyakarta

Dalam kegiatan riset berbasis ESD melibatkan mahasiswa dari


berbagai prodi/fakultas di lingkungan UWM yang secara bersama-
sama masyarakat menjalankan program tersebut. Sebelum
mengikuti kegiatan riset berbasis ESD, mahasiswa mendapat
pembekalan pendampingan atas kegiatan yang akan dijalaninya
berdasar observasi awal yang dilakukan oleh tim riset GNRM
UWM. Dalam kegiatan pendampingan riset, mahasiswa bersama
masyarakat secara aktif melakukan kegiatan di bawah bimbingan
langsung tim, baik dalam konsultasi program kegiatan maupun
untuk keperluan riset lainnya.

Gambar 6: Aktivitas di Bank Sampah


Dalam hal pengelolaan sampah berbasis masyarakat, pemilihan jenis
metodologi yang tepat perlu mempertimbangkan beberapa hal
diantaranya adalah sebagai berikut;
• Proses yang digunakan haruslah ramah terhadap
lingkungan;
• Biaya investasi tidak terlalu tinggi/ terjangkau;
• Biaya operasional dan perawatan pembuatan kompos dan
pupuk organik cukup murah;
• Kualitas kompos dan pupuk organik yang dihasilkan cukup
baik dibandingkan dengan pupuk kimia buatan;
• Harga kompos dan pupuk organik dapat terjangkau oleh
masyarakat dan penggunaannya dapat bersaing dengan
pupuk kimia buatan;
• Menggunakan tenaga kerja yang bersifat padat karya
dengan melibatkan kaum muda agar tumbuh pemahamam
pada mereka tentang pengelolaan lingkungan yang sehat
dan lestari.

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Community Based Solid


Waste Management/CBSWM) adalah sistem penanganan sampah
yang direncanakan, disusun, dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh
masyarakat. Tujuannya adalah kemandirian masyarakat dalam
mempertahankan kebersihan lingkungan melalui pengelolaan
sampah yang ramah lingkungan. Prinsip-prinsip CBSWM adalah:
1. Partisipasi masyarakat
2. Kemandirian
3. Efisiensi
4. Perlindungan lingkungan
5. Keterpaduan
Langkah-langkah untuk mewujudkan CBSWM adalah:

1. Pendekatan kepada pemuka masyarakat setempat dan izin


dari pemimpin wilayah (RW, Lurah),
2. Pendekatan kepada warga yang mempunyai kemauan,
kepedulian dan kemampuan untuk melaksanakan program
serta dapat menjadi penggerak di lingkungannya,
3. Pemetaan masalah persampahan dan kebersihan lingkungan
setempat dari berbagai aspek, termasuk pendataan jumlah
dan komposisi sampah dari rumah tangga,
4. Studi banding (kalau memungkinkan),
5. Pembentukan komite lingkungan atau kelompok kerja,
penyusunan rencana kerja, dan kesepakatan kontribusi
warga dalam bentuk materi maupun non-materi,
6. Pelatihan dan kampanye untuk meningkatkan pemahaman
dan kesadaran penghijauan lingkungan dan 4R (reduce,
reuse, recycle, replace atau kurangi, pakai ulang, daur
ulang),
7. Pendampingan, sosialisasi, penyebaran informasi dan
pemantauan terus menerus sampai menghasilkan kompos,
produk daur ulang, penghijauan, dan tanaman produktif,
8. Koordinasi dengan pemerintah setempat seperti Dinas/Sub
Dinas Kebersihan, Tata Kota, Perumahan, Pekerjaan
Umum, dan lain-lain agar bersinergi dengan sistem
pengelolaan sampah skala kota,
9. Pemasaran hasil daur ulang, tanaman produktif, atau
kompos bagi yang berminat menambah penghasilan,
10. Berpartisipasi dalam perlombaan kebersihan, bazaar hasil
kegiatan daur ulang, dan pameran foto lingkungan.
Bagan Alur model pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
Secara umum sampah terdiri dari 2 jenis yaitu sampah organik dan
non organik. Penangan kedua jenis sampah tersebut berbeda-beda.
Sampah organik akan diolah menjadi kompos atau pupuk organik.
Sedangkan sampah nonorganik akan diolah menjadi karya yang
bernilai ekonomi.
Gambar 7: Diagram Pengelolaan Sampah
BAB III POLA PENGELOLAAN SAMPAH

Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis,


menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. (UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah). Penyaluran sampah yang banyak ditemui terdiri dari
proses pengumpulan sampah dari permukiman atau sumber sampah
lain, pengangkutan sampah untuk dibuang di Tempat Penampungan
Sementara (TPS), dan proses terakhir yaitu pembuangan di Tempat
Pemrosesan Akhir.

Permasalahan pengelolaan sampah yang ada di Indonesia dapat


dilihat dari beberapa faktor yaitu tingginya jumlah sampah yang
dihasilkan, tingkat pengelolaan pelayanan masih rendah, TPA yang
terbatas jumlahnya, institusi pengelola sampah dan masalah biaya.
Kesadaran masyarakat akan sampah dan pentingnya menjaga
lingkungan juga masih rendah sehingga dapat membawa masalah
yang baru seperti banjir.

Pengelolaan sampah selama ini juga belum sesuai dengan metode


pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan. Sebagian besar
pengelolaan sampah TPA di Indonesia menggunakan metode open
dumping dan landfill, namun ada juga metode lain yaitu pembuatan
kompos, pembakaran, pemilahan, dan daur ulang meskipun tidak
banyak digunakan. (Winahyu dkk, 2013).

Metode open dumping adalah metode yang paling sederhana,


sampah dibuang di TPA begitu saja tanpa perlakuan lebih lanjut,
sedangkan metode landfill yaitu sampah diratakan dan dipadatkan
dengan alat berat dan dilapisi dengan tanah. Kedua metode tersebut
kurang ramah lingkungan karena berpotensi terjadi pencemaran
pada air tanah dan juga pencemaran udara. Menurut Purwanta
(2009)  TPA berpotensi menyumbang emisi Gas Rumah Kaca
(GRK) dengan gas yang mendominasi adalah CH 4 (Metana),
CO2 dan N2O. Hal tersebut mengakibatkan diperlukan adanya
inovasi dalam pengelolaan sampah sehingga sampah tidak hanya
menumpuk di TPA yang tetapi juga dimanfaatkan untuk
kepentingan lain.

Pengelolaan sampah yang baik dan tepat berkaitan dengan


pengolahannya. Pengolahan sampah adalah upaya yang sangat
penting untuk mengurangi volume sampah dan mengubah sampah
menjadi material yang tidak berbahaya. Pengolahan dapat dilakukan
di sumber, di TPS, maupun di TPA. Prinsipnya adalah dilakukan
setelah pemilahan sampah dan sebelum penimbunan akhir, sehingga
sering juga disebut pengolahan antara. Pola Pengolahan sampah
meliputi:
1. Pencacahan: pengolahan fisik dengan
memotong/mengurangi ukuran sampah agar lebih mudah
diolah, misalnya untuk proses pengomposan rumah tangga
2. Pemadatan: pengolahan fisik dengan menambah densitas
(kepadatan) sampah agar volumenya berkurang, terutama
untuk menghemat penggunaan truk untuk pengangkutan
sampah ke TPA.
3. Pengomposan/komposting: pengolahan sampah organik
melalui pembusukan (proses biologis) yang terkendali.
Hasil yang diperoleh disebut kompos.

Pengelolaan Sampah Organik


Sampah organik merupakan jenis sampah yang juga turut
menimbulkan masalah lingkungan. Pada tahun 2018, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK 2018) mencatat bahwa
komposisi sampah didominasi oleh sampah organik yaitu sekitar
60% dari total sampah yang dihasilkan. Jumlah tersebut tentu saja
tidak sedikit. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mengolah
sampah organik dengan tepat. Namun sebelum membahas terkait
cara pengolahan sampah organik, perlu dipahami terlebih dahulu
pengertian dan jenis-jenis sampah organik.

Sampah organik adalah sampah dari bahan-bahan hayati yang bisa


didegradasi oleh miroba atau bersifat biodegradable. Artinya,
sampah jenis ini mudah diurai dengan proses alami. Sampah
organik dapat diartikan juga sebagai limbah yang berasal dari sisa
makhluk hidup, baik hewan, manusia, atau tumbuhan. Limbah
tersebut nantinya akan mengalami pembusukan atau pelapukan.

Sampah organik sebenarnya tergolong limbah yang ramah


lingkungan sebab bisa diurai secara alami oleh mikroba, namun
penguraian secara alami membutuhkan waktu. Sehingga saat
sampah organik tidak diolah dengan cepat dan menumpuk, bisa
menyebabkan aroma yang tidak sedap. Misalnya saja, di
pembuangan sampah terdapat buah dan sayur busuk dalam jumlah
yang sangat banyak. Tanpa diolah, buah dan sayur tersebut mungkin
akan terurai, namun membutuhkan waktu. Dalam proses penguraian
alami tersebut biasanya menyebabkan aroma busuk. Dengan adanya
campur tangan manusia, maka proses penguraian menjadi lebih
cepat. Dan sampah organik yang diolah dengan benar justru bisa
bernilai ekonomis.

Jenis sampah organik dibagi menjadi dua kelompok yaitu organik


basah dan kering:
1. Sampah organik basah
Sampah organik basah merupakan sampah organik yang
memiliki kandungan air cukup tinggi. Contoh sampah
organik jenis ini yaitu sayur-sayuran, kulit buah, buah
busuk, dan sejenisnya. Tingginya kandungan air yang ada
dalam sampah inilah yang menyebabkan sampah cepat
membusuk.
2. Sampah organik kering
Jenis sampah ini merupakan sampah organik yang
kandungan airnya sedikit. Contohnya kayu, ranting
potongan, daun kering, dan sejenisnya.

Jumlah sampah organik yang terus bertambah, menjadi masalah


tersendiri. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk mengolah
sampah tersebut agar tidak menimbulkan masalah lebih besar.
Sampah organik merupakan jenis sampah yang cukup mudah diolah
dan dapat diolah menjadi berbagai produk yang fungsional dan
memiliki nilai ekonomis. Adapun sampah organik dapat diolaah
menjadi produk berikut:
1. Pupuk kompos
Pupuk kompos adalah jenis pupuk organik yang berasal
dari penguraian sampah organik seperti daun kering.
Pembuatan kompos ini bisa dilakukan secara alami.

Dengan penambahan mikroorganisme pengurai,


pengomposan bisa terjadi lebih cepat. Cara membuat
kompos sangat mudah dan kandungan haranya juga cukup
lengkap sehingga sangat berguna untuk budidaya tanaman.

Berikut ini langkah membuat kompos dari sampah organik:


a. Menyiapkan bahan kompos seperti sampah dari daun-
daunan, kotoran ayam, arang sekam, EM4, gula pasir,
dan air.
b. Membuat starter dengan cara melarutkan gula dengan
air.
c. Menambahkan EM4 dalam starter dengan takaran
yang telah ditentukan.
d. Diamkan starter selama 24 jam.
e. Campurkan seluruh bahan untuk membuat kompos
seperti daun, kotoran ayam, dan arang sekam.
f. Siram bahan dengan starter yang sudah dibuat
kemudian aduk sampai merata.
g. Diamkan kompos tersebut selama kurang lebih 17 hari.
h. Apabila bahan tersebut sudah berwarna kehitaman,
maka kompos telah siap digunakan.

2. Biogas
Selain kompos, sampah organik juga bisa diolah menjadi
biogas. Biogas adalah gas dari aktivitas anaerobik atau
fermentasi bahan organik. Biogas yang dihasilkan memiliki
kandungan metana, karbon dioksida, nitrogen, hidrogen,
hidrogen sulfida, dan oksigen. Biogas diperoleh oleh
bakteri dari bahan organik dalam kondisi kedap udara.
Biogas yang berasal dari kotoran ternak memiliki
kandungan 60% gas metan. Produksi gas dipengaruhi
jumlah bahan organik yang digunakan. Semakin tinggi
bahan organik yang digunakan maka gas yang dihasilkan
juga semakin banyak. Kecepatan produksi gas juga
dipengaruhi oleh kondisi fisik dan temperatur. Bahan
kering dan berserabut umumnya lebih lama dibandingkan
dengan bahan yang basah dan halus. Temperatur yang
optimal yaitu 32 – 37oC. Jumlah bakteri juga bisa
mempengaruhi proses pembuatan biogas. Bakteri
diperlukan untuk mempercepat fermentasi.

