Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang
disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari. Penyakit ISPA
merupakan infeksi akut yang menyerang saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah.
Gejala yang ditimbulkan yaitu gejala ringan (batuk dan pilek), gejala sedang (sesak dan
wheezing) bahkan sampai gejala yang berat (sianosis dan pernapasan cuping hidung).
Komplikasi ISPA yang berat mengenai jaringan paru dapat menyebabkan terjadinya
pneumonia. Pneumonia merupakan penyakit infeksi penyebab kematian nomor satu pada
balita (Riskesdas, 2013). Beberapa faktor risiko terjadinya ISPA adalah faktor lingkungan,
ventilasi, kepadatan rumah, umur, berat badan lahir, imunisasi, dan faktor perilaku.

Penyakit ISPA dapat terjadi di berbagai tempat di saluran pernafasan mulai dari hidung
sampai ke telinga tengah dan yang berat sampai keparu. Kebanyakan ISPA muncul dari
gejala yang ringan seperti pilek dan batuk ringan tetapi jika imunitas anak rendah gejala yang
ringan tersebut bisa menjadi berat. Anak yang terkena infeksi saluran pernapasan bawah akan
berisiko tinggi kematian (Dinkes RI,2010).

Penyakit ISPA merupakan salah satu dari banyak penyakit yang menginfeksi di negara
maju maupun negara berkembang. Hal ini diperkuat dengan tingginya angka kesakitan dan
angka kematian akibat ISPA khususnya pneumonia, terutama pada balita. Pneumonia di
Amerika menempati peringkat ke-6 dari semua penyebab kematian pada balita. Pneumonia di
Spanyol mencapai angka 25% sedangkan pada anak-anak, sedangkan di Inggris dan Amerika
sekitar 25-30 orang per 100.0000 penduduk.

Negara dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah hampir empat juta orang
meninggal akibat ISPA setiap tahun terutama pada bayi, balita, dan lanjut usia (Lindawaty,
2010). Penyakit ISPA merupakan salah satu penyebab utama rawat jalan dan rawat inap di
fasilitas pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). Indonesia
memiliki angka kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30% dari seluruh
kematian anak (Depkes, 2010).

Kejadian ISPA masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Prevalensi ISPA
di Indonesia pada tahun 2013 adalah 25,0% tidak jauh berbeda dengan prevalensi pada tahun
2007 sebesar 25,5%. Prevalensi ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun

Page 1 of 15
sebesar 25,8% dan <1 tahun sebesar 22,0%. ISPA mengakibatkan sekitar 20-30% kematian
pada balita (Depkes, 2010).

Provinsi dengan ISPA tertinggi di Indonesia adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%),
Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Pada
Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA.
Period prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh pada tahun
2007 (25,5%), di Sumatera Barat angka kejadian ISPA masih lebih tinggi pada tahun 2007
yaitu sebanyak 23,5% (RIKESDA, 2013).

1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu memahami dan melakukan asuhan keperawatan secara


profesional kepada klien yang terkena ISPA.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah:

a. Mengidentifikasi pengertian, etiologi, manifestasi klinis dan penatalaksanaan


pada klien dengan gngguan ISPA.
b. Mengidentifikasi pengkajian askep pada klien dengan gangguan ISPA.
c. Mengidentifikasi diagnosa pada askep klien dengan gangguan ISPA.
d. Mengidentifikasi intervensi, implementasi, evaluasi pada askep klien dengan
gangguan ISPA.

1.3. Manfaat
1. Manfaat bagi Penulis
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan pada ganguan
infeksi sistem pernapasan akut.
2. Manfaat bagi Pembaca
Pembaca dapat memahami tentang penatalaksanaan, perawatan dan pencegahan
pada klien infeksi saluran pernapasan akut.

Page 2 of 15
BAB II TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian

ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkaan
oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang
parenkim paru.

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung,
pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas
dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan.

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru
(alveoli), beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput
paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek
dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita
pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.

ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran
nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA umumnya berlangsung
selama 14 hari. Yang termasuk dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek
biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan
infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah
Pneumonia.

3.2. Etiologi

Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus,
Haemophylus,Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan
lain-lain.

