Anda di halaman 1dari 30

SEJARAH KEPERAWATAN

v Mother Insting dalam sejarah Keperawatan


Mengapa dalam keperawatan disebutnya mother insting, bukan father insting atau animal
insting? Karena memang terdapat perbedaan antara ibu dan bapak baik secara fisik maupun
secara psikis. Kelebihan perempuan daripada laki-laki secara kodrati adalah terdapat pada
kepekaan dan emosi, menutut inayat khan pada tahun 2000 menyatakn bahwa perempuan secara
tabiat lebih intuitif dari pada pria, maka dari itu pekerjaan yang didasarkan atas naluri
keperawatan banyak dilakukan oleh perempuan dirumah.
Kenyataan menunjukan bahwa pada saat seorang anak sedang sakit dirumah pada dsarnya ingin
selalu bersama ibunya, jarang sekali ingin bersama ayahnya. Mungkin kedekatan ini disebabkan
oleh faktor bahwa ibulah yang mengandung, merawat serta membesarkan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa inti keperawatan adalah kepedulian yang didasarkan atas fitrah
naluriah manusia lantas apakah setiap orang yang memiliki kepedulian terhadap orang lain itu
bias lansung dikatakan sebagai perawat? Hal itu masih mungkin saja bias terjadi, jika kita
menengoh sejarah awal keperawatan yang belum didasarkan keilmuan, maka siapa saja bias
menjadi perawat. Akan tetapi jika menimbang perkembangan keperawatn saat ini sebagai suatu
profesi yang didasarkan atas keilmuan dan seni, maka tidak sembarang orang bias menjadi
perawat dan menjalankan tugas-tugas keperawatan. Meski sama-sama memeiliki naluri, akan
tetapi naluri manusia dengan naluri hewan sangatlah berbeda. Manusia mampu merubah dan
memodifikasi akal yang dimilikinya untuk di realisasikan, hal inilah yang tidak akan pernah
dimiliki oleh hewan. Karenanya, keperawatan tidak hanya saja terpaku pada naluri tetapi juga
pada kemampuan intelgensi. Namun tetapi, dalam keperawatan juga harus tetap menjaga naluri
yang tetap mengarah pada kebaikan. Tujuannya untuk mempertajam kepekaan dan kepedulian
terhadap masyarakat. Sebagai perawat, keduanya tersebut haruslah seimbang agar dapat menjadi
perawat yang memiliki intelgensi yang tinggi dan tetap memiliki kepedulian terhadapa
masyarakat.

v Sejarah Keperawatan di Dunia


Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala (Primitive Culture) sampai pada
munculnya Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang berasal dari Inggris.
Perkembangan keperwatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan
peradaban manusia.
Perkembangan keperawatan diawali pada :
1. Zaman Purbakala (Primitive Culture)

Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri sendiri (tercermin pada seorang ibu).
Harapan pada awal perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri keibuan
(Mother Instinc). Dari masa Mother Instic kemudian bergeser ke zaman dimana orang masih
percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistic yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia. Kepercayaan ini dikenal dengan nama Animisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya
seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu, pohon-pohon besar
dan gunung-gunung tinggi.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada dewa-dewa dimana pada masa itu mereka
menganggap bahwa penyakit disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil didirikan
sebagai tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu
perkembangan keperawatan terus berubah dengan adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu
kelompok wanita tua dan janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit, sejak itu
mulai berkembanglah ilmu keperawatan. Pada saat itu mereka meninggalkan keramaian didunia
untuk membantu merawat orang yang sakit.
2. Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana seseorang yang sakit dapat
disebabkan karena adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah
sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien. Perawat
dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.
3. Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu banyak
terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk mengunjungiorang sakit
sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi yang
meninggal. Dengan penuh kasih dan sayang.
Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes yaitu
tempat penampungan orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini
berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.
4. Pertengahan abad VI Masehi
Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring dengan
perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak
lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.
Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti, Kimia,
Hygiene dan obat-obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar keperawatan
kesehatan seperti pentingnya kebersihan diri, kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh
keperawatan yang terkenal dari Arab adalah Rufaidah.
5. Permulaan abad XVI

Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan, yaitu
perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup,
padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit. Dengan adanya
perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga
perawat. Untuk memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat
bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk
menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari
orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang
bertugas rangkap sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :
a. Mulai dikenal konsep P3K
b. Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi perawat
dibidang sosial.
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan keperawatan :
1. Hotel Dieu di Lion
Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah bertobat. Selanjutnya
pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini.

2. Hotel Dieu di Paris


Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde agama
dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini
adalah Genevieve Bouquet.

3. ST. Thomas Hospital (1123 M)


Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa ini perawat mulai
dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara Inggris
untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang bagi
Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status perawat. Kemudian Florence
dijuluki dengan nama The Lady of the Lamp.
6. Perkembangan keperawatan di Inggris
Florence kembali ke Inggris setelah perang Crimean. Pada tahun 1840 Inggris mengalami
perubahan besar dimana sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan dan Florence membuka

sekolah perawat modern. Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan


keperawatan di dunia.
Kontribusi Florence bagi perkembangan keperawatan a. l :
a. Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.
b. Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit
c. Manajemen RS
d. Mengembangkan pendidikan keperawatan
e. Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran
f. Pendidikan berlanjut bagi perawat.
Sejarah dan Perkembangan Keperawatan di Indonesia
Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda
sampai pada masa kemerdekaan.

1. Masa Penjajahan Belanda


Perkembangam keperawatan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yaitu pada
saat penjajahan kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda,
perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger dengan dibantu Zieken Oppaser
sebagai penjaga orang sakit.
Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen Hospital di Jakarta untuk memelihara kesehatan staf dan
tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah membentuk Dinas
Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta,
Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan, karena
tujuannya hanya untuk kepentingan tentara Belanda.
2. Masa Penjajahan Inggris (1812 1816)
Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan kesehatan
rakyat. Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik manusia, ia melakukan
berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain :

pencacaran umum
cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
kesehatan para tahanan
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih maju. Pada
tahun 1819 didirikan RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke
Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 1942 berdiri rumah sakit
rumah sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta, RS. ST Carollus Jakarta, RS. ST.
Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri pula sekolahsekolah perawat.
3. Zaman Penjajahan Jepang (1942 1945)
Pada masa ini perkembangan keperawatan mengalami kemunduran, dan dunia keperawatan di
Indonesia mengalami zaman kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh orang-orang tidak
terdidik, pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi kekurangan obat
sehingga timbul wabah.
4. Zaman Kemerdekaan
Tahun 1949 mulai adanya pembangunan dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai
pengobatan. Tahun 1952 didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setimgkat SMP.
Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan tahun 1962 yaitu Akper milik Departemen
Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula. Pendirian Fakultas Ilmu
Keperawatan (FIK) mulai bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK ( Program Studi Ilmu
Keperawatan ) yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia. Tahun 1995
PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK baru seperti di
Undip, UGM, UNHAS dll.

