OLEH :
NIM : PO530320117085
KUPANG
2020
Judul I: Sejarah Keperawatan
1. Memiliki tubuh pengetahuan (body of knowledge) yang berbatas jelas, yaitu ilmu
pengetahuan.
2. Pendidikan kusus berbasis kehalian (expertise) dan berada pada jenjang pendidikan
tinggi, yaitu system pendidikan tinggi keperawatan (Nursing higher education
sistem) sebagai bagian integral dari system pendidikan tinggi nasional .
3. Memberikan pelayanan kepada masyarakat atau melakukan prektik dalam melakukan
keprofesiannya, yaitu praktik keperawatan ilmiah (scientific nursing paratice).
4. Memiliki perimpunan dalam keprofesian yang kokoh.
5. Memberlakukan kode etik profesi (code of ethics) yaitu kode etik keperawatan
sebagai tuntutan utama dalam melaksanakan praktik keperawatan dan dalam
kehidupan keprofesian.
6. Memiliki motifasi yang bersifat altruistic(altruistic) mendahulukan kepentingan
oranglain yaitu masyarakat dari pada kepentinganya sensdiri
7.
Judul II: Falsafah dan Paradigma Keperawatan
Falsafah keperawatan itu harus sudah tertanam dalam diri setiap perawat dan
menjadi pedoman baginya untuk berprilaku,baik di tempat kerja maupun dilingkungan
pergaulan sosial lainnya.Falsafah keperawatan bukan suatu hal yang harus
dihafal,melainkan sebuah”baju”yang melekat pada diri perawat.dengan kata
lain,Falsafah keperawatan merupakan “roh”yang mendiami pribadi setiap
perawat.Artinya.falsafah keperawatan menjadi landasan bagi perawat dalam
menjalankan profesinya.Beberapa keyakinan yang harus dimiliki perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan adalah sebagai berikut.
3. Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari semua
anggota tim kesehatan dan pasien/keluarga.
Sebagai tenaga kesehatan yang profesional ,perawat harus siap bertanggung jawab
terhadap apapun yang dilakukannya.Tanggung jawab perawat bukan hanya
ditunjukkan kepada klien dan keluarga,tetapi juga kepada klien dan keluarga,tetapi
juga kepada masyarakat,profesi perawat itu sendiri,dan terutama bertanggung jawab
kepada Tuhan.
Selain itu,perawat juga harus siap bertanggung gugat jika suatu saat klien
atau pihak lain melakukan gugatan terkait asuhan keperawatan yang
diberikan.Tanggung jawab dan tanggung gugat ini merupakan bukti bahwa
keperawatan adalah profesi yang profesional .Oleh karena itu,asuhan keperawatan
yang diberikan oleh perawat harus didasarkan pada standar dan kode etik
keperawatan.Standar keperawatan tersebut merupakan ketentuan baku yang telah
ditetapkan dan disahkan sebagai prosedur tetap bagi perawat dalam menjalankan
profesinya.
Nilai nilai (vaules) merupakan hak hak manusia dan pertimbangan etis yang
mengatur perilaku seseorang. Nilai merupakan milik semua pribadi yang mengatur
langkah langkah yang seharus dilakukan karna merupakan cetusan dari hati nurani yang
dalam diperoleh seseorang sejak kecil. Nilai dipengaruh oleh lingkungan dan
pendidikan yang dewasa ini mendapat perhatian khusus, terutama bagi perawat, karna
perkembangan perawat menjadikan mereka menyadari nilai dan hak orang lain serta diri
sendiri.
Klasifikasi nilai nilai adalah suatu proses, dimana orang atau seseorang dapat
menggnakannya untuk mengidentifikasikan nilai nilai mereka sendiri. Seseorang
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan, selain menggunakan ilmu
keperawatan yang mereka miliki, juga diperkuat oleh nilai yang ada dalam diri mereka.
Sehingga perawat dapat membantu pasien untuk mendapatkan pola tindakan yang di
daftarkan pada nilai nilai yang ada pada mereka. Hak hak pasien merupakan hasil
legislasi dan standar etis masyarakat yang sepatuhnya di junjung tinggi.Berdasarkan
nilai-nilai yang ada pada diri perawat,mereka diharapkan dapat menghargai hak-hak
pasien/ klien yang dirawatnya dalam setiap pelaksanaan tugasnya.
Pada waktu yang lalu,pasien dan keluarganya sering tidak di perhatikan hak-hak
fundamentalnya,terutama prifasi sopan santun dan informasi.Legislasi berarti suatu
ketetapan atau ketentuan hukum yang mengatur hak dan kewajiban seseorang yang
berhubungan erat dan tindakan(Liberman,1970).Legislatif dapat memberikan kejelasan
tentang hak dan kewajiban seseorang secara praktis dalam melaksanakan tugas
profesinya,sehinga dapat bekerja lebih berprofesional.Pada waktu yang lalu,pasien
sering merasa kurang terpenting dalam tatanan kesehatan dan kurang perhatikan hak-
haknya sehinga kurang terjalin kerja sama antara perawat dengan pasien.
2. Pengertian
1. Kejujuran
2. Lemah lembut
3. Ketepatan setiap tindakan
4. Menghargai orang lain
Dengan majunya ilmu dan teknologi, konflik yang terjadi semakin tinggi.
Untuk itu perlu diterapkan sistem klarifikasi nilai-nilai, yaitu: suatu proses dmna
individu-individu memperoleh jawaban atau nilai mereka sendiri terhadap beberapa
situasi melalui proses perkembangan nilai individu.
1. Menghargai
a. Menjunjung dan menghargai keyakinan dan perilaku seseorang.
b. Menegaskanya di depan umum bila diperlukan
2. Memilih
a. Memilih dari berbagai alternatif.
b. Memilih setelah pertimbangkan konsekuensinya.
c. Memilih secara bebas
3. Bertindak
a. Bertindak sesuai dengan pola, konsistensi dan repetisi (mengulang yang telah
disempakati)
Dengan menggunakan ketujuh langkah tersebut ke dalam klasifikasi nilai-nilai
perawat dapat menjelaskan nilai-nilai mereka sendiri dan dapat mempertinggi
pertumbuhan pribadinya. Langkah diatas dapat di terapkan pada situasi-situasi pasien,
dimana perawat dapat membantu pasien mengidentifikasikan bidang-bidang konflik,
memilih dan menentukan berbagai alternatif, menetapkan tujuan, dan melakukan
tindakan.
B. Paradigma keperawatam
1. Pengertian
Paradigma adalah suatu cara pandang mendasar atau cara kita melihat,memikirkan,
memaknai,menyikapi,serta memilih tindakan atas fenomena yang ada.Paradigma
merupakan suatu diadiagram atau kerangka berpikir yang menjelaskan suatufenomena.
Paradigma mengandung berbagai konsep yang terkait dengan fokus keilmuannya.
Klien manusia
Keperawatan sehat-sakit
lingkungan
2. Keperawatan Paradigma
1.Keperawatan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari profesi kesehatan lain di dalam
memberikan layanan kesehatan kepada klien.Sebagai bagian integral dari layanan
kesehatan kedudukan perawat dengan profesi kesehatan lainnya(mis.,dokter)adalah
sama,yakni sebagai mitra.Ini tentunya juga harus diiringi dengan pengakuan dan
pengormatan terhadap profesi perawat.Kita tahu bawa profesi kesehatan yang
terbanyak jumlahnya dan terdepan dalam memberikan layanan kesehatan adalah
perawat.Karenanya,profesi keperawatan tidak bisa dipisahkan dari sistem kesehatan.
3.Fungsi utama perawat adalah membantu klien(dari level individu hingga masyarakat),
baik dalam kondisi sakit maupun sehat,guna mencapai derajat kesehatan yang optimal
melalui layanan keperawatan.Layanan keperawatan diberikan karena adanya
kelemahan fisik,mental,dan keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan untuk
dapat melaksanakan kegiatan kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Konsep Manusia
MANUSIA
KESEHATAN
KEPERAWATAN
(SEHAT-SAKIT)
LINGKUNGAN
Walaupun konsep tentang manusia masih beragam dan belum mencapai kesamaan
presepsi, profesi keperawatan mempunyai konsep tentang manusia yang memandang dan
meyakini manusia sebagai makhluk yang unik, sebagai sistem yang adaptif, dan sebagai
makhluk holistik.
