Anda di halaman 1dari 64

KEGAWATAN OSBTETRI

OLEH:
DIDIT DAMAYANTI, S.KEP.,NS, M.KEP
DEPARTMEN DISASTER & EMERGENCY
PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
Kegawat daruratan maternal kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang terjadi
dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan. (Chamberlain & Phillip Steer, 1999).

Gawat darurat obstetri  kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan
berakibat kematian ibu dan janinnya. (Saifuddin, 2002)
• Kedaruratan Obstetrik Adl Suatu keadaan klinik yg jika tdk segera ditangani dpt menyebabkan kesakitan
dan kematian bagi ibu dan janin
• Tdp 4 penyebab kematian ibu, janin dan bayi 
a. Perdarahan: Ruptur Uteri ( Tjd pada saat kehamilan, persalinan & nifas)
b. Infeksi: sepsis ( Tjd pada saat kehamilan, persalinan & nifas)
c. Hipertensi: preklamsia & eklamsia ( Tjd pada saat kehamilan, persalinan & nifas)
d. Distosia: persalinan macet ( tjd pada saat persalinan )
KASUS GAWAT DARURAT OBSTETRI

1. Kehamilan < 20 mgg : Abortus, Hiperemesis,


Mola
Kehamilan > 20 mgg : Plasenta previa,
solusio plasenta, ruptur uteri
2. Persalinan : Plasenta previa, Perlukaan jalan
lahir, sisa plasenta
3. Nifas : Atonia uteri, perlukaan jalan lahir, sisa
plasenta
5

Sumber : RSUD dr Moewardi Solo


APA SAJA? MENURUT WHO

1 Perdarahan
2 Ruptur Uteri
3 Preeklamsia/Eklamsia
4 Partus Lama
5 Infeksi
6 Lain-lain
MDGs SDGs
Millenium Development Sustainable Development
Goals (8) Goals (17)
2015 2030
ANGKA KEMATIAN IBU (AKI) DI INDONESIA TAHUN 1991-2012
SUMBER: SDKI
PENYEBAB KEMATIAN IBU DI INDONESIA TAHUN 2010-2013
SUMBER: DIREKTORAT KESEHATAN IBU, KEMENKES RI
MENGAPA AKI MASIH TINGGI?

• ± 15% wanita hamil  komplikasi

• Sebagian besar komplikasi obstetri  TIDAK


DAPAT diprediksi/dicegah, tetapi DAPAT
diobati

Sumber : Overview of Emergency Obstetric Care, Towards Impact in Health


Workhshop, Tanzania, 2011
3 TERLAMBAT

Keterlambatan mengenal penyakit &


mengambil keputusan

Kematian
Keterlambatan merujuk
Ibu

Keterlambatan penanganan
Penyebab: Dibagi:

Tonus Early PPH


≤24 jam PP
Trauma
Post Partum Late PPH
Haemorrhage >24 jam PP
Tissue Primer

Thrombin Sekunder

Perdarahan ≥500 mL (partus vaginal)


atau
≥1000 mL (SC)
PERDARAHAN PASCA PERSALINAN

• Perdarahan pasca salin merupakan penyebab penting kematian maternal meliputi ¼ dari seluruh
kematian di dunia
• Menurut WHO, perdarahan pasca salin diklasifikasikan sebagai 
a. perdarahan pasca Salin dini (perdarahan dari jalan lahir ≥ 500 ml dalam 24 jam pertama setelah bayi
lahir) dan
b. perdarahan pasca salin lanjut (perdarahan dari jalan lahir ≥ 500 ml setelah 24 jam pertama persalinan).
• Berdasarkan jumlah perdarahan, dibagi menjadi perdarahan pasca salin minor (jumlah perdarahan
antara 500-1000 ml tanpa tanda syok secara klinis) dan perdarahan pasca salin mayor (jumlah
perdarahan > 1000 ml atau < 1000 ml disertai dng tanda syok
LANJUTAN......