3. Pupuk organik cair (POC)


Selain diolah menjadi kompos dan biogas, sampah organik
juga bisa diolah menjadi pupuk organik cair. Berikut cara
membuat pupuk organik cair yang telah dilakukan oleh
Paguyuban Bank Sampah Kalurahan Kadipaten:
Bahan dan alat pembuatan POC
a. Drum 200 liter beserta tutupnya.
b. Stop kran diameter 1 – 1,5 inchi.
c. Sock berderat pipa pralon PVC, ukurannya disesuaikan
dengan stop kran.
d. Sealent, seal karet ban dalam.
e. Plastik yang telah dilubangi sesuai dengan ukuran
drum.
f. Sampah organik seperti sisa sayur dan buah.
g. EM-4.

Cara Membuat POC


a. Memasang plat plastik yang telah dilubangi ke dalam
drum.
b. Memasang penahan dibawah plat plastik untuk
menahan sampah yang akan dijadikan pupuk organik
cair.
c. Membuat lubang di samping drum untuk tempat stop
kran.
d. Memasang stop kran di lubang tersebut dan melapisi
dengan karet seal pada bagian luar dan dalam. Pada
bagian dalam dipasang sock pipa plastik dengan stop
kran.
e. Mengencangkan stop kran agar tidak bocor. Setelah
alat pembuatan selesai, masukkan seluruh sampah
organik yang sudah dicincang ke dalam wadah
tersebut.
f. Memasukkan EM-4 sebagai starter.
g. Menutup drum dengan rapat.
h. Setelah fermentasi selesai, tampung pupuk cair dalam
wadah lalu lakukan aerasi agar aroma fermentasi
hilang.
i. Terakhir, mengemas POC dalam wadah tertutup lalu
aplikasikan ke tanaman.
Perlu diketahui bahwa proses pembuatan POC
membutuhkan waktu kurang lebih 2 minggu. Pengecekan
bisa dilakukan secara berkala. Jika aroma fermentasi sudah
menyerupai aroma tape, maka POC telah selesai dibuat dan
proses fermentasi bisa dihentikan.

Pembuatan Komposter Portable / Takakura

Gambar 8: Diagram Komposter Portabel/ Takakura

Komposter Portable /Takakura adalah salah satu cara pengomposan


yang bisa dilakukan oleh masyarakat karena metodenya yang
sederhana dan mudah untuk diaplikasikan. Keranjang Takakura
terdiri dari bahan-bahan murah dan sederhana yang mudah
didapatkan. Keranjang ini membantu untuk mempercepat proses
pengolahan kompos sampah organik skala rumah tangga. Keranjang
komposter takakura adalah hasil penemuan inovasi dari Mr. Koji
Takakura dan melakukan penelitian di Surabaya untuk mencari
sistem pengolahan sampah organik.

Penerapan Komposter Portable /Takakura di masyarakat memiliki


manfaat sebagai berikut:
1. Membuat kompos alami dari sampah organik
2. Mengurangi sampah organik yang ada dimasyarakat
3. Menyuburkan tanah yang berperan sebagai media tanam

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan Komposter


Portable/Takakura meliputi :
1. Keranjang atau wadah yang berlubang yang berfungsi
untuk menjaga sirkulasi udara pada kompos
2. Bantalan dari jaring plastik/paranet atau kain yang diisi
sabut kelapa, sekam atau kain perca
3. Kardus/ karton pelapis untuk mengatur kelembaban
kompos dan menjaga agar kompos tidak keluar dari
keranjang
4. Pengaduk yang bisa dibuat dari pipa, kayu, atau besi
5. Biang kompos berupa kompos setengah jadi yang
mengandung mikroba

Gambar 9: Tim GNRM UWM Bersama Mahasiswa Membuat


Komposter Portabel/Takakura
Selanjutnya bahan yang diperlukan dalam pembuatan takakura
meliputi:
1. Sampah organik
2. Biang kompos, sabut kelapa dan sekam bakar
3. Sekam mentah

Komposter Portabel/Takakura dapat dibuat dengan cara sebagai


berikut:
1. Keranjang dilapisi dengan kardus atau karton dengan diikat
menggunakan bendrat/kawat sebagai dinding,
2. Masukkan bantalan dari jaring plastik atau kain yang diisi
sabuk kelapa, sekam,
3. Masukkan biang kompos ke dalam keranjang dengan tinggi
5cm diatas permukaan bantalan alas,
4. Masukkan bahan-bahan kompos berupa sampah organik
yang mengandung karbon (sampah coklat) sebagai sumber
energi dan bahan yang mengandung mikroba dan nitrogen
(sampah hijau) dengan cara sampah organik dicacah/
dipotong 2-4 cm, dicampur dengan kompos jadi sebagai
aktivator / starter kemudian dimasukkan kedalam keranjang
5. Setelah hampir penuh ditutup dengan bantal sekam/ sabut
dan ditutup dengan kain gelap kemudian keranjang ditutup
kembali,
6. Hindarkan dari terik sinar matahari langsung dan terkena
air hujan / diletakkan ditempat yang teduh,
7. Selama 4-5 hari sekali keranjang dilihat apakah kompos
sudah kering. Jika sudah kering dibasahi lagi dengan air
lakukan terus sampai seluruh sampah menjadi hitam dan
hancur.
Gambar 10: Pembuatan Komposter Portabel
Gambar 11: Skema Isi Komposter Portabel/Takakura

Setelah selesai kemudian Komposter Portabel/Takakura siap


dipanen dengan cara sebagai berikut:
1. Jika sudah menjadi seperti tanah dipanaskan/ dijemur
sebentar kemudian diayak,
2. Bila kompos di dalam keranjang takakura telah penuh,
ambil 1/3 nya dimatangkan selama seminggu di tempat
yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Sisanya
yang 2/3 bisa kita gunakan kembali sebagai starter untuk
pengolahan berikutnya,
3. Kemudian di pack dalam plastik sesuai kebutuhan dan di
tempatkan di tempat yang teduh.
Gambar 12: Pembuatan Komposter Portabel/Takakura oleh Tim
GNRM Mahasiswa UWM
Gambar 13: Kunjungan Tim Monev Terhadap Pembuatan
Komposter Portabel/Takakura

Gambar 14: Penyerahan Komposter Portabel/Takakura kepada


Perwakilan Warga Kalurahan Kadipaten
Gambar 15: Monev dengan Kemenko PMK
Pengelolaan Sampah Anorganik
Sampah anorganik merupakan sisa dari kegiatan manusia yang
berupa material tidak terpakai atau tidak diinginkan yang berbentuk
padat dan tidak dapat diurai oleh mikroorganisme dalam tanah
sehingga proses penghancuran sampah tersebut berlangsung sangat
lama. Sampah anorganik yang terakumulasi di tanah dapat menjadi
penyebab pencemaran tanah. Hal ini dikarenakan jenis sampah
anorganik tergolong jenis zat yang sangat sulit terurai. Sampah
anorganik yang terakumulasi didalam tanah dalam waktu lama dapat
menyebabkan rusaknya lapisan tanah sehingga tanah mengalami
keracunan dan menurunnya tingkat kesuburan tanah.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


(KLHK 2018) bahwa jumlah sampah organik yang dikelola
sebanyak 631,37 ton, sampah anorganik yang dikelola sebanyak
542,62 ton, dan sampah residu yang ditangani lebih lanjut ke TPA
mencapai 586,41 ton. Itu artinya pengelolaan terhadap sampah
anorganik masih sangat rendah sementara potensi produksi sampah
anorganik sangat tinggi, khususnya diperkotaan.

A. Metode Pengelolaan Sampah Anorganik


Untuk mengurangi volume sampah yang semakin hari semakin
meningkat, maka perlu dilaksakannya konsep 3+3R (6R)yaitu :
1. Reduce – mengurangi produksi atau volume sampah sejak
dari awal. Konsep ini dapat dilakukan dengan cara
membawa sendiri kantung atau tas belanja dari rumah yang
dapat dipakai berulang-ulang kali, serta menggunakan
produk yang dapat digunakan berulang kali, dan tindakan
lainnya yang tidak berpotensi menambah volume sampah.
2. Reuse – menggunakan kembali material yang bisa dan
aman untuk dipakai kembali atau menggunakan proses
upcycle.
3. Recycle – mendaur ulang sampah dengan cara meleburkan,
mencacah, melelehkan, mendesain kembali produk yang
dianggap sampah menjadi produk baru yang layak
digunakan kembali. Jadi daur ulang merupakan kegiatan
atau upaya untuk mengolah barang atau benda yang sudah
tidak dipakai agar dapat dipakai kembali dengan mendesain
ulang baik bentuk, model ataupun fungsinya.
4. +Refuse (menolak membeli/mengkonsumsi) - Salah satu
cara mudah untuk mengurangi volume sampah dan dapat
dilakukan oleh siapa saja yaitu menolak dan menghindari
pemakaian bahan plastik dan lebih memilih bahan terbuat
dari alam yang mudah hancur. Misalkan menolak
menggunakan kantong plastik dan lain-lainnya.
5. + Recovery – Ketika sampah tersebut tidak bisa didaur
ulang, perlu dipikirkan cara terbaik agar dapat
menghasilkan energi atau material baru dengan cara
melakukan proses atas residu sampah yang tidak dapat
didaur ulang tersebut.
6. + Disposa l– Barang sisa dari proses recovery yang
umumnya berupa abu atau material sisa lainnya ditangani
secara baik dan diproses agar tidak merusak lingkungan

Namun metode 3R (Reuse Reduce Recycle) adalah metode yang


bisa dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja. Pengelolaan sampah
dengan metode 3R bisa dilakukan dirumah tangga, ditingkat
komunal perkampungan atau bahkan diinstansi. Misalkan bekas
ATK, sisa industri, batu baterai, kabel, ban bekas, plastik, botol,
besi, kaca, kaleng, kresek, barang elektronik, bohlam lampu dan
lain-lainnya, sampah-sampah tersebut sangat sulit terurai. Namun
sampah-sampah anorganik tersebut dapat dimanfaatkan kembali dan
didaur ulang atau diolah menjadi barang yang memiliki nilai seni
dan nilai ekonomi tinggi. Misalnya sampah plastik dapat dibuat tas,
sapu, hiasan dinding, dekorasi rumah, taplak meja, sandal, pot bunga
dan lain-lain.
B. Manfaat Pengelolaan Sampah anorganik
Sampah anorganik selama ini menjadi sampah yang sulit bahkan
tidak bisa diurai oleh mikroarganisme. Sehingga sampah anorganik
berupa plastik dipergunakan untuk membungkus sesuatu yang
dianggap lebih kotor. Namun jika sampah anorganik diolah dengan
baik, akan memberikan beberapa manfaat diantaranya :
1. Penghematan SDA
Dengan dilakukannya daur uang, maka akan mengurangi
permintaan barang konsumsi yang dapat memberikan
dampak bagi pengurangan eksploitasi sumberdaya alam.
Bisa dibayangkan produksi 1 ton kertas kertas,
membutuhkan 7000 galon air, dan 20 pohon. Dengan daur
ulang kita dapat mengurangi penebangan pohon,
mengurangi krisis air dan mencegah polusi udara, serta
menghemat pemakaian energi listrik yang setara dengan
menghemat energi listrik rumahan selama 6 bulan
(Kemenkeu 2013). Contoh lain bahwa setiap ton daur-
ulang baja dapat menghemat 1,5 ton biji besi dan 3,6 barel
minyak atau menghemat 67% energi.
2. Penghematan lahan TPA
Di perkotaan masalah sampah adalah masalah yang sangat
besar, pemerintah mengalami kendala dalam hal
penyediaan TPA untuk menampung volume sampah yang
semakin meningkat (Paharizal. 2016). Dengan metode daur
ulang, maka dapat mengurangi jumlah sampah di TPA.
3. Lingkungan menjadi lebih asri
Daur ulang sampah yang dilakukan secara kreatif dapat
memberikan lingkungan yang lebih cantik dan tertata.
Kegiatan mendaur -ulang sampah anorganik seperti plastik,
kaca, besi, kertas kaleng, koran, dapat mengurangi
tumpukan sampah kota hingga 25%.
4. Pengurangan biaya belanja
Kegiatan daur ulang juga dapat memberikan dampak
positif bagi kehidupan ekonomi keluarga, karena beberapa
bahan sampah anorganik dapat dimanfaatkan kembali
sehingga tidak perlu membeli lagi barang yang dibutuhkan.