v Sejarah Perkembangan Profesi Keperawatan di Indonesia


Profesionalisme merupakan suatu proses menuju kea rah professional. Keperawatan sebagai
suatu profesi mengalami suatu perubahan. Proses perubahan tersebut diawali dari persepsi
pekerjaan yang sifatnya vokasional menuju ke pekerjaan yang professional. Pendidikan
keperawatn diawali dan dimulai dengan adanya sekolah perawat kesehatan (SPK) kemudian
berdirinya Diploma III Keperawatan hingga adanya jenjang S1 keperawatan dan kini sudah
banyak berdiri Sekolah TInggi Ilmu Kesehatan. Setelah adanya lokakarya tahun 1983, proses
menjadikan diri professional sudah mulai dirasakan dengan adanya proses pengakuan dari
profesi lainnya. Dalam menuju pengakuan tersebut diperlukan langkah penting dalam penataan
perawat menuju suatu profesi diantaranya :
1. Penataan Pendidikan Keperawatan

Merupakan unsure pertama yang harus dilakukan penataanya karena melalui pendidikan
perkembangan profesi keperawatan akan terarah dan berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga tenaga keperawatan yang dihasilkan dapat berkualitas. Yang
dapat dilakukan adalah :

Percepatan pertumbuhan pendidikan keperawatan dalam suatu pendidikan nasional


dengan menetapkan jenjang dan jenis pendidikan keperawatan mulai dari jenjang pendidikan
diploma,sarjana,dan profesi

Pengendalian dan pembinaan pelaksanaan pendidikan pada pusat pendidikan


keperawatan yang dilakukan dengan cara mengadakan pelaksanaan akreditasi pendidikan serta
penyesuaian standar pendidikan sesuai dengan pendidikan profesi keperawatan

Pengembangan lahan praktek dengan membentuk komunitas professional Hal ini


dilakukan untuk pencapaian kompetensi yang ada dengan menerapkan pengalaman belajar klinik
dan lapangan bagi calon-calon perawat

Pengembangan dan pembinaan staf akademis menuju terbentuknya masyarakat akademis


professional.

1. Penataan Praktek Keperawatan

Pengembangan dan pembinaan pelayanan asuhan keperawatan secara profesional

Penyusunan dan pemberlakuan standar praktek keperawatan

Penerapan model asuhan keperawatan secara professional dengan memperhatikan kode


etik keperawatan yang berlaku dan dalam setiap melakukan tindakan diperlukan hal yang
menunjang seperti ilmu keperawatan sebelumnya.
1. Penataan pendidikan berlanjut
Melalui pendidikan berkelanjutan keperawatan akan selalu berkembang dan terarah dalam
mengembangkan spesialisasi atau tingkat kekhususan dalam profesi keperawatan.Untuk menuju
penataan tersebut dapat dilakukan:
1. Pengembangan pola pendidikan berkelanjutan
2. Penyusunan program pendidikan berkelanjutan yang disesuaikan dengan kebutuhan
perawat
3. Pengembangan kemampuan untuk melaksanakan pendidikan keperawatan melalui upaya
pengembangan pendidikan keperawatan diberbagai tempat pelayanan atau pendidikan

4. Penataan organisasi profesi keperawatan


Penataan organisasi juga merupakan penataan keperawatan sebagai profesi,mengingat organisasi
profesi merupakan sarana untuk komunikasi antar perawat profesional serta wadah dalam
menyalurkan aspirasi dalam perkembangan keperawatan,dalam menuju proses menjadikan diri
ke arah profesional serta menuju tertatanya organisasi profesi tersebut yang dapat dilakukan
dengan:
1. Pembinaan organisasi keperawatan
2. Peningkatan kemampuan organisasi profesi keperawatan
3. Pembinaan organisasi keperawatan dengan melaksanakan ini diharapkan organisasi
profesi bisa diakui secara benar-benar menjadi organisasi profesi yang mampu
mengendalikan profesionalisasi keperawatan
4. Penataan Lingkungan untuk perkembangan keperawatan lingkungan
Merupakan sesuatu yang penting dalam penerapan atau pengembangan profesi.Upaya
keperawatan dalam menata lingkungan tersebut:
1. Melaksanakan desiminasi pengertian tentang keperawatan profesional dengan
menjelaskan lingkup peran dan tanggungjawab serta kewenangan profesi keperawatan
kepada masyarakat
2. Menciptakan kesempatan bagi profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan
keperawatan dengan sikap profesional
3. Memberlakukan undang-undang dalam penerapan praktek keperawatan profesional
sehingga segala kendala dan hambatan dapat diatasi secara langsung
Memberikan kepercayaan pada masyarakat untuk melaksanakan program praktek keperawatnan
agar diakui oleh masyarakat

v Keperawatan sebagai suatu Profesi


1. Winsley (1964)
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan badan ilmu sebagai dasar untuk
pengembangan teori yang sistematis guna menghadapi banyak tantangan baru, memerlukan
pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik dengan fokus utama pada
pelayanan.

2. Schein E. H (1962)
Profesi merupakan suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set norma yang
sangat khusus yang berasal dari perannya yang khusus di masyarakat.
3. Hughes,E.C ( 1963 )
Profesi merupakan suatu keahlian dalam mengetahui segala sesuatu dengan lebih baik
dibandingkan orang lain (pasien).

Ciri-ciri profesi menurut Winsley,(1964 ):


1. Didukung oleh badan ilmu ( body of knowledge ) yang sesuai dengan bidangnya, jelas
wilayah kerja keilmuannya dan aplikasinya.
2.Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terusmenerus dan bertahap
3.Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui perundangundangan
4.Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (estndar pendidikan dan
pelatihan, estndar pelayanan dan kodeetik) serta pengawasan terhadap pelaksanaan peraturanperaturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi
Dikatakan juga oleh Shortridge,L.M ( 1985 ),Ciri-ciri profesi esensial suatu profesi adalah sbb:
1.Berorientasi pada pelayanan masyarakat
2.Pelayanan keperawatan yang diberikan didasarkan pada ilmu pengetahuan
3.Adanya otonomi
4.Memiliki kode etik
5. Adanya organisasi profesi.
Mari kita lihat apakah Keperawatan termasuk PROFESI..???