• Penyebab  Tonus, jaringan, trauma & trombin. Yg paling sering adl atonia uteri
DEFINISI PERDARAHAN POST PARTUM

• PERVAGINAM : 500 ml
• SEKSIO SESARIA : 1000 ml
• CESAREAN HYSTEREKTOMI : 1500 ml

Physical Response to Hemorrhage

class Blood loss % loss Physiologic Respon


I 1000-1200 15 asymptomatic
II 1200-1800 25 Tachycardia, orthostatic hypotensi
III 1800-2400 30 Worsening tachycardia, hypotensi
IV > 2400 40 Shock, oliguria
15

Gina Connely MD, Arizona 2014


• Overdistensi Uterus • Kontraksi uterus tidak efektif
• Relaksan Uterus • Abnormalitas Placenta
• Penatalaksanaan salah pada
• Induksi oksitosin pelepasan plasenta
• Partus yang Lama • Riwayat operasi uterus
• Obstruktif Labor

TONUS TISSUE

• Didapat selama kehamilan :


• Episiotomi trombositopeni pada HELLP
• Makrosomia sindrom, DIC (eklampsia, IUFD,
septikemia,
• Partus presipitatus abroptioplasenta, emboli air
ketuban), hipertensi dalam
kehamilan, sepsis.

TRAUMA TROMBIN
G1 P0 A0, datang ke RS dengan keluhan
perdarahan pervaginam, hamil 2 bulan

Rujukan dari bidan dengan perdarahan post


partum 4 jam yll, KU lemah, dengan plasenta
belum lahir

Kiriman bidan, G3 P1 A1, dengan perdarahan


pervaginam, hamil 8 bulan
FAKTOR RISIKO PPH
Antenatal
Grandemulti (umur ≥35 th, anak ≥5)
Rujuk dalam
PE/E, Anemia, gizi buruk kehamilan dan
Overdistensi uterus bukan dalam
persalinan
Riwayat perdarahan

Intrapartum
Partus lama
Induksi & stimulasi Jangan Rujuk
Ret Plas, tanpa Perdarahan

Postpartum
Retensi sisa plasenta Eksplorasi
HPP  WHAT’S NEXT?

Hati-hati!
1. Perkiraan jumlah perdarahan tidak akurat  30-50% lebih sedikit.

2. Tidak mengenali tanda-tanda syok hipovolemik.

3. Resusitasi tidak adekuat.

Mayoritas kasus HPP TIDAK ditemukan faktor risiko.


(HKFM, 2012)
Derajat Syok Hipovolemik
Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV
Kehilangan darah >750 mL 750-1500 mL 1500-2000 mL >2000 mL
(15%) (15-30%) (30-40%) (>40%)
Denyut nadi <100 >100 >120 >140

Tek.darah Normal Normal/Turun Turun Turun

Tek.Nadi Normal Turun Turun Turun


Respirasi 14-20 20-30 30-40 >40
Urine output >30 20-30 5-15 Tdk berarti

Status mental Sedikit cemas Agak cemas Cemas, Bingung, lesu


bingung
Cairan Pengganti Kristaloid kristalod Kristaloid, koloid & Kristaloid,
(3:1) darah koloid & darah

Larutan kristaloid 20 mL/kg BB, dalam 15 menit pertama


(BB 70 kg  1400 ml)
HAEMOSTASIS

• H – ask for Help


• A – Assess (vital parameters, blood loss) and • T – Tamponade test
resuscitate
• A – Apply compression sutures
• E – Establish the cause, ensure availability of
blood • S – Systematic pelvic devascularisation

• M – Massage uterus • I – Interventional radiologist – if appropriate,


uterine artery embolisation
• O – Oxytocin infusion
• S – Subtotal/total abdominal hysterectomy
• S – Shift to theatre/anti-shock garment –
bimanual compression
OBAT UTEROTONIKA
OKSITOSIN METIL ERGOMETRIN MISOPROSTOL

Dosis awal IV: 20 IU/1 L infus Im/iv: 0,2 mg (pelan2) Oral 600 µg atau
elektrolit (60 tpm) rektal

Dosis IV: 20 IU/1 L infus Ulangi 0,2 mg (1 amp) 400 µg 2-4 jam
Pemeliharaan elektrolit (40 tpm) setelah 15 menit, bila setelah dosis awal
perlu 0,2 mg im/iv tiap 4
jam

Dosis Maksimum Tidak lebih dari 6 5 ampul (1 mg) 1000 µg (5 tablet)


plabot infus

Kontraindikasi / Tidak boleh bolus iv Preeklamsia, Hipertensi, Asma


Perhatian Penyakit jantung Nyeri
22
KOMPRESI BIMANUAL INTERNAL
CONDOM TAMPONADE
PEMASANGAN KONDOM KATETER
B-LYNCH SUTURE

15
cm
25
cm
MANAJEMEN AKTIF KALA III
 PENTING!