C. Pengelolaan Sampah dengan Teknik 3R


Secara umum strategi pengelolaan sampah bertujuan untuk
mengatasi persoalan sampah dan bahkan menuntaskannya. Dalam
“zero waste concept” pengelolaan sampah harus diimbangi dengan
ketersediaan alat yang terintegrasi, memiliki mekanisme sistem dan
teknologi yang diperlukan meskipun sederhana (Zaman, Atiq and
Lehmann tt). Namun alat, sistem dan teknologi juga harus
terjangkau, praktis, dan efisien dalam setiap mekanisme pengelolaan
sampah tersebut.

Namun dengan cara dan peralatan yang sangat sederhana setiap


orang dapat melakukan pengurangan volume sampah dengan model
model pengelolaan 3R (reuse, reduce, dan recycle).

Prinsip 3R yaitu, reduce merupakan kegaitan yang dilakukan untuk


mengurangi segala sesuatu yang dapat mengakibatkan menjadi
sampah. Reuse berarti menggunakan kembali segala suatu barang
yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi
lainnya sebelum dieksekusi sebagai sampah. Recycle berarti
mengolah kembali (daur ulang) sesuatu yang sudah dianggap
sebagai sampah menjadi barang atau produk baru yang mempunyai
nilai.

Alzey, Wolfgang and Ehrhardt (2012) mempublikasikan bahwa


secara ideal sampah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan setelah
melalui pengolahan lebih lanjut. Dalam konsep pengelolaan sampah
yang mengacu pada teknik reuse, reduce, recycle, dan refuse. Alzey,
Tonges and Ehrhardt menyampaikan sebuah proses dalam teknik
pengelolaan sampah rumah tangga yaitu :
Gambar 16: Skema Pola Pengelolaan Sampah

Sumber : Alzey, Tonges and Ehrhardt

Menurut Alzey, Tonges and Ehrhardt pengelolaan sampah yang


melibatkan partisipasi masyarakat harus dimulai dari pengangkutan
sampah yang diperoleh dari sampah rumah tangga, kemudian
dikumpulkan dan dipisah berdasarkan pembagian sifat sampah
tersebut, yaitu sampah anorganik dan sampah organik. Secara
singkat sampah-sampah dari rumah tangga hingga pemanfaatannya
dapat digambarkan sebagai berikut ;
Gambar 17: Skema Pengelolaan Sampah

Kegiatan masyarakat dalam pengelolaan dan pengolahan sampah


berbasis 3R, diharapkan mampu mengurangi volume sampah yang
ada di yang dihasilkan setiap harinya, sampah berupa kaca, logam,
kertas plastik dapat didaur ulang atau bisa langsung dijual kepada
pengepul untuk diolah olah atau dijual kembali kepada produsen
daur ulang limbah atau sampah bekas. Sehingga dapat mengurangi
sekaligus menambah pendapatan masyarakat yang didapat dari hasil
menjual sampah (Paharizal. 2016).

Sampah anorganik (yang bersifat kering), akan dijual ke industri


yang dapat mengolah menjadi barang yang baru. Namun masyarakat
juga dapat melakukan recycling terhadap sampah organik. Jika
pengolahan limbah sampah anorganik yang dilakukan industri-
industri dianggap rumit dan harus memperhitungkan kecukupan
biaya. Maka secara manual masyarakat dapat produksi barang-
barang yang berasal dari sampah anorganik/plastik, mulai dari
melakukan penggilingan bahan daur ulang plastik dengan cara
memanaskan hingga meleleh, kemudian mencetaknya sesuai dengan
pola cetakan yang disediakan, selanjutnya didinginkan.
Gambar 18: Skema Pengelolaan Limbah Plastik

Namun, ada juga sampah anorganik yang bisa langsung diolah


dengan melalui proses pemilihan bahan sampah plastik, dibersihkan
dan diolah menjadi produk yang kita inginkan. Biasanya produk ini
dibuat secara manual, misalkan pembuatan produk-produk kerajinan
tangan dan lain sebagainya yang mempunyai nilai, baik nilai secara
ekonomik maupun nilai estetik (unknown 2012). Beberapa sampah
atau limbah anorganik yang dapat dimanfaatkan kembali melalui
proses daur ulang diantaranya:
1. Sampah plastik
Plastik biasanya digunakan sebagai wadah atau
pembungkus barang. Bahkan banyak barang atau perabot
rumah tangga berasal dari material plastik seperti sendok,
garpu, sumpit, piring, gelas, ember, dan lain sebagainya.
Barang dari plastik disukai karena murah, mudah didapat,
tidak berkarat dan tahan lama. Banyaknya permintaan
terhadap barang yang berasal dari bahan plastik,
mengakibatkan meningkatnya dampak sampah buangan
anorganik. Untuk itu diperlukan kegiatan daur ulang agar
sampah anorganik berupa plastik ini dapat dimanfaatkan
kembali sehingga menjadi barang yang sama atau berbeda
baik fungsi, bentuk maupun ukurannya. Misalnya material
ember plastik bekas yang dapat didaur ulang atau diubah
menjadi ember kembali atau bahkan dibuat produk lain
baik yang sejenis modelnya, ukurannya dan fungsinya atau
bahkan berbeda dari ember aslinya. Jadi barang plastik
bekas tersebut tidak hanya dapat dibuat ember saja, tetapi
juga dapat dibuat menjadi sendok plastik, tempat sampah
platik, atau bunga plastik, pot bunga plastik dan lain
sebagainya.

Gambar 19: Produk dari Limbah Plastik

Dirumah tangga banyak bungkus platik atau kantong


plastik yang dapat dijadikan sesuatu yang bermanfaat,
misalkan plastik bekas makanan ringan, sabun deterjen,
bungkus rokok. Semua sampah anorganik tersebut dapat
didaur ulang menjadi tas belanja, tas laptop, kantong,
dompet, sandal, atau payung, karpet. Sementara botol
plastik bekas dapat didaur ulang menjadi mainan anak,
lampu hias, pot bunga. Sedotan bekas minuman dapat ubah
menjadi bingkai foto, bunga-bungaan, hiasan dinding atau
dekorasi rumah lainnya.
2. Sampah logam
Sampah atau limbah dari bahan logam seperti kaleng,
timah, alumunium, besi dan lain sebagainya. Merupakan
sampah yang sering ditemukan di lingkungan sekitar kita.
Terutama sampah yang terbuat dari bahan kaleng. Saat ini
banyak perusahaan makanan mengemas makanannya
dalam kaleng, sehingga sampah dari bahan kaleng sering
ditemukan baik di lingkungan rumah, TPS maupunTPA.

Gambar 20: Produk dari Limbah Logam

Namun sampah sejenis ini mudah digunakan dan laku


untuk dijual kembali, sebab sampah dari bahan kaleng
mudah dan sering direuse dan recycle. Bahan kaleng
biasanya dibuat menjadi serokan sampah, produk rumah
tangga, celengan, vas bunga, gift box, gantungan kunci,
dan lain-lain.
3. Limbah gelas atau kaca
Walau terbilang jarang di-recycle namun tidak jarang
sampah ini didaur ulang kembali oleh orang-orang yang
kreatif, bahkan ada orang yang dapat memanfaatkan
kembali gelas atau kaca yang sudah pecah menjadi barang-
barang yang sama atau diubah menjadi barang lain seperti
botol, vas bunga, cindera mata dan hiasan yang mempunyai
nilai seni artistik dan ekonomi.

Gambar 21: Produk dari Limbah Kaca

4. Sampah kertas
Sampah kertas merupakan salah satu sampah atau limbah
anorganik yang mudah dihancurkan. Meskipun demikian,
sampah kartas juga akan menjadi masalah bilamana
terkontaminasi dengan sampah organik yang berbau.

Sampah kertas dapat didaur ulang baik secara langsung


ataupun tak langsung. Artinya bisa langsung dibuat
menjadi barang kerajinan atau harus dilebur terlebih dahulu
menjadi kertas bubur, setelah itu baru dibuat menjadi
berbagai kerajinan.
Gambar 22: Produk dari Limbah Kertas

Sampah kertas dapat didaur ulang atau diolah menjadi,


hiasan dinding, tempat pensil, kotak hiasan, miniatur tas,
topeng, bingkai photo, dan lain sebagainya.

Sampah kertas mudah didaur ulang, tidak memerlukan


teknologi canggih atau modal besar. Pada prinsipnya
sampah kerta dapat diubah menjadi berbagai macam
barang, karena memiliki kelenturan yang mudah dibentuk.
5. Sampah styrofoam
Styrofoam merupakan salah satu wadah makanan yang
sangat sulit terurai. Untuk itu perlu penanganan serius agar
tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Namun sayang sampah ini jarang didaur ulang karena
masyarakat tidak tahu bagaimana cara mendaur ulang
sampah styrofoam.

Sampah styrofoam bisa dijadikan lem atau bahkan penambal


bodymotor, helm, paralon, ember, sepatu, atap seng rumah,
pelapis cat kayu dan lain sebagainya dengan cara mencairkan
terlebih dahulu sampah styrofoam sehingga membentuk
seperti lem.

D. Proses Daur Ulang Sampah Anorganik


Semua sampah atau limbah anorganik dapat didaur ulang, namun
memerlukan rangkaian proses atau tahapan sebagaimana langkah-
langkah (DLKH tt) berikut ini :
1. Mengumpulkan
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
mengumpulkan sampah anorganik seperti botol air mineral,
dus susu, kaleng dan lain-lain dalam wadah penyimpanan
sampah.
2. Memilah
Langkah kedua yaitu mengelompokkan atau memilih
sampah yang telah dikumpulkan berdasarkan jenisnya,
seperti kaca, kertas, dan plastik untuk mempermudah
dalam pencarian bahan sampah yang akan dibutuhkan.
3. Menggunakan kembali
Langkah ketiga yaitu mencari barang yang masih bisa
digunakan kembali, jika masih bermanfaat dan dapat
digunakan sebaiknya dipergunakan barang tersebut sampai
betul-betul tidak dapat difungsikan lagi.
4. Mengirim
Sampah yang telah dipilih dapat dijual langsung ke
pengepul atau dikirim ke bank sampah atau menunggu
pengumpul barang bekas keliling yang akan membeli
barang tersebut.
5. Melakukan daur ulang sendiri
Sampah anorganik yang telah dipilih dapat dikelola dan
diolah sendiri sesuai dengan keinginan untuk membuat
karya kerajinan tangan yang diinginkan. Dengan kreativitas
yang dimiliki berbagai sampah anorganik yang telah
dikumpulkan dapat langsung diubah menjadi barang baru
yang bermanfaat, mempunyai nilai ekonomi dan nilai seni.

E. Membuat Seni Gambar


Jika pengelolaan sampah anorganik tidak dilakukan dengan baik,
sampah plastik hanya akan berakhir di tempat pembuangan akhir
(TPA). Namun masyarakat dapat memelakukan recycling terhadap
sampah limbah plastik yang dapat dilakukan secara manual.
Gambar 23: Seni dari Limbah Plastik

Dengan mengolah sampah menjadi barang bernilai ekonomi,


diharapkan masyarakat tidak lagi membuang sampah tetapi
mengumpulkan sampah dan mengkonversinya dengan nilai yang
dihasilkan melalui produk karyanya. Pengolahan sampah non
organik dalam kegiatan ini yaitu pembuatan karya seni gambar dan
pajangan berupa karya tanaman bunga.