1. MEMPUNYAI BODY OF KNOWLEDGE

Tubuh pengetahuan yang dimiliki keperawatan adalah ilmu keperawatan( nursing science ) yang
mencakup ilmu ilmu dasar ( alam, sosial,perilaku), ilmubiomedik, ilmu kesehatan masyarakat,
ilmu keperawatan dasar, ilmu keperawatan klinis dan ilmu keperawatan komunitas.

2. PENDIDIKAN BERBASIS KEAHLIAN PADA JENJANG PENDIDIKAN TINGGI.


Di Indonesia berbagai jenjang pendidikan telah dikembangkan dengan mempunyai standar
kompetensi yang berbeda-beda mulai D III Keperawatan sampai dengan S3 akan dikembangkan.

3. MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT MELALUI PRAKTIK DALAM


BIDANG PROFESI.
Keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari Sistem Kesehatan Nasional. Oleh
karena itu sistem pemberian askep dikembangkan sebagai bagian integral dari sistem pemberian
pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang terdapat di setiap tatanan pelayanan kesehatan.
Pelayanan/ askep yang dikembangkan bersifat humanistik/menyeluruh didasarkan pada
kebutuhan klien,berpedoman pada standar asuhan keperawatan dan etika keperawatan.
4. MEMILIKI PERHIMPUNAN/ORGANISASI PROFESI.
Keperawatan harus memiliki organisasi profesi, organisasi profesi ini sangat menentukan
keberhasilan dalam upaya pengembangan citra keperawatan sebagai profesi serta mampu
berperan aktif dalam upaya membangun keperawatan profesional dan berada di garda depan
dalam inovasi keperawatan di Indonesia.

5. PEMBERLAKUAN KODE ETIK KEPERAWATAN.


Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat professional selalu menunjukkan sikap dan
tingkah laku professional keperawatan sesuai kode etik keperawatan.

6. OTONOMI
Keperawatan memiliki kemandirian, wewenang, dantanggungjawab untuk mengatur kehidupan
profesi, mencakup otonomi dalam memberikan askep dan menetapkan standar asuhan
keperawatan melalui proses keperawatan, penyelenggaraan pendidikan, riset keperawatan dan
praktik keperawatan dalam bentuk legislasi keperawatan( KepMenKes No.1239 Tahun 2001 )

7. MOTIVASI BERSIFAT ALTRUISTIK


Masyarakat professional keperawatan Indonesia bertanggungjawab membina dan mendudukkan
peran dan fungsi keperawatan sebagai pelayanan professional dalam pembangunan kesehatan
serta tetap berpegang pada sifat dan hakikat keperawatan sebagai profesi serta selalu berorientasi
kepada kepentingan masyarakat.

DENGAN MELIHAT DEFINISI,CIRI PROFESI YANG TELAH DISEBUTKAN DIATAS


DAPAT KITA ANALISIS BAHWA KEPERAWATAN DI INDONESIA DAPAT DIKATAKAN
SEBAGAI SUATU PROFESI.

v Keperawatan sebagai suatu Profesi dan Syarat Keperawatan Menjadi Sebuah Profesi
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam menentukan
tindakannya didasari pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam
keahliannya. Bentuk asuhan keperawatan ini sendiri merupakan suatu proses dalam praktek
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan,
dengan menggunakan metodologi proses keperawatan dan berpedoman pada standar
keperawatan, dilandasi etika keperawatan dalam lingkup wewenang srta tanggung jawab
keperawatan. Berdasarkan penggunaan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan ini,
maka keperawatan dapat dikatakan sebagai profesi yang sejajar dengan profesi dokter, apoteker,
dan lainnya. Dengan demikian perawat dikatakan sebagai profesi karena memiliki :

Landasan ilmu pengetahuan yang jelas

Landasan ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah pertama, memiliki cabang ilmu keperawatan
yang di antaranya ilmu keperawatan dasar yang terdiri dari konsep dasar
keperawatan,keperawatan professional, komunikasi keperawatan, kepemimpinan dan
managemen keperawatan, kebutuhan dasar manusia. Kedua, cabang ilmu keperawatan klinik
meliputi keperawatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan medical bedah, keperawatan
jiwa, dan keperawatan gawat darurat. Ketiga, cabang ilmu komunitas yang meliputi keperawatan

keluarga, keperawatan gerontik dan keempat ilmu penunjang yang meliputi kelompok ilmu
humaniora.

Memiliki kode etik profesi

v Kode Etik Keperawatan


Kode etik adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis secara tegas menyatakan
apa yang benar dan baik , dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi professional. Kode etik
keperawatan merupakan bagian dari eika terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan
kesehatan masyarakat. Etik etchiks berasal dari bahasa yunani yang disebut etos artinya sudah
kebiasaan, perilaku, karakter. Menurut wester. Adalah sesuatu ilmu yang mempelajari apa yang
baik dan yang buruk secara moral.
Dalam kode etik keperawatan Indonesia yang telah diputuskan oleh Musyawarah Nasional VI
PPNI terdiri dari bagian mukadimah, tanggung jawab perawat dan klien, perawat dan praktek,
perawata dan masyarakat, perawat dan teman sejawat, perawat dan profesi lain. Isi dari kode etik
tersebut adalah :
Mukadimah
Sebagai profesi yang turut serta mengusahakan tercapainya kesejahteraan fisik, material dan
mental spiritual untuk makhluk insani dalam wilayah Republik Indonesia. Maka kehidupan
profesi keperawatan di Indonesia selalu berpedoman kepada sumber asalnya yaitu kebutuhan
masyarakat Indonesia akan pelayanan keperawatan
Tanggung jawab perawat dank lien
Perawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia.
Perawat dalam memberikan pelayanan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang
menghormati nilai budaya adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama.
Tanggung jawab utama keperawatan adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.
Perawat wajib merahasiakan segala yang diketahuinya sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya

Tanggung jawab perawat dan praktik


Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar terus
menerus

Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan


Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi dan mempertimbangkan
kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi.

Tanggung jawab perawat dan masyarakat


Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung
berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Tanggung jawab perawat dan teman sejawat


Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga
kesehatan lainnya
Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan tidak kompeten tidak etis dan illegal.