1. Proses persalinan Kala III  proses fisiologis

2. Upaya TERBAIK pencegahan perdarahan post


partum
ALGORITME PENANGANAN PPS
RUPTUR UTERI

• Ruptura uteri terjadi jika terdapat robekan dinding uterus saat kehamilan atau persalinan.
• Kasus ini merupakan keadaan emergensi obstetri yang mengancam nyawa ibu dan janin.
• Ruptura uteri dapat bersifat komplit atau inkomplit.
• Disebut ruptura uteri komplit apabila robekan yang menghubungkan rongga amnion dan rongga
peritoneum sehingga semua lapisan dinding uterus terpisah.
• Sedangkan ruptur uteri inkomplit terjadi jika rongga abdomen dan rongga uterus masih dibatasi oleh
peritoneum viserale.
• Bila terjadi ruptur uteri total maka biasanya akan berakibat fatal bagi ibu dan janin
RUPTUR UTERI
FAKTOR RISIKO TERJADINYA RUPTURA UTERI ADALAH

a. overdistensi uterus,
a. adanya riwayat ruptura uteri sebelumnya b. kehmailan multifetus,
b. riwayat seksio sesarea atau histertektomi c. polihidramnion,
c. riwayat reseksi kornu pada kehamilan ektopik • persalinan dengan forceps atau vakum,
d. riwayat perforasi uterus • plasenta akreta, dan
e. Kuretase • partus macet.
TANDA GEJALA RUPTUR UTERI

• kematian janin,
• syok hipovolemik, atau perdarahan
pervaginam.
• Secara umum diagnosis ruptur uteri ditegakkan dengan ditemukannya Van Bandl Ring yang semakin
tinggi,
• segmen bawah uterus menipis,
• nyeri abdomen,
• his kuat terus menerus, dan
• tanda gawat janin.
MANAJEMEN RUPTUR UTERI

• mengatasi syok dengan resusitasi cairan/transfusi darah,


• tindakan operatif (histerorafi
atau histerektomi),
• dan pemberian antibiotika
DISTOSIA BAHU

• Distosia bahu adalah suatu keadaan gawat darurat yang tidak dapat diprediksi dimana kepala janin
sudah lahir tetapi bahu terjepit dan tidak dapat dilahirkan.
Diagnosa :
1. Kepala janin lahir tetapi bahu tetap terjepit kuat didalam vulva
2. Dagu mengalami retraksi dan menekan perineum
3. Traksi pada kepala gagal untuk melahirkan bahu yang terjepit dibelakang symphisis pubis.
PENATALAKSANAAN DISTOSIA BAHU

• 1. Ask for Help


2. Episiotomi
3. Posisikan ibu :
a. Lakukan Manuver McRobert
b. Perasat Masanti
c. Manuver Wood corkscrew
d. Manuver Rubine
e. Perasat dan tindakan lanjutan lain seperti pengeluaran lengan posterior, kleidotomi bahkan
simfisiolisis
Pengawasan harus dilakukan akibat trauma yang ditimbulkannya terhadap ibu & bayi.
HIPERTENSI KEHAMILAN

• Hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi kehamilan setelah kehamilan 20


minggu yang ditandai dengan timbulnya hipertensi, disertai salah satu dari : edema,
proteinuria, atau kedua-duanya.
• Yang merupakan kegawatdarutan adalah preeklampsia dan eklampsia.
KLASIFIKASI
HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN

DIAGNOSIS TEKANAN DARAH TANDA LAIN


GESTATIONAL TD ≥ 140/90 mmHg KEHAMILAN >20 mgg
HIPERTENSI Atau PROTEINURIA (-)
DIASTOLIK 90 mmHg
(dalam 2 pengukuran jarak
1 jam)

PREEKLAMSIA PROTEINURIA (+1)


IDEM
RINGAN

PREEKLAMSIA
TD ≥ 160/110 mmHg PROTEINURIA ≥(+2)
BERAT Pemberat lainnya
atau
DIASTOLIK 110 mmHg
KLASIFIKASI
HIPERTENSI KRONIK DALAM KEHAMILAN

DIAGNOSIS TEKANAN DARAH TANDA LAIN

HIPERTENSI HIPERTENSI KEHAMILAN <20 mgg


KRONIK atau SEBELUM HAMIL
PROTEINURIA (-)

SUPERIMPOSED HIPERTENSI KRONIK PROTEINURIA (+)