Pengolahan limbah plastik menjadi seni gambar, yaitu :


a. Pengumpulan
Pada prinsipnya sampah limbah plastik jenis dan warna
apapun bisa dipakai dalam karya seni ini, tergantung pada
keinginan kreator dalam mengaplikasikan karyanya. Oleh
karena itu, semua limbah plastik akan bermanfaat untuk
diaplikasikan dalam seni gambar.
b. Penentuan objek gambar
Ketika limbah plastik sudah terkumpul banyak, kreator
akan lebih mudah menentukan gambar apapun yang
diinginkan, karena semua bahan yang dibutuhkan telah
terkumpul. Pada umumnya kreator seni gambar limbah
plastik menggambar wajah.

c. Pembuatan pola
Setelah menentukan objek gambar, langkah selanjutnya
membuat pola garis pada kanvas atau karton tebal,
Selanjutnya menentukan warna plastik yang akan
ditempatkan pada garis-garis gambar dan memotong
limbah plastik sesuai pola garis yang telah ditentukan.
d. Aplikasi pada objek
Langkah terakhir yaitu menempelkan potongan pola plastik
tersebut pada lukisan objek yang telah ditentukan

F. Daur Ulang Sampah Styrofoam


Langkah pembuatan lem styrofoam (Kreator: Febriani 2022) sebagai
berikut:
1. Siapkan thinner, styrofoam, dan gelas plastik. Hindari
pembuatan lem di dekat sumber api.
2. Potong styrofoam menjadi beberapa bagian dengan ukuran
yang pas untuk dimasukkan didalam gelas plastik.
3. Tuang thinner pada gelas plastik secukupnya atau dikira-
kira dapat melarutkan styroform dengan takaran mengental.
4. Masukkan potongan styrofoam dalam gelas plasyik yang
telah diisi thinner secara bertahap hingga semua styrofoam
larut, lalu aduk hingga merata.
5. Larutan styrofoam yang menjadi pasta menandakan bahwa
lem styrofoam sudah siap untuk dipakai. Sebaiknya tunggu
beberapa menit hingga kelihatan cairan lem tersebut
berwarna bening.
6. Ambil lem menggunakan alat bantu. Hindari memegang
lem dengan tangan kosong sebab lem styrofoam ini cukup
kuat dan sulit dihilangkan.
Gambar 24: Daur Ulang Sampah Styrofoam

G. Membuat Bros Berbentuk Bunga

Gambar 25: Proses Pembuatan Bros dari


Limbah Plastik
Tahap Pertama:
Pada tahapan ini, peralatan yang harus disiapkan untuk membuat
bros berbentuk bunga cantik, dengan bahan dasar bekas kemasan
botol dan gelas aqua adalah gunting, lem (lem plastik) berbentuk
jelly, lem tembak (silikon), serbuk warna-warni (gliter), peniti
berukuran kecil/sedang, karton dan alat tulis (pulpen atau pensil).

Tahap Kedua:
Tahap selanjutnya adalah membuat gambar berpola kelopak bunga
sesuai yang diinginkan (tidak hanya kelopak bunga, gambar kupu-
kupu juga bisa dijadikan pola untuk membuat bros). Setelah gambar
dibuat, gunting gambar tersebut mengikuti garis-garis yang
membentuk pola bunga atau kupu-kupu.

Tahap Ketiga:
Tahap selanjutnya adalah gunting sampah-bekas botol aqua yang
telah disiapkan. Penggal dengan gunting bagian leher dan bawah
bekas botol aqua tersebut. Sedangkan bagian tengah bekas botol itu
digunting lurus dari bawah ke atas (atau dari atas ke bawah). Setelah
digunting lurus ke bawah/ke atas, kemudian bentangkan lingkar
bekas botol itu hingga membentuk persegi empat.

Tahap Keempat:
Setelah terbentang, kemudian letakkan gambar pola bunga di atas
bentangan tersebut, jiplak, gunting bentangan itu mengikuti pola
gambar yang ada. Buatlah paling tidak tiga kelopak bunga, sesuai
dengan pola yang ada.

Tahap Kelima:
Setelah beberapa kelopak bunga terbentuk, maka oleskan lem di atas
punggung kelopak-kelopak bunga, tempel beberapa kelopak bunga
secara menumpuk. Setelah itu, pada kelopak bunga yang paling atas
dan telah diolesi dengan lem, taburkan serbuk warna-warni (gliter)
di atasnya hingga terlihat kelopak bunga yang baru mekar terlihat
berwarna cantik.

Tahap Keenam:
Tahap selanjutnya adalah menggunting bagian bawah botol bekas
membentuk roda/lingkaran. Bagian bawah ini adalah lapisan yang
relatif tebal dibandingkan dengan keseluruhan tubuh botol. Setelah
digunting membentuk roda, maka oleskan di atas roda kecil itu lem ,
dan kemudian rekatkan dengan kelompak bunga yang telah dibuat.
Rekatkan kelopak bunga tepat di tengah-tengah roda.

Tahap Ketujuh:
Tahap selanjutnya, bagian belakang roda yang telah terekat bunga di
lem dengan menggunakan lem tembak (silikon) dan tempelkan
peniti.

Gambar 26: Pembuatan kerajinan tangan


dari limbah oleh Warga Kadipaten
H. Bunga Dari Sampah Plastik Krésék
Tahap Pertama:
Volume kantong plastik, merupakan sampah yang paling banyak di
TPS ataupun TPA, jenis sampah ini juga tidak mudah terurai. Oleh
karena itu, kantong plastik harus diolah menjadi sesuatu yang
bermanfaat, agar dapat mengurangi volume sampah plastik.

Mengurangi sampah plastik dengan dijadikan sesuatu yang berguna


diantaranya dengan memanfaatkan plastik kresek menjadi bunga.
Bahan dan peralatan yang diperlukan dalam pembuatan bunga
berbahan dasar kantong plastik krésék ini adalah; sampah atau
bekas kantong plastik krésék, kawat yang dilapisi plastik berwarna
hijau dan dilengkapi tangkai bunga, kelopak dan benang sari dan
gunting.

Tahap Kedua:
Potong kantong plastik krésék menjadi 2 bagian. Bagian yang utuh
dan berbentuk segi empat dilipat hingga menjadi segi empat
kembali. Setelah itu, segi empat tersebut dilipat membentuk
setengah segi tiga. Lipat terus sampai membentuk setengah segi tiga
hingga mampat.

Tahap Ketiga:
Setelah lipatan mampat, tahap selanjutnya adalah gunting bagian
bawah setengah segi tiga tersebut membentuk setengah lingkaran.
Setelah itu, gunting ujung setengah segi tiga itu di bagian yang
runcing. Setelah itu buka lipatan setengah segi tiga tersebut. Dan
sampah kantong plastik krésék telah membentuk mahkota bunga.

Tahap Keempat:
Tahap terakhir adalah tusukkan kelopak bunga ke dalam tangkai
bunga dan kemudian tumpuk mahkota-mahkota bunga menjadi
beberapa tumpukan dan kemudian, melalui lubang yang berada di
tengah-tengah setiap mahkota bunga, tusukkan mahkota-mahkota
bunga itu pada tangkai bunga yang telah terbentuk di kawat yang
berputik itu. Setelah itu kancingkan mahkota yang telah tertusuk
dengan tangkai bunga itu dengan kelopak dan benang sari bunga
dengan cara menjepitnya. Dan jadilah sekuntum bunga.
Gambar 27: Hasil olahan plastik kresek warga Kadipaten menjadi
kerajinan bunga
Bab IV BEST PRACTICE, KADIPATEN KALURAHAN
BEBAS SAMPAH

Kegiatan pengabdian pada masyarakat dengan pendekatan


Education for Sustainable Development (ESD) di Kalurahan
Kadipaten Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta, diselenggarakan
dalam bentuk pendampingan pengelolaan sampah perkotaan terpadu
(Community Based Solid Waste Management - CBSWM) yang
dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.

Tercapainya pengelolaan sumberdaya alam dapat memberikan


manfaat secara ekonomis maupun manfaat ekologis bagi masyarakat
sekitar serta terjaganya kelestarian alam dan sumberdayanya melalui
kegiatan berbasis masyarakat (rural-urban participatory). Dari
program kegiatan pengabdian masyarakat diharapkan terwujudnya
Pengelolaan Sampah Perkotaan Terpadu di Kalurahan Kadipaten
Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta.

Program ini menjadi pilot project bagi pengembangan program di


masa datang di lokasi atau tempat yang lain. Harus disadari, hasil
utama pengelolaan sampah perkotaan berbasis masyarakat adalah
terciptanya lingkungan yang sehat dan bersih dari sampah.
Sementara hasil berupa kompos, pupuk organik, ataupun barang
daur ulang lainnya merupakan hasil sampingan dari pengolahan
sampah tersebut. Yang perlu mendapatkan perhatian adalah masalah
penyaluran ataupun pemasaran hasil sampingan tersebut sehingga
kegiatan pengolahan sampah dapat berdampak ganda : i). manfaat
ekologis berupa lingkungan yang sehat dan bersih dari sampah; ii).
manfaat ekonomi dari hasil penjualan pengolahan sampah. Pada titik
ini perlu adanya rentangan tangan bersama dalam bentuk kebijakan
ataupun sejenisnya sehingga hasil ikutan pengolahan sampah
perkotaan dapat diserap pasar.
Kadipaten adalah kawasan yang banyak situs budaya, yang pada
masa lampau merupakan satu wilayah Keraton Ngayogyokarto
Hadiningrat meliputi kompleks Keraton, Museum, nDalem
Joyokusuman, nDalem Mangkubumen, Pasar Ngasem, Tamansari.
Di samping itu, pada gedung/bangunan yang ada di sekitar Keraton
saat ini digunakan sebagai pemukiman masyarakat, perkantoran,
sekolah ataupun untuk kegiatan usaha. Adanya aktivitas masyarakat
itu dampak pada kawasan tersebut adalah adanya peningkatan
produksi sampah baik sampah rumah tangga, pasar, ataupun
kegiatan lainnya.

Sebagai kawasan situs budaya yang banyak menyimpan sejarah,


sudah selayaknya kawasan nJeron Beteng dijaga keasrian serta
kelestarian lingkungannya. Sampai saat ini kompleks Keraton masih
merupakan salah satu tujuan wisata para turis dari dalam negeri
maupun manca negara. Selain upaya revitalisasi terhadap kawasan
Keraton yang dilakukan berbagai pihak pemangku kebijakan, adalah
sudah selayaknya jika ada upaya dari masyarakat setempat
mewujudkan kawasan nJeron Beteng yang sehat lingkungan dan
asri dengan mengelola sampah masyarakat secara mandiri. Kegiatan
pengelolaan sampah secara mandiri tersebut selain untuk
mewujudkan kebersihan kawasan Keraton Yogyakarta sebagai salah
satu ikon wisata Kota Yogyakarta, juga untuk menjaga kebersihan
dan kesehatan lingkungan masyarakat yang tinggal di kawasan
tersebut sekaligus dalam upaya mendorong masyarakat sekitarnya
untuk membudayakan hidup bersih-sehat dengan mengelola sampah
di sekitar tempat tinggalnya.

Pengelolaan Bank Sampah secara Mandiri


Kalurahan Kadipaten memiliki 15 RW dan masing-masing RW
mengelola bank sampah secara terpadu. Lima belas bank sampah
tersebut adalah:
RW 01. Trash Bag
RW 02. Sampah Q Manfaat
RW 03. Poncosagotro
RW 04. Tangan Uthik
RW 05. Limbah Berkah
RW 06. Tangan Guyub
RW 08. Uwuhku
RW 10. Rotersih
RW 11. My Darlink
RW.12. Gulastera
RW.14. Suminar
RW 15   Hijau Langit

Bank sampah tersebut tergabung dalam Paguyuban BS Guno


Rineks, merupakan paguyuban bank sampah yang cukup aktif
mengelola dan memberi wawasan kepada masyarakat sekitar untuk
menata dan mengantisipasi jika sampah menumpuk. Beberapa hal
yang sudah dilakukan pengelolaan secara mandiri adalah dengan
memisahkan sampah organik dan sampah non-organik, sampah
padat dan cair.

Warga masyarakat Kadipaten yang merupakan warga nJeron


Beteng bekerjasama dengan pemerintah kota, Babinsa, dan
Perguruan Tinggi sekitar untuk serius menangani sampah. Kegiatan
rutin seperti arisan menjadi sarana bertemunya warga untuk
membahas keberlanjutan kegiatan yang dilakukan di setiap bank
sampah. Bank sampah di Kadipaten diberi nama sesuai kreativitas
warga yang unik dan mengandung unsur giat dan budaya seperti
Tangan Uthik, My Darlink, Rotersih, Poncosagotro dan lain
sebagainya. Bank sampah di setiap RW diketuai oleh 1 orang yang
berada di bawah ketua bank sampah Guno Rinekso. Ketua bank
sampah akan mengkoordinir warga untuk memilah limbah dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Sampah organik
Yang tergolong sampah organik antara lain sampah sisa
makanan, sayuran, sisa hasil masakan.
2. Sampah non-organik
Yang tergolong sampah non-organik, yaitu sampah yang
tidak dapat terurai seperti plastik, botol kaca, perkakas
metal (seng, besi, dan alumunium).
3. Sampah kertas yang terdiri dari kertas, kardus dan bekas-
bekas bungkus yang bisa di daur ulang.

