Disusun Oleh
BAB II PENUTUP...............................................................................................30
2.1 Kesimpulan......................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31
2
BAB I
PEMBAHASAN
Kata profesi berasal dari proficio (bahasa Latin) yang artinya advance,
“maju”, atau “ahli”.ProfesI adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang
lama dan menyangkut ketrampilan intelektual (Webster, 1995).
Hakim Brandeis memberikan pengertian profesi sebagai : pekerjaan yang
awalnya memerlukan pelatihan intelektual, yang menyangkut pengetahuan sampai
tahap tertentu (kesarjanaan), yang berbeda dari sekedar keahlian atau kecakapan
semata. Pekerjaan ini bukan hanya demi diri sendiri tapi sebagian besar demi
kebaikan (pro bono) orang lain (bersifat altruistis), dan imbalan tidak diterima
sebagai ukuran keberhasilan.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditunjukkan untuk kepentingan
masyarakat dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu.
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi
profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang
profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran,
keuangan, militer, teknik dan desainer.
Istilah profesi adalah suatu hal yang berhubungan dengan pekerjaan
seseorang dalam bidang tertentu yang dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian.
Seseorang yang bekerja dengan keahliannya saja belum dapat dikatakan sebagai
profesi.
Profesi merupakan bagian dari pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan
adalah profesi. Profesi adalah suatu bentuk pekerjaan yang mengharuskan
pelakunya memiliki pengetahuan tertentu yang diperoleh melalui pendidikan
3
formal dan keterampilan tertentu yang didapat melalui pengalaman kerja pada
orang yang terlebih dahulu mengusasai keterampilan tersebut, dan terus
memperbaharui keterampilannya sesuai dengan perkembangan teknologi.
4
abad kedua puluh, yang sebagian besar program pelatihan berbasis rumah sakit
menekankan pengembangan seperangkat keterampilan klinis.
2. Apoteker
Apoteker adalah tenaga kesehatan yang mempraktekkan ilmu farmasi.
Dalam peran tradisional mereka, apoteker biasanya mengambil permintaan untuk
obat-obatan dari penyedia resep kesehatan dalam bentuk resep perawatan medis,
mengevaluasi kesesuaian resep, membagikan obat kepada pasien dan nasihat
mereka tentang penggunaan yang tepat dan efek samping obat itu.
Dalam hal ini peran apoteker bertindak sebagai perantara belajar antara
dokter dan pasien dan dengan demikian memastikan penggunaan yang aman dan
efektif obat. Apoteker juga berpartisipasi dalam pengelolaan penyakit-negara,
dimana mereka mengoptimalkan dan memantau terapi obat atau
menginterpretasikan hasil laboratorium medis – bekerja sama dengan dokter dan
atau profesional kesehatan lainnya.
3. Dokter
Seorang dokter juga dikenal sebagai dokter medis, dokter, atau cukup
dokter-praktek profesi kedokteran kuno, yang berkaitan dengan memelihara atau
memulihkan kesehatan manusia melalui penelitian, diagnosis, dan perawatan
penyakit atau cedera. Ini benar membutuhkan secara baik suatu pengetahuan yang
terperinci dari disiplin akademis (seperti anatomi dan fisiologi) penyakit yang
mendasari dan pengobatan mereka -ilmu kedokteran- dan kompetensi juga
diterapkan layak dalam praktiknya -seni atau kerajinan obat.
Kedua peran dokter dan makna dari kata itu sendiri bervariasi secara
signifikan di seluruh dunia, tetapi secara umum dipahami, etika mengharuskan
obat dokter menunjukkan pertimbangan, kasih sayang dan kebajikan bagi pasien
mereka.
2. Mempunyai kode etik profesi. Satu hal bahwa keperawatan adalah profesi
salah satunya mempunyai kode etik keperawatan. Kode etik keperawatan pada
tiap negara berbeda-beda akan tetapi pada prinsipnya adalah sama yaitu
berlandaskan etika keperawatan yang dimilikinya, dan di negara Indonesia
5
memiliki kode etik keperawatan yang telah ditetapkan pada musyawarah
nasional dengan nama kode etik keperawatan Indonesia.
3. Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi. Perawat sebagai
profesi karena Di Indonesia berbagai jenjang pendidikan keperawatan telah
dikembangkan dengan mempunyai standar kompetensi yang berbeda-beda
mulai dari jenjang DIII Keperawatan sampai dengan S3 akan dikembangkan.