Tanggung jawab perawat dan profesi


Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkan dalam kegiatan pelayanan fan pendidikan keperawatan.
Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi keperawatan.

v Pengaplikasian kode etik perawat pada mahasiswa


Dalam pengaplikasiannya dimulai dari hal kecil terlebih dahulu yaitu mencoba tertarik akan
semua hal yang ada disekitar kita. Sebagai contoh saat melihat kawan cemberut. Karena kita
merasa tertatrik mengapa teman itu cemberut otomatis disana kita akan bertanya apa alasan yang
menyebabkan cemberut tersebut. Setelah mengetahui alasannya, sebagai teman yang baik pasti
akan menyelesaikan masalah tersebut dengan cara mencari jalan keluarnya. Proses tersbut adalah
proses dimana awalnya ketertarikan tumbuh menjadi simpati dan tidak hanya itu saja, dengan
adanya pemecahan masalah dengan cara mencari jalan keluar secara tidak langsung rasa caring
akan muncul yang kemudian akan mendorong kita untuk membatnu antar sesame baik dalam
keadaan sehat ataupun membutuhkan pertolongan kita tanpa membedakan siapa orang tersebut,
bagaimana status social atau ekonomi, kepribadian, atau masalah kesehatannya. Bisa dikatakan
semampu mungkin bahwa bagaimana caranya agar orang merasa nyaman dihati kita sehingga

orang tersebut merasa nyaman dan merasa dilindungi kemudian tidak hanya itu saja tapi
mengajarkan kita untuk dapat memulai bias berfikir kritis dan menjadi dewasa yang mampu
secara aktif serta dalam upaya melindungi masyarakat. Karena sesungguhnya tugas dan tanggung
jawab sebagai perawat adalah meningkatkan kesehatan, ikut serta membantu mengentaskan
masyarakat menuju kesejahteraan kesehatan dan mengurangi penderitaan. Selain diatas, seorang
mahasiswa dalam mengaplikasikan kode etik keperawatan adalah :

Meningkatkan dan memelihara kompetensi dibidang keperawatan dengan terus menerus


belajar baik secara praktik, maupun materi.

Kejujuran dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan tentang keperawatan yang


telah dipelajari.

Bertanggung jawab dalam perilaku dan menjunjung tinggi nama baik keperawatan

Berperan aktif dalam kegiatan pengembangan keperawatan/ kegiatan kemahasiswaan


seperti donor darah, PMI, dll.

v PPNI
Organisasi ini lahir berdasarkan serangkaian perundingan beberapa tokoh tenaga keperawatan
dari berbagai organisasi keperawatan yang berdiri sendiri. Dengan kesadaran pentingnya bersatu,
maka pada tanggal 17 Maret 1974, mereka sepakat melaksanakan fusi menjadi Persatuan
Perawat Nasional Indonesia yang disingkat menjadi PPNI.
PPNI didirikan pada tanggal 17 Maret 1974 yang kepengurusannya terdiri dari : 1 Pengurus
Pusat PPNI berkedudukan di Ibu Kota Negara, 32 Pengurus PPNI Propinsi, 358 Pengurus PPNI
Kabupaten/Kota dan lebih dari 2500 Pengurus Komisariat (tempat kerja) yang menghimpun
ratusan ribu perawat Indonesia baik yang berada di Indonesia maupun di Luar Negeri, saat ini
sudah dibentuk INNA-K ( Indonesian National Nurses Association in Kuwait). PPNI, sejak Juni
2003 telah menjadi anggota yang ke 125 dengan visi sebagai corong suara yang kuat bagi
komunitas keperawatan dan berkomitmen tinggi untuk memberikan pelayanan/asuhan
keperawatan yang kompeten, aman dan bermutu bagi masyarakat luas.
Tujuan PPNI
Setiap didirikannya suatu organisasi pasti mempunyai tujuan. Tujuan dari PPNIadalah:
1)Mantapnya persatuan dan kesatuan yang kokoh antara tenaga keperawatan.

2)Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam upaya kesehatan.


3)Berkembangnya karier dan prestasi kerja tenaga keperawatan sejalan dengan peningkatan
kesejahteraan tenaga keperawatan.
4) Meningkatkan hubungan kerjasama dengan orang lain, dan beberapa lembaga lain baik
didalam maupun di luar negeri.
b.Tugas pokok PPNI
Di dalan anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPNI, yang menjadi tugas pokok PPNI
adalah :
1)Dibidang pembinaan organisasi, PPNI bertugas membina kelembagaan, anggotakader
kepemimpinan, hukum dan humas.
2)Dibidang pembinaan pendidikan dan pelatihan keperawatan, PPNI bertugasmeningkatkan
jangkauan dan mutu pendidikan dan pelatihan keperawatan.
3) Dibidang pembinaan pelayanan keperawatan, PPNI bertujuan meningkatkan jangkauan dan
mutu pelayanan keperawatan.
4) Dibidang pembinaan IPTEK, PPNI bertugas mengembangkan penelitian- penelitian
keperawatan dan pengembangan keperawatan.
5)Dibidang pembinaan kesejahteraan, PPNI bertugas membina kesejahteraananggota dan
pembinaan badan-badan usaha antara lain, pembinaan yayasan dankoperasi.
c. Peran dan Fungsi PPNI
PPNI mempunyai fungsi sebagai wadah tenaga keperawatan yang memiliki persamaankehendak
sesuai dengan jenis kerja/profesi dan lingkungan untuk mencapai tujuanorganisasi, mengemban,
mengamalkan dan membela Pancasila serta berorientasi pada program-program pembangunan
manusia seutuhnya tanpa membedakan golongan,suku, keturunan, agama/kepercayan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, sertamemadukan, menampung, menyalurkan dan memperjuangkan
aspirasi tenagakeperawatan serta mengembangkan keprofesionalan dan kesejahteraan
tenagakeperawatan.Peran Organisasi profesi :
1)Pembina, pengembang dan pengawas terhadap mutu pendidikan keperawatan
2)Pembina, pengembang dan pengawas terhadap pelayanan keperawatan
3)Pembina serta pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
4)Pembina, pengembang dan pengawas kehidupan profesiFungsi-fungsi tersebut
diimplementasikan melalui berbagai kegiatan yaitu

1)Menyusun standar kompetensi perawat dan standar perawat dn kependidikankeperawatan.


