Screening penting dilakukan pada kasus ini karena DDH mudah diterapi
ketika terdeteksi lebih dini, tetapi akan sulit untuk diterapi ketika terlambat
dideteksi dan dapat menyebabkan cacat jangka panjang. Anamnesis yang lengkap
dan pemeriksaan fisik merupakan cara yang paling penting dari langkah diagnosis.
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh dari pinggul pada semua bayi yang baru
lahir dapat mengurangi risiko terkena penyakit degeneratif pinggul pada usia tua.
Radiografi dan sonografi juga dapat digunakan untuk mengkonfirmasi kecurigaan
DDH (Kotlarsky dkk., 2015). Berikut pemaparan mengenai metode skrining
(diagnosis) displasia panggul.
1. Pemeriksaan fisik
DDH merupakan proses dapat berkembang, sehingga itu
dibutuhkan pemeriksaan fisik yang berkala. Temuan pemeriksaan fisik
normal selama periode postnatal tidak menutup kemungkinan diagnosis
berikutnya didapatkan DDH. Pemeriksaan umum harus dilakukan dapat
dimulai dari penilaian sendi panggul dengan pengamatan asymmetry -
asymmetrical gluteal atau lipatan kulit paha, ketidakcocokan panjang
tungkai (dievaluasi dengan menempatkan anak dalam posisi terlentang
dengan pinggul dan lutut tertekuk -ketinggian lutut yang tidak sama dapat
menjadi penanda - Galeazzi sign), dan keterbatasan abduksi panggul. Tes
Ortolani juga dapat dilakukan, berkurangnya dislokasi kepala famoral ke
acetabulum adalah tes klinis yang paling penting untuk mendeteksi
displasia. Adapula tes Barlow yang umum digunakan, yaitu pemeriksa
melakukan dislokasi terhadap pinggul yang tidak stabil dari acetabulum.
Setiap panggul harus diperiksa secara independen dengan sisi lain yang
dilakukan abduksi maksimum untuk mengunci panggul (Kotlarsky dkk.,
2015).
Pada usia tiga bulan, tes Barlow dan tes Ortolani menjadi negatif
dan keterbatasan untuk abduksi (dan asimetri abduksi) menjadi tanda yang
paling diandalkan terkait dengan DDH. Sebuah studi baru-baru ini
menunjukkan bahwa keterbatasan abduksi satu sisi pada pinggul setelah
usia delapan minggu sangat terkait dengan DDH. Para penulis
merekomendasikan bahwa tanda ini harus dicari secara aktif, dan jika ada
harus dievaluasi lebih lanjut dengan formal ultrasound atau radiografi.
Adanya keterbatasan abduksi panggul bilateral bukan merupakan tanda
yang akurat untuk DDH (Kotlarsky dkk., 2015).
Seorang ambulating child mungkin memiliki Trendelenburg gait.
Tanda Trendelenburg, waddling gait, dan simetris tetapi terjadi penurunan
kemampuan abduksi pinggul mungkin dapat menjadi penanda. Meskipun
umumnya diterima bahwa DDH dapat menjadi penyebab ditundanya
kemampuan berjalan pada anak-anak, studi terbaru menunjukkan bahwa
meskipun waktu median usia berjalan independen adalah kurang dari 1
bulan di kontrol sehat dibandingkan dengan anak-anak yang terlambat
diagnosis DDH, ini secara klinis tidak signifikan karena mereka semua
dapat berjalan dalam waktu yang diharapkan (Kotlarsky dkk., 2015).
2. Imaging (Pencitraan)
Radiografi pada pinggul dan panggul secara tradisional telah
digunakan pada semua anak yang diduga DDH. Namun, ketidakstabilan
dan perpindahan mungkin tidak terlalu mencolok pada radiograf sederhana
selama beberapa bulan pertama kehidupan. Pusat osifikasi dari kepala
femoral muncul pada usia 4 sampai 6 bulan. Pada tahap ini radiografi
menjadi lebih tepat digunakan untuk diagnosis. Real-time ultrasonography
telah ditetapkan sebagai metode yang akurat untuk pencitraan pinggul
selama beberapa bulan pertama kehidupan. Pada pasien yang diterapi
untuk DDH, penundaan kemunculan dari osifikasi pusat kepala femoralis
umumnya terjadi, bahkan sampai 1 tahun setelah reduksi pinggul. Hal ini
memungkinkan penggunaan berlanjut dari pencitraan ultrasonografi untuk
tindak lanjut (Kotlarsky dkk., 2015).
Gambar .... Gadis berusia 1 tahun dengan DDH pada sisi kiri (Kotlarsky dkk.,
2015).
Daftar Pustaka