6
Menurut Webster profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan
yang lama dan menyangkut ketrampilan intelaktual. Kelly dan Joel, 1995
menjelaskan professional sebagai suatu karakter, spirit atau metode professional
yang mencakup pendidikan dan kegiatan diberbagai kelompok okupasi yang
angotanya berkeinginan menjadi professional. Professional merupakan suatu
proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik kearah suatu
profesi.
Karakteristik Profesi
1. Gary dan Pratt (1991), Kiozer Erb dan Wilkinson (1995) mengemukakan
karakteristik professional sebagai berikut :
a. Konsep misi yang terbuka terhadap perubahan
b. Penguasaan dan penggunaan pengetahuan teoritis
c. Kemampuan menyelesaikan masalah
d. Pengembangan diri secara berkesinambungan
2. Menurut Lindberg, Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy dan Pepper (1993)
serta Berger dan Williams (1992), keperawatan sebagai suatu profesi memiliki
karakteristik sebagai berikut :
7
secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain sesuai
dengan kewenanganya.
Profesi keperawatan adalah Suatu pekerjaan di bida kesehatan yang
memerlukan pelatihan intelektuan (kesarjanaan), yang memiliki keahlian atau
kecakapan uang bertanggug jawab dan memiliki wewenang dalam memberikan
pelayanan keperawata secara mendiri dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain.
Keperawatan sebagai suatu profesi menekankan kepada bentuk pelayanan
professional yang sesuai dengan standart dengan memperhatikan kaidah etik dan
moral sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan
baik.
Keperawatan dalam menjalankan pelayanan sebagai Nursing Services
menyangkut bidang yang amat luas sekali, secara sederhana dapat diartikan
sebagai suatu upaya untuk membantu orang sakit maupun sehat dari sejak lahir
sampai meningal dunia dalam bentuk peningkatan Pengetahuan, kemauan dan
kemampuan yang dimiliki, sedemikian rupa sehingga orang tersebut dapat secara
optimal melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri tanpa memerlukan bantuan
dan ataupun tergantung pada orang lain (Henderson, 1980).
Keperawatan adalah fungsi unik dari perawat membantu individu sakit atau
sehat dalam melaksanakan segala aktivitasnya untuk mencapai kesehatan atau
untuk meninggal dunia dengan tenang yang dapat dapat ia lakukan sendiri tanpa
bantuan apabila cukup kekuatan, harapan dan pengetahuan (Virginia Handerson,
1958)
Perhatian Perawat Profesional pada waktu menyelenggarakan pelayanan
Keperawatan adalah pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Profil perawat
profesional adalah gambaran dan penampilan menyeluruh. Perawat dalam
malakukan aktifitas keperawatan sesuai dengan kode etik.
Praktik Keperawatan Profesional adalah : Tindakan mandiri perawat
profesional melalui kerjasama dengan : klien, tenaga kesehatan lain sesuai dengan
, wewenang tanggung jawab, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
8
dinamis. Pofesi bukan semata-mata pekerjaan (okupasi), dan syarat profesional
(orang yang melakukanprofesi) adalah:
Melalui pendidikan formal setara kesarjanaan (pendidikan di Universitas)
Pengertian Profesi :
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat
dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu.
1. Chin Yacobs (1983)
Profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan pengetahuan khusus dalam
beberapa bidang ilmu, melaksanakan peran yang bermutu dimasyarakat.
Melaksanakan cara-cara dan peraturan yang telah disepakati oleh anggota
profesi.
2. Oemar Hamalik (1986)
Profesi adalah suatu pernyataanatan janji terbuka, bahwa orang akan
mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan /pekerjaan karena orang tersebut
terpanggil untuk menjabat pekerjaan
Ciri-ciri profesi keperawatan
9
A. pekerjaan berdasarkan praktik dan kode etik keperawatan.
a. Bersifat Altruisme
b. Pekerjaan legal melalui perijinan dan memperoleh pengesahan
hukum.
c. Anggota belajar sepanjang hayat.
d. Bergabung dalam organisasi profesi
e. Otonomi
f. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat
g. Menggunakan metode ilmiah
h. Mempunyai aspek legal
i. Berkalaborasi
B. Ciri-ciri Profesi
organisasi profesi,melakukan penelitian secara terus menerus serta
memiliki otonomi.