Manusia sebagai makhluk holistik memiliki makna bahwa manusia adalah makhluk
yang utuh atau menyeluruh. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik
yang meliputi unsur biologis, psikologis, sosial,spiritual, kultural. Ini menjadi prinsip
keperawatan bahwa asuhan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan aspek
tersebut. Sebagai makhluk holistik, manusia utuh dilihat dari aspek jasmani dan rohani,
unik, serta berusaha untuk memenuhi kebutuhannya, dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya, terus menerus menghadapi perubabahan lingkungan, dan berusaha
beradaptasi dengan lingkungan.
Individu adalah anggota keluarga yang unik, sebagai suatu kesatuan utuh dari aspek
bio-psiko-sosio-spiritual. Dalam hal ini perawat berperan memenuhi kebutuhan dasar
individu karena :
Pencegahan penyakit
pengetahuan tentang perjalanan penyakit dan faktor-faktor yang mempengaruhi
berguna untuk menemukan strategi pencegahan penyakit yang efektif. Pencegahan
penyakit adalah tindakan yang ditujukan untuk mencegah, menunda, mengurangi,
membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatan, dengan menerapkan sebuah atau
sejumlah intervensi yang telah dibuktikan efektif. Terdapat tiga tingkat pencegahan
penyakit: pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
1. Pencegahan primer.
Pencegahan primer terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi :
promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer
mengutamakan pada penguatan flexible lines of defense dengan cara mencegah
stress dan mengurangi faktor-faktor resiko. Intervensi dilakukan jika resiko atau
masalah sudah diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan ini lebih ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi
akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit melalui diagnosis dini dan pemberian
pengobatan. Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal
dan memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak berhasil dan rekonstitusi
tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat mendukung sistem dan intervensi-
intervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian.
3. Pencegahan tersier
Dilakukan setelah sistem ditangani dengan strategi-strategi pencegahan sekunder.
Pencegahan tersier difokuskan pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem
klien secara optimal.pencegahan tersier bertujuan untuk mengurangi komplikasi
penyakit yang sudah terjadi. Pencegahan tersier cenderung untuk kembali pada
pencegahan primer.
Secara lebih rinci penyebab terjadinya suatu penyakit dijelaskan sebagai berikut:
Kronositas penyakit
Berdasarkan masa inkubasi, laten, dan durasi, maka penyakit dapat dilkasifikasi
kedalam 4 kategori yaitu: (1) Masa laten pendek, durasi pendek
(2) Masa laten panjang, durasi pendek
(3) Masa laten pendek, durasi panjang
(4) Masa laten panjang, durasi panjang
Tabel klasifikasi penyakit menurut masa inkubasi (laten) dan durasi:
Masa inkubasi (laten) Durasi
Pendek panjang
Proses Sakit
a. Tahap gejala
Tahap ini merupakan tahapan awal seseorang mengalami proses sakit dengan
ditandai adanya perasaan tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu
gejala yang dapat meliputi gejala fisik seperti adanya perasaan nyeri, panas dan lain-
lain.sebagai manifestasi terjadinya ketidak seimbangan dalam tubuh
b. Tahap asumsi terhadap sakit
Pada tahap ini seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang dialaminya
dan akan merasakan keraguan-keraguan pada kelaianan atau gangguan yang
dirasakan pada tubuhnya. Setelah menginterprestasi gejala itu, maka seseorang akan
merespon dalam bentuk emosi terhadap dalam gejala tersebut seperti merasakan
ketakutan atau kecemasan.
c. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
Tahapan ini seseorang telah mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan
dengan meminta nasehat dari profesi kesehatan seperti dokter, perawat atau lainnya
yang dilakuan atas inisiatif diri sendiri.
d. Tahapan ketergantungan
Tahapan ini terjadi setelah seseorang dianggap mengalami suatu penyakit yang
tentunya akan mendapatkan bantuan pengobatan sehingga kondisi seseorang sudah
mulai ketergantungan dalam pengobatan aka tetapi tidak semua orang memepunyai
tingakat ketergantungan yang sama melainkan berbeda berdasarkan tingkat
kebutuhannya.
e. Tahap penyembuhan
Tahapan ini merupakan tahapan terakhir menuju proses kembalinya kemampuan
untuk beradaptasi, dimana seseorang akan melakukan proses belajar untuk melepaskan
perannya selama sakit dan kembali berperan seperti sebelum sakit serta adanya persiapan
untuk berfungsi dalam kehidupan social.
Dampak sakit
Dampak sakit dapat terjadi pada individu yang telah mengalami sakit baik yang
dirawat dirumah maupun dirumah sakit. Dampak tersebut dapat terjadi pada individu,
keluarga atau masyarakat. Dampak-dampak tersebut antara lain:
Pertama,terjadi perubahan peran pada keluarga. Selama sakit peran dalam
keluarga akan mengalami gangguan mengingat terjadi pergantian peran dari salah satu
anggota keluarga yang mengalami sakit.
Kedua,terjadinya gangguan psikologis.keadaan ini dapat mengakibatkan
terjadinya stres (ketegangan) sampai mengalami kecemasan yang berat,apabila
psikologisnya tidak disiapkan dengan baik.Proses terjadinya psikologis diawali dengan
adanya konflik terhadap dirinya seperti kecemasan, ketakutan, dan lain-lain.
Ketiga, masalah keuangan. Dampak ini terjadi karena adanya beberapa
pengeluaran keuangan yang sebelumnya tidak diduga selama sakit mengingat biaya
perawatan dan obat-obatan cukup mahal.
Keempat,kesepian akibat perpisahan.Dampak ini dapat terjadi pada seseorang
yang sebelumnya selalu berkumpul dengan keluarga, namun ketika sakit orang tersebut
harus dirawat dan berpisah dari keluarganya.
Kelima, terjadinya perubahan kebiasaan sosial. Ini jelas terjadi mengingat selama
dirumah interaksi dengan lingkungan masyarakat selalu terjadi akan tetapi ketika seseorang
sakit seluruh aktivitas sosialnya akan mengalami perubahan.
Keenam, terganggunya privasi seseorang. Privasi seseorang dapat ditujukan pada
perasaan menyenangkan yang merefleksikan tingkat penghargaan seseorang.Perasaan
menyenangkan ini akan mengalami gangguan karena aktivitasnya terbatas dengan
kehidupan dirumah sakit serta kebutuhannya terganggu sehingga membuat perasaan
menjadi tidak menyenangkan yang mengakibatkan penghargaan sosial sulit dicapai.
Ketujuh,otonomi.Telah disediakannya segala kebutuhan bagi pasien dirumah sakit
dan mengakibatkan menurunnya kemampuan aktivitas pasien karena keadaan untuk
mandiri dan mengatur sendiri sehingga pasien akan selalu memiliki ketergantungan.
Kedelepan,terjadi perubahan gaya hidup. Adanya peraturan dan ketentuan dari
rumah sakit khususnya perilaku sehat serta aturan dalam makanan, obat dan aktivitas agar
seseorang akan mengalami perubahan dalam gaya hidupnya yakni selalu hati-hati dan
menghindar hal-hal yang dilarang sesuai dengan ketentuan proses pengobatan dan
perawatan.
Perilaku Pada Orang Sakit
Selain dampak yang terjadi akibat keadaan sakit atau dirawat dirumah sakit,
seseorang pun selama sakit akan mengalami perubahan dalam berperilaku yang
berdampak pada dirinya. Adapun perubahan perilaku yang terjadi selama sakit antara lain
:
1. Adanya perasaan ketakutan
Perubahan perilaku ini dapat terjadi pada semua orang dengan ditandai adanya
perasaan takut sebagai dampak dari sakit.
2. Menarik diri
Pada orang yang sakit akan selalu mengalami proses kecemasan. Tingkat kecemasan
yang dialami seseorang pun akan berbeda. Untuk mengurangi kecemasan, maka
seseorang akan berperilaku menarik diri seperti diam jika tidak diberi pertanyaan.
Hal tersebut sebagai bentuk upaya menghindai kecemasan.
3. Egosentris
Perilaku ini dapat terjadi pada orang sakit yang ditunjukkan dengan selalu banyak
mempersoalkan dengan dirinya sendiri dan tidak mau mendengarkan perasaan orang
lain atau memikirkan orang lain.