2)Menyusun kode etik yang mengatur tindakan dan perilaku keperawatan.
3)Menginisiasi, mempengaruhi regulasi, kebijakan kesehatan nasional daninternasional.
4)Mendukung penelitian dan evaluasi keperawatan.
5)Berperan sebagai pusat informasi keperawatan dan mendisiminasikannya.
6)Meningkatkan dan memperoleh kesejahteraan perawat.
7)Menunjukkan kepemimpinan dalam keperawatan nasional dan internasional.
8) Memberikan kesempatan bagi perawat untuk mengembangkan kemampuan profesional
melalui pendidikan keperawatan berlanjut.
9) Memastikan collecting bergaining bagi perawat.
10)Memelihara komunikasi dengan anggota melalui publiksi resmi.
11)Berperan aktif sebagai perwalian(advokat ) konsumen.
12)Mewakili dan berbicara atas nama profesi keperawatan dengan tenaga kesehatanlain,
organisasi nasional dan internasional, lembaga pemerintah dan badan pemerintah.

v ORGANISASI KEPERAWATAN INTERNASIONAL


1. International Council of Nurses (ICN)
Merupakan organisasi profesional wanita pertama didunia yang didirikan tanggal 1 Juli 1899
yang dimotori oleh Mrs. Bedford Fenwick. ICN merupakan federasi perhimpunan perawat
nasional diseluruh dunia. Tujuan pendirian ICN adalah memperkokoh silaturahmi para perawat
diseluruh dunia, memberi kesempatan bertemu bagi perawat diseluruh dunia untuk
membicarakan berbagai maslah tentang keperawatan, menjunjung tinggi peraturan dalam ICN
agar dapat mencapai kemajuan dalam pelayanan, pendidikan keperawatan berdasarkan dan kode
eik profesi keperawatan.
Kode etik keperawatan menurut ICN (1973) menegaskan bahwa keperawatan bersifat universal.
Keperawatan menjunjung tinggi kehidupan martabat dan hak asasi mnausia. Keperawatan tidak
dibatasi oleh perbedaan kebangsaan, ras, warna kuliut, usia, jenis kelamin, aliran politik, agama,

dan status sosial. ICN mengadakan kongres setiap 4 tahun sekali. Pusatnya di Geneva,
switzerland.
2. American Nurses Association (ANA)
ANA adalah organisasi profesi perawat di Amerika Serikat. Didirikan pada akhir tahun 1800
yang anggotanya terdiri dari organisasi perawat dari negara-negara bagian. ANA berperan dlm
menetapkan standar praktek keperawatan, melakukan penelitian untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan serta menampilkan profil keperawatan profesional dengan
pemberlakukan legislasi keperawatan.
3. Canadian Nurses Association (CNA)
CNA adalah asosiasi perawat nasional di Kanada. Mempunyai tujuan yang sama dengan ANA
yaitu membuat standar praktek keperawatan, mengusahakan peningkatan standar praktek
keperawatan, mendukung peningkatan profesionalisasi keperawatan dan meningkatkan
kesejahteraan perawat. CNA juga berperan aktif meningkatkan mutu pendidikan keperawatan,
pemberian izin bagi praktek keperawatan mandiri.
4. National League for Nursing (NLN)
NLN adalah suatu organisasi terbuka untuk semua orang yang berkaitan dengan keperawatan
meliputi perawat, non perawat seperti asisten perawat (pekarya) dan agencies. Didirikan pada
tahun 1952. Bertujuan untuk membantu pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan
keperawatan dan pendidikan keperawatan.

5. British Nurses Association (BNA)


BNA adalah asosiasi perawat nasional di Inggris. Didirikan pada tahun 1887 oleh Mrs. Fernwick.
Bertujuan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan seluruh perawat di inggris dan berusaha
memperoleh pengakuan terhadap profesi keperawatan.

v Yang harus dipersiapkan sebagai perawat dimasa depan.


Hingga saat ini profesi perawat masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat karena mereka
masih menganggap perawat tidak lebih penting dari tenaga medis lain. Oleh sebab itu, Profesi
keperawatan yang akan datang dituntut untuk menjadi profesi yang dapat di hargai dan dipercaya
oleh masyarakat. Perawat di masa mendatang harus dapat menjadi perawat yang profesional
dan mandiri dengan rasa sosial tinggi dan kepedulian yang peka.
Selain itu, perawat di tuntut untuk melakukan perubahan paradigma kepemimpinan dalam
keperawatan. Saat ini terdapat persepsi bahwa perawat pemimpin adalah perawat manager yang
menduduki posisi struktural dan memiliki power birokrasi. Berdasarkan pemahaman manager

dengan pemimpin, di perlukan perubahan mindset atau mental model perawat dari manager
menuju pemimpin.
Menurut Prof. Diane brown seorang ahli dalam bidang keperawatanmengemukakan bahwa
paradigma baru dalam kepemimpinan keperawatan meliputi :

Empowerment of all workers

Multidisciplinary work teams

Truly patient-centred care

Continuous qualityimprovement

Open disclosure and discussion about errors

Appointment by merried

Nurses have an aqual place at the table

Nurses leaders on the hospital executive

Berdasarkan tantangan yang semakin besar dan kuat terhadap profesi keperawatan kita sebagai
seorang mahasiswa harus dapat melakukan beberapa langkah nyata diantaranya:
1. Mahasiswa harus responsif terhadap tantangan yang muncul dan mampu menggerakkan
semua sumber daya dala organisasi.
2. Berusaha menjadi penentu arah dan sebagai agen perubahan dalam organsasi
3. Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
4. Menyelesaikan masalah secara ilmiah, sikap dan tingkah laku profesional
5. Belajar aktif dan mandiri serta mengikuti pendidikan di masyarakat
Dengan begitu tujuan dari keperawatan serta tantangan yang akan di hadapi keperawatan di masa
yang akan datang bisa di hadapi dan dilalui dengan baik, dengan ketelitian yang cukup tinggi.

SEJARAHAWATAN DUNIA DAN INDONESIA

SEJARAH KEPERAWATAN DUNIA DAN INDONESIA

Mempelajari sejarah keperawatan akan memberikan kebanggaan tersendiri,


karena bisa mengingatkan kita pada perawat di masa lalu yang telah bekerja
keras, hingga akhirnya kita bisa merasakan hasilnya seperti sekarang ini. Sejarah
keperawatan akan membuka mata kita tentang bagaimana perkembangan
keperawatan, bagaimana tantangan yang dihadapi dan apa yang akan dicapai oleh
keperawatan di masa datang. Mengetahui masa lalu dan memahami keperawatan
terdahulu akan memberzikan suatu kesempatan untuk menggunakan
pengalaman dan pelajaran yang dapat digunakan di masa kini dan masa depan.
Lahirnya keperawatan dapat dikatakan bersamaan dengan penciptaan
manusia, yaitu penciptaan Adam dan Hawa. Keperawatan lahir sebagai bentuk
keinginan untuk menjaga seseorang tetap sehat dan memberikan rasa nyaman,
pelayanan dan keamanan bagi orang yang sakit. Walaupun secara umum tujuan
keperawatan relatif sama dari tahun ke tahun, praktik keperawatan dipengaruhi
oleh perubahan kebutuhan masyarakat, sehingga keperawatan berkembang
secara bertahap. Keperawatan yang kita ketahui saat ini tidak dapat dipisahkan
dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradapan
manusia.
Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama besar di dunia serta
kondisi sosial ekonomi masyarakat, seperti terjadinya perang, renaissanceserta
gerakan revolusi Luther turut mewarnai perkembangan keperawatan di dunia.
Pada awal sejarahnya, keperawatan dikenal sebagai bentuk pelayanan komunitas
dan pembentukannya berkaitan erat dengan dorongan alami untuk melayani dan
melindungi keluarga (Donahue, 1995). Umur keperawatan sama tuanya dengan
kedokteran. Sepanjang sejarah, profesi keperawatan dan kedokteran saling
bergantung satu sama lain. Selama era Hipokrates, kedokteran bekerja tanpa
perawat dan selama abad pertengahan, keperawatan bekerja tanpa dukungan
medis (Donahue, 1995; Deloughery, 1995). Menurut sejarah, laki-laki dan
perempuan telah memegang peran perawat, masuknya perempuan dalam
keperawatan dimulai sekitar 300 M (Shryock, 1959; Donahue, 1995). Pada abad
keenam jumlah laki-laki yang memasuki dunia keperawatan semakin meningkat.
B. KEPERAWATAN ZAMAN PURBA
Menggambarkan keperawatan pada zaman primitive merupakan hal yang
sulit, juga sulit untuk membedakan peran dokter dan perawat. Pada masa itu,
perawatan dan penyembuhan penyakit diperoleh dari penyebaran dari mulut ke