Dilihat dari definisi profesi, jelas bahwa profesi tidak sama dengan
okupasi (occupation) meskipun keduanya sama – sama melakukan
pekerjaan tertentu.
1. Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi), jelas
wilayah kerja keilmuannya (Epistomologi), dan aplikasinya (Axiologi).
2. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus –
menerus, dan bertahap.
3. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara lehal
melalui perundang – undangan.
4. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi
(standar pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan, dan kode etik) serta
pengawasan terhadap pelaksanaan pareturan – peraturan tersebut
dilakukan sendiri oleh warga profesi (Winsley, 1964).
Kriteria Profesi
10
2. Pembinaan pendidikan dan pelatihan profesi.
3. Pembinaan pelayanan profesi.
4. Pembinaan iptek.
Dengan melihat sebagai definisi, ciri, dan kriteria profesi yang telah disebutkan di
atas maka dapat dianalisis bahwa keperawatan di Indonesia saat ini telah:
1. Memiliki badan ilmu dan telah diakui secara undang – undang oleh
pemerinyah Indonesia melalui UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesahatan.
2. Memiliki institusi pendidikan jenjang perguruan tinggi, yakni
AKPER/DIII Keperawatan, DIV Keperawatan, Fakultas Ilmu
Keperawatan (S1), dan Program Pasca Sarjana Keperawatan (S2).
3. Memiliki kode etik keperawatan, standar profesi, standar praktik
keperawatan, standar pendidikan keperawatan, dan standar asuhan
keperawatan.
4. Memiliki legislasi keperawatan (sedang diproses menjadi undang –
undang).
5. Memiliki organisasi profesi yaitu Persatuan Perawat Nasional Indinesia
(PPNI).
6. Memberikan asuhan keperawatan secara mandiri menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
7. Melaksanakan riset keperawatan.
11
1.3 Pengertian keperawatan sebagai profesi
12
4.Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri.
Maksudnya ialah profesi itu merupakan alat dalam mengabdikan diri kepada
masyarakat, bukan untuk kepentingan diri sendiri seperti untuk mengumpulkan
uang atau mengejar kedudukan.
Apakah dengan demikian pemegang profesi tidak boleh menerima uang. atau
dilarang menduduki jabatan? Kiranya tidaklah demikian. Pemegang profesi boleh
menerima uang, kedudukan, tetapi hal itu hanyalah sebagai penghargaan
masyarakat atau negara terhadap profesi. penghargaan itu layak diterimanya, dan
masyarakat memang wajar memberinya.
5. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikasi.
Kompetensi dan kecakapan itu diperlukan untuk meyakinkan peran profesi itu
terhadap kliennya.
Kecakapan diagnostik sudah jelas kelihatan pada profesi kedokteran. akan tetapi,
kadang kala ada profesi yang kurang jelas kecakapan diagnostiknya; ini tentu
disebabkan oleh belum berkembangnya teori dalam profesi itu. Kompetensi
aplikatif adalah kewenangan menggunakan teori-teori yang ada dalam
keahliannya. Penggunaan itu harus didahului oleh diagnosis. seseorang yang tidak
mampu mendiagnosis tentu tidak berwenang melakukan apa-apa terhadap
kliennya.
6. Pemegang profesi memiliki otonomi dalam melakukan tugas profesinya.
Otonomi ini hanya dapat dan boleh diuji atau dinilai oleh rekan-rekan
seprofesinya. tegasnya, tidak boleh semua orang berbicara dalam semua bidang
yang bukan keahliannya.
7. Profesi mempunyai kode etik, disebut kode etik profesi.
Gunanya ialah untuk dijadikan pedoman dalam melakukan tugas profesi. kode
etik itu tidak akan bermanfaat bila tidak diakui oleh pemegang profesi dan juga
oleh masyarakat.
8. Profesi harus mempunyai klien yang jelas, yaitu orang yang membutuhkan
layanan.
13
Klien disini maksudnya ialah pemakai jasa profesi. Pemakai profesi kedokteran
adalah orang sakit atau orang yang tidak ingin sakit. Klien guru adalah murid.
Klien tukang las adalah pemilik barang yang perlu dilas. demikian selanjutnya.
9. profesi memerlukan organisasi profesi yang kuat.
Gunanya adalah untuk keperluan meningkatkan mutu dan memperkuat profesi itu
sendiri.
