2. Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang
sakit dapat disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah
tempat-tempat ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai
tabib yang mengobati pasien. Perawat dianggap sebagai budak dan yang hanya
membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.
3. Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat
itu banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk
mengunjungiorang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan
perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal.
Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara
kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa
ini adalah membentuk Dinas Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat.
Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang, tetapi tidak
diikuti perkembangan profesi keperawatan, karena tujuannya hanya untuk
kepentingan tentara Belanda.
2. Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)
Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat
memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan
adalah milik manusia, ia melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki derajat
kesehatan penduduk pribumi antara lain:
1. pencacaran umum
2. cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
3. kesehatan para tahanan
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk
lebih maju. Pada tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan
pada tahun 1919 dipindahkan ke Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo
(RSCM). Tahun 1816 – 1942 berdiri rumah sakit-rumah sakit hampir bersamaan
yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta, RS. ST. Boromeus di
Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri pula sekolah-
sekolah perawat.
4. Zaman Kemerdekaan
Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan
balai pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah
perawat setingkat SMP. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan tahun
1962 yaitu Akper milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan
perawat profesional pemula. Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai
bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK (Program Studi Ilmu Keperawatan) yang
merupakan momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia. Tahun 1995 PSIK
FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru seperti
di Undip, UGM, UNHAS dll.
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi,
pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga
professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu
masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan
masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu
menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat
khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran,
kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang
berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi
penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang
meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok
lanjut usia serta penyakit degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan
untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat
lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana
masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh
tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga
kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global internasional
dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan
professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek sosial
budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.
1. Wawasan Keilmuan
Pada tingkat pendidikan akademi, penggunaan kurikulum D III keperawatan 1999,
merupakan wujud dari pembenahan kualitas lulusan keperawatan. Wujud ini dapat
dilihat dengan adanya:
1) Mata Kuliah Umum (MKU), yaitu: Pendidikan Agama, Pancasila, Kewiraan
dan Etika Umum)
2) Mata Kuliah Dasar Keahliah (MKDK), yaitu: Anatomi, Fisiologi dan
Biokimia, Mikrobiologi dan Parasitologi, Farmakologi, Ilmu Gizi dan Patologi.
3) Mata Kuliah Keahlian (MKK), yaitu: KDK, KDM I dan II, Etika
Keperawatan, Komunikasi Dalam Keperawatan, KMB I, II, III, IV dan V,
Keperawatan Anak I dan II, Keperawatan Maternitas I dan II, Keperawatan Jiwa I
dan II, Keperawatan Komunitas I, II dan III, Keperawatan Keluarga, Keperawatan
gawat Darurat, Keperawatan Gerontik, Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan, Keperawatan Profesional dan Pengantar Riset Keperawatan.
1. Orientasi Pendidikan
Pendidikan keperawatan bagaimanapun akan tetap berorientasi pada
pengembangan pengetahuan dan teknologi, artinya pengalaman belajar baik kelas,
laboratorium dan lapangan tetap mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta memanfaatkan segala sumber yang memungkinkan penguasaan
iptek. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan keperawatan dan
persaingan global.
1. Kerangka Konsep
Berpikir ilmiah, pembinaan sikap dan tingkah laku profesional, belajar aktif
mandiri, pendidikan dilingkungan masyarakat serta penguasaan iptek keperawatan
merupakan karakteristik dari pendidikan profesional keperawatan.
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang
dilakukannya terhadap klien.
DAFTAR PUSTAKA