4. Sensitif terhadap persoalan kecil
Pada orang sakit perubahan perilaku ini biasanya selalu ditimbulkan dengan selalu
mempersoalkan hal-hal yang kecil sebagai dampak terganggunya psikologis seperti
selalu mengomel jika keadaan tersebut tidak sesuai dengan dirinya.
5. Reaksi emosional tinggi
Perilaku ini dapat ditunjukkan dari seseorang yang mengalami sakit dengan mudah
menangis, tersinggung, marah, serta tuntutan perhatian yang lebih dari orang sekitar.
6. Perubahan persepsi
Terjadinya perubahan persepsi selama sakit ini dapat ditunjukkan dengan timbulnya
persepsi bahwa dokter dan perawat adalah orang yang dapat membantu untuk
menyembuhkannya sehingga menaruh harapan besar pada dokter dan perawat
tersebut.
7. Berkurangnya minat
Perubahan perilaku yang ditunjukkan pada seseorang yang mengalami sakit ini
adalah berkurangnya minat karena terjadi stress (ketegangan) yang diakibatkan
penyakit yang dirasakan serta menurunnya kemampuan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.
Konsep lingkungan
Lingkungan fisik yang dimaksud adalah segala bentuk lingkuan secara fisik yang
dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan seperti adanya daerah-daerah wabah,
lingkungan kotor ,dekat pembuangan air limba atau sampah lain-lainnya. Lingkungan ini
jelas dapat mempengaruhi perubahan dasar manusia dalam bentuk kebutuhan keamanan
dan keselamatan dari bahaya yang dapat timbulknnya.
Lingkungan sosial dalam hal ini adalah masyarakat luas serta budaya yang ada juga
dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang serta adanya kehidupan spiritual juga
mempengaruhi perkembangan seseoarang dalam kehidupan beragama serta meningkatkan
keyakinan.
A. PROFESI KEPERAWATAN
Beberapa ahli mempunyai pendapat yang berbeda tentang pengertian profesi tetapi pada
prinsip mempunyai persamaan, seperti pendapat :
1. Menurut “Chinn Yacobs” 1983. Profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan
pengetahuan khusus dalam beberapa bidang ilmu, melaksanakan peran yang bermutu di
masyarakat. Melaksanakan cara-cara dan peraturan yang telah disepakati oleh anggota
profesi.
2. Menurut “Oemar Hamalik” 1986. Profesi adalah suatu pernyataan atau janji terbuka,
bahwa orang akan mengabdikan dirinya kepada suatu jabatan/pekerjaan karena orang
tersebut terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu.
B. CIRI-CIRI PROFESI
Sebagai sebuah profesi, keperawatan masih berusaha menunjukkan jati diri untuk
mendapatkan pengakuan dari profesi lain, profesi keperawatan diperhadapkan pada banyak
tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini
sendiri.
Beberapa ahli keperawatan mendeskripsikan tentang karakteristik profesi, seperti :
1. Abraham Flexner (1915)
a. Aktivitas yang bersifat intelektual
b. Berdasarkan ilmu dan pengetahuan
c. Digunakan untuk tujuan praktek pelayanan
d. Dapat dipelajari
e. Terorganisir secara internal, dan
f. Altruistic (mementingkan orang lain)
Karakteristik lain dari ciri-ciri profesi
a. Pekerjaan dilakukan secara menetap seumur hidup.
b. Pekerjaan yang dilakukan dengan motivasi kuat untuk melakukan pekerjaan itu dan
tidak mendapat kepuasan bila tidak melakukan pekerjaan itu. Pekerjaan itu
merupakan panggilan jiwa.
c. Memiliki keterampilan khusus yang menyangkut ilmu dan seni.
d. Keputusan berdasarkan prinsip/teori dalam kegiatan professional selalu membuat
keputusan untuk menanggapi dan merencanakan sesuatu.
e. Berorientasi kepada pelayanan dan perilaku kegiatan professional itu harus selalu
diarahkan untuk membantu memenuhi kebutuhan kesehatan manusia dan
melaksanakan fungsi kehidupan.
f. Pelayanan berdasarkan kebutuhan objektif (fakta).
g. Mempunyai otonomi dalam menentukan tindakan dan mempunyai
wewenang/kebebasan dan menentukan kegiatannya tidak perlu dikontrol oleh profesi
lain.
h. Memiliki standar etika dan standar praktek professional dalam perilaku kegiatan
praktek professional harus menerapkan nilai-nilai baik dan benar dan menggunakan
ketentuan perilaku yang disepakati oleh profesi.
2. Kriteria umum profesi, menurut, “Schein & Kommers” (1972)
a. Pelayanan berdasarkan ‘body knowledge”.
b. Kemampuan memberikan pelayanan khas pada orang lain.
c. Pendidikan standard an berdasarkan pendidikan tinggi.
d. Adanya pengawasan/control terhadap praktiknya dengan menggunakan standar
praktik.
e. Tanggung jawab dan tanggung gugat anggota untuk tindakan :
1) Legal (sesuai hukum)
2) Peer grup
3) Pegawai
4) Konsumen/masyarakat/penerima pelayanan
3. Kriteria umum profesi, menurut “Grewaood” setiap Profesi harus memiliki :
a. Teori yang sistematis
b. Otoritas kewenangan
c. Sanksi kewenangan
d. Kode etik (pedoman moral profesi)
e. Cultural (tata nilai)
1. Sejarah PPNI
PPNI didirikan pada tanggal 17 Maret 1974 dan merupakan gabungan dari berbagai
organisasi keperawatan di masa itu, seperti IPI (Ikatan Perawat Indonesia), PPI
(Persatuan Perawat Indonesia), IGPI (Ikatan Guru Perawat Indonesia), IPWI (Ikatan
Perawat Wanita Indonesia). Setiap orang yang telah menyelesaikan pendidikan
keperawatan yang sah dapat mendaftarkan diri sebagai anggota PPNI, dan semua
siswa/mahasiswa keperawatan yang sedang belajar dapat disebut sebagai calon
anggota.
4. Keanggotaan PPNI
Lama kepengurusan adalah 5 tahun dan dipilih dalam Musyawarah Nasional atau
Musyawarah Daerah yang juga diselenggarakan untuk:
a. Menyempurnakan AD/ART
b. Perumusan program kerja
c. Pemilihan pengurus
Selain di Indonesia, dunia keperawatan di luar negeri juga terdapat beberapa organisasi
profesi yang mengatur dan menjalankan birokrasi keperawatan secara global.
Organisasi-organisasi ini dibentuk sebagai tempat untuk memperkokoh silaturahmi para
perawat di seluruh dunia dan memberi kesempatan untuk membicarakan berbagai masalah
tentang keperawatan. Berikut beberapa contoh organisasi yang dibahas.
A. Pengertian
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses
dan nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian
asuhan keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan (Ratna Sitorus
& Yuli, 2006).
Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan
nilai-nilai profesional), yang memfasilitasi perawat profesional, mengatur pemberian asuhan
keperawatan, termasuk lingkungan tempat asuhan tersebut diberikan. Aspek struktur
ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai dengan derajat
ketergantungan klien. Penetapan jumlah perawat sesuai kebutuhan klien menjadi hal
penting, karena bila jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah tenaga yang dibutuhkan,
tidak ada waktu bagi perawat untuk melakukan tindakan keperawatan. Pada aspek proses
ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan primer (kombinasi metode tim dan
keperawatan primer).
B. Tujuan MPKP
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap
tim keperawatan.
C. Komponen-Komponen Dalam MPKP
Terdapat 4 komponen utama dalam model praktek keperawatan professional, yaitu
sebagai berikut :
1. Ketenagaan Keperawatan
2. Metoda pemberian asuhan keperawatan
3. Proses Keperawatan
4. Dokumentasi Keperawatan
D. Model Praktek Di Pelayanan Kesehatan
1. Model praktek pelayanan kesehatan di puskesmas
Model praktek keperawatan professional merupakan suatu sistem, baik
menyangkut struktur, proses dan nilai-nilai professional, yang memungkinkan
perawat professional mmengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk mendukung pemberian asuhan keperawatan. Lingkup cakupan, dan
batasan wewenang serta tanggung jawab seorang perawat profesional (ners) dalam
praktik keperawatan di puskesmas atau di rumah sakit dikaji. Perawat professional
dengan sikap dan kemampuan professional dapat diberi wewenang dan tanggung
jawab melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dan puskesmas.