10. Profesi harus mengenali dengan jelas hubungannya dengan profesi lain.
Pengenalan ini terutama diperlukan karena ada kalanya suatu garapan
melibatkan lebih dari satu profesi dan bahkan sebenarnya tidak ada asfek
kehidupan yang hanya ditangani oleh satu profesi saja. misalnya, profesi
pengobatan bersangutan erat dengan masalah-masalah kemasyarakatan, ekonomi,
agama bahkan politik.oleh karena itu dokter harus juga mengetahui sangkutan
profesinya dengan profesi lain tersebut.
Kecenderungan spesialisasi hendaknya dibatasi pada pendalaman untuk
meningkatkan teori-teori dalam profesinya. ini tidak diartikan “hanya
berkewajiban mengetahui teori-teori dalam profesinya”. spesialisasi yang tidak
mengenal apa-apa yang ada di lingkungannya bukanlah profesi, karena
spesialisasi seperti itu tidak akan mampu melayani kliennya. kliennya adalah
objek yang tidak terlepas dari lingkungannya.
14
• Masa peralihan F. Nightingale sebelum dan sesudahnya yaitu dari penguasaan
prosedur tindakan hingga penekanan kepada landasan pengetahuan ilmiah serta
penguasaan dan pelaksanaan pada asuhan keperawatan.
• Lokakarya Nasional Keperawaatan 1983 : keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-
spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat
baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
• Fokus perhatian keperawatan disimpulkan : keperawatan adalah science dan art,
profesi yang berorientasi kepada pelayanan, keperawatan mempunyai 4 tingkatan
klien (individu, keluarga, kelompok dan komunitas) serta yang keperawatan
mencakup seluruh rentang yang kesehatan.
15
Keperawatan yang semula belum jelas ruang lingkupnya dan batasannya,
secara bertahap mulai berkembang. Pengertian perawat dan keperawatan itu
sendiri diartikan oleh pakar keperawatan dengan berbagai cara dalam berbagai
bentuk rumusan, seperti oleh Florence Nightingale, Goodrich, Imogene King,
Virginia Henderson, dan sebagainya.
Masih banyak di kalangan masyarakat kita bahwa profesi perawat bila di
rumah sakit adalah 'pembantu dokter'. Seorang perawat banyak diartikan serta
dipersepsikan sebagai seseorang yang hanya menuruti kata dokter dan bisa di
suruh-suruh seenaknya. Semua itu jelas salah total. Dan asumsi yang masih
banyak di masyarakat ini memang harus dikikis habis. Perawat itu bukan
pembantu dokter melainkan sebuah profesi yang sebenarnya setingkat dengan
dokter. Bila dokter adalah dalam hal medisnya sedangkan perawat dengan profesi
perawat tentunya bertugas dan berperan di bidang keperawatan itu sendiri.
Kita sedikit mengulas kembali bahwasannya pengertian
keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif, ditujukan pada
individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.
Berdasarkan penggunaan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan
ini, maka keperawatan dan juga profesi perawat dapat dikatakan sebagai profesi
yang sejajar dengan profesi dokter, apoteker, dokter gigi, radiologi, dan lain-lain.
Maka untuk itulah dikatakan bahwa perawat adalah sebuah profesi. Yah...Profesi
perawat.
Keperawatan bisa dikatakan sebagai sebagai sebuah profesi karena memiliki
beberapa hal. Beberapa hal yang menjadikan keperawatan sebagai profesi adalah
sebagai berikut :
Landasan ilmu pengetahuan yang jelas (Scientific Nursing). Landasan ilmu
pengetahuan keperawatan yang dimaksud itu adalah diantaranya cabang ilmu
keperawatan klinik, ilmu keperawatan dasar, cabang ilmu keperawatan komunitas,
cabang ilmu penunjang.
16
1. Mempunyai kode etik profesi. Satu hal bahwa keperawatan adalah profesi
salah satunya mempunyai kode etik keperawatan. Kode etik keperawatan
pada tiap negara berbeda-beda akan tetapi pada prinsipnya adalah sama
yaitu berlandaskan etika keperawatan yang dimilikinya, dan di negara
Indonesia memiliki kode etik keperawatan yang telah ditetapkan pada
musyawarah nasional dengan nama kode etik keperawatan Indonesia.
2. Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi. Perawat
sebagai profesi karena Di Indonesia berbagai jenjang pendidikan
keperawatan telah dikembangkan dengan mempunyai standar kompetensi
yang berbeda-beda mulai dari jenjang D III Keperawatan sampai dengan
S3 akan dikembangkan.
3. Memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang
profesi. Keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari Sistem
Kesehatan Nasional. Oleh karena itu sistem pemberian asuhan
keperawatan (askep) dikembangkan sebagai bagian integral dari sistem
pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang terdapat di setiap
tatanan pelayanan kesehatan. Pelayanan / askep yang dikembangkan
bersifat humanistik/menyeluruh didasarkan pada kebutuhan klien,
berpedoman pada standar asuhan keperawatan dan etika keperawatan.
4. Mempunyai perhimpunan Organisasi Profesi. Perawat dikatakan sebagai
profesi karena keperawatan memiliki organisasi profesi sendiri yaitu
PPNI. Profesi perawat diakui karena memang keperawatan harus memiliki
organisasi profesi yakni yang disebut dengan PPNI. organisasi profesi ini
sangat menentukan keberhasilan dalam upaya pengembangan citra
keperawatan sebagai profesi serta mampu berperan aktif dalam upaya
membangun keperawatan profesional dan berada di garda depan dalam
inovasi keperawatan di Indonesia.
5. Pemberlakuan Kode etik keperawatan. Profesi perawat dikatakan sebagai
sebuah profesi karena dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat
profesional selalu menunjukkan sikap dan tingkah laku profesional
keperawatan sesuai kode etik keperawatan.
17
6. Otonomi. Keperawatan memiliki kemandirian, wewenang, dan tanggung
jawab untuk mengatur kehidupan profesi, mencakup otonomi dalam
memberikan askep dan menetapkan standar asuhan keperawatan melalui
proses keperawatan, penyelenggaraan pendidikan, riset keperawatan dan
praktik keperawatan dalam bentuk legislasi keperawatan ( KepMenKes
No.1239 Tahun 2001 ).
Demikian tadi sahabat-sahabat semunya mengenai profesi perawat ini.
Dan sebagai seorang perawat kita harus bangga dengan profesi perawat kita
sendiri dan tentunya harus diimbangi dengan peningkatan pengetahuan,
pendidikan, ketrampilan yang kesemuanya itu adalah dalam tujuan memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat luas dengan lebih baik lagi.
18
3.Interdeperdensi,tersapat saling bertegantungan antara tenaga keperawatan dalam
merawat pasien, ini perawat, klien dan institusi memperoleh kepuasan.
19
Merupakan upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji
dan di analisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi
pasien baik fisik,mental,sosial maupun spiritual dapat di tentukan.Tahap ini
mencakup tiga kegiatan yaitu Pengumpulan data. Data yang di butuhkan
mencakup :
1. Segala sesuatu tentang pasien sebagai makhluk bio-psiko-sosio-spiritual.
2. Data yang berkaitan dengan segala sesuatu yang mempengaruhi kesehatan
keluarga/masyarakat dan kebutuhan mereka terhadap layanan kesehatan,
Jika focus asuhan keperawatan yang akan di berikan adalah terhadap
keluarga/masyarakat,
3.Data tentang sumber daya (tenaga peralatan,dan dana) yang tersedia mengatasi
masalah yang terjadi.
4.Data lingkungan yang mempengaruhi kesehatan pasien.
20
merupakan pendidikan vokasional/ kejuruan akan tetapi bertujuan untuk
menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasai ilmu keperawatan yang siap
dan mempu melaksanakan pelayanan / asuhan keperawatan profesional kepada
masyarakan. Jenjang pendidikan keperawatan bahkan telah mencapai tingkat
Doktoral.
Keyakinan inilah yang merupakan faktor penggerak perkembangan
pendidikan keperawatan di Indonesia pada jenjang pendidikan tinggi, yang
sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1962 yaitu dengan dibukanya Akademi
Keperawatan yang pertama di Jakarta. Proses ini berkembang terus sejalan dengan
hakikat profesionalisme keperawatan.
Dalam Lokakarya Keperawatan tahun 1983, telah dirumuskan dan disusun dasar-
dasar pengembangan Pendidikan Tinggi Keperawatan. Sebagai realisasinya
disusun kurikulum program pendidikan D-III Keperawatan, dan dilanjutkan
dengan penyusunan kurikulum pendidikan Sarjana (S1) Keperawatan.
Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga
keperawatan profesional yang mampu mengadakan pembaruan dan perbaikan
mutu pelayanan / asuhan keperawatan, serta penataan perkembangan kehidupan
profesi keperawatan.
Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga
keperawatan professional yang mampu mengadakan pembaharuan dan perbaikan
mutu pelayanan/asuhan keperawatan, serta penataan perkembangan kehidupan
profesi keperawatan.
Keperawatan sebagai suatu profesi, dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawab pengembanggannya harus mampu mandiri. Untuk itu memerlukan
suatu wadah yang mempunyai fungsi utama untuk menetapkan, mengatur serta
mengendalikan berbagai hal yang berkaitan dengan profesi seperti pengaturan hak
dan batas kewenangan, standar praktek, standar pendidikan, legislasi, kode etik
profesi dan peraturan lain yang berkaitan dengan profesi keperawatan.
Diperkirakan bahwa dimasa datang tuntutan kebutuhann pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan keperawatan akan terus meningkat baik dalam
aspek mutu maupun keterjangkauan serta cakupan pelayanan. Hal ini disebabkan
21
meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan yang diakibatkan
meningkatnya kesadaran masyarakat secara umum, dan peningkatan daya emban
ekonomi masyarakat serta meningkatnya komplesitas masalah kesehatan yang
dihadapi masyarakat. Masyarakat semakin sadar akan hukum sehingga
mendorong adanya tuntutan tersedianya pelayanan kesehatan termasuk pelayanan
keperawatan dengan mutu yang dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat.
Dengan demikian keperawatan perlu terus mengalami perubahan dan
perkembangan sejalan dengan perubahan yang terjadi diberbagai bidang lainnya.
22
dan pembinaan sikap dan keterampilan profesional keperawatan disertai dengan
landasan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu keperawatan yang cukup.
Pendidikan yang demikian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman
belajar pada peserta didik untuk menumbuhkan dan membina sikap serta
keterampilan profesional yang diperlukan sebagai seorang perawat.
Perawat harus dihasilkan oleh sistem pendidikan keperawatan yang
terintegrasikan dalam sistem pendidikan tinggi nasional, khususnya sistem
pendidikan tinggi bidang kesehatan, dengan mutu pendidikan sesuai tuntutan
profesi keperawatan, serta perkembangan IPTEK bidang keperawatan. Kurikulum
disusun berdasarkan kerangka konsep yang kokoh disertai dengan berbagai
pengalaman belajar yang diperlukan, dan dihasilkan dalam tatanan pendidikan
yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku seperti yang dirumuskan
dalam tujuan pendidikan.
Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan yang dikembangkan pada saat ini,
ditujukan untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan pembangunan
kesehatan di masa depan, khususnya terwujudnya keperawatan sebagai profesi
dalam kesehatan di masa depan dan terwujudnya keperawatan sebagai profesi
dalam segala aspeknya. Pendidikan tinggi keperawatan harus dapat menghasilkan
berbagai keluaran sesuai dengan fungsi pokoknya, yaitu fungsi pendidikan, fungsi
riset ilmiah, dan fungsi pengabdian kepada masyarakat dalam bidang perawatan.
Keberadaan sistem pendidikan tinggi keperawatan dengan berbagai keluarannya
harus dapat memacu proses profesionalisasi keperawatan sehingga keperawatan
sebagai profesi dapat berperan sepenuhnya dalam upaya pembangunan kesehatan
masyarakat, serta berperan dalam pengemmbangan IPTEK keperawatan.
Pengembangan dan pembinaan pendidikan keperawatan pada jenjang pendidikan
tinggi diarahkan untuk dapat menghasilkan berbagai jenis ketenagaan
keperawatan profesional denagn berbagai jenjang kemampuan, baik sebagai
ilmuan maupun sebagai profesional atau tenaga profesi keperawatan.
Namun dewasa ini, seiring dengan kemajuan zaman, perkembangan
teknologi dan informasi serta kemajuan global. Banyak ditemukan hambatan-
hambatan dalam profesionalisasi keperawatan terutama dari sudut pendidikan
23
keperawatan.Adapun berbagai hambatan-hambatan dalam profesionalisasi
keperawatan dari sudut pendidikan keperawatan adalah:
1. Jenjang pendidikan keperawatan yang belum setara antar sesama perawat di
Rumah Sakit.
2. Pengembangan ilmu melalui penelitian ilmiah masih kurang.
3. Banyak terdapat insitusi pendidikan keperawatan yang baru dan tidak
memenuhi persyaratan tanpa memperhatikan kualitas program pendidikan dan
hasil lulusan yang ada, sehingga sangat merugikan perkembangan keperawatan
secara keseluruhan dan dapat menghambat profesionalisasi keperawatan.
4. Belum ada model praktik keperawatan yang dapat menjawab tuntutan global
keperawatan profesional.
5. Kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan. Padahal
hal ini penting agar peserta didik memahami dan menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi keperawatan yang diperlukan dalam melaksanakan
pelayanan/asuhan keperawatan sesuai tuntutan profesi keperawatan (standar
profesional). Seperti penguasaan berbagai metode dan teknik keperawatan.
6. Ketidakmampuan menyelesaikan masalah secara ilmiah seperti pendekatan
dan penyelesaian masalah keperawatan serta pengambilan keputusan klinis.
7. Kurangnya orientasi kepada masyarakat atau komunitas seperti pengabdian
atau pengalaman belajar di masyarakat ( pengalaman belajar klinik dan
pengalaman belajar lapangan). Padahal kedua hal ini adalah betuk pengalaman
belajar yang sangat berpengaruh pada penumbuhan dan pembinaan sikap serta
keterampilan profesional pada peserta didik.
8. Perawatan yang dilaksanakan pada umumnya hanya terbatas pada hal rutin dan
bukan berdasarkan perawatan professional yang efektif.
9. Pelayanan perawatan di Rumah Sakit dan masyarakat tidak dikelola secara
baik dan tenaga keperawatan tidak ditempatkan atau dimanfaatkan sebagaiman
mestinya.
10. Belum ada standar keperawatan sehingga tidak dapat dilaksanakan evaluasi
dan perbaikan perawatan.
24
11. Tenaga pengajar yang ahli dalam bidang keperawatan pada semua tingkat
pendidikan sangat terbatas, sehingga kurikulum dan evaluasi tidak dapat
diterapkan secara benar dan efektif.
12. Belum ada perundang-undangan, baik untuk pendidikan keperawatan maupun
pelayanan keperawatan, sehingga tenaga keperawatan belum dapat
mempertanggungjawabkan hasil kerjanya.
13. Umpan balik pelayanan perawatan kepada pendidikan dan pelaksanaan
perawatan tidak ada, sehingga perbaikan tidak mungkin dilakukan.
14. Ketidakmampuan dalam pengembangan dan pembinaan sistem pendidikan
tinggi keperawatan sehingga keluaran yang dihasilkan tidak sepunuhnya
dimanfaatkan sebaik mungkin.
15. Ketidakmampuan dalam pengembangan dan pembinaan berbagai sumber daya
pendidikan yang diperlukan. Seperti staf akademik, beberapa bentuk pengalaman
belajar yang sangat menentukan, fasilitas laboratorium pendidikan, perpustakaan,
dan Rumah Sakit pendidikan keperawatan.
25
ditujukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia secara
bertahap dan terus menerus. Keperawatan Indonesia berupaya mengembangkan
dirinya dalam seluruh bidang keperawatan, mencakup bidang pelayanan,
pendidikan dan kehidupan profesi, hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan
profesionalisme.
Proses profesionalisme pada dasarnya adalah proses pengakuan, yaitu
pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan
oleh masyarakat (Nursalam, 2001). Langkah-langkah menuju profesionalisasi
keperawatan telah dilakukan sejak adanya lokakarya keperawatan nasional pada
bulan Januari 1983, bahwa pelayanan keperawatan adalah pelayanan professional
yang merupakan bagian integral pelayanan kesehatan. Walaupun sudah 23 tahun
keperawatan Indonesia menyatakan sebagai tenaga professional namun
kenyataannya keperawatan secara keseluruhan terutama pelayanan /asuhan
keperawatan hingga saat ini masih belum banyak berubah dan hampir belum
beranjak dari posisinya sebagai suatu bentuk pelayanan penunjang medik.
Pelaksanaan perawatan pasien di dasarkan pada penerapan keterampilan
prosedural dalam melaksanakan tindakan-tindakan yang merupakan kelanjutan
tindakan medik.
Berdasarkan hal ini di rumah sakit hanya terdapat catatan atau rekam
medik (medical record) dan tidak dikenal adanya catatan/ rekam keperawatan
(nursing record). Tidak ada tindakan mandiri seorang perawat serta tindakan-
tindakan perawat yang lebih bersifat pekerjaan penugasan dari dokter
menimbulkan sikap dan pandangan tentang lingkup tugas dan tanggung jawab
seorang perawat sebagai “pembantu dokter”.
Di samping itu ilmu keperawatan dan metode-metode ilmiah keperawatan
yang diajarkan kurang menyentuh problem klinis, sikap professional keperawatan
tidak ditumbuhkembangkan dan keterampilan professional keperawatan tidak
ditata dengan benar, lulusan dinilai cukup baik bila mampu melaksanakan
prosedur-prosedur tindakan menunjang pelayanan medik semata. Keadaan ini
berlangsung lama hingga menjadi kebiasaan yang oleh pihak-pihak tertentu dapat
diterima, suatu kenyataan yang harus kita terima dengan lapang dada dan secara
26
jujur mengakui inilah keperawatan Indonesia saat ini dan tidak akan tetap
demikian di masa yang akan datang.
Gerakan pengembangan keperawatan akan terus berlangsung dengan arah
yang benar dan baik menuju terwujudnya profesi keperawatan yang dibutuhkan
dan dihargai oleh masyarakat. Pengembangan tersebut merupakan tuntutan
sehubungan dengan Undang-Undang N0 20/2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Demikian
pula Undang-Undang no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan dan Peraturan
Pemerintah no 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan yang mengatur antara
lain bahwa “pemulihan kesehatan dan penyembuhan penyakit harus dilaksanakan
berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan oleh tenaga yang
memiliki kewenangan dan ijzin untuk itu.”
Langkah yang paling awal dan penting dilakukan dalam proses
profesionalisme keperawatan di Indonesia adalah menata pendidikan keperawatan
sebagai pendidikan professional, sehingga peserta didik mendapat pendidkan dan
pengalaman belajar sesuai dengan yang dituntut profesi keperawatan. Seperti
kataMiller (1985) “gaining a body of knowladge in a University setting and a
science orientation at the graduate level in nursing”. Pendidikan keperawatan
sebagai institusi yang mengembangkan dan menciptakan tenaga keperawatan
memiliki peran yang sangat besar dalam proses profesionalisasi keperawatan,
Karena pendidikan keperawatan mampu memberikan bentuk dan corak tenaga
keperawatan dari lulusannya, tingkat kemampuan dan sekaligus mampu untuk
memfasilitasi pembentukan komonitas keperawatan dalam memberikan suara dan
sumbangsih bagi profesi dan dan masyarakat (Ma’arif, 1999).
Sistem Pendidikan Tinggi Keperawatan yang dikembangkan saat ini
ditujukan untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan pembangunan
27
kesehatan di masa depan, khususnya terwujudnya keperawatan sebagai suatu
profesi dalam segala aspeknya.
A. Peran Perawat
Peran Perawat ialah tingkah laku yg diharapkan oleh orang lain pada seseorang
sesuai dengan kedudukan dalam system, di mana bisa dipengaruhi oleh kondisi
sosial baik dari profesi perawat ataupun dari luar profesi keperawatan yg bersifat
konstan.
3. Pendidik / Edukator
4. Koordinator
28
5. Kolaborator
Peran ini dilakukan lantaran perawat bekerja melalui tim kesehatan yg terdiri dari
dokter, fisioterapis, ahli gizi & lain-lain berusaha mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yg diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.
6. Konsultan
7. Peneliti
B. Fungsi Perawat
1.Fungsi Independen
2.Fungsi Dependen
3.Fungsi Interdependen
29
Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim
kesehatan.
Contoh : untuk menangani ibu hamil yg menderita diabetes, perawat bersama
tenaga gizi berkolaborasi membuat rencana buat menentukan kebutuhan makanan
yg diperlukan bagi ibu & perkembangan janin.
BAB II
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Keperawatan merupakan sebuah ilmu dan profesi yang memberikan
pelayanan keseahatan guna untuk meningkatkan keseahatan bagi masyarakat.
Keperawatan ternyata sudah ada sejak manusia itu ada dan hingga saat ini profesi
keperawatan berkembang dengan pesat. Sejarah perkembangan keperawatan di
Indonesia tidak hanya berlangsung di tatanan praktik, dalam hal ini layanan
keperawatan, tetapi juga di dunia pendidikan keperawatan. Tidak asing lagi,
pendidikan keperawatan memberi pengaruh yang besar terhadap kualitas
pelayanan keperawatan. Karenanya perawat harus terus meningkatkan potensi
dirinya, salah satunya melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan.
30
DAFTAR PUSTAKA
31