mulut. Peran wanita tradisional sebagai istri, ibu, anak perempuan dan saudara
perempuan selalu mencakup perawatan dan pengasuhan anggota keluarga yang
lainnya. Istilah perawat (nurse) berasal dari perawatan yang diberikan ibu kepada
bayinya yang tidak berdaya.
Pada zaman purba (primitive culture), manusia percaya bahwa apa yang ada
di bumi mempunyai kekuatan mistik/spiritual yang dapat mempengaruhi
kehidupan manusia. Kepercayaan ini disebut animisme. Mereka meyakini bahwa
sakitnya seseorang disebabkan oleh kekuatan alam atau pengaruh kekuatan gaib
seperti batu-batu besar, gunung-gunung yang tinggi, pohon-pohon yang besar,
sungai-sungai yang besar, dll. Pada saat itu peran perawat tidak berkembang,
masyarakat pada masa itu lebih senang pergi ke dukun untuk mengobatkan
anggota keluarganya yang sakit. Masyarakat menganggap bahwa dukun lebih
mampu mencari, mengetahui dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh orang
yang sakit.
Fenomena animisme terlihat pada sejarah Bangsa Mesir dan Cina. Pada
masa itu bangsa Mesir menyembah Dewa Isis, Dewa yang diyakini bisa
menyembuhkan penyakit. Masyarakat Cina menganggap penyakit disebabkan oleh
syetan atau makhluk halus dan akan bertambah parah jika orang lain memegang
orang yang sakit, akibatnya perawat tidak diperkenankan untuk merawat orang
yang sakit.

C. ZAMAN PERADAPAN KUNO


Pada masa ini, keyakinan mengenai penyebab penyakit masih mirip dengan
zaman primitif, yaitu didasarkan pada takhayul dan magis, sehingga
penyembuhan membutuhkan penyembuhan magis. Pendeta atau dokter penyihir
menikmati status dalam masyarakat kuno. Sejalan dengan perkembangan
peradapan, teori praktis perawatan medis yang muncul sebagai penyebab penyakit
non-medis mulai terobservasi. Catatan tertua mengenai praktik penyembuhan
ada pada lembaran tanah liat berusia 4000 tahun yang dihubungkan dengan
peradapan Sumeria. Lembaran ini berisi tentang resep obat, tetapi tidak
dituliskan untuk mengatasi penyakit apa.
Lontar Eber merupakan temuan kebudayaan Mesir. Lontar ini tertanggal
sekitar tahun 1550 SM, dan dipercayai sebagai teks medis tertua di dunia. Lontar
ini berisi uraian tentang banyak penyakit yang diketahui saat ini dan
mengidentifikasi gejala spesifik. lontar Eber juga berisi 700 zat yang digunakan
untuk obat-obatan disertai cara penyiapan dan penggunaannya. Mumifikasi atau
pembalseman juga muncul pada masa ini, mumifikasi berasal dari keyakinan
bahwa ada kehidupan setelah kematian. Dibutuhkan ilmu dan pengetahuan

untuk membuat larutan yang bisa digunakan untuk mengawetkan mayat. Hal ini
menunjukkan bahwa pada masa itu sudah mengenal ilmu fisiologi, anatomi dan
patofisiologi.
Bangsa Yahudi kuno menyumbangkan Mosaic Health Code. Kode ini
dianggap sebagai legislasi sanitari pertama dan berisi catatan pertama mengenai
syarat kesehatan masyarakat. Kode ini mencakup aspek individu, keluarga, dan
kesehatan komunitas, termasuk di dalamnya membedakan antara yang bersih
dengan tidak bersih.
Budaya Afrika kuno, fungsi pengasuhan yang dimiliki oleh perawat
termasuk peran sebagai bidan, herbalis, ibu susu, dan pemberi perawatan untuk
anak dan lansia (Dolan, Fitzpatrick, dan Herrmann, 1983). Budaya India kuno,
sudah mengenal adanya perawat laki-laki yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Pengetahuan mengenai cara mempersiapkan obat yang akan diberikan
b. Pintar
c. Mampu mencurahkan kasih sayang ke pasien
d. Kemurnian pikiran dan tubuh
Adapun perawat wanita India bertindak sebagai bidan dan merawat anggota
keluarga yang sakit. Peran perawat dalam budaya Cina kurang disebutkan,
namun peran Cina kuno lebih banyak pada penemuan obat herbal, pemakaian
akupunktur sebagai metode pengobatan, dan publikasi Nei Ching (canon of
medicine), yang merinci empat langkah pemeriksaan: melihat, mendengar,
bertanya dan merasakan.
Sejarah Yunani dan Romawi kuno, perawatan orang sakit lebih maju dalam
mitologi dan realitas. Dewa mitos Yunani yang dinggap sebagai dewa penyembuh
adalah Asklepios, istrinya Epigone adalah dewi penenang, Hygenia anak
perempuan Asklepios adalah dewi kesehatan dan diyakini sebagai perwujudan
perawat. Kuil yang dibangun untuk menghormati Asklepios menjadi pusat
penyembuhan, pendeta kuil Asklepios memberikan penyembuhan melalui
pengobatan natural dan supranatural (Donahue, 1996). Seorang dokter Yunani
kuno, Hipocrates, mempercayai bahwa penyakit memiliki penyebab alami.
Pernyataan Hipocrates ini sangat bertentangan dengan pendapat tabib pendeta di
kuil yang mengatakan bahwa penyebab penyakit adalah magis dan mistik.
Sedangkan kontribusi Romawi terhadap perawatan kesehatan adalah sanitasi
umum, pengeringan rawa, dan pembangunan saluran air, tempat pemandian
umum dan pribadi, sistem drainase, dan pemanasan sentral.