Rumah sakit sebagai suatu sistem pelayanan Kesehatan yang mengemban tugas
melaksanakan upaya Kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi
dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya
rujukan. Berdasarkan tugas rumah sakit di atas, maka salah satu fungsi rumah sakit
adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan.
Ketenagaan Keperawatan
Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang akan
dibutuhan untuk asuhan keperawatan klien disetiap unit. Beberapa pendekatan
dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah staf yang akan dibutuhkan
berdasarkan kategori klien yang dirawat,rasio perawat,dan klien untuk memenuhi
standar praktek keperawatan.
Proses Keperawatan
Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan
perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah
pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah
yang fragmatis dalam pengambilan keputusan adalah :
a. Identifikasi masalah,
b. Menyusun alternatif penyelesaikan masalah,
c. Pemilihan cara penyelesdaian masalah yang tepat dan melaksanakannya,
d. Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah.
Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkah-langkah proses
keperawatan yaitu:
1. Metode fungsional
Metode ini diterapkan dalam penguasaan pekerja didunia industri ketika setiap
pekerja dipusatkan pada saatu tugas atau aktifitas. Dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien dengan menggunakan metode fungsional, setiap perawat
memperoleh suatu tugas (kemungkinan bisa lebih) untuk semua pasien diunit/ruang
tempat perawat tersebut bekerja. Disatu unit/ruangan, seorang perawat diberikan
tugas mennyuntik maka perawat tersebut bertanggung jawab untuk memberikan
program pengobatan melalui suntikan kepada semua pasien di unit/ruangan tersebut.
2. Metode kasus
Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk
satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama
periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab
dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan
klien. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi
asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU.
3. Metode tim
Pengembangan metode tim ini didasarkan pada falsafah mengupayakan tujuan
dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota kelompok. Metode ini
juga didasari atas keyakinan bahwa setiap pasen berhak memperoleh peleyanan
terbaik. Dalam keperawatan, metode tim diterapkan dengan menggunakan sama tim
perawat yang heterogen, terdiri dari perawat professional, nonprofessional, dan
pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pembantu pasien.
Tujuan pemberian metode tim dalam asuhan keperawatan adalah untuk memberikan
asuahan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga pasien
merasa puas. Selain itu, tugas, memungkinkan adanyatransfer of knowledge dan
transfer of experiences di antara perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dan
meninggkatkan pengetahuan serta memberikan keterampilan dan motivasi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Metode primer
Metode inidi kembangkan pada falsafah yang beriorentasi pada pasien bukan pada
tugas. Disini terjadi suatu desentralisasi dalam pengambilan keputuan antara perawat
primer dan pasien. Menurut Hegyvary (1982), pemberian asuhan keperawatan dengan
metode keperawatan primer memberikan setiap perawat primer tanggung jawab
menyeluruh (total care) dalam 24 jam/hari secara terus menurus untuk perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pada sekelompok kecil pasien (4-6 pasien).
Hal ini di mulai sejak pasien masuk hingga pulang/keluar (Gullies, 1994). Pada saat
perawat primer tidak masuk, tindakan perawatan dapat dilakukan oleh perawat
penggantinya (perawat asisten).
Judul V: Model Praktik Keperawatan
A. PENGERTIAN MODEL KONSEP KEPERAWATAN
Model sering disamaartikan dengan contoh menyerupai, yaitu merupakan
pernyataan simbolik tentang fenomena, menggambarkan teori dari skema konseptual
melalui penggunaan simbol dan diafragma. Model keperawatan adalah jenis model
konseptual yang menerapkan kerangka kerja konseptual terhadap pemahaman
keperawatan dan bimbingan praktik keperawatan.
Konsep merupakan satu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat
diorganisir menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep keperawatan
merupakan ide untuk menyusun satu kerangka konseptual atau model keperawatan. Teori
ini sendiri merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau
suatu pernyataan yang menjelaskan suatu proses , peristiwa, atau kejadian yang didasari
oleh fakta-fakta yang telah diobservasi, tetapi kurang absolut (kurang adanya bukti)
secara langsung.
Model konseptual terdiri dari 6 Unit yaitu apa tujuan keperawatan, bagaimana
konseptual klien, apa peran sosial perawat, apa masalah/kesukaran sumber ,apa intervensi
yang dilakukan dan konsekuensi yang diinginkan (Peterson dan Bredow,2004).
Model konseptual keperawatan telah memperjelas kespesifikan area fenomena
ilmu keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu :
1. Konsep pertama manusia sebagai pribadi yang utuh dan unik.
2. Konsep kedua lingkungan yang bukan hanya merupakan sumber awal
masalah tetapi juga merupakan sumber pendukung bagi individu.
3. Kesehatan merupakan konsep ketiga dimana konsep ini menjelaskan
tentang kisaran sehat-sakit yang hanya dapat terputus ketika seseorang.
4. Konsep keempat adalah keperawatan sebagai komponen penting dalam
perannya sebagai faktor penentu pulihnya atau meningkatnya
keseimbangan kehidupan seseorang (klien).
B. MACAM-MACAM TEORI MODEL KONSEP KEPERAWATAN
Teori-teori yang ada saat ini dibangun atas empat konsep yang menghasilkan
suatu model keperawatan. Model keperawatan tersebut digunakan dalam
praktik,penelitian maupun pengajaran.
Selanjutnya pada materi ini kita akan mencoba menguraikan beberapa model
konseptual keperawatan.model ini dipilih berdasarkan kegunaan dalam praktik
keperawatan di indonesia yang diuraikan berdasarkan keempat konsep model utama yaitu
:
1. Model Konsep dan Teori Keperawatan Florence Nigtingale
Florence merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar teori
keperawatan yang melalui filosofi keperawatan yaitu dengan mengidentifikasi
peran perawat dalam menemukan kebutuhan dasar manusia pada klien serta
pentingnys pengsruh lingkungan di dalam perawatan orang sakit yang dikenal
teori lingkingannya.
Florence Nightingale menekankan bahwa keperawatan adalah suatu
profesi dengan tujuan untuk menemukan dan menggunakan hukum alam dalam
mengembangkan dan membangun pelayanan kesehatan. Alasan dilakukannya
tindakan keperawatan adalah untuk menempatkan keadaan manusia dalam kondis
yangterbaik secara alami untuk menyembuhkan dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah penyakit.
Manusia merupakan kesatuan fisik, intelektual, dan metafisik yang
lengkap dan berpotensi. Pengertian sehat sendiri adalah suatu keadaan yang bebas
dari penyakit dan menggunakan kekuatan yang ada secara penuh. Sedangkan
florence memandang bahwa lingkungan adalah suatu kondisi eksternal yang
mempengaruhi kesehatan dan sakitnya seseoraang.
Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan adalah
sebagai fokus asuhan keperawatan dan perawat tidak perlu memahami seluruh
proses penyakit ,model konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi
keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/tindakan
keperawatan lebih diorientasikan kepada yang adequate, dengan dimulai dari
pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori
tersebut dalam rangka perawat mampu menjalakan praktik mandiri tanpa
tergantng pada profesi lain.
2. Model Konsep dan Teori Keperawatan Marta E. Rogers
Model konsep dan teori keperawatan menurut Martha E. Rogers dikenal
dengan nama konsep manusia sebagai unit. Dalam memahami konsep model dan
teori ini, Martha berasumsi bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh,
yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Dalam proses kehidupan
manusia yang dinamis, manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan yang
saling mempengaruhi dan dipengaruhi, serta dalam proses kehidupan manusia
setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan
dengan karakteristik dan keunikan tersendiri.
a. Perawatan Diri Sendiri (self care) Dalam teori self care, Orem mengemukakan
bahwa self care meliputi: Pertama, self care itu sendiri, yang merupakan
aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksanakan oleh individu itu sendiri
dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan, kesehatan serta
kesejahteraan. Kedua, self care agency, merupakan suatu kemampuan inidividu
dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia,
perkembangan, sosiokultural, kesehatan dan lain-lain. Ketiga, adanya tuntutan
atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan
mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri
dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang tepat. Keempat,
kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada penyediaan
dan perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan dengan
prises kehidupan manusia serta dalam upaya mempertahankan fungsi tubuh,
self care yang bersifat universal itu adalah aktivitas sehari-hari (ADL) dengan
mengelompokkan ke dalam kebutuhan dasar manusianya.