Warga akan mengelompokkan sampah tersebut dan mengumpulkan


ke bank sampah di setiap RW yang mempunyai gudang
penyimpanan kemudian petugas akan mencatat setiap nasabah
(warga yang menyetor) berapa jumlah sampah yang dikumpulkan.
Gambar 28: Proses pengumpulan sampah non-organik di Bank Sampah
(BS) Poncosagotro.

Gambar 29: Proses Penimbangan Sampah


Gambar 30 Proses pencatatan
sampah non-organik dan sosialisasi
rutin di Bank Sampah (BS) Tangan
Uthik.

Proses pengumpulan dilakukan setiap Minggu di pos atau


lokasi tiap bank sampah. Secara berkala warga diberikan
penyuluhan terkait pengelolaan sampah. Adanya program GNRM
warga diberi penyuluhan tentang pembuatan komposter yang dapat
dikembangkan di setiap warga.

Pemanfaatan Sampah Tepat Guna Paguyuban Bank Sampah


Guno Rinekso
Proses pengolahan sampah bisa menjadi berbagai macam kreasi
yang bermanfaat, antara lain kompos yang dapat digunakan sebagai
pupuk dari sampah organik yang diendapkan. Proses pembuatan
kompos sangat mudah dan dapat dilakukan di rumah-rumah warga
secara sederhana dengan bahan dasar yang ada di sekitar kita. Bahan
yang digunakan proses pembuatan kompos antara lain: sekam,
kardus, media tanam, sampah organik. Setelah kompos sudah
mengalami proses pembusukan maka kompos tersebut siap
digunakan untuk media tanam.

Selain pembuatan kompos, sampah an organik yang tidak bisa diurai


dikreasikan menjadi berbagai macam hiasan, termasuk baju dari
bahan plastik atau bungkus makanan pabrikan. Sampah yang dapat
dimanfaatkan antara lain:
a. Sampah botol plastik
b. Sampah kresek
c. Kardus bekas
d. Sampah sedotan plastik
Sampah-sampah tersebut diolah menjadi bahan-bahan yang bisa
dibentuk sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 31: Hasil Kerajinan dari Plastik


Gambar 32: tas hasil daur ulang dari Bank Sampah Tangan Uthik
Kadipaten
Gambar 33: Karpet dari bekas sachet minumankreasi BS Tangan
Uthik Kadipaten
Gambar 34: Karpet dari limbah plastik dipergunakan untuk acara
pertemuan warga (dari kiri Babinsa Kadipaten, Lurah Kadipaten
dan WR III UWM)
Gambar 35 Beberapa kerajinan hasil daur ulang BS Tangan Uthik
Gambar 36: Hasil daur ulang sampah logam BS Tangan Uthik
Gambar 37: Vas bunga hasil daur ulang BS Tangan Uthik

Gambar 38: Proses pembuatan kerajinan hasil daur ulang oleh


Warga Kadipaten
Bab V UWM MENUJU KAMPUS HIJAU

Gambar 39: Gedung Rektorat Kampus Terpadu UWM

Dalam buku Widya Mataram, Membangun Peradaban dan


Pendidikan Berbasis Budaya (UWM, 2020) disebutkan bahwa
filosofi Hamemayu Hayuning Bawana menjadi salah satu landasan
etika dan gerak dalam mengembangkan kampus berbasis budaya.
Didalamnya mengandung makna adanya kewajiban untuk
melindungi, memelihara, serta membina keselamatan dunia dan
lebih mengedepankan kepentingan masyarakat daripada kepentingan
pribadi maupun kelompok.

Hamemayu Hayuning Bawana merupakan konsep yang universal,


komprehensif, sekaligus holistik. Dikatakan universal karena konsep
ini mampu melintasi versi-versi nilai dari ruang dan waktu sejak
Hamengku Buwana I sampai saat ini. Dikatakan komprehensif
karena konsep ini mencakup seluruh aspek kehidupan mulai dari
spiritual, budaya, tata ruang, lingkungan hingga ekonomi. Dikatakan
holistik, karena konsep ini mencakup tidak hanya sekedar dua
dimensi kehidupan saja (ruang dan waktu), melainkan mencakup
dimensi ketiga yang berupa nilai-nilai transendental.
Implikasi dan implementasi konsep Hamemayu Hayuning Bawana
dalam kehidupan kampus UWM sejalan dengan Keistimewaan DIY:
a. Pembangunan lingkungan dan tata ruang fisik dengan
menciptakan ruang wilayah kampus UWM yang rahayu pada
kampus terpadu di Banyuraden dengan memperhatikan ruang
terbuka hijau serta mempertahankan daerah resapan air dalam
penataan fasilitas sarana-prasana diantaranya penggunaan paving
block untuk jalan lingkungan, taman dengan pohon penangkap-
penyimpan air, serta rasio ruang terbuka dan bangunan yang
tetap memungkinkan terjadinya interaksi yang humanis dan
ramah lingkungan di atas lahan yang terbatas seluas 26.000 m2.
Dalam konsep Catur Sagatra Tunggal, hadirnya kampus terpadu
UWM di Banyuraden sekaligus menjadi upaya mendiseminasi
nilai-nilai luhur bersama-sama dengan masyarakat. (ilustrasi
RTH samping pendopo)
b. Dalam pembangunan ekonomi yang menekankan pada
hamemayu hayuning kawula dengan menekankan ekonomi yang
berpihak kepada pengentasan kemiskinan, penguatan harga diri
kelompok masyarakat yang terpinggirkan dan dipinggirkan, serta
mengayomi masyarakat dari rasa ketakutan dan ketidakamanan.
Pemindahan kampus terpadu selain untuk pengembangan di
masa datang juga diharapkan dapat mendorong peningkatan
perekonomian warga sekitar kampus.
c. Pembangunan pendidikan dengan penekanan pada hamemayu
hayuning rasa-cipta-karsa yang menyandang makna bahwa
UWM harus mampu berkembang tidak hanya ke arah kognitif,
rasio, kecerdasan saja, melainkan pendidikan yang mengarah
pada tumbuhnya rasa yang baik, kemampuan cipta yang baik,
dan gerak karsa yang baik; etika, budi pekerti, tata karma, sopan
santun, menghargai orang lain.
d. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapan
pembangunan teknologi ditekankan pada hamemayu hayuning
karya dalam pengertian setiap karya teknologi yang diciptakan
atau diintrodusir kepada masyarakat dalam perjalanannya UWM
harus mampu memodifikasi agar budaya-identitas Yogyakarta
tetap terjaga mengingat DIY tersusun oleh satuan-satuan wilayah
budaya yang berbasis teritori alam.
e. Pembangunan budaya menekankan pada konsep hamemayu
hayuning budaya yang bermakna memelihara, melindungi,
menguatkan, mengembalikan, mencegah kerusakan, sekaligus
mengembangkan budaya (dalam arti luas), sehingga generasi
saat ini maupun saat nanti akan memiliki kesadaran budaya
sebagai kesadaran peradaban sebuah bangsa.
f. Pembangunan hukum menekankan pada hamemayu hayuning
kautaman yang memiliki pengertian bahwa pembangunan
hukum tidak hanya sekedar menegakkan sanksi hukum formal
secara tegas saja, melainkan pembangunan hukum yang
mengarah pada pembentukan karakter sivitas UWM yang utama
atau baik (kautaman). Pembangunan hukum juga harus
mengaktualisasikan hukum adat, hukum masyarakat yang
berbasis budaya, serta konsensus-konsensus warga yang arahnya
membangun kebaikan hidup bersama. Pada tahun 2022 UWM
meluncurkan program pascasarjana (S-2) Ilmu Hukum dengan
kekhususan pada Keistimewaan Yogyakarta.

Setidaknya terdapat empat isu utama terkait penerapan kampus hijau


di Indonesia yakni environmentalisme, perubahan iklim global
(climate change), pembangunan berkelanjutan (sustainable
development), serta keberlanjutan kampus hijau itu sendiri.

Environmentalisme. Environmentalisme menjadi filosofi, ideologi,


gerakan sosial maupun politik (bahkan etika) yang luas terkait
upaya-upaya perlindungan lingkungan dan peningkatan kesehatan
lingkungan, khususnya dengan menekankan keprihatinan pada
lingkungan terkait elemen-elemen non-manusia. Environmentalisme
mengklaim bahwa makhluk hidup di luar manusia, dan lingkungan
alam secara keseluruhan, secara moral memiliki hak untuk
mendapat perlakuan yang layak seperti juga manusia, melalui
kebijakan politik, ekonomi, dan sosial. (Rustiadi, et. al, 2019)

Rowel (1996) menyebutkan environmentalisme adalah upaya untuk


menyeimbangkan hubungan antara manusia dan berbagai sistem
alam dimana mereka saling bergantung sedemikian rupa sehingga
semua komponen berada dalam suatu tingkat yang dianggap
berkelanjutan. Namun, terdapat berbagai bentuk kontroversi pilihan
tujuan yang diambil dan ada banyak cara yang berbeda ketika
dipraktekkan. Lingkungan hidup dan masalah lingkungan sering
direpresentasikan dengan warna hijau (green), tetapi asosiasi warna
ini telah sering diambil oleh dunia industri sebagai taktik pemasaran,
taktik ini kemudian dikenal sebagai greenwashing.
Environmentalisme ditentang oleh anti-environmentalisme, yang
berpendapat bahwa Bumi kita tidak terlalu rapuh sebagaimana
sering dikampanyekan oleh kelompok-kelompok pencinta
lingkungan. Anti-environmentalisme berpendapat bahwa pencinta
lingkungan hidup bereaksi secara berlebihan dengan menuduh
kontribusi manusia sangat besar terhadap perubahan iklim atau
menuduh kelompok pencinta lingkungan menghambat upaya-upaya
kemajuan peradaban manusia.

Dalam lima dasawarsa terakhir gerakan kepedulian pada lingkungan


telah berpengaruh signifikan dalam mengoreksi pandangan manusia
di dunia termasuk menggeser arah kebijakan pembangunan seluruh
negara di dunia dan mendapat banyak dukungan dari perkembangan
ilmu-ilmu lingkungan di Perguruan Tinggi. Dunia akademik dan
lembaga-lembaga ilmiah di seluruh dunia berkontribusi melalui
pengembangan ilmu, riset dan pendidikan yang membuka wawasan
generasi penerus di seluruh dunia.
Climate changes. Permasalahan serius terkait polusi lingkungan
global dan kelangkaan energi terus meningkat dari tahun ke tahun.
Dampak pemanasan global mulai dirasakan, tidak hanya dirasakan
oleh hampir seluruh penduduk bumi, namun juga mahluk hidup
lainnya dan bahkan berisiko terhadap keanekaragaman hayati baik
secara global maupun regional (Oppenheimer etal. 2014; O’Neill et
al. 2017). Dampak dari pemanasan global terjadi di depan mata
diantaranya kejadian/peristiwa cuaca ekstrim yang meningkat,
menghangatnya air laut, longsornya gletser, sumberdaya air bersih
yang mulai berkurang, hingga masalah keamanan pangan. Saat ini
terjadi perubahan iklim nasional kita meningkat rata-rata sekitar 3.2
derajat celcius. Tahun-tahun dengan musim panas dan musim kering
yang ekstrim mulai mengancam populasi mahluk hidup.

Berbagai upaya yang seharusnya dilakukan untuk mengantisipasi


hal tersebut: mengurangi emisi gas rumah kaca global,
mengonsumsi energi secara efisien, melakukan perencanaan
konservasi yang didasarkan pada kondisi perkiraan iklim di masa
datang, meningkatkan kepedulian bagi tiap kalangan dan individu
terhadap upaya untuk mengurangi dampak pemanasan global.

Sustainable Development. Grober (2007) menyebutkan ide


pembangunan berkelanjutan berakar pada ide-ide tentang
pengelolaan hutan lestari yang dikembangkan di Eropa selama abad
17 dan 18. Berbagai gerakan lingkungan berkembang memberi
perhatian pada adanya hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan dengan degradasi lingkungan. Esai Kenneth E.
Boulding berjudul The Economics of the Coming Spaceship Earth
mengidentifikasi kebutuhan untuk sistem ekonomi agar sesuai
dengan sistem ekologi yang sumberdayanya terbatas.