D. ZAMAN KEAGAMAAN
Kemajuan peradapan manusia dimulai ketika manusia mengenal agama.
Penyebaran agama sangat mempengaruhi perkembangan peradaban manusia
sehingga berdampak positif terhadap perkembangan keperawatan. Pada
permulaan Masehi, agama kristen mulai berkembang. Agama kristen cukup besar
mempengaruhi profesi keperawatan. Salah satu catatan di awal sejarah
digambarkan bahwa keperawatan merupakan bentuk perintah dari Diakonia,
suatu kelompok kerja seperti perawat kesehatan masyarakat atau yang
mengunjungi orang sakit. Dalam awal kehidupan gereja, Diakonia dijalankan oleh
perempuan yang ditunjuk oleh pimpinan gereja. Peran mereka adalah
mengunjungi orang yang sedang sakit. Penunjukan dilakukan pada wanita yang
memiliki status sosial yang tinggi. Pada masa ini, keperawatan mengalami
kemajuan yang berarti seiring dengan kepesatan perkembangan agama kristen.
Kemajuan terlihat jelas, pada masa pemerintahan Lord Constantine, ia
mendirikan xenodhoecim atau hospes dalam bahasa latin yaitu tempat
penampungan orang yang membutuhkan pertolongan, terutama bagi orang-orang
sakit yang memerlukan pertolongan dan perawatan. Kemajuan profesi
keperawatan pada masa ini juga terlihat jelas dengan berdirinya Rumah sakit
terkenal di Roma yang bernama Monastic Hospital. Rumah Sakit ini dilengkapi
dengan fasilitas perawatan berupa bangsal perawatan, bangsal untuk orang cacat,
miskin dan yatim piatu. Sejak abad pertengahan institusi yang bergerak dalam
bidang sosial (1100 M sampai 1200 M) mulai bergerak merawat lansia, orang sakit
dan orang miskin (Deloughery, 1995).
Seperti di Eropa, pada pertengahan abad VI masehi, keperawatan juga
berkembang di benua Asia. Tepatnya di Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah
seiring dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam terhadap
perkembangan keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW
dalam menyebarkan agama Islam. Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas
telah dimulai sejak seorang perawat muslim pertama yaitu Siti Rufaidah pada
jaman Nabi Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha memberikan pelayanan
terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya kaya
atau miskin(Elly Nurahmah, 2001). Sementara sejarah perawat di Eropa dan
Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan modern,
Negara di timur tengah memberikan status ini kepada Rufaidah, seorang perawat
muslim. Talenta perjuangan dan kepahlawanan Rufaidah secara verbal diteruskan
turun temurun dari generasi ke generasi di perawat Islam khususnya di Arab
Saudi dan diteruskan ke generasi modern perawat di Saudi dan Timur Tengah
(Miller Rosser, 2006)

Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented at the
3rd International Nursing Conference "Empowerment and Health: An Agenda for
Nurses in the 21st Century" yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4
Nopember 1998, menggambarkan Rufaidah adalah perawat profesional pertama
dimasa sejarah islam. Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek
klinikal semata, namun juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan
masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit.
Saat kota Madinah berkembang, Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum
muslim yang sakit, dan membangun tenda di luar Masjid Nabawi saat damai . Dan
saat perang Badr, Uhud, Khandaq dan Perang Khaibar dia menjadi sukarelawan
dan merawat korban yang terluka akibat perang. Dan mendirikan Rumah sakit
lapangan sehingga terkenal saat perang dan Nabi Muhammad SAW sendiri
memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya.
Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat
perang. Namun juga terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia memberikan
perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental.
Dia merawat anak yatim dan memberikan bekal pendidikan. Rufaidah
digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya dengan baik pula.
Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga
perkembangan sisi tehnologi dan sisi kemanusiaan (human touch) mesti seimbang.
Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan
pertama di dunia Isalam, meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan (Jan, 1996),
dia juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit (preventif care) dan
menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan (health education)
Memasuki abad VII Masehi, agama Islam tersebar ke berbagai pelosok
negara dari Afrika, Asia Tenggara sampai Asia Barat dan Eropa (Turki dan
Spanyol). Pada masa itu di jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan
seperti ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene, dan obat-obatan. Prinsip-prinsip dasar
perawatan kesehatan seperti menjaga kebersihan diri (personal hygiene),
kebersihan makanan, air dan lingkungan berkembang pesat. Masa Late to Middle
Ages (1000 1500 M ), negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan
mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar
dalam peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga sekarang,
yaitu pemisahan anatar ruang pasien laki-laki dan wanita, serta perawat wanita
merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat pasien laki-laki
(Donahue, 1985, Al Osimy, 2004).