6. Model Konsep teori human caring menurut Jean Watson (Teori Watson)
Model kosep teori human caringmenurut Jean Watson (Teori Watson) Jean
Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori pengetahuan
manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson ini didasari pada
unsure teori k emanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami bahwa
manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan
diantaranya:
a) Informasi kesehatan
b) Pencegah penyakit
c. Elemen lingkungan
B. Relevansi
Keperawatan merupakan profesi yang terus tumbuh dan berubah seiring perubahan
masyarakat seiring perubahan pusat perhatian pelayanan kesehatan dan metode seiring
perubahan gaya hidup dan metode seiring perubahan gaya hidup dan seiring perubahan diri
perawat itu sendiri. Filosofi dan definisi menunjukkkan kecendrungan holistik dan
keperawatan untuk melihar individu dari segala sisi dalam keadaan sehat dan sakit dan
dalam interaksi dengan keluarga dan komunikasi keperawatan terusmelihat dari sisi sosisal
dan bidang lainnya. Seiring berkembangnya pelayanan keperawatan.
C. Uraian
Keperawatan merupakan profesi yabf terus tumbuh dan berubah seiringperubahan
masyarakat seiring perubahan pusat perhatian pelayanankesehatan dan metode seiring
perubahan gaya hidup dan metode seiringperubahan gaya hidup dan seiring perubahan diri
perawat itu sendiri.Filosofi dan definisi menunjukkkan kecendrungan holistik dan
keperawatanuntuk melihat individu dari segala sisi dalam keadaan sehat dan sakit dan
dalam interaksi dengan keluarga dan komunikasi keperawatan terusmelihatdari sisi sosisal
dan bidang lainnya. Seiring berkembangnya pelayanankeperawatan.
Defini Trend dan Issue
1. Defisini Trend
Didefinisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi padasaat ini yang
biasanya sedang popular dikalangan masyarakat. Trendadalah suatu yang sedang
dibicarakan oleh banyak orang saat ini dankejadiannya untuk mewujudkan perawat yang
professional di Indonesiamasih belum menggembirakan, banyak faktor yang dapat
menyebabkanmasih rendahnya peran perawat professional, diantara :
a. Keterlamabatan pengakuan Body Of Knowledge Profesi keperawatan.
b. Tahun 1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka tahun1869.
c. Keterlamabtan pengembanan pendidikan perawat professional.
d. Keterlambatan system pelayanan keperawatan
Definisi Trend dan Issu Keperawatan
Trend dan issu keperawatn adalah sesuatu yang sedang dibicarakan banyakorang tentang
praktek atau mengenai keperawatan baik itu berdasarkan faktaatau tidak issu keperawatan
menyangkut tentang aspek legal dan ethiskeperawatan.Menyadari peran profesi
keperawatn yang masih rendah dalam duniakesehatan akan berdampak negatif terhadap
mutu pelayanan kesehatan bagitercapainya tujuan kesehatan “Sehat untuk semua pada
tahun 2020”. Makasolusi yang harus ditempuh adalah :
a. Pengembangan pendidikan keperawatan.
b. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
c. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Nilai Professional yang melandasi praktik keperawatan dapatdikelompokkan dalam :
a. Nilai Intelektual
Nilai intelektual dalam praktik keperawatan terdiri :
a. Body Of Knowledge.
b. Pendidikan spesialisai (Berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir.
b. Nilai Komitmen moral
Aspek moral yang harus menjadi landansan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience : Selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan
melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair : Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya,
keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang
memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity : Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu),
selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen
moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
d. Otonomi, kendali dan tanggung gugat Otonomi merupakan kebebasan dan
kewenangan untuk melakukan tindakan secara mandiri. Hak otonomi merujuk
kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki
kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian
mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya
sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau
seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan
praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab anggota profesi. Tanggung
gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang
dilakukannya terhadap klien
2. Definisi Issue
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issu
adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau
buktinya. Beberapa issue keperawatan pada saat ini :
euthanasia : Membunuh bisa dilakukan secara legal. Itulah euthanasia, pembuhuhan legal
yang sampai kini masih jadi kontroversi. Pembunuhan legal ini pun ada beragam jenisnya.
Secara umum, kematian adalah suatu topik yang sangat ditakuti oleh publik. Hal demikian
tidak terjadi di dalam dunia kedokteran atau kesehatan. Dalam konteks kesehatan modern,
kematian tidaklah selalu menjadi sesuatu yang datang secara tiba-tiba. Kematian dapat
dilegalisir menjadi sesuatu yang definit dan dapat dipastikan tanggal kejadiannya.
Euthanasia memungkinkan hal tersebut terjadi.
Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seorang individu secara tidak menyakitkan,
ketika tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai bantuan untuk meringankan penderitaan
dari individu yang akan mengakhiri hidupnya.
3. Definisi Trend dan Issu Keperawatan
Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang d.bicarakan banyak orang
tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan
issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.
Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang banynak dibicarakan orang adalah Aborsi,
Eutanasia dan Transplantasi organ manusia, tentunya semua issu tersebut menyangkut
keterkaitan dengan aspek legal dan etis dalam keperawatan.
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai bidang
yang meliputi:
Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang hangat
dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau
tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional
maupun global. Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di
antaranya adalah sebagai berikut :
Peluang Perawat dalam Memanfaatkan Trend Issue JurnalPerawat sangat berpeluang dalam
menerapkan teknologi Telenursing ini dimana perawat dapat memanfaatkan komunikasi pada
telenursing sehingga pelayanan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik. Telenursing
adalah penggunaan tekhnologi dalam keperawatan untuk meningkatkan perawatan bagi pasien
(Skiba, 1998) Telenursing menggunakan tehnologi komunikasi dalam keperawatan untuk
memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Teknologi berupa saluran elektromagnetik
(gelombang magnetik, radio dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi suara, data
dan video. Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi
elektrik dan optik, antar manusia dan atau computer. Salah satu contoh program tlehealth adalah
homecare. Sistem ini menyediakan audio dan video interaktif untuk hubungan antara lanjut usia
di rumah dan telehealth perawat. Perawat memasukkan data data pasien secara elektronik dan
menganalisanya, kalau perlu untuk dilakukan kunjungan, perawat akan melakukan kunjungan ke
pasien.
2.Faktor sosial.
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini antara lain
meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum, dan peraturan
perundang-undangan.Perkembangan sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap sistem
kesehatan nasional. Pelayanan kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis
lambat laun menjadi pelayanan komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.
Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya. Kemajuan yang telah
dicapai meliputi berbagai bidang.Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan
kualitas hidup serta memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesin
mekanik kesehatan, cara prosedur baru dan bahan-bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien
dengan gangguan ginjal dapat diperpanjang usianya berkat adanya mesin hemodialisa. Ibu-ibu
yang mengalami kesulitan hamil dapat diganti dengan berbagai inseminasi. Kemajuan-
kemajuan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan etika.
5.Faktor dana/keuangan.
6.Faktor pekerjaan.
Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik merupakan salah
satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam penentuan, pertahanan dan
peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan bahwa tanggung jawab kepercayaan dari
masyarakat telah diterima oleh profesi.Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang
tepat terhadap masalah yang menyangkut etika, perawat harus banyak berlatih mencoba
menganalisis permasalahan-permasalahan etis.
Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi hak-hak warga negara, hak-hak hukum dan
hak-hak moral. Hak-hak pasien yang secara luas dikenal menurut Megan (1998) meliputi hak
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil dan berkualitas, hak untuk diberi informasi,
hak untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan perawatan, hak untuk
diberi informed concent, hak untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang
menolong, hak untuk mempunyai pendapat kedua(secand opini), hak untuk diperlakukan dengan
hormat, hak untuk konfidensialitas (termasuk privacy), hak untuk kompensasi terhadap cedera
yang tidak legal dan hak untuk mempertahankan dignitas (kemuliaan) termasuk menghadapi
kematian dengan bangga.
