Anda di halaman 1dari 2

KEMBALI | BERANDA | BERITA DAN INFORMASI |RILIS BERITA

Penurunan Stunting Jadi Fokus Pemerintah

Dipublikasikan Pada : Senin, 07 Mei 2018 00:00:00, Dibaca : 2.673 Kali

Jakarta, 7 Mei 2018

Masalah stunting telah menjadi perhatian Presiden Joko Widodo, karena itu pemerintah akan fokus
untuk menurunkan jumlah kasus tersebut. Masalah stunting harus diselesaikan secara terintegrasi
dengan lintas sektor.

Di Indonesia, stunting disebut kerdil, artinya ada gangguan pertumbuhan fisik dan pertumbuhan otak
pada anak. Anak stunting dapat terjadi dalam 1000 hari pertama kelahiran dan dipengaruhi banyak
faktor, di antaranya sosial ekonomi, asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular,
kekurangan mikronutrien, dan lingkungan.

Berdasarkan publikasi terbaru WHO (2018) berjudul Reducing Stunting in Children menyebutkan secara
global pada 2016, sebanyak 22,9% atau 154,8 juta anak-anak Balita stunting.

Di Asia, terdapat sebanyak 87 juta Balita stunting pada 2016, 59 juta di Afrika, serta 6 juta di Amerika
Latin dan Karibia, Afrika Barat (31,4%), Afrika Tengah (32.5%), Afrika Timur (36.7%), Asia Selatan
(34.1%).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) membatasi masalah stunting di setiap negara, provinsi, dan kabupaten
sebesar 20%, sementara Indonesia baru mencapai 29,6%. Berdasarkan Pemantauan Status Gizi (PSG)
pada 2017, prevalensi Balita stunting di Indonesia dari 34 provinsi hanya ada 2 provinsi yang berada di
bawah batasan WHO tersebut, yakni Yogyakarta (19,8%) dan Bali (19,1%). Provinsi lainnya memiliki
kasus dominan tinggi dan sangat tinggi sekitar 30% hingga 40%.

Masalah stunting merupakan ancaman bagi Indonesia, karena anak stunting tidak hanya terganggu
pertumbuhan fisik tapi juga pertumbuhan otak. Efeknya, SDM menjadi tidak produktif yang berdampak
pada terganggunya kemajuan negara.
Untuk mencegah hal tersebut, negara hadir untuk masyarakat dalam menurunkan stunting. Upaya
pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah melakukan intervensi gizi spesifik
meliputi suplementasi gizi makro dan mikro (pemberian tablet tambah darah, Vitamin A, taburia),
pemberian ASI Eksklusif dan MP-ASI, fortifikasi, kampanye gizi seimbang, pelaksanaan kelas ibu hamil,
pemberian obat Cacing, penanganan kekurangan gizi, dan JKN.

Stunting merupakan manifestasi dari kegagalan pertumbuhan yang dimulai sejak dalam kandungan
hingga anak berusia dua tahun (1000 Hari Pertama Kelahiran). Pencegahan dan penanggulangan
stunting harus dimulai secara tepat sebelum kelahiran dan berlanjut sampai anak berusia dua tahun.

Masalah gizi anak yang menyebabkan stunting dan kekurangan gizi pada ibu hamil seringkali tidak
disadari baik itu oleh individu, keluarga, maupun masyarakat. Peran petugas kesehatan termasuk
masyarakat menjadi penting dalam mensosialisasikan gizi baik di Posyandu atau Puskesmas.

Hal penting lainnya adalah memperhatikan gizi remaja putri, terutama oleh orang tuanya. Remaja putri
tersebut harus memiliki gizi yang cukup agar kelak ketika hamil mampu memberi asupan gizi pada
janinnya.

Selain itu, Intervensi dari kementerian lain pun diperlukan, seperti di antaranya ketahanan pangan
dibutuhkan peran Kementerian Pertanian, pembangunan sanitasi dan air bersih dibutuhkan peran
Kementerian PUPR, serta pembangunan desa dari Kementerian Desa PDTT.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk
informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567,
SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email
kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id. (D2)

http://www.depkes.go.id/article/view/18050800004/stunting-reducing-becomes-government-
focus.html

Anda mungkin juga menyukai