Page 3 of 15
a. Faktor Pencetus ISPA
1) Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena
penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih
tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
2) Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik
dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
3) Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar
dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.
b. Faktor Pendukung terjadinya ISPA
1) Kondisi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan
berdampak peningkatan penduduk miskin disertai dengan kemampuannya
menyediakan lingkungan pemukiman yang sehat mendorong peningkatan
jumlah Balita yang rentan terhadap serangan berbagai penyakit menular
termasuk ISPA. Pada akhirnya akan mendorong meningkatnya penyakit ISPA
dan Pneumonia pada Balita.
2) Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi Balita
yang besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih
rendah, akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.
3) Geografi
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa
penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan
masyarakat.Pengaruh geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kaus
maupun kemaian penderita akibat ISPA.Dengan demikian pendekatan dalam
pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi semua faktor risiko dan
faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.
4) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA.Perilaku bersih
dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan
penduduk. Dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat

Page 4 of 15
diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat dalam
menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya
memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.

2.3. Tanda dan Gejala

ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran pernafasan
atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema mukosa, kongestif
vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta perubahan struktur fungsi siliare (Muttaqin,
2008).

Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing, malaise (lemas),
anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk,
keluar sekret, stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal
(adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas
apabila tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian.

Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :

a. Gejala dari ISPA Ringan


Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut:
1) Batuk
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada
waktu berbicara atau menangis).
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak
5) diraba.
b. Gejala dari ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA
ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari
satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun
atau lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah
tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan arloji.
2) Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).

Page 5 of 15
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.
c. Gejala dari ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA
ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Bibir atau kulit membiru.
2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas.
3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
4) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah.
5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
7) Tenggorokan berwarna merah.

2.4. Pathofisiologi dan Pathway

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :

1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-
apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam
dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu :
a. Dapat sembuh sempurna.
b. Sembuh dengan atelektasis.
c. Menjadi kronis.
d. Meninggal akibat pneumonia.

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen kesaluran pernapasan akan menyebabkan silia yang terdapat

Page 6 of 15
pada permukaan saluran napas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan
suatu rangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak
lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan.

Iritasi kulit pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Seliff).
Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernapasan menyebabkan kenaikan aktivitas
kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran pernapasan sehingga terjadi
pengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan tersebut menimbulkan
gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang sangat menonjol adalah batuk.

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.


Akibat infeksi tersebut terjadi kerusakan mekanisme mokosiloris yang merupakan
mekanisme perlindungan pada saluran pernapasan sehingga memudahkan infeksi bakteri-
bakteri patogen patogen yang terdapat pada saluran pernapasan atas seperti streptococcus
pneumonia, Haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak
tersebut.

Infeksi sekunder bakteri tersebut menyebabkan sekresi mukus berlebihan atau


bertambah banyak dapat menyumbat saluran napas dan juga dapat menyebabkan batuk yang
produktif. Infeksi bakteri dapat dipermudah dengan adanya faktor-faktor seperti kedinginan
dan malnutrisi. Suatu menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada
saluran napas dapat menimbulkan gangguan gisi akut pada bayi dan anak. Virus yang
menyerang saluran napas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain di dalam tubuh
sehingga menyebabkan kejang, demam dan dapat menyebar ke saluran napas bawah,
sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya diturunkan dalam saluran pernapasan atas,
akan menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri.

Page 7 of 15
Page 8 of 15
2.5. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium dan test diagnostik ISPA menurut Betz dan Souwden (2000) :

a. Pemeriksaan radiologi (foto thoraks) untuk mengetahui penyebab dan mendiagnosa


secara tepat
b. Pemeriksaan RSV untuk mendiagnosa RSV (Respiratori Sinisial Virus)
c. Gas darah arteri untuk mengkaji perubahan pada sisten saluran pernapasan kandungan
oksigen dalam darah

Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan yaitu :

1. Pemeriksaan kultur atau biakan kuman (swab) : hasil yang didapatkan ialah biakan
kuman (+) sesuai dengan jenis kuman
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count) : laju endap darah meningkat disertai
dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan

2.6. Penatalaksanaan Medis

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan


penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus
batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi
penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman
sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

1. Upaya pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
b. Immunisasi
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
2. Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan
yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek

Page 9 of 15
3. Pengobatan

a. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan


kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol
diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi
sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
b. Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

2.7. Pendidikan Kesehatan

Adapun materi pendidikan kesehatan yang diberikan yaitu :

1. Pengertian ISPA
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut yang terjadi secara tiba-tiba yang
menyerang hidung, tenggorokan saluran bagian dalam sampai ke paru-paru. Biasanya
menyerang anak usia 2 bulan sampai 5 tahun.
2. Tanda dan Gejala ISPA
 Anak sering batuk
 Kesulitan bernapas
 Sakit tenggorokkan
 Pilek, demam (suhu 37,50C – 380C)
 Anak rewel
 Kehilangan nafsu makan
3. Perawatan ISPA
 Beri kompres hangat
 Banyak minum air putih
 Gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
 Beri makanan bergizi
 Rumah dengan ventilasi cukup
 Banyak istirahat
 Segera bawa ke pelayanan kesehatan apabila anak menunjukkan gejala-gejala
ISPA
4. Penularan ISPA
Melalui udara pernapasan, air ludah, darah, bersin
5. Pencegahan
 Menjaga keadaan gizi anak agar tetap baik
 Imunisasi lengkap
 Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
 Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