Pada tahun 1980 the International Union for the Conservation of


Nature (IUCN) menerbitkan strategi konservasi dunia yang
termasuk salah satu referensi pertama yang merujuk pembangunan
berkelanjutan sebagai prioritas global (IUCN, 1980).

Pembangunan berkelanjutan adalah prinsip untuk mengelola


sumberdaya terbatas yang diperlukan untuk menyediakan kebutuhan
generasi masa depan kehidupan di planet ini secara berkelanjutan.
Ini adalah proses yang berorientasi ke keadaan di masa datang yang
diinginkan manusia dimana kondisi hidup dan sumberdaya
digunakan terus memenuhi kebutuhan manusia tanpa merusak
"integritas, stabilitas, dan keindahan" dari sistem biotik alami
(Butlin, 1989).

Prinsip-prinsip dalam sustainable development antara lain (Mitchell,


1995):
1. Futurity: manusia seharusnya tidak melakukan aktivitas di masa
sekarang yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan di
masa depan kecuali sumber daya lingkungannya yang digunakan
dalam aktivitas tersebut terus tersedia dan diganti apabila habis.
2. Equity: generasi sekarang hendaknya lebih memiliki kesetaraan
dalam mengakses modal lingkungan dan hendaknya berbagi
akibat dan manfaat dari aktivitas manusia (contoh polusi,
perawatan kesehatan) secara seimbang (Mitchell, 1995). Karena
jika manusia tidak punya akses yang setara terhadap sumber
daya dan jasa lingkungan, hal ini akan menyebabkan kerusakan
lingkungan.
3. Public Participation: hal ini merupakan aspek yang penting
dipertimbangkan dalam sistem pemerintahan yang demokratis
seperti yang banyak diterapkan di zaman ini, dalam membangun
dunia, khususnya saat masih dalam proses penyusunan pekerjaan
untuk pelayanan publik.
4. Environment: prinsip lingkungan mengakui nilai ekosistem
sebagai sumberdaya yang berharga yang harus dikonservasi
karena manusia mendapat manfaat dari penggunaannya dan
karena ekosistem memiliki nilai hakiki melebihi manfaat
sumberdaya manusia sehingga menuntut upaya perlindungan
(Mitchell, 1995).

Sustainable Campus (Green Campus). Penanggulangan isu


perubahan iklim akhir-akhir ini di kampus telah berkembang
menjadi gerakan yang nyata dengan menggulirkan program green
campus dalam berbagai aspek kehidupan kampus : layanan
akademik, penelitian, pengabdian, hingga layanan publik lainnya.

Konsep Green Campus terkait erat dengan konsep pembangunan


dan kehidupan berkelanjutan (sustainable development) yang
bertujuan untuk mengurangi carbon footprint dan mengupayakan
aktivitas-aktivitas yang mengarah pada masa depan yang
keberlanjutan. Berbagai kampus di seluruh dunia mulai
mengimplementasikan prinsip keberlanjutan dan menerapkan green
living dalam kegiatan dan aktivitas di dalam lingkungan kampus.
Maraknya persaingan antar kampus untuk menjadi kampus paling
hijau merupakan pertanda baik tingginya kepedulian lingkungan
kampus untuk menciptakan lingkungan yang sehat, ramah
lingkungan dan berkelanjutan.

Di Indonesia sejak tahun 2010 digulirkan UI GreenMetric World


University Ranking untuk mengukur upaya terkait keberlanjutan di
lingkungan kampus.

Perguruan Tinggi beserta sivitas akademikanya adalah tempat


berkumpulnya kalangan sosial berlatar belakang akademisi dan
merupakan tempat terbaik untuk membentuk mind set yang sesuai
dengan kebutuhan saat ini dan akan datang. Selain itu, sebagai
tempat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, universitas
memang sudah seharusnya memegang tanggung jawab yang besar
dalam pembangunan sosial, khususnya dalam penerapan prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan. Membangun kampus hijau
yang ramah lingkungan dan menggabungkan antara konsep
pembangunan berkelanjutan dengan pendidikan di kampus,
pelatihan bagi para mahasiswa, pelayanan publik dan aspek-aspek
lainnya, memiliki makna yang sangat signifikan terhadap citra
sebuah universitas dalam membangun dan menerapkan prinsip-
prinsip keberlanjutan untuk menjadi pembelajaran bagi kalangan
awam, bagi lingkungan di sekitarnya maupun bagi kalangan institusi
lainnya.

Pada tahun 1983, United Nations (PBB) bersidang bersama


Brundtland Commission untuk membahas tentang kepedulian
terhadap “meningkatnya kerusakan lingkungan manusia dan sumber
daya alam dan konsekuensinya terhadap pembangunan ekonomi
dan sosial”. Komisi tersebut menyatakan bahwa krisis lingkungan
yang terus meningkat ini bersifat global dan bangsa-bangsa di
seluruh dunia perlu menetapkan kebijakan bagi pembangunan yang
berkelanjutan. Temuan komisi tersebut mengarah pada definisi
tentang keberlanjutan yang paling banyak dikutip pada saat itu yaitu
“memenuhi kebutuhan saat ini tanpa berkompromi dengan
kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan
mereka.” Itulah definisi di masa lalu. Saat ini, definisi sustainability
dan green sering digunakan secara bergantian untuk
menggambarkan tentang konsep dan praktik yang lebih
memperhatikan perilaku yang berdampak baik bagi bumi dan
penghuninya.

Cara hidup yang berkelanjutan bisa dalam berbagai bentuk, mulai


dari gaya hidup yang sifatnya individual sampai kepada
pembangunan teknologi yang bersifat green. Di tahun 2002, United
Nations mengadopsi Resolusi 52/54 yang menetapkan the United
Nations Decade of Education for Sustainable Development (2005-
2014) yang pada intinya memuat bagaimana upaya global dalam
menggunakan pendidikan atau edukasi sebagai perangkat untuk
membahas tantangan di abad ke 21 terkait masalah sosial,
lingkungan, ekonomi dan budaya. Isu perubahan iklim,
keanekaragaman hayati dan pengurangan dampak bencana alam
akan menjadi tiga isu utama dalam mendukung pembangunan
berkelanjutan melalui proses edukasi. Fokus PBB terhadap
lingkungan kampus ini sangat beralasan karena lingkungan kampus
memang menyerupai lingkungan kota skala kecil dengan jejak
karbonnya sendiri yang cukup signifikan jumlahnya.

Gambar 40: Pendopo Agung Kompleks Kampus Terpadu UWM

Kampus merupakan tempat menempa pemimpin masa depan yang


pada saatnya nanti akan bertanggung jawab dalam menerapkan
konsep, prinsip dan ide tentang green living ini ke dalam praktek
yang sesungguhnya. Dengan memasukkan prinsip keberlanjutan ke
setiap aspek dari lingkungan kampus, akan ada prioritas baru bagi
seluruh generasi pemimpin yang terdidik dan terlatih ini untuk
membuat dunianya yang sekarang menjadi lebih hijau dan
berkelanjutan.

Green campus atau kampus hijau adalah kampus yang


mengembangkan konstruksi gedung kampusnya, menajemen
kampusnya, penelitian ilmiahnya dan penanaman budaya
keberlanjutannya didasarkan pada pembangunan berkelanjutan atau
sustainable development.
UI GreenMetric
UI GreenMetric World University Ranking dikembangkan untuk
mengukur upaya terkait keberlanjutan di lingkungan kampus.
Tujuan utamanya adalah untuk melakukan survai secara daring agar
bisa memberikan gambaran program-program dan kebijakan-
kebijakan terkait keberlanjutan di universitas di seluruh dunia.

UI GreenMetric menetapkan kriteria berupa Setting and


Infrastructure, Energy and Climate Change, Waste, Water,
Transportation, dan Education and Research. Keenam kriteria
tersebut digunakan untuk mengukur disesuaikan indikator yang ada.

Setting and Infrastructure (15%). Memberi informasi mendasar


terkait kebijakan universitas terhadap lingkungan hijau. Indikator ini
juga menunjukkan apakah kampus pantas untuk disebut sebagai
kampus hijau atau Green Campus. Tujuannya adalah untuk memicu
keikutsertaan kampus untuk menyediakan ruang untuk penghijauan
dan penjagaan lingkungan dan juga mengembangkan energi yang
berkelanjutan. Indikator pengukurannya meliputi : ratio area ruang
terbuka terhadap total area, area di kampus yang tertutup hutan, area
di kampus yang tertutup vegetasi yang ditanam, area di kampus
untuk penyerapan air, total area ruang terbuka dibagi total populasi
kampus, serta anggaran universitas untuk upaya berkelanjutan.

Energy and Climate Change (21%). Penggunaan energi dan isu


perubahan iklim memiliki bobot tertinggi dalam penilaian dengan
mengukur energy efficient appliances usage, renewable energy
usage policy, total electricity use, energy conservation program,
green building, climate change adaptation and mitigation program,
greenhouse gas emission reductions policy. Indikator penilaiannya
meliputi: peralatan efisien energi menggantikan peralatan
konvensional, implementasi bangunan cerdas, jumlah sumber energi
terbarukan di kampus, total penggunaan listrik dibagi total populasi
kampus (kWh per person), rasio energi terbarukan yang dihasilkan
terhadap penggunaan energi, elemen-elemen implementasi green
building yang tercermin di semua kebijakan renovasi dan
konstruksi, program pengurangan emisi gas rumah kaca, serta rasio
total jejak karbon dibagi populasi kampus.

Waste (18%). Pengelolaan sampah diawali dari


pemisahan/pemilahan jenis sampah hingga daur ulang dan
pengolahan menjadi faktor utama dalam menciptakan lingkungan
berkelanjutan. Indikatornya meliputi: program daur ulang untuk
limbah kampus, program mengurangi penggunaan kertas dan plastik
di kampus, pengolahan sampah organik, pengolahan sampah
anogranik, penanganan limbah beracun, serta pembuangan limbah.

Water (10%). Kriteria ini bertujuan agar kampus dapat


menurunkan penggunaan air, meningkatkan program konservasi dan
melindungi habitat. Indikator penilaiannya meliputi: implementasi
program konservasi air, implementasi program daur ulang air,
penggunaan peralatan efisien air, serta konsumsi air olahan.

Transportation (18%). Sistem transportasi memegang peranan


penting dalam penambahan tingkat polutan dan emisi karbon di
lingkungan kampus. Indikator penilaiannya meliputi : rasio total
kendaraan (mobil dan motor roda dua) dibagi populasi total kampus,
shuttle service, kebijakan kendaraan nol emisi / Zero Emission
Vehicles (ZEV) di kampus, Rasio Zero Emission Vehicles (ZEV)
dibagi total populasi kampus, rasio area parkir terhadap area total
kampus, program transportasi didesain untuk membatasi atau
menurunkan area parkir di kampus untuk 3 tahun terakhir, jumlah
inisiatif transportasi untuk menurunkan kendaraan pribadi di
kampus, serta kebijakan jalur pedestrian di kampus.

Education and Research (18%). Perguruan Tinggi dengan dunia


kampus memiliki peran penting dalam menciptakan generasi baru
yang peduli terhadap isu keberlanjutan. Indikator pengukurannya
meliputi : rasio materi keberlanjutan terhadap total seluruh mata
kuliah, rasio pendanaan penelitian keberlanjutan terhadap total
pendanaan penelitian, jumlah publikasi ilmiah tentang lingkungan
dan keberlanjutan yang dipublikasikan, jumlah event ilmiah terkait
lingkungan dan keberlanjutan, jumlah organisasi mahasiswa terkait
lingkungan dan keberlanjutan, adanya website terkait keberlanjutan
yang dibuat oleh kampus, adanya laporan/raport keberlanjutan yang
dipublikasikan.

Konsep hijau (green concept) sendiri memberi perhatian penuh pada


konsep penghematan, yaitu penghematan lahan, penghematan
bahan, dan penghematan energi (saving land, saving material, and
saving energy). Hal ini tentu didasarkan pada konsep ekosistem.
Artinya, pembangunan apa pun sebaiknya mengacu pada kondisi
ekosistemnya baik dari kondisi biologisnya (biotik – tumbuhan,
tanaman, hewan, satwa liar, manusia termasuk semua mahluk hidup
yang ada di dalamnya), maupun kondisi fisiknya (abiotik) seperti
tanah, air dan udara.