Peran perawat dalam peerapan trend issue pada yaitu dapat melakukan perannya sebagai
pembari asuhan keperawatan (Care giver) dengan lebih baik. Pemberian asuhan keperawatan
akan lebih baik dengan adanya Telehealth atau Telenursing yang berbasis teknologi. Dengan
adanya telnologi telenursing ini perawat hendaknya dapat melakukan tindakan keperawatan
dengan lebih efisien dan tepat. Dengan demikian Perawat sebagai pemberi layanan
keperawatan dengan asuhan keperawatannya dituntut semakin profesional dan
mengedepankan perkembangan teknologi kesehatandalam memberi pelayanan kesehtan.
Dengan memanfaatkan kecanggihan tekhnologi, asuhan keperawatan tersebut bisa diberikan
hasil yang lebih baik. Perawat juga dapat melakukan perannya sebagai kolaborator dengan tim
kesehatan lain dengan memanfaatkan komunikasi pada telenursing sehingga pelayanan
kepada pasien lebih meningkat.
D. Rangkuman
Tren paraktik keperawatanmeliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik dimana
perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus
meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran
perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan
sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang
mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan,
otonomi, dan kode etik. Aktivitas dari organisasi keperawatan professional
menggambarkan trend dan praktik keperawatan.
Keperawatan merupakan profesi yabf terus tumbuh dan berubah seiring perubahan
masyarakat seiring perubahan pusat perhatian pelayanan kesehatan dan metode seiring
perubahan gaya hidup dan metode seiring perubahan gaya hidup dan seiring perubahan diri
perawat itu sendiri. Filosofi dan definisi menunjukkkan kecendrungan holistik dan
keperawatan untuk melihat individu dari segala sisi dalam keadaan sehat dan sakit dan
dalam interaksi dengan keluarga dan komunikasi keperawatan terus melihat dari sisi sosisal
dan bidang lainnya. Seiring berkembangnya pelayanan keperawatan.
Judul VII: Sistem Pelayanan Kesehatan
6) Subsistem SKN
Sesuai dengan pengertian SKN, maka subsistem pertama SKN adalah upaya
kesehatan. Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya perl diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun
seluruh potensi Bangsa Indonesia. Penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan
tersebut memerlukan dukungan dana, sumber daya manusia, sumber daya obat
dan perbekalan kesehatan sebagai masukan SKN.
Dukungan dana sangat berpengaruh terhadap pembiayaan kesehatan yang
semakin penting dalam menentukan kinerja SKN. Mengingat kompleksnya
pembiayaan kesehatan, maka pembiayaan kesehatan merupakan subsistem kedua
SKN. Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia yang
mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya sesuai tuntutan kebutuhan
pembangunan kesehatan. Oleh karenanya sumberdaya manusia kesehatan juga
sangat penting dalam meningkatkan kinerja SKN dan merupakan subsistem ketiga
dari SKN. Sumber daya kesehatan lainnya yang penting dalam menentukan
kinerja SKN adalah sumber daya obat dan perbekalan kesehatan. Permasalahan
obat dan perbekalan kesehatan sangat kompleks karena menyangkut aspek mutu,
harga, khasiat, keamanan, ketersediaan dan keterjangkauan bagi konsumen
kesehatan. Oleh karena itu, obat dan perbekalan kesehatan merupakan subsistem
keempat dari SKN.
Selanjutnya, SKN akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh
pemberdayaan masyarakat. Masyarakat termasuk swasta bukan semata-mata
sebagai obyek pembangunan kesehatan, melainkan juga sebagai subyek atau
penyelenggara dan pelaku pembangunan kesehatan. Oleh karenanya,
pemberdayaan masyarakat menjadi sangat penting, agar masyarakat termasuk
swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan.
Sehubungan dengan itu, pemberdayaan masyarakat merupakan subsistem kelima
SKN. Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil-guna dan
berdayaguna, diperlukan manajemen kesehatan. Peranan manajemen kesehatan
adalah koordinasi, integrasi, sinkronisasi serta penyerasian upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, sumberdaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Berhasil atau tidaknya pembangunan kesehatan ditentukan oleh manajemen
kesehatan. Oleh karena itu, manajemen kesehatan merupakan subsistem keenam
SKN. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa SKN terdiri dari enam
subsistem, yakni:
- Subsistem Upaya Kesehatan
- Subsistem Pembiayaan Kesehatan
- Subsistem Sumberdaya Manusia Kesehatan
- Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan
- Subsistem Pemberdayaan Masyarakat
- Subsistem Manajemen Kesehatan
7) Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah
lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh suatu rasa
identitas bersama. Sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi
kesejahteraan fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata bebas dari penyakit dan
cacat atau kelemahan. Ciri-ciri masyarakat sehat:
- Adanya peningkatan kemampuan dari masyarakat untuk hidup sehat.
- Mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya
peningkatan kesehatan (health promotion), pencegahan penyakit (health
prevention), penyembuhan (curative) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitative health) terutama untuk ibu dan anak.
- Berupaya selalu meningkatkan kesehatan lingkungan terutama penyediaan
sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup.
- Selalu meningkatkan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan
status sosial ekonomi masyarakat
- Berupaya selalu menurunkan angka kesakitan dan kematian dari berbagai
sebab dan penyakit.
2.3 Konsep Sistem Pelayanan Kesehatan Di Indonesia
Pelayanan merupakan kegiatan dinamis berupa membantu menyiapkan, menyediakan
dan memproses, serta membantu keperluan orang lain. Pelayanan kesehatan adalah setiap
upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit,
serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
a. Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan
Menurut Perry (2009), dalam sistem pelayanan kesehatan dapat mencakup
pelayanan dokter, pelayanan keperawtan, dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Dokter merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan. Subsistem pelayanan
kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan tidak meninggalkan
tujuan umum dari pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang ada sekarang
ini dapat diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun swasta.
b. Jenis pelayanan kesehatan
Menurut pendapat Hodgetts dan Cascio (1983), ada dua macam jenis pelayanan
kesehatan.
- Pelayanan kesehatan masyarakat, termasuk dalam kelompok pel ayanan
kesehatan masyarakat (public health services) ditandai dengan cara
pengorganisasian yang umumnya secara bersama-sama dalam satu
organisasi. Tujuan utamanya adalah untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit, dan sasarannya terutama untuk
kelompok dan masyarakat.
- Pelayanan kedokteran, termasuk dalam kelompok pelayanan kedokteran
(medical service) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat
bersifat sendiri (soslo practice) atau secara bersama-sama dalam satu
organisasi (institution), tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit
dan memulihkan kesehatan, serta sasarannya terutama untuk perseorangan
dan keluarga.
c) Syarat pokok pelayanan kesehatan,
Secara konsep suatu pelayanan kesehatan dikatakan baik apabila, memenuhi
syarat-syarat berikut:
- Tersedia (available) dan berkesinambungan (continuous), artinya semua
jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit
ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat
yang dibutuhkan.
- Dapat diterima (acceptable) dan bersifat wajar (appropriate), artinya
pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan
kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan
adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan mesyarakat, serta
bersifat tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.
- Mudah dicapai (accessible), artinya untuk dapat mewujudkan pelayanan
kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi
sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di daerah
perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan didaerah pedesaan,
bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
- Mudah dijangkau (affordable), artinya untuk dapat mewujudkan keadaan
yang seperti itu harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan
tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan
kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati oleh sebagian kecil
masyarakat saja bukanlah kesehatan yang baik. Bermutu (quality) adalah
yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, yang disatu pihak tata cara penyelenggaraannya sesuai
dengan kode etik serta standard yang telah ditetapkan.
d) Prinsip pelayanan prima di bidang kesehatan
Secara prinsip suatu pelayanan kesehatan dikatakan telah memberikan pelayanan
secara prima apabila telah memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
- Mengutamakan pelanggan artinya suatu prosedur pelayanan disusun demi
kemudahan dan kenyamanan pelanggan, bukan untuk memeperlancar
pekerjaan kita sendiri. Jika pelayanan kita memiliki pelanggan eksternal
dan internal, maka harus ada prosedur yang berbeda, dan terpisah untuk
keduanya. Jika pelayanan kita juga memiliki pelanggan tak langsung maka
harus dipersiapkan jenis-jenis layanan yang sesuai untuk keduanya dan
utamakan pelanggan tak langsung.