PREECLAMPSIA
PEMBERAT PREEKLAMSIA
NYERI KEPALA HEBAT
GANGGUAN PENGELIHATAN: SKOTOMA, SPASME
ARTERIOLER, EDEMA, ABLASIO RETINA
JANTUNG: GAGAL JANTUNG
EDEMA PARU: NAFAS PENDEK, SIANOSIS, RONKHI
NYERI EPIGASTRIUM
HIPERREFLEKSIA
OLIGURIA <400 mL/24 JAM
LAB: HELLP SYNDROME, KOAGULASI INTRAVASKULER
DISSEMINATA (DIC)
USG: PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT
FAKTOR RISIKO

• Lebih sering pada PRIMIGRAVIDA

• Massa plasenta besar (gemeli, penyakit trofoblas)

• Polihidramnion

• Diabetes Mellitus

• Isoimunisasi rhesus

• Faktor herediter

• Masalah vaskuler
KOMPLIKASI PREEKLAMPSIA BERAT YANG UMUMNYA DAPAT
DIJUMPAI PADA KEHAMILAN LEBIH DARI 20 MINGGU YAITU
BILA DIJUMPAI :

• 1. Tekanan darah sistolik > 160 mmhg, diastolik > 110 mmhg
2. Proteinuri lebih dari 5 gram /24 jam
3. Gangguan cerebral atau visual
4. Edema
5. Nyeri epigastrik atau kwadran atas kanan
6. Gangguan fungsi hati tanpa sebab yang jelas
7. Trombositopeni
8. Pertumbuhan janin terhambat
9. Peningkatan serum kreatinin
PENCEGAHAN

• Kenali faktor risiko  preventif

• ASPIRIN (inhibisi thromboxan) mengurangi 21%


insidens Preeklamsia

• KALSIUM 1000 mg/hari

mengurangi 30-50% insidens Preeklamsia


Kegawatdaruratan Obstetri

Preklamsia
Eklamsia

Tekanan darah ≥140/90 mmHg


Proteinuria (+) Rujuk dalam
Pusing kehamilan dan
Pandangan kabur bukan dalam
Nyeri ulu hati persalinan
Kejang/riwayat kejang
PRINSIP MANAJEMEN

1. Pengakhiran kehamilan yang aman


2. Melahirkan bayi mampu hidup
3. Perbaikan kondisi ibu

Sumber: Royal College of Obstetricians & Gynaecologists. 2011


PROFILAKSIS DAN TERAPI KEJANG

Tidak berhubungan langsung dengan derajat


hipertensi atau proteinuria

• MgSO4 (20% dan 40%)  Drug of Choice


• Loading dose : 4 g iv atau 10 g im (pelan, 15 menit)
Maintanance dose: 1 g/jam iv atau 5 g im/4 jam
• Kejang (setelah 15 menit): 2 g iv (pelan, 15 menit)
• Diteruskan sampai 24 jam postpartum / kejang
terakhir

Sumber : Royal College of Obstetricians & Gynaecologists. 2011


MGSO4 – OVER DOSIS

Kontra Indikasi:
• Refleks patela (-)
• RR <16 x/menit
• Urin output <30 mL/jam

TERAPI
• Hentikan MgSO4
• ANTIDOTUM: Calsium gluconas 10% 10 ml iv
• Bantu pernapasan dengan mask dan bagging

Sumber : Royal College of Obstetricians & Gynaecologists. 2011


TERMINASI KEHAMILAN,
KAPAN?

Uk ≥ 37 minggu Uk ≥34 minggu Uk <34 minggu


↓ ↓ ↓
HT kronik •Tidak respon terapi
PEB
•TD tidak terkontrol
GH
•Eklamsia
PER •Perburukan Lab
•Fetal distress