KEPERAWATAN ABAD PERTENGAHAN

Permulaan abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat mengalami


perubahan, dari orientasi kepada agama berubah menjadi orientasi kekuasaan,
yaitu perang, eksplorasi kekayaan alam serta semangat kolonialisme. Akibat dari
hal tersebut adalah banyak tempat ibadah (termasuk gereja) yang ditutup,
padahal tempat ini dijadikan tempat untuk merawat orang sakit.
Di satu sisi, kenyataan ini berdampak negatif. Penutupan tempat ibadah
menyebabkan kekurangan tenaga perawat karena sebelumnya, tindakan
perawatan dilakukan oleh kelompok agama. Untuk memenuhi kebutuhan
perawat, bekas wanita jalanan (wanita tuna susila) atau wanita yang bertobat
setelah melakukan kejahatan diterima sebagai perawat. Kejadian ini
melatarbelakangi asumsi negatif terhadap perawat, masyarakat beranggapan
bahwa wanita terhormat tidak bekerja di luar rumah. Akibat reputasi ini perawat
diupah dengan gaji rendah dengan jam kerja lama pada kondisi kerja yang buruk
(Taylor. C.,dkk, 1989)
Di sisi yang lain, adanya perang seperti perang Salib berdampak positif
terhadap perkembangan keperawatan. Untuk menolong korban perang
dibutuhkan banyak tenaga sukarela yang dipekerjakan sebagai perawat. Mereka
terdiri dari kelompok agama, wanita-wanita yang mengikuti suaminya ke medan
perang turut merawat orang sakit jika diperlukan dan tentara (pria) yang bertugas
rangkap sebagai perawat. Pengaruh perang salib terhadap keperawatan adalah
mulainya dikenal istilah P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), pada masa
itu keberadaan perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan dan timbul peluang
kerja bagi perawat di bidang sosial. Setelah perang Salib, kota-kota besar mulai
berdiri dan berkembang dengan menurunkan faktor feodalisme. Perkembangan
populasi penduduk yang luas di kota-kota tersebut menyebabkan munculnya
masalah kesehatan, yang secara otomatis akan membutuhkan peran tenaga
kesehatan (termasuk di dalamnya perawat).
Kurangnya pemeliharaan kesehatan dan sanitasi serta meningkatnya
kemiskinan di daerah pedesaan mengakibatkan munculnya masalah kesehatan
yang serius pada abad kelima belas sampai abad tuju belas. Faktor-faktor sosial,
seperti hukum yang menekan orang miskin dan pajak terhadap jendela rumah,
menyebabkan menurunnya ventilasi karena pemilik rumah menutup jendela guna
menghindari membayar pajak. Hal tersebut melahirkan suatu kondisi kesehatan
yang memerlukan respon dari perawat.
Pada tahun 1633 dibentuklah kelompok biarawati oleh St. Vincent de paul.
Kelompok ini merawat orang-orang di rumah sakit, orang terlantar dan kaum
miskin. Selanjutnya kelompok ini terkenal luas sebagai perawat keliling karena
mereka merawat orang sakit di rumah-rumah. Pada masa ini juga mulai dirintis
pendidikan keperawatan yang dipelopori oleh Louise de Gras. Program pendidikan

yang diberikan saat itu adalah pengalaman merawat orang sakit di rumah sakit,
dan juga melakukan kunjungan rumah. (Donahue, 1995)
Peran rumah sakit terhadap perkembangan keperawatan tidak dapat
diabaikan. Setidaknya ada tiga rumah sakit yang berperan besar terhadap
perkembangan perawat pada zaman pertengahan. Pertama Hotel Dieu di Lion,
meskipun pada awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh para mantan Wanita
Tuna Susila (WTS) yang telah bertobat, namun rumah sakit ini berperan besar
dalam kemajuan keperawatan. Hal ini disebabkan karena tidak lama kemudian
pekerjaan perawat digantikan oleh perawat yang terdidik melalui pendidikan
keperawatan di rumah sakit tersebut. Kedua, Hotel Dieu di Paris, dirumah sakit
ini pekerjaan keperawatan dilakukan oleh kelompok agama, namun sesudah
revolusi Perancis, kelompok agama dihapuskan dan pekerjaan diganti oleh orangorang bebas yang tidak terikat agama. Ketiga, St. Thomas Hospital, didirikan
tahun 1123 M, di rumah sakit inilah tokoh keperawatan Florence
Nightingale memulai
karirnya
memperbarui
keperawatan.
Abad
XVIII,
pengembangan kota yang lebih besar membawa penambahan jumlah rumah sakit
dan memperbesar peran perawat.
Pada pertengahan abad XVIII dan memasuki abad XIX reformasi sosial
masyarakat meruba peran perawat dan wanita secara umum. Pada masa ini
keperawatan mulai dipercaya orang dan pada saat ini juga nama Florence
Nightingale. Florence Nightingale lahir pada tahun 1820 dari keluarga kaya dan
terhormat. Ia tumbuh dan berkembang di Inggris dengan pendidikan yang cukup.
Meskipun ditentang keras oleh keluarganya, ia diterima mengikuti kursus
pendidikan perawat pada usia 31 tahun. Pecahnya perang Krim (Crimean War),
dan penunjukan dirinya oleh Inggris untuk menata asuhan keperawatan pada
sebuah rumah sakit Militer milik Turki memberi peluang baginya untuk meraih
prestasi (Taylor. C., 1989). Hal ini disebabkan karena ia berhasil mengatasi
kesulitan atau masalah yang dihadapi dan berhasil menepis anggapan negatif
terhadap wanita dan meningkatkan status perawat.
Seusai perang krim, Florence Nightingale kembali ke Inggris. Sejarah
perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting dipahami karena Inggris
membuka jalan bagi kemajuan dan perkembangan perawat di mana kepeloporan
Florence Nightngale diikuti oleh Negara-negara lain. Tahun 1860, Nightingale
menulis Notes on Nursing: What it is and What it is not untuk masyarakat umum.
Filosofinya terhadap praktik keperawatan merupakan refleksi dari perubahan
kebutuhan masyarakat. Ia melihat peran perawat sebagai seseorang yang bertugas
menjaga kesehatan seseorang berdasarkan pengetahuan tentang bagaimana
menempatkan tubuh dalam suatu status yang bebas dari penyakit (Nightingale,
1860; Schuyler, 1992). Pada tahun yang sama, ia mengembangkan program

pelatihan untuk perawat pertama kali, sekolah pelatihan Nightingale untuk


perawat di St. Thomas Hospital di London. Konsep pendidikan inilah yang
mempengaruhi pendidikan keperawatan di dunia dewasa ini.
Kontribusi Florence Nightingale bagi perkembangan keperawatan adalah
menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari asuhan
keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi merupakan suatu
terapi bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan personal pasien dan peran
perawat untuk memenuhinya, menetapkan standar manajemen rumah sakit,
mengembangkan standar okupasi bagi pasien wanita, mengembangkan
pendidikan keperawatan, menetapkan dua komponen keperawatan yaitu
kesehatan dan penyakit, meyakinkan bahwa keperawatan berdiri sendiri dan
berbeda dengan profesi kedokteran, dan menekankan kebutuhan pendidikan
berlanjut bagi perawat (Taylor, C. 1989).
Perang sipil (1860-1865) menstimulasi perkembangan keperawatan di
Amerika Serikat.Clara Burton, pendiri palang merah Amerika merawat pejuang di
medan pertempuran, membersihkan luka, memenuhi kebutuhan dasar, dan
menenangkan para pejuang dalam menghadapi kematian. (Donahue, 1995).
Setelah perang sipil, sekolah keperawatan di Amerika dan Kanada mulai
membentuk kurikulum sendiri mengikuti sekolah Nightngale. Sekolah pelatihan
yang pertama di Kanada, St. Catherina di Ontario didirikan tahun 1874. Tahun
1908, Mary Agnes Snively membantu terbentuknya The Canadian National
Association of Trained Nurses, selanjutnya nama tersebut berubah menjadi The
Canadian Nurses Association (CNA) pada tahun 1924. (Donahue, 1995). Tahun
1899 afiliasi Amerika dan Kanada berhenti, organisasi baru dibentuk dengan
nama American