- Sistem yang efektif artinya proses pelayanan perlu dilihat sebagai sebuah
sistem yang nyata (hard system), yaitu tatanan yang memadukan hasil-
hasil kerja dari berbagai unit dalam organisasi. Perpaduan tersebut harus
terlihat sebagai sebuah proses pelayanan yang berlangsung dengan tertib
dan lancar dimata para pelanggan.
- Melayani dengan hati nurani (soft system), artinya ketika petugas
kesehatan bertatap muka dengan pelanggan, yang diutamakan keaslian
sikap dan perilaku sesuai dengan hati nurani, perilaku yang dibuat-buat
sangat mudah dikenali pelanggan dan memperburuk citra pribadi pelayan.
Keaslian perilaku hanya dapat muncul pada pribadi yang sudah matang.
- Perbaikan yang berkelanjutan, artinya semakin baik mutu pelayanan akan
menghasilkan pelanggan yang semakin sulit untuk dipuaskan, karena
tuntutannya juga semakin tinggi, kebutuhannya juga semakin meluas dan
beragam, maka sebagai pemberi jasa harus mengadakan perbaikan terus
menerus.
- Memberdayakan pelanggan artinya petugas hendaknya menawarkan
berbagai jenis layanan kesehatan yang dapat digunakan sebagai
sumberdaya atau perangkat tambahan oleh pelanggan untuk
menyelesaikan persoalan hidupnya sehari-hari.
2.4 Sistem Pelayanan Rujukan Kesehatan Indonesia
Sistem pelayanan rujukan kesehatan di Indonesia meliputi pelayanan rujukan yang
berupa:
1. Jenis rujukan pelayanan kesehatan
- Pelayanan kesehatan dasar, pada umumnya pelayanan dasar dilaksanakan di
puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan Pelayanan lainnya di
wilayah kerja puskesmas selain rumah sakit.
- Pelayanan kesehatan rujukan, pada umumnya dilaksanakan di rumah sakit.
Pelayanan keperawatan diperlukan, baik dalam pelayanan kesehatan dasar
maupun pelayanan kesehatan rujukan.
2. Sistem Rujukan (Referal System)
Sistem rujukan di Indonesia telah diatur dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 32 tahun
1972, yaitu suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah
kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit
yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti antara unit-unit yang setingkat
kemampuannya. Macam rujukan yang berlaku di negara Indonesia telah ditentukan atas
dua macam dalam Sistem Kesehatan Nasional, yaitu:
- Rujukan kesehatan
- Rujukan medis
3. Manfaat sistem rujukan, ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan:
- Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai
macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
- Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja
antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
- Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan.
- Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah
diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan
kesehatan.
- Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat
positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.
- Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: kerja sama
yang terjalin.
- Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana
kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.
2.5 Masalah Pelayanan Kesehatan
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadi beberapa perubahan dalam
pelayanan kesehatan. Disatu pihak memang mendatangkan banyak keuntungan, yaitu
meningkatnya mutu pelayanan yang dapat dilihat dari indikator menurunnya angka
kesakitan, kecacatan, kematian serta meningkatnya usia harapan hidup rata-rata. Namun
dipihak lain, perubahan tersebut juga mendatangkan banyak permasalahan diantaranya:
a. Fragmented health services (terkotak-kotaknya pelayanan kesehatan). Timbulnya
perkotakan dalam pelayanan kesehatan erat hubungannya dengan munculnya
spesialis dan subspesialis dalam pelayanan kesehatan. Dampak negatif yang
ditimbulkan adalah menyulitkan masyarakat untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang apabila berkelanjutan, pada gilirannya akan menyebabkan tidak
terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
b. Berubahnya sifat pelayanan kesehatan Muncul akibat pelayanan kesehatan yang
terkotak-kotak, yang pengaruhnya terutama ditemukan pada hubungan dokter
dengan klien. Sebagai akibatnya, munculnya spesialis dan subspesialis
menyebabkan perhatian penyelenggara pelayanan kesehatan tidak dapat lagi
diberikan secara menyeluruh. Perhatian tersebut hanya tertuju pada keluhan
ataupun organ tubuh yang sakit saja. Perubahan sifat pelayanan kesehatan makin
bertambah nyata, tatkala diketahui pada saat ini telah banyak dipergunakan
berbagai alat kedokteran yang canggih, ketergantungan yang kemudian muncul
terhadap berbagai peralatan tersebut, sehingga menimbulkanberbagai dampak
negatif yang merugikan.
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Pelayanan Kesehatan
1. Pergeseran masyarakat dan konsumen
Hal ini sebagai akibat dari peningkatan pengetahuan dan kesadaran konsumen terhadap
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan upaya pengobatan. Sebagai masyarakat
yang memiliki pengetahuan tentang masalah kesehatan yang meningkat, maka mereka
mempunyai kesadaran lebih besar yang berdampak pada gaya hidup terhadap kesehatan.
Akibatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan meningkat.
2. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disisi lain dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan karena adanya peralatan kedokteran yang lebih canggih dan memadai, namun
disisi lain kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga berdampak pada beberapa hal,
diantaranya adalah:
- Dibutuhkan tenaga kesehatan profesional akibat pengetahuan dan peralatan yang
lebih canggih dan modern.
- Melambungnya biaya kesehatan.
- Meningkatnya biaya pelayanan kesehatan.
3. Isu legal dan etik
Sebagai masyarakat yang sadar terhadap haknya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dan pengobatan, isu etik dan hukum semakin meningkat ketika mereka menerima
pelayanan kesehatan. Disatu pihak, petugas kesehatan yang memberikan pelayanan
kurang seksama akibat meningkatnya jumlah konsumen, di sisi lain konsumen memiliki
pengertian yang lebih baik mengenai masalah kesehatannya. Pemberian pelayanan
kesehatan yang kurang memuaskan dan kurang manusiawi atau tidak sesuai harapan,
maka persoalan atau dilema hukum dan etik akan semakin meningkat.
4. Ekonomi
Pelayanan kesehatan yang sesuai dengan harapan barangkali hanya dapat dirasakan oleh
orang-orang tertentu yang mempunyai kemampuan untuk memperoleh fasilitas pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan, namun bagi klien dengan status ekonomi yang rendah tidak
akan mampu mendapatkan pelayanan kesehatan yang paripurna, karena tidak mampu
menjangkau biaya pelayanan kesehatan. Akibatnya masyarakat enggan untuk mencari
diagnosis dan pengobatan. Penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan menurun akibat
biaya pelayanan yang tinggi dan tidak adanya jaminan bagi masyarakat yang tidak
mempunyai pekerjaan.
5. Politik
Kebijakan pemerintah dalam sistem pelayanan kesehatan akan berpengaruh pada
kebijakan tentang bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan dan siapa yang
menanggung biaya pelayanan kesehatan. Tentunya saat ini menjadi kabar baik bagi
masyarakat yang kurang mampu dengan adanya kebijakan di tiap-tiap kabupaten tentang
pengobatan gratis di pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Namun demikian, jangan
sampai kebijakan pengobatan gratis tersebut akan mengurangi mutu dari pelayanan
kesehatan yang ujung-ujungnya karena tidak mendapat keuntungan dari program
tersebut.
Judul VIII: Peran, Fungsi & Tugas Perawat dalam pelayanan kesehatan
A. PENDAHULUAN
Pada masa lalu pelayanan di bidang keperawatan lebih menuntut perawat
untukmemiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan pelayanan dan
kenyamananpada klien yang memerlukanya, ini merupakan yang fungsi spesifik
keperawatan pada masalalu.
Namun sekarang ini telah terjadi perubahan peran perawat menjadi lebih luas
dengan penekanan pada peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan memandang
klien secara komprehensif baik pada kondisi sehat maupun sakit. Peran yang harus
dilakukan perawat sekarang ini meliputi; pemberi perawatan, pembuat keputusan klinik
dan etik, pelindung dan advokat bagi klien, manager kasus/keperawatan, rehabilitator,
pembuat kenyamanan, komunikator dan pendidik.
B. PERAN PERAWAT
1. Pengertian Peran
Peran diartikan sebagai tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari profesi maupun dari luar profesinya yang bersifat
konstan.
a) Menurut UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Perawat adalah
mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan
keperawatan.
b) Taylor C. Lillis C. Lemone (1989) Mendefinisikan perawat adalah
seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu
dengan melindungi seseorang karena sakit, luka dan proses penuaan.
c) ICN (International Council of Nursing, 1965), Perawat adalah seseorang
yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat
serta berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan
keperawatan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan,
pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit.
d) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang
Registrasi dan Praktik Perawat, pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi
“Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di
dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”.
Dengan demikian, seorang dapat dikatakan sebagai perawat dan
mempunyai tanggungjawab sebagai perawat manakala yang bersangkutan
dapat membuktikan bahwa dirinya telah menyelesaikan pendidikan
perawat baik di luar maupun didalam negeri yang biasanya dibuktikan
dengan ijazah atau surat tanda tamat belajar. Dengan kata lain orang
disebut perawat bukan dari keahlian turun temurun, melainkan dengan
melalui jenjang pendidikan perawat.\
2. Peran Perawat
Peran perawat diartikan sebagai tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar
profesi keperawatan yang bersifat konstan. Peran perawat menurut beberapa ahli
sebagai berikut:
a) Peran perawat menurut Konsorsium Ilmu Kesehatan tahun 1989
Pemberi asuhan keperawatan, dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian
pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
Advokat pasien /klien, dengan menginterprestasikan berbagai
informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya
dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, mempertahankan dan melindungi hak-
hak pasien.
Pendidik /Edukator, perawat bertugas memberikan pendidikan
kesehatan kepada klien dalam hal ini individu, keluarga, serta
masyarakat sebagai upaya menciptakan perilaku
individu/masyarakat yang kondusif bagi kesehatan. Untuk dapat
melaksanakan peran sebagai pendidik (edukator), ada beberapa
kemampuan yang harus dimiliki seorang perawat sebagai syarat
utama, yaitu berupa wawasan ilmu pengetahuan yang luas,
kemampuan berkomunikasi, pemahaman psikologi, dan
kemampuan menjadi model/contoh dalam perilaku profesional.
Koordinator, dengan cara mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.
Kolaborator, peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui
tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan
lain-lain berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan
bentuk pelayanan selanjutnya.
Konsultan, perawat sebagaitempat konsultasi terhadap masalah
atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini
dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan
pelayanan keperawatan yang diberikan.
Peran perawat sebagai pengelola (manager). Perawat mempunyai
peran dan tanggung jawab dalam mengelola layanan keperawatan
di semua tatanan layanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan
sebagainya) maupun tatanan pendidikan yang berada dalam
tanggung jawabnya sesuai dengan konsep manajemen
keperawatan. Manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai
proses pelaksanaan layanan keperawatan melalui upaya staf
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, pengobatan,
dan rasa aman kepada pasien/keluarga/masyarakat (Gillies, 1985).
Peneliti dan pengembangan ilmu keperawatan, sebagai sebuah
profesi dan cabang ilmu pengetahuan, keperawatan harus terus
melakukan upaya untuk mengembangkan dirinya. Oleh karena itu,
setiap perawat harus mampu melakukan riset keperawatan. Ada
beberapa hal yang harus dijadikan prinsip oleh perawat dalam
melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik dan benar. Prinsip
tersebut harus menjiwai setiap perawat ketika memberi layanan
keperawatan kepada klien.
b) Peran Perawat Menurut Hasil “Lokakarya Nasional Keperawatan, 1983
”
Pelaksana Pelayanan Keperawatan, perawat memberikan asuhan
keperawatan baik langsung maupun tidak langsung dengan
metode proses keperawatan.
Pendidik dalam Keperawatan, perawat mendidik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat serta tenaga kesehatan yang
berada di bawah tanggung jawabnya.
Pengelola pelayanan Keperawatan, perawat mengelola pelayanan
maupun pendidikan keperawatan sesuai dengan manajemen
keperawatan dalam kerangka paradigma keperawatan.
Peneliti dan Pengembang pelayanan Keperawatan, perawat
melakukan identifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip
dan metode penelitian, serta memanfaatkan hasil penelitian untuk
meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan
keperawatan.
C. FUNGSI PERAWAT
Fungsi perawat adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan sesuai
dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada,
perawat dalam menjalankan perannya memiliki beberapa fungsi, seperti:
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana
perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan
sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan
oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan
nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktifitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan
keamanan dan kenyamanan, pemenuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan
harga diri dan aktualisasi diri.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas pesan atau
instruksidari perawat lain. Sehingga sebagian tindakan pelimpahan tugas yang di
berikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum
atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan di antara tim satu dengan yang lainnya. Fungsi ini dapat terjadi
apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian
pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang
mempunyapenyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat
saja melainkan juga dari dokter ataupun yang lainnya.
D. WEWENANG KEPERAWATAN
Kewenangan perawat adalah hak dan otonomi untuk melaksanakan asuhan
keperawatan berdasarkan kemampuan, tingkat pendidikan, dan posisi yang dimiliki.
Lingkup kewenangan perawat dalam praktek keperawatan profesional adalah pada
kondisi sehat dan sakit, sepanjang daur kehidupan (dari konsepsi sampai meninggal
dunia), mencakup:
1. Asuhan keperawatan pada klien anak dari usia 28 hari sampai usia 18 tahun.
2. Asuhan keperawatan maternitas, yaitu asuhan keperawatan klien wanita pada
masa subur dan neonatus (bayi baru lahir sampai 28 hari) dalam keadaan sehat.
3. Asuhan keperawatan medikal bedah, yaitu asuhan pada klien usia di atas 18 tahun
sampai 60 tahun dengan gangguan fungsi tubuh baik oleh karena trauma atau
kelainan fungsi tubuh.
4. Asuhan keperawatan jiwa, yaitu asuhan keperawatan klien pada semua usia, yang
mengalami berbagai masalah kesehatan jiwa.
5. Asuhan keperawatan keluarga, yaitu asuhan keperawatan pada klien keluarga unit
terkecil dalam masyarakat sebagai akibat pola penyesuaian keluarga yang tidak
sehat, sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga.
6. Asuhan keperawatan komunitas, yaitu asuhan keperawatan kepada klien
masyarakat pada kelompok di wilayah tertentu pada semua usia sebagai akibat
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
7. Asuhan keperawatan gerontik, yaitu asuhan keperawatan pada klien yang berusia
60 tahun ke atas yang mengalami proses penuaan dan permasalahannya.
Kewenangan perawat terkait lingkup di atas mencakup:
a) Melaksanakan pengkajian keperawatan terhadap status bio-psikososio-
kultural dan spiritual klien.
b) Menurunkan diagnosis keperawatan terkait dengan fenomena dan garapan
utama yaitu tidak terpenuhinya kebutuhan dasar klien.
c) Menyusun rencana tindakan keperawatan.
d) Melaksanakan tindakan keperawatan.
e) Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
f) Mendokumentasikan hasil keperawatan yang dilaksanakan.
g) Melakukan kegiatan konseling kesehatan kepada sistem klien.
h) Melaksanakan tindakan medis sebagai pendelegasian berdasarkan
kemampuannya.
i) Melakukan tindakan diluar kewenangan dalam kondisi darurat yang
mengancam nyawa sesuai ketentuan yang berlaku (Standing Order) di
sarana kesehatan.
j) Dalam kondisi tertentu, dimana tidak ada tenaga yang kompeten, perawat
berwenang melaksanakan tindakan kesehatan diluar kewenangannya.
Julia B. George, RN, PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for Profesional Nursing
Practice. 4 th. Appleton and Lange Norwalk, Connecticut
Marinner-Tomey, A. (1994). Nursing Theorist and Their Work. (3th ed.) Philadelphia: Mosby
NAnda. 2006. Nursing Diagnosis: Definitions and Classification. Dalam http:// www.
Nanda.org/Portals/0/PDFs/NANDA-1%20Pubs/New_Book_Now_4_08.pdf/
Talbot. L. A. & Mary Meyers – Marquardt. 1997. Pengkajian Keperawatan Kritis. Edisi 2.
Jakarta: EGC.