Sumber : Royal College of Obstetricians & Gynaecologists. 2011


PENANGANAN KEJANG PADA EKLAMSIA

1. Beri obat anti kejang (anti konvulsan)


Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsia dan
eklampsia. Alternatif lain adalah Diazepam, dengan risiko terjadinya depresi neonatal.
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, penghisap lendir, masker oksigen,
oksigen)
3. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
4. Aspirasi mulut dan tenggorokan
5. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi risiko aspirasi
6. Berikan O2 4-6 liter/menit
PENGELOLAAN UMUM
1. Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan
antihipertensi sampai tekanan diastolik antara 90-100
mmHg 7. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai
2. Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
no.16 atau lebih 8. Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung
3. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, enzim janin setiap 1 jam
hati, dan profil metabolik 9. Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru.
4. Pemberian magnesium sulfat (MgSO4) dosis initial 4 10. Adanya krepitasi merupakan tanda adanya edema
gr diberikan dalam 20 menit, dilanjutkan dosis paru. Jika ada edema paru, hentikan pemberian cairan
maintenance 6 gr dalam cairan Ringer Laktat 500 ml. dan berikan diuretik (mis. Furosemide 40 mg IV)
5. Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan 10. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan.
pemeriksaan proteinuria Jika pembekuan tidak terjadi setelah 7
6. Infus cairan dipertahankan 1.5 – 2 liter/24 jam menit, kemungkinan terdapat koagulopati
PRINSIP DASAR PENATALAKSANAAN KEGAWATAN
MATERNAL

• TEGAKKAN DIAGNOSIS SECARA CEPAT


• KENALI SUMBERDAYA DAN KEMAMPUAN
• RESUSITASI AKTIF PADA KASUS PERDARAHAN MASIF
• IDENTIFIKASI PENYEBAB DASAR
• ATASI PENYEBAB
TATA LAKSANA

DILAKUKAN PRIMARY SURVEY :


SYOK

• DEFINISI : Kegagalan sistem sirkulasi dalam mempertahankan aliran yang adekuat


pada organ-organ vital sehingga timbul anoxia
SYOK

Tanda dan gejala :


• Gangguan perfusi perifer
• Nadi cepat dan lemah (110 x/mnt atau lebih)
• Tekanan darah rendah (sistolik < 90 mmHg)
• Tanda lain : pernafasan cepat, pucat, akral dingin,
gelisah/penurunan kesadaran, urin sedikit
• Prinsip dasar penanganan : tujuan utama menstabilkan
kondisi pasien, memperbaiki volume cairan sirkulasi darah,
mengefisiensikan sistem sirkulasi darah.
KAPAN DAPAT MEMPERKIRAKAN ATAU
MENGANTISIPASI SYOK?

 Perdarahan :
- Pada awal kehamilan ( abortus, KET, Mola)
- Pada akhir kehamilan / persalinan ( plasenta previa, solusio plasenta,
ruptur uteri )
- sesudah kelahiraan bayi ( atonia uteri, retensi plasenta, inversio uteri)
 Infeksi ( abortus yang tidak aman , amnionitis, metritis)
 Trauma ( perlukaan pada uterus atau kandung kemih, ruptur uteri, laserasi jalan lahir)
•A = airway
•B = breathing
•C = circulation
TATA LAKSANA AWAL

 ASK FOR HELP!!


 PERIKSA KU DAN VS
 BEBASKAN JALAN NAFAS, BERI O2 6-8 L
 PASANG IV LINE DENGAN GAUGE BESAR, CEK HB, GOL DRH, CROSS MATCH
 RESUSITASI CAIRAN TERKENDALI
 Pantauan :
- tanda vital dan hilangnya darah tiap 15 mnt
- cairan yang masuk, urin yang keluar tiap jam
• Mulailah infus intravena dengan menggunakan dua jarum besar
• Infus dengan tetesan cepat, 1 lt habis dalam 15-20 mnt
• Berikan sekurang – kurangnya 2 lt cairan pada jam pertama
• Jika vena perifer tidak dapat di akses, pikirkan vena seksi
POSISI SYOK
TATA LAKSANA KHUSUS

 IDENTIFIKASI DAN ATASI PENYEBAB SYOK


KEBERHASILAN TERAPI SYOK

• KESADARAN MEMBAIK
• PERFUSI JARINGAN MENINGKAT
• TEKANAN CVP 3-8 cm H2O
• PRODUKSI URIN 0,5 ml/kg bb/jam
FAKTOR TERLAMBAT
MEMPERBESAR ANGKA
KEMATIAN IBU
TERLAMBAT
memutuskan untuk
mencari
pertolongan bagi
kasus
kegawatdaruratan TERLAMBAT
mencari tempat
rujukan yang
disebabkan TERLAMBAT
keadaan geografis memperoleh
dan transportasi penanganan yang
adekuat di tempat
rujukan karena
kurangannya sumber
daya dan fasilitas
kesehatan rujukan
Jangan berharap
masalah menjadi
lebih mudah

Berharaplah bahwa anda mempunyai


kemampuan yang lebih baik
SEKIAN & TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai