PENDAHULUAN
1
sangat kurang dan kurang yaitu sebesar 79,6%, terdiri dari 45,7% penduduk
dengan tingkat kecukupan energi sangat kurang/minimal dan 33,9% penduduk
dengan tingkat kecukupan energi kurang. Menurut provinsi, tingkat kecukupan
energi sangat kurang dan kurang tertinggi terjadi di Lampung (89,5%), serta
Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur masing-masing sebesar 89,3%.
Sedangkan persentase terendah yaitu DKI Jakarta (65,9%). Selain memiliki
tingkat kecukupan energi sangat kurang dan kurang terendah, DKI Jakarta
memiliki persentase tingkat kecukupan energi lebih tertinggi yaitu sebesar
12,4%.
Asupan energi penduduk umur 0-59 bulan secara nasional sebesar 1.137
Kkal, lebih tinggi dibandingkan energi yang dianjurkan (1.118 Kkal). Rerata
asupan energi di perkotaan (1.190 Kkal) lebih tinggi dibandingkan dengan di
perdesaan (1.081 Kkal). Menurut tingkat kecukupan energi, rerata tingkat
kecukupan energi penduduk umur 0-59 bulan di Indonesia sebesar 101,0%, di
perkotaan 104,1% dan di perdesaan 97,7%. Sebanyak 18 provinsi (55%)
memiliki rerata tingkat asupan energi penduduk umur 0-59 bulan normal.
Sedangkan 15 lainnya (45%) memiliki rerata tingkat asupan energi penduduk
kurang. Tidak satu pun provinsi dengan rerata tingkat asupan energi sangat
kurang maupun lebih. Rerata tingkat asupan energi penduduk umur 0-59 bulan
tertinggi yaitu DKI Jakarta (114,4%) dan terendah Nusa Tenggara Timur
(92,3%).
Data-data diatas menunjukkan masih tingginya angka gizi buruk yang
terjadi di Indonesia. Permasalah gizi buruk memiliki dampak yang besar.
Dampak yang akan terjadi dari masalah gizi buruk adalah anak akan
mengalami kegagalan dalam tumbuh kembang dan juga anak dapat terserang
penyakit infeksi dengan cepat. Dampak ini akan menurunkan cita bangsa dan
negara dan secara perlahan akan mengurangi generasi penerus bangsa.
Angka-angka kejadian malnutrisi (marasmus) di atas dan dampaknya
terhadap kesehatan anak saat ini, maka sebagai mahasiswa perawat perlu
memahami konsep teori anak dengan marasmus sehingga bisa menjadi acuan
bagi kami dalam menerapkannya pada praktik klinik dan kuliah.
2
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mampu menganalisa dan memahami tentang asuhan keperawatan
pada anak dengan marasmus.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian marasmus
2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab dari marasmus
3. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi penyakit marasmus
4. Mahasiswa mampu menjelaskan pathway dari penyakit marasmus
5. Mahasiswa mampu menyebutkan manifestasi klinik dari anak
dengan marasmus
6. Mahasiswa mampu menyebutkan pemeriksaan diagnostik yang
perlu dilakukan pada anak dengan marasmus
7. Mahasiswa mampu menyebutkan penatalaksanaan pada anak
dengan marasmus
8. Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada anak
dengan marasmus.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Penyebab marasmus adalah masukan kalori yang tidak cukup karena diet
yang tidak cukup, karena kebiasaan makan yang tidak tepat seperti mereka
yang hubungan orangtua-anak terganggu, atau karena kelainan metabolik atau
malformasi kongenital. Gangguan berat setiap sistem tubuh dapat
mengakibatkan malnutrisi (Nelson., 2012).
4
Penyebab lainnya adalah kurangnya asupan makanan, adanya infeksi,
pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan
lingkungan. (Info Datin., 2015).
5
2.4. Pathway Penyakit Marasmus
Sosial Kegagalan
ekonomi Malabsorbsi, melakukan sintesis
rendah infeksi anoreksia kalori
Intake kurang
dari kebutuhan
Defisiensi
kalori
Resiko Keterlambatan
Kerusakan
infeksi pertumbuhan
integritas
saluran dan
kulit
pencernaan perkembangan
Anoreksia,
diare
Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
(marasmus)
6
2.5 Manifestasi Klinis
1. Badan kurus kering; berat badan sangat rendah kurang dari 60% berat
badan sesuai dengan usianya.
7
6. Lethargia
7. Kulit berkeriput
11. Malaise
12. Apatis
13. Kelaparan
14. Abdomen tampak kembung atau datar dan gambaran usus dapat dengan
mudah dilihat
15. Atrofi otot dengan akibat hipotoni, otot lemah terasa kendor/lembek ini
dapat dilihat pada paha dan pantat bayi yang seharusnya kuat dan kenyal
dan tebal. Biasanya disebut Baggy Pants atau seperti memakai celana
longgar
8
17. Suhu subnormal
21. Mengalami konstipasi tetapi dapat juga muncul diare tipe kalparan
dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit.
9
a. Untuk mengetahui adanya infeksi malaria
b. Hemoglobin ( < 40g/l menunjukkan adanya anemia)
c. Hematokrit ( < 12% menunjukkan adanya anemia)
3. Radiology : untuk mengetahui adanya pneumonia, gagal jantung dan
riketsia.
4. Tes kulit TBC (Kerap negatif)
10
dan tuberculosis. Adanya atrofi vili usus yang menyebabkan
penyerapannya terganggu mengakibatkan pasien marasmus sering diare.
Melihat komplikasi-komplikasi tersebut yang sukar dihindarkan maka
lebih baik jika penyakit kekurangan gizi dicegah. Yang perlu diperhatikan
dalam merawat pasien malnutrisi adalah :
a. Kebersihan mulut ; sering berikan minum terutama setelah makan
atau minum susu. Juga bila pasien dipasang sonde (makanan cair),
berikan 2-3 sendok teh untuk mencegah kekeringan pada selaput
lendir mulut dan tenggorokkan.
b. Kebersihan kulit ; harus diperhatikan agar keadaan kulit terutama
dibagian yang tertekan selalu bersih dan kering. Pasien dimandikan
2 kali sehari dengan air hangat dan jika basah atau kotor harus
segera diganti, pasien jangan hanya bernaring pada satu sisi terlalu
lama karena bagian yang tertekan tersebut akan mudah lecet.
c. Jika pasien menderita hipotermia ; ini merupakan gejala dari
terjadinya hipoglikemia.
3. Gangguan Rasa Aman dan Nyaman/Psikososial
Gangguan rasa aman dan nyaman atau psikososial dialami oleh pasien
sejak menderita kekurangan gizi awal. Gangguan mental berupa cengeng,
yang sebabnya disuga karena rasa lapar dan sakit diseluruh tubuhnya.
Keadaan cengeng ini walaupun anak sudah diberikan makan atau bayi
sudah menetek anak masih terus merengek saja terutama pada malam
hari.
Dari keadaan cengeng inikemudian anak menjadi apatik, yang kadang-
kadang patiknya begitu paeah sehingga bila anak BAB/BAK tidak diganti
walaupun basah seluruh tubuhnya tidak pernah menagis, juga walau
seharian tidak diberi makan anak akan tetap diam saja. Anak tidak akan
pernak bergerak karena memang tidak mampu maka tidak jarang terjadi
dekubitus.
Ganggua rasa aman/nyaman akan bertambah jika pasien diperlukan
tindakan medis seperti : pengambilan cairan lambung, pengambilan darah
dan biopsi usus karena tindakan ini memerlukan waktu beberapa jam dan
pasien biasanya diikat tangannya agar tidak mencabut selang yang ada
pada lat biopsinya.
11
Walaupun pasien begitu apatik atau tak berdaya dalam perawatannya
pasien memerlukan sikap yang tidak berbeda dengan pasien lainnya,
pasien tetap memerlukan perlakuan dengan kasih sayang. Ajaklah
berbicara setiap mendekati pasien atau setiap akan melakukan tindakan,
atau saat mengubah sikap berbaringnya. Dengan perawatan yang baik dan
pemberian diet yang sesuai terlihat hasilnya penyembuhan pasien yang
jauh berbeda dengan ketika sedang masuk rumah sakit.
4. Kurangnya Pengetahuan Orangtua Pasien Mengenai Makanan Anak
Pasien yang menderita kekurangan gizi sudah jauh berkurang berkat
perbaikan sosial ekonomi walaupun masih belum merata sampai ke
pelosok dan juga karena kegiatan PKK yang besar perannya dalam
mengubah kehidupan keluarga, terutama untuk perbaikan gizi anak-anak.
Disamping itu ada yang penyebabnya karena mereka kurang mengerti cara
pemberian makanan anak. Penyuluhan yang perlu adala
a. Menjelaskan bahwa penyakit anaknya disebabkan karena anak
kurang mendapat makanan yang mengandung cukup gizi, bukan asal
diberikan makanan banyak saja.
b. Berikan contoh bahan makanan yang bergizi dan bagaimana cara
memilih serta memasaknya.
c. Agar anak dibawa konsultasi ke POSYANDU/Puskesmas untuk
mendapatkan petunjuk pemberian makanannya serta mendapatkan
pengawasan kesehatannya.
d. Perlu pemeliharaan kebersihan mulut anak untuk mencegah
stomatitis dan menghindarkan kehilangan nafsu makannya.
(sumber : Ngastiyah (2012) “Perawatan Anak Sakit” Jakarta EGC. Hal : 185-188)
12
2.8 Asuhan Keperawatan Anak dengan Marasmus
2.8.1. Pengkajian
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Apakah anak tampak sangat kurus. Tentukan status gizi dengan
menggunakan BB/TB-PB.
b. Tanda dehidrasi : tampak haus, mata cekung, turgor buruk (hati-hati
menentukan status dehidrasi pada gizi buruk)
c. Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang
melambat, nadi lemah dan cepat) kesadaran menurun.
d. Demam (suku aksilar ≥ 37,50C) atau hipotermi (suhu aksilar <
35,50C)
13
e. Frekuensi dan tipe pernapasan : pneumonia atau gagal jantung
f. Sangat pucat
g. Pembesaran hati dan ikterus
h. Adakah perut kembung, bising usus melemah/meninggi, tanda
asites, atau adanya suara seperti pukulan pada permukaan air
(abdominal splash)
i. Tanda defisiensi vitamin A pada mata :
1) Konjungtiva atau kornea yang kering, bercak Bitot
2) Ulkus kornea
3) Keratomalasia
j. Ulkus pada mulut
k. Fokus infeksi : telinga, tenggorokan, paru, kulit
14
16. Hipotermia, hipotensi dan
hipoglikemia
17. Tulang pipi dan dagu terlihat
menonjol
18. Mata nampak lebih besar dan
cekung
15
nutrisi 4. Monitor
meningkat kecenderungan
b. Berat badan terjadinya penurunan
meningkat 250 dan kenaikan berat
gr/minggu badan
c. Tidak terjadi
kerusakan
integritas kulit
d. Nafsu makan
meningkat
e. Tidak
ditemukan
manifestasi
malnutrisi
2. Defisien G : pasien akan 1. Monitor status hidrasi
volume meningkatkan (misalnya, membran
cairan b.d. kebutuhan cairan mukosa lembab,
asupan selama dalam denyut nadi adekuat,
cairan yang perawatan dan tekanan darah
kurang O : pasien akan ortostatik)
meningkatkan 2. Monitor tanda-tanda
kebutuhan cairan vital pasien
selama dalam 3. Tawari makanan
perawatan ringan (misalnya,
dengan kriteria minuman ringan dan
hasil : buah-buahan
a. Kadar segar/jus buah)
elektrolit psien 4. Monitor makanan
dalam rentang atau cairan yang
normal dikonsumsi dan
b. Tanda-tanda hitung asupan kalori
vital dalam harian
batas normal
16
c. Turgor kulit
elastis
d. Volume cairan
dan darah
normal
3. Defisien G : keluarga akan 1. Berikan orangtua
pengetahuan meningkatkan materi-materi tertulis
b.d. kurang pengeta-huan yang sesuai dengan
sumber selama dalam kebutuhan
pengetahuan peraw-atan pengetahuan yang
tentang O : keluarga akan telah diidentifikasi
nutrisi pada meningk-atkan 2. Instruksikan orangtua
anak pengeta-huan untuk menawarkan
selama dalam makanan ringan
peraw-atan yang sehat.
dengan kriteria 3. Instruksikan orangtua
hasil : untuk menghindari
1. Keluarga memaksa memberi
memahami makan karena
pentingnya nutrisi adanya penurunan
pada anak nafsu makan
4. Kerusakan G : pasien akan 1. Monitor kulit dan
integritas terhindar dari selaput lendir
kulit b.d. kerusakan terhadap area
nutrisi tidak integritas kulit perubahan warna,
adekuat selama dalam memar, dan pecah
perawatan 2. Dokumentasikan
O : pasien akan perubahan membran
terhindar dari mukosa
kerusakan 3. Ajarkan anggota
integritas kulit keluarga mengenai
selama dalam tanda-tanda
perawatan kerusakan kulit,
17
dengan kriteria dengan tepat
hasil :
a. Tidak ada
lesi/luka
b. Pasien
merasa
nyaman
18
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kasus anak dengan gizi buruk di Indonesia masih sangat tinggi terutama
untuk marasmus. Marasmus adalah kondisi penyakit yang di derita karena
kekurangan makanan dan dan higene yang buruk sehingga menimbulkan
penurunan rasio berat dan tinggi. Dampak dari penyakit ini adalah kegagalan
tumbuh kembang dan anak akan lebih mudah terserang penyakit infeksi. Hal
ini tidak disadari oleh kebanyakan orang tua atau keluarga yang belum
mendapat informasi tentang gizi buruk dengan tanda dan gejalanya.
3.2 Saran
Pengetahuan orang tua tentang kebutuhan gizi bagi anak harus lebih
ditingkatkan melalui penyuluhan dari petugas kesehatan.
19