Keperawatan adalah bidang studi yang mempersiapkan
seseorang untuk menjadi perawat. Perawat bukanlah asisten dokter, melainkan mitra kerja dokter untuk membantu kesembuhan yang optimal. keperawatan memfokuskan pada promosi kualitas hidup orang maupun keluarga, mulai kelahiran hingga asuhan pada kematian. Sejarah keperawatan Keperawatan sudah ada di dunia sejak zaman purbakala (primitive culture) hingga muncul Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan asal Inggris. Kelahiran Nightingale, 12 Mei 1820, diperingati sebagai hari profesi perawat internasional. Sejarah Keperawatan di Indonesia MASA PENJAJAHAN BELANDA
Perkembangan keperawatan di Indonesia dipengaruhi
oleh kondisi social ekonomi yaitu pada saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris, dan Jepang. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara staf dan tentara Belanda, usaha yang dilakukan oleh pemerintah Belanda tidak diikuti oleh perkembangan profesi keperawatan, karena tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda. Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)
Gubernur Jendral Inggris saat VOC berkuasa yaitu
Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat Indonesia. Berangkat dari semboyan “kesehatan adalah milik manusia”, ia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain: - Pencacaran Umum - Cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa - Kesehatan para tahanan Setelah pemerintah kembali ketangan pemerintah Belanda, kesehatan masyarakat semakin maju dan bersamaan dari itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat. Potret Sekolah perawat di Jaman Belanda Foto tenaga medis di Rumah sakit jaman belanda Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945)
Pada masa itu perkembangan keperawatan
mengalami kemunduran , dan dunia keperawatan di Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh orang-orang tidak terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh jepang, akhirnya terjadi kekurangan obat sehingga timbul wabah ZAMAN KEMERDEKAAN
Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan,
yaitu rumah sakit dan balai pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setingkat SMP. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan tahun 1962 yaitu Akper milik Departemen Kesehatan Jakarta untuk menghasilkan perawat professional pemula. Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK (Program Studi Ilmu Keperawatan) yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia. Tahun 1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru di Undip, UGM, UnHas dll Perjalanan Perawat di indonesia
Pada waktu itu tidak ada yang namanya perawat, orang-orang
hanya mengenal adanya orang pintar yang bisa merawat dan melakukan pengobatan dengan hanya mengandalkan naluri saja dan juga dengan segala keterbatasan. Dengan adanya naluri tersebut, maka dikenallah istilah Mother Insting atau naluri keibuan yaitu merawat orang layaknya seorang ibu merawat anak- anak mereka yang merawat berdasarkan pengalaman, bukan ilmu Barulah pada tahun 1819 atau setelah Belanda menjajah dan menguasi Indonesia, berdirilah beberapa rumah sakit di Jakarta. Dan rumah sakit yang terkenal pada waktu itu dan saat ini adalah rumah sakit Stadverban atau RSCM, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo saat ini. Setelah itu muncul beberapa rumash sakit seperti RS St.Carolus Salemba, RS St.Boromeus Bandung, RS PGI Cikini dan RS Elisabeth Semarang Dan pada tahun 1906 pendidikan juru rawat mulai diselenggarakan yang dilakukan pertama kali oleh RS PGI Cikini dan pada tahun 1912 RSCM juga menyelenggarakan sekolah juru rawat untuk pertama kalinya. Jadi, sekolah perawat pertama kali yang ada di Indonesia adalah di RS PGI Cikini yang ada di Jakarta dan bukan berada di Surabaya, Semarang atau Sulawesi Jadi pada tahun 1906 tersebut merupakan cikal bakal berdirinya sekolah perawat sekolah perawat di Indonesia hingga sampai saat ini yang mulai semakin banyak sekolah-sekolah perawat yang setiap tahunnya meluluskan puluhan perawat Semenjak itulah, dari pendidikan Juru Rawat menjadi Sekolah Perawat Kesehatan, Akademi Keperawatan atau AKPER dan Pendidikan Tinggi Keperawatan lainnya yang tersebar di berbagai propinsi di Indonesia, sehingga memunculkan karakteristik berbagai ilmu keperawatan profesional dan melahirkan perawat-perawat dengan keahlian khusus Bahkan saat ini pendidikan keperawatan sudah mencapai S3 (Strata 3) atau Doktoral yaitu program pendidikan tinggi perawat yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Kperawatan di UI, Universitas Indonesia. Jika seorang sudah mencapai S3 maka kemungkinan besar dia sudah memiliki ilmu kesehatan yang bisa jadi sejajar dengan seorang dokter spesialis SEJARAH PPNI
Pada masa sebelum tahun 1974 organisasi perawat di