Page 10 of 15
 Membiasakan anak cuci tangan
6. Tanda dan Bahaya anak harus segera dibawa ke petugas kesehatan
 Kejang
 Kesadaran menurun
 Anak tidak bisa minum
 Anak demam dengan suhu 380C – 390C
 Napas mengorok
 Berat badan anak turun drastis

Page 11 of 15
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
a. Keluhan Utama : Klien mengeluh demam, batuk , pilek, sakit tenggorokan.
b. Riwayat penyakit sekarang : Dua hari sebelumnya klien mengalami demam
mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan
menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
c. Riwayat penyakit dahulu : Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit
sekarang.
d. Riwayat penyakit keluarga : Menurut pengakuan klien,anggota keluarga ada juga
yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.
e. Riwayat sosial : Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang
berdebu dan padat penduduknya.

3.2. Rencana Asuhan Keperawatan


Dx I : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru.

Tujuan kriteria hasil :

1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips).
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

Intervensi :

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi


2. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
5. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
6. Lakukan suction pada mayo
7. Berikan bronkodilator bila perlu
8. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
9. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
10. Monitor respirasi dan status O2
11. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
12. Pertahankan jalan nafas yang paten
13. Atur peralatan oksigenasi
14. Monitor aliran oksigen

Page 12 of 15
15. Pertahankan posisi pasien
16. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
17. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Diagnosa II : Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme

Tujuan Kriteria Hasil :

1. Suhu tubuh dalam rentang normal


2. Nadi dan RR dalam rentang normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Intervensi :

1. Monitor suhu sesering mungkin


2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
4. Monitor intake dan output
5. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
6. Berikan pasien kompres air hangat, hindari pemberian kompres dingin.
7. Tingkatkan sirkulasi udara.
8. Kolaborasi pemeberian cairan intravena.
9. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas.
10. Kolaborasi pemberian antipiretik.
11. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.

Diagnosa III : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan ketidakmampuan dalam memasukan dan mencerna makanan

Tujuan Kriteria Hasil :

1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan


2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda tanda malnutrisi
5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Intervensi :

1. Kaji adanya alergi makanan


2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yangdibutuhkan pasien.
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi.

Page 13 of 15
6. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi).
7. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
8. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
9. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
10. BB pasien dalam batas normal.
11. Monitor turgor kulit
12. Monitor mual dan muntah
13. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
14. Monitor pertumbuhan dan perkembangan

Diagnosa IV : Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA


berhubungan dengan kurang informasi.

Tujuan Kriteria Hasil :

1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis


dan program pengobatan.
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya.

Intervensi :

1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit


yang spesifik.
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang
tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat.
6. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit.
7. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
8. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

3.3. Evaluasi
1. Bersihan jalan nafas efektif, tidak ada bunyi atau nafas tambahan.
2. Suhu tubuh pasien dalam rentang normal antara 360 -37,50 C.
3. Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
4. Pengetahuan adekuat serta tidak terjadi komplikasi pada klien.

Page 14 of 15
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak,
penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA
tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita,
Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu
peranserta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dan kader kesehatan untuk
menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan
pembangunan nasional.

Seperti yang diuraikan diatas bahwa ISPA mempunyai variasi klinis yang bermacam-
macam, maka timbul persoalan pada pengenalan (diagnostik) dan pengelolaannya.Sampai
saat ini belum ada obat yang khusus antivirus.Idealnya pengobatan bagi ISPA bakterial
adalah pengobatan secara rasional.Pengobatan yang rasional adalah apabila pasien
mendapatkan antimikroba yang tepat sesuai dengan kuman penyebab. Untuk dapat
melakukan hal ini, kuman penyebab ISPA dideteksi terlebih dahulu dengan mengambil
material pemeriksaan yang tepat,kemudian dilakukan pemeriksaan mikrobiologik,
barusetelah itu diberikan antimikroba yang sesuai.

B. Saran

Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena pneumonia, maka
diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya dapat diprioritaskan.Disamping itu
penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan
secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah
dilaksanakan sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan lagi.

Page 15 of 15

Anda mungkin juga menyukai