Dengan analogi pada pengembangan kota hijau, kota yang sehat


secara ekologis (the Green City Vision, 2008), maka dalam
mewujudkan kampus hijau kita perlu juga melakukan:
1. Mengkampanyekan kegiatan dengan berjalan kaki, bersepeda,
menggunakan moda tranportasi umum, dan angkutan massal
bagi pengembangan green transporation.
2. Mengembangkan teknologi energi terbarukan bagi green
building dan green business, misalnya menerapkan penggunaan
solar energi untuk sumber penerangan jalan, penerangan taman
dan lain-lain.
3. Merestorasi lingkungan dan lanskap kampus, memberdayakan
keberadaan RTH dan RTB, misalnya mempraktikkan
pembangunan taman-taman/kebun-kebun/pertanian organik yang
ramah lingkungan, menggunakan jenis-jenis tanaman lokal,
mengusung RTH dan RTB sebagai media dalam jasa lanskap,
atau jasa ekosistem, atau jasa lingkungan.
4. Melakukan gerakan-gerakan yang berwawasan lingkungan
antara lain mempraktikkan pemilahan sampah dan melakukan
pengolahannya di dalam kampus. Dalam hal ini bukan hanya
penyediaan infrastruktur dan fasilitasnya saja tetapi dilakukan
building capacitynya.
5. Pemahaman konsep dan filosofi hijau selayaknya dikenalkan
sebelum gerakan dimulai. Tidak sebentar, kadang-kadang
memerlukan waktu yang cukup lama meskipun sivitas
akademika berada di lingkungan intelek, berpendidikan dan
berbudaya. Tetapi perubahan perilaku, kebiasaan, tata-cara tetap
membutuhkan pemahaman dan persepsi yang sama, preferensi
yang sama, dan tindakan yang sama. Sehingga etika dan norma
yang ditegakkan akan memiliki nilai-nilai yang bermakna dalam
mengusung konsep hijau, khususnya menterjemahkan konsep
hubungan manusia dengan alam/lingkungannya. Sosialisasi
melalui peraturan, selebaran, spanduk, video papan-papan
pengumuman yang bersifat persuasif secara sederhana. Praktik
demikian perlu dilakukan secara bertahap dan memakan waktu.
Hal tersebut bisa dilakukan secara simultan dengan inisiasi
implementasi program.

Wacana dan Praktik Green Campus UWM


Sebagai kampus yang men-declare Kampus Berbasis Budaya,
UWM menerapkan nilai-nilai dalam perikehidupan pendidikan-
pengajaran dengan melandaskan pada falsafah Hamemayu
Hayuning Bawana sebagai pijakan dalam tataran etis serta
kebijakan dalam pengembangan pendidikan. Nilai-nilai tersebut
didiseminasi secara internal sivitas akademika UWM untuk
kemudian disebarluaskan kepada masyarakat luas. Diseminasi nilai-
nilai tersebut mengandung makna adanya dialog multiarah-multiaras
sejalan dengan sifat budaya yang selalu dinamis.
Dalam hal pengembangan budaya dan pembangunan karakter
bangsa, UWM telah menerbitkan buku model pendidikan karakter di
Perguruan Tinggi yang telah diterbitkan pada tahun 2011 dengan
judul Budaya Masuk Kampus. Buku Budaya Masuk Kampus
secara garis besar berisi tentang seluruh potensi yang ada di dalam
sivitas akademika UWM : modal kultural, modal intelektual, proses
pendidikan, interaksi sosial-intelektual baik di dalam kampus
maupun dengan masyarakat luar, sebagai sebuah mata rantai proses
yang berjalan sepanjang waktu. Serta rancangan pendidikan karakter
yang telah dilakukan di sivitas akademika UWM berikut indikator
sebagai ukuran keberhasilan serta evaluasi bagi pengembangan
pendidikan karakter di UWM di masa-masa mendatang. Penjelasan
tentang hal tersebut diterangkan dalam tabel di bawah.

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan


karakter di UWM diidentifikasi dari sumber-sumber (anonimous,
2010) :

Pertama, Religius. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat


beragama, oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan
bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya.
Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai
yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-
nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada
nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

Kedua, Budaya. Tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat


yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat
itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna
terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota
masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam
kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai
dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Ketiga, Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum,
ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan
karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi
warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki
kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupannya sebagai warga negara.

Keempat, Tujuan Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan


nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki
warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional
adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Berdasar keempat sumber pendidikan karakter tersebut di atas,


sivitas akademika UWM sampai saat ini terus mengembangkan
pendidikan karakter dengan nilai-nilai pengembangan melalui
seluruh tahapan dan proses belajar-mengajar dengan indikator
keberhasilnanya sebagai berikut :.

Tabel 1. Indikator Keberhasilan Pengembangan Pendidikan


Karakter di Universitas Widya Mataram (Puji
Qomariyah, 2011)
Nilai Deskripsi Indikator
Sikap dan perilaku yang •   menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi
patuh dalam melaksanakan larangan Tuhan
ajaran agama yang •   berserah diri selalu pada Tuhan
dianutnya, toleran terhadap •   mendoa untuk siapa saja
pelaksanaan ibadah agama
lain, serta hidup rukun •   mencintai kebaikan, berusaha menjadi orang yang
dengan pemeluk agama lain. terbaik
Religius •   mencintai semua mahluk Tuhan
•   menghargai perbedaan
•   menghormati semua manusia
•   mengakui keberadaan atau eksistensi orang lain
•   tidak fanatik yang berlebihan
•   menghargai HAM
Perilaku yang didasarkan •   menepati janji atau menepati kesanggupan
pada upaya menjadikan •   teguh pada kebenaran
dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya •   memiliki rasa takut pada kesalahan atau dosa
Jujur
dalam perkataan, tindakan, •   mampu menentukan pilihan halal atau haram, baik
dan pekerjaan. atau buruk
•  mampu memilih yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan, meskipun boleh dilakukan
•   rela melakukan sesuatu yang benar meski berat
•   berlaku sopan tanpa tendensi
•   tidak berlaku curang
•   tidak menipu, memalsu, merampas, berbohong,
memanipulasi
•   tidak membuat fitnah
•   tulus
•   tidak iri hati, tidak congkak
•   tidak menyuap
•   tidak menempuh jalan yang diharamkan
•  tanpa pamrih
•  supportif
•   jika tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir saja
Toleransi Sikap dan tindakan yang •   tidak membanggakan dirinya sendiri
menghargai perbedaan •   mengakui keberadaan orang lain
agama, suku, etnis,pendapat,
sikap, dan tindakan orang •  tidak adigang, adigung, adiguna (tidak
lain yang berbeda dari membanggakan kekuasaan, kebesaran dan
kepandaiannya)
•   ramah
•   tidak egois
•   sopan santun
•   penuh kasih dan sayang
•   berbuat budi darma hidup
dirinya
•   memberikan pertolongan pada yang memerlukan
•   berlaku adil
•   tidak banyak menuntut hak
•   rendah hati
Tindakan yang •   melakukan kewajiban dengan senang hati
menunjukkan perilaku tertib •   bertanggung jawab atas apa yang dilakukan
dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan. •   menghargai waktu (tepat waktu)
•  melakukan sesuatu dengan planning dan tujuan
yang jelas
Disiplin
•   jujur
•   mempunyai program hidup yang jelas
•  tidak banyak mengeluh dalam menjalankan
pekerjaan
•   konsisten
•   ikhlas menjalankan tugas
Perilaku yang menunjukkan •   berani berkorban untuk mencapai target
upaya sungguh-sungguh •   selalu belajar dari kesalahan yang pernah
dalam mengatasi berbagai dilakukan (selalu belajar dari pengalaman)
hambatan belajar, tugas dan •   tidak pernah putus asa
menyelesaikan tugas dengan
Kerja Keras •   selalu bersemangat
sebaik-baiknya.
•   selalu berusaha
•   tidak pernah menyerah
•   menyukai tantangan
Berpikir dan melakukan •   selalu ingin tahu (wanting to know)
sesuatu untuk menghasilkan •   senang melakukan eksperimen
cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki. •   menyukai inovasi baru
•   ingin menjadi beda dari yang lain
Kreatif •   senang menerima kritik
•   tidak takut salah
•   tidak takut kalah
•   punya harapan besar
•   punya cita-cita
•   punya pandangan hidup yang jelas
•   punya mimpi
•   menghargai seni
•   hidupnya dinamis
•   tidak mudah kecewa
•   menyukai keindahan
•   bersikap optimis
Sikap dan perilaku yang •   kreatif
tidak mudah tergantung •   anti plagiasi
pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas. •   menghargai hasil karya orang lain
•   tidak korup
Mandiri
•   tidak mudah menyerah
•   pekerja keras
•   pemberani
•   lincah
Cara berpikir, bersikap, dan •   menghargai hak orang lain
Demokratis bertindak yang menilai •   menghormati perbedaan
sama hak dan kewajiban
•   menghargai pendapat orang lain
•   terbuka/ open minded
•   tidak memaksakan kehendak
•   siap menerima saran dan kritik
•   siap minta maaf jika salah
dirinya dan orang lain. •   siap menang dan siap kalah
•   tidak otoriter
•   bersikap adil dan diperlakukan adil
•   mengutamakan musyawarah
Sikap dan tindakan yang •   kritis
selalu berupaya untuk •   berjiwa problem solver
mengetahui lebih mendalam
dan meluas dari sesuatu •   selalu bertanya
yang dipelajari, dilihat, dan •   tidak cepat puas dengan hasil yang dicapai
Rasa Ingin Tahu didengar. •   sering melakukan penelitian
•   tidak takut trial and error
•   tidak apatis
•   tidak skeptis
Semangat Cara berpikir, bertindak, •   pancasilais: menjunjung tinggi nilai-nilai
Kebangsaan dan berwawasan yang persatuan, kemanusian dan keadilan sosial
menempatkan kepentingan •   berjiwa right or wrong is my country
bangsa dan negara di atas •   mengikatkan diri pada norma-norma dan ukuran-
kepentingan diri dan ukuran yang dibuat oleh negara: sadar dan rela
kelompoknya. menjadi wajib pajak.
Cara berpikir, bersikap, dan •   bangga berbahasa Indonesia
berbuat yang menunjukkan •   mencintai hasil karya anak bangsa, bangga
kesetiaan, kepedulian, dan menggunakan produksi dalam negeri
penghargaan yang tinggi •   menjaga lingkungan
terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, •   merawat benda-benda bersejarah
ekonomi, dan politik •   menghargai keberagaman
bangsa. •   menghormati perjuangan para pahlawan
Cinta Tanah Air •   tidak menjual aset bangsa pada investor asing
•   lebih mencintai rupiah daripada dolar
•   mengenal lingkungan bangsa sendiri
•   selalu menggali budaya luhur bangsa
•   bangga menjadi bangsa Indonesia
•   mengabdikan diri pada negara, rela berkorban:
memberikan secara ikhlas harta, benda, waktu,
tenaga, pikiran bahkan nyawa demi negara
Menghargai Sikap dan tindakan yang •   kreatif, inovatif,suka tantangan
mendorong dirinya untuk •   selalu belajar
menghasilkan sesuatu yang
•   anti mencontek
berguna bagi masyarakat,
Prestasi mengakui, dan menghormati •   supportif
keberhasilan orang lain. •   wanting to know
•   banyak melakukan penelitian dan pengabdian pada
masyaraka
Tindakan yang •   ramah
memperlihatkan rasa senang •   tidak pelit berbagi ilmu
berbicara, bergaul, dan
Bersahabat/ bekerja sama dengan orang •   mampu bekerja dengan tim
Komunikatif lain. •   mampu menjaga perasaan
•   luwes
•   tidak sombong
Sikap, perkataan, dan •   menghargai perbedaan
tindakan yang menyebabkan •   anti terorisme
Cinta Damai orang lain merasa senang
dan aman atas kehadiran •   anti konflik (destruktif)
dirinya •   sangat fungsionalis
Kebiasaan menyediakan •   suka menabung
Gemar Membaca waktu untuk membaca •   mengikuti perkembangan berita
•   membiasakan diri menulis
•   menghargai hasil karya orang lain
•   mengkoleksi buku atau referensi yang lain
•   tidak wasting time untuk yang tidak berguna
•   wawasan luas
berbagai bacaan yang
memberikan kebajikan bagi •   punya argumentasi yang rasional
dirinya. •   punya analisis permasalahan yang tajam
•   tidak pernah kehabisan bahasan pembicaraan
•   up to date
berupaya mencegah •   senang bertanam
kerusakan pada lingkungan •   suka keindahan
alam di sekitarnya dan
mengembangkan upaya- •   membiasakan diri menggunakan produk-produk
upaya untuk memperbaiki ramah lingkungan
kerusakan alam yang sudah •  mengurangi atau membatasi alat-alat elektronik
Peduli Lingkungan
terjadi. yang mengandung CFC
•   hemat energi
•  membiasakan anak-anak sejak dini untuk
membedakan sampah organik dan an organik
•   mengurangi penggunaan plastik
•  mengurangi penggunaan tissue, kertas atau barang-
barang yang menghabiskan sumber daya alam
•   belajar mendaur ulang
•   menggunakan produk-produk yang berlabel eco-
labelling
•   memberikan kritik pada negara yang melakukan
konspirasi dengan pebisnis lokal dan investor untuk
mengekploitasi SDA dengan tidak arif
•   back to nature
•   bermitra dengan alam
•   memulai dari diri sendiri untuk menjadi pelopor
green action: bersepeda, mengurangi menggunakan
kendaraan bermotor, biasakan jalan kaki dll)
Sikap dan tindakan yang •   senang berbagi: bersedekah, berzakat
selalu ingin memberi •   punya sikap simpati dan empati
Peduli Sosial bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang •   suka menolong
membutuhkan. •   sadar akan hak orang lain
Sikap dan perilaku •   sadar akan hakikat dirinya sebagai mahkluk
Tanggungjawab seseorang untuk individu, sosial dan makhluk Tuhan
melaksanakan tugas dan •   berani menanggung risiko
•   jujur terhadap dirinya dan jujur terhadap orang lain
•   bersikap mandiri dan tidak pengecut

kewajibannya, yang
seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan
(Sumber: Buku Budaya Masuk Kampus, 2011)
Dalam konteks kampus hijau (green campus), peduli lingkungan
yang menjadi domain pengembangan green campus secara langsung
melekat pada salah satu nilai yang sudah terdapat dalam 18 nilai
budaya yang dikembangkan di sivitas UWM dan diimplementasikan
kedalam layanan akademik, layanan nonakademik, maupun layanan
publik dalam kurikulum pendidikan, riset, maupun pengabdian
kepada masyarakat.

Beberapa riset tentang kepedulian lingkungan yang telah dan masih


terus dilakukan sivitas akademika UWM diantaranya:
1. Penelitian tentang Collaborative Water Governance pada
tahun 2022 bekerja sama dengan Komunitas Banyu
Bening.
2. Memaknai Pemanfaatan Hutan dalam Menjamin
Kelestarian Lingkungan Hidup di Provinsi Papua pada
Tahun 2021.
3. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup Tambang di Gunung Kidul
pada tahun 2020 bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan
Umum, Perumahan, Energi, dan Sumber Daya Mineral
DIY.
4. Studi Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) Operasi Produksi
Penambangan Bahan Galian Batuan di Gunung Kidul pada
tahun 2019 bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum,
Perumahan, Energi, dan Sumber Daya Mineral DIY..
5. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Koridor
Prambanan-Piyungan Pemerintah Kabupaten Sleman pada
tahun 2018.
6. Penataan Kawasan Cagar Alam Geo Tapak Lava Bantal di
Berbah bekerja sama dengan Dinas Pertanahan dan Tata
Ruang Sleman pada tahun 2017.
7. Penyusunan Rencana (Roadmap) Pengelolaan dan
Pengendalian Lingkungan Hidup DIY bekerja sama dengan
Retrasindo Yogyakarta.
Bab VI PENUTUP
Rencana Keberlanjutan Program

Kegiatan pilot project penanganan sampah perkotaan secara mandiri


oleh masyarakat memerlukan sebuah rentangan tangan bersama
antar pemangku kebijakan baik dalam pengembangan maupun
keberlanjutan program tersebut. Hal ini didasarkan pada aktualitas
permasalahan sampah di Kota Yogyakarta yang memerlukan
penanganan mendesak. Selain terbatasnya ruang, pertambahan
penduduk, peningkatan aktivitas masyarakat di atasnya akan
menambah peningkatan volume sampah kota Yogyakarta di masa-
masa datang. Rentangan tangan tersebut diperlukan untuk upaya ke
depan serta kelangsungan dan keberlanjutan program di masa
datang. Tanpa adanya jaminan bagi keberlangsungan
program/kegiatan; sesungguhnya kegiatan yang disusun saat ini
hanyalah tambal sulam atas permasalahan yang ada di masyarakat.

Karenanya, diperlukan program pengelolaan sampah perkotaan


berbasis kemasyarakatan (komunal) yang komprehensif secara
kewilayahan maupun substansi programnya, serta melibatkan
partisipasi aktif dari masyarakat mengingat pada akhirnya
masyarakatlah yang akan merasakan dampak dari program tersebut.

Kegiatan didasarkan pada analisa kebutuhan dari masyarakat,


kelompok masyarakat dan anggotanya (individu dan lembaga) dan
dikombinasikan dengan kondisi riil saat ini dan prediksinya di masa
datang. Kedepannya, ditumbuh-kembangkan forum diskusi antar
anggota, dengan mereka yang ahli di bidangnya, maupun pihak
terkait bagi pengembangan usaha pertanian sebagai upaya up-
grading pada setiap potensi kelompok dan lembaganya serta
menyebarkan ke pihak-pihak lain sebagai upaya transfer ilmu
pengetahuan sehingga tercipta suasana yang kondusif bagi usaha
pertanian di masa datang dengan saling menutupi celah-celah
kekurangan yang ada sehingga terjalin dan tercipta usaha bersama
yang sehat-kompetitif serta kuat secara kelembagaan.
KEPUSTAKAAN

Butlin, John. 1989. By World commission on environment and


development. Journal of International Development, 1989,
vol. 1, issue 2, 284-287
Grober, Ulrich. 2007. Deep roots–A conceptual history of
‘sustainable development’. (Nachhaltigkeit). WZB Discuss.
Pap. P 2007-0022007, 1-30.
Mitchell, D. 1995. The End of Public Space? People’s Park,
Definitions of the Public, and Democracy. Annals of the
Association of American Geographers
O'Neill et al., 2017. The roads ahead: Narratives for shared
socioeconomic pathways describing world futures in the 21st
century. Global Environmental Change journal.
Oppenheimer M, Campos M, Warren R et al (2014) Emergent risks
and key vulnerabilities. In: Field CB, Barros VR, Dokken DJ
et al (eds) Climate change 2014: impacts, adaptation, and
vulnerability. Cambridge University Press, Cambridge, pp
1039–109
O’Neill B, Oppenheimer M, Warren R et al (2017) Key risks of
climate change: the IPCC reasons for concern. Nat Clim
Chang 7(1):28–37
Qomariyah, Puji. 2011. Budaya Masuk Kampus. Locus-Yogyakarta.
Rowel, Andrew. 1996. Green Backlash. Global Subversion of the
Environment Movement. Routledge. London.
Rustiadi, Ernan. Et. al. 2019. Naskah Akademik dan Perencanaan
Implementasi Green Campus IPB 2019-2023 (tidak
dipublikasikan). IPB press. Bogor.
UI GreenMetric. http://greenmetric.ui.ac.id/
UGM, EGSA. "Sejauh Manakah Inovasi Pengelolaan Sampah di
Indonesia?". Departemen Geografi Lingkungan UGM.
https://egsa.geo.ugm.ac.id/2019/10/19/sejauh-manakah-
inovasi-pengelolaan-sampah-di-indonesia/
#:~:text=Sebagian%20besar%20pengelolaan%20sampah
%20TPA,ulang%20meskipun%20tidak%20banyak
%20digunakan.
Winahyu, Djatmiko. Hartoyo, Sri. Syaukat, Yusman. 2013. Strategi
Pengelolaan Sampah pada Tempat Pembuangan Akhir
Bantargerbang Bekasi. Jurnal Manajemen Pembangunan
Daerah Vol 5 No.2
Pemerintah Indonesia. UU No. 18 Tahun 2008

Aditjondro, George Junus. Pola-Pola GerakaLingkungan: Refleksi


Untuk Menyelamatkan Lingkungan dari Ekspansi Modal” .
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
DLH. Dinas Lingkungan Hidup. Oktober 1, 2019.
https://dlh.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/penger
tian-dan-pengelolaan-sampah-organik-dan-anorganik-13.
—. Kabupaten Buleleng. Oktober 1, 2019.
https://dlh.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/penger
tian-dan-pengelolaan-sampah-organik-dan-anorganik-13
(accessed Oktober 28, 2022).
—. Kabupaten Kulon Progo. Januari 26, 2021.
https://dlh.kulonprogokab.go.id/detil/572/perubahan-
paradigma-pengelolaan-sampah-di-kabupaten-kulon-progo
(accessed Oktober 28, 2022).
DLKH. "dlhk pro.banten." Pengelolaan Limbah Anorganik. tt tt, tt.
https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article/Pengelolaan_Li
mbah_Anorganik.pdf.
Kemenkeu. Kementerian Keuangan RI. Meret 1, 2013.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/berita/baca/54/Dukung-
Go-Green-dengan-Hemat-Penggunaan-
Kertas.html#:~:text=%E2%80%9CApabila%20dapat
%20mengolah%20ulang
%201,www.goinggreentoday.com).
KLHK. Siaran Pers: Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutana. Maret 21, 2018.
http://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/1127.
Kreator: Febriani, Irda Ayu. Kompasiana.com. Oktober 31, 2022.
https://www.kompasiana.com/irdaayufebriani/635f7162daf
0bc258a647c62/pemanfaatan-sampah-styrofoam-untuk-
pembuatan-lem-dalam-upaya-mengurangi-limbah-
styrofoam-di-lingkungan-kos?page=all&page_images=2.
Mardikanto, Toto. Konsep-Konsep : Pemberdaya. Surakarta.: UPT
UNS., 2011.
Paharizal. "Penanggulangan Sampah perkotaan Secara Kolaboratif."
Jurnal Populika UWMY, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik II (2016): 59-69.
unknown. http://purwanthiefendi-facil14-smile.blogspot.com.
Novemver 25, 2012. http://purwanthiefendi-facil14-
smile.blogspot.com/2012_11_01_archive.html.
Zaman, Uz, Atiq , and Steffen Lehmann. "What is the ‘Zero Waste
City’ Concept?”. Zero Waste SA Research Centre for
Sustainable Design and Behaviour (sd+b)." School of Art,
Architecture and Design, University of South Australia
(UniSA),, tt:
http://w3.unisa.edu.au/artarchitecturedesign/zerowastesares
earchcentre/docs/zwc%20concept.pdf.
LAMPIRAN

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Bulan
N
Uraian Kegiatan 7 8 9 1 1
o
0 1
1 Persiapan :
- perizinan
- pembekalan tim PPM
2 Pelaksanaan Kegiatan :
o Kunjungan ke TPA
o Studi Banding ke bank sampah
o Pemetaan masalah di lokasi
Penelitian
o Penyadaran/Kampanye
o Pelatihan 4 R : Recycle pembuatan
karya seni lukis
o Pelatihan 4 R : Recycle pembuatan
bunga hias
o Pelatihan 4 R : pembuatan kompos
3 Monitoring-evaluasi :
- Diskusi dan konsultasi internal
- Monitoring-evaluasi
4 Laporan Kemajuan
Laporan Akhir
Anggaran

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini direncanakan selama


1 (satu) tahun. Urgensi biaya penelitian meliputi
1. Operasional kegiatan PPM data terdiri atas
• Bahan habis pakai meliputi : alat tulis kantor, survey
kit/kuesioner, pelatihan & pembekalan kegiatan
pendampingan, serta alat & bahan untuk kegiatan PPM
Mahasiswa
• Dokumentasi kegiatan : foto copy, cuci-cetak foto selama
kegiatan
• Penelusuran pustaka, data pendukung, dll selama kegiatan
penelitian

2. Pembekalan
• Penyamaan persepsi
• Penjelasan tentang tupoksi anggota yang terlibat dalam
penelitian

3. Penyadaran
• Membangun kesadaran tentang bahaya sampah
• Potensi nilai ekonomi dan nilai seni sampah

4. Penyusunan laporan terdiri atas :


• Monitoring-evaluasi hasil kegiatan PPM
• Penyusunan laporan tiap tahun

5. Pelatihan :
• Tranformasi skill pengolhan smpah organic
• Trasformasi skil pengolahan sampah non organik

Anda mungkin juga menyukai