Indonesia sudah berkembang pesat sesuai dengan zamannya, sejak zaman penjajahan perawat Indonesia sudah ada seiring dengan adanya Rumah Sakit, yaitu: Residen Vpabst (1819) dibatavia saat itu berubah menjadi Stadsverband (1919) dan berubah menjadi CBZ (Central Burgerlijke Zieken Inrichting) di daerah Salemba yang saat ini menjadi RSCM. Pada Saat itu perawat sudah memiliki perkumpulan-perkumpulan sebagai wadah organisasi perawat dan dapat menjalankan pergerakan dalam menentukan martabat profesi perawat. Ketika itu terdapat beberapa organisasi diantaranya; Perkumpulan Kaum Verpleger fster Indonesia (PKVI), Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Perawat Indonesia (PPI), Ikatan Perawat Indonesia (IPI). Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) terlahir pada tanggal 17 Maret 1974 sebagai fusi/federasi dari beberapa organisasi keperawatan yang ada sebelumnya. Sebut saja, Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru Rawat Islam (Penjurais), Ikatan Perawat Indonesia (IPI) dan Persatuan Perawat Indonesia (PPI). Cikal bakal lahirnya PPNI tidak terlepas dari didirikannya Perkumpulan Kaum Velpleger Boemibatera (PKVB) pada tahun 1921 oleh Pemerintahan Hindia Belanda. Berkat semangat Moehammad Yamin dkk yang pada akhirnya melahirkan Sumpah Pemuda, maka semangat untuk mengganti nama PKVB menjadi Perkumpulan Kaum Velpleger Indonesia (PKVI) pun berkobar dengan sendirinya. Namun usia PKVI tidak begitu panjang dan hanya bertahan hingga tahun 1942 dimana pada saat itu, Belanda mundur dan digantikan oleh Jepang. Masa-masa penjajahan Jepang di Indonesia adalah masa-masa kemunduran bagi perkembangan keperawatan Indonesia. Pelayanan keperawatan pada masa Jepang dikerjakan oleh orang yang tidak memahami ilmu keperawatan. Hal ini juga sedikit banyak mempengaruhi PKVI yang semakin hari semakin tidak jelas eksistensinya. Kemunduran tersebut berakhir bersamaan dengan Proklamari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Semangat persatuan kembali menggelora sehingga melahirkan beberapa organisasi keperawatan. Tercatat, dalam kurun 1945 – 1954, terdapat 5 organisasi profesi yaitu Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru Rawat Islam (Penjurais), Serikat Buruh Kesehatan (SBK), Persatuan Perawat Indonesia (PPI) dan Ikatan Perawat Indonesia (IPI). Dalam kurun waktu 1951-1958 diadakan Kongres di Bandung dengan mengubah nama PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan Indonesia (PPDKI) dengan keanggotaan bukan dari perawat saja. Demikian pula pada tahun 1959-1974, terjadi pengelompokan organisasi keperawatan kecuali Serikat Buruh Kesehatan (SBK) yang terlibat dengan pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Pada Tahun 1974 tepatnya tanggal 17 maret 1974 Organisasi-organisasi perawat saat itu mengadakan pertemuan yang diantranya dihadiri oleh IPI, PPI dam PDKI dan diantaranya yang hadir adalah Ojo Radiat, HB. Barnas dan Drs. Maskoed Soerjasumantri sebagai pimpinan sidang dan sepakat untuk melakukan fusi organisasi dan menyatukan diri dalam satu wadah organisasi yang saat itu masih bernama Persatuan Perawat Nasional. Organisasi-organisasi perawat saat itu mengadakan pertemuan yang diantranya dihadiri oleh IPI, PPI dam PDKI dan diantaranya yang hadir adalah Ojo Radiat, HB. Barnas dan Drs. Maskoed Soerjasumantri sebagai pimpinan siding dan sepakat untuk melakukan fusi organisasi dan menyatukan diri dalam satu wadah organisasi yang saat itu masih bernama Persatuan Perawat Nasional. Pengabungan atau fusi organisasi perawat tersebut dilakukan di Ruang Demontration Jl. Prof Eykman Bandung No.34 Bandung Jawa Barat, sejak saat itu Tanggal 17 Maret 1974 disetujui dan dilakukan pernyataan bersama terbentuknya Persatuan Perawat Nasional Indonesia, serta membentuk suatu kepanitian untuk mempersiapkan Kongres Pertama yang dilangsungkan pada tahun 1976. 7 orang Perawat memprakarsai lahirnya PPNI
1. Oyoh Radiat, MSc dari IPI-Jakarta (PB)
2. H.B. Barnas dari Ikatan Perawat Indonesia-Jakarta (PB) 3. Maskoep Soerjo Soemantri dari Ikatan Perawat Indonesia-Jakarta (PB) 4. J. Soewardi dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung 5. Sjuamsunir Adam dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung 6.L. Harningsih dari Persatuan Perawat Indonesia Bandung 7. Wim Sumarandek, SH dari Persatuan Perawat Indonesia-Bandung Makna Loggo PPNI
Lingkaran dengan warna merah:
menunjukkan semangat persatuan; Dasar kuning mas dalam lingkaran: keluhuran jiwa dan cinta kasih; Segi lima: berkepribadian pancasila; Warna hijau tua dalam segilima: kesejahteraan; Lampu warna putih: identitas perawat; Lidah api lima cabang berwarna merah: semangat pengabdian yang dilandasi/dij iwai Pancasila; dan Warnaputih: melambangkan kesucian. Semoga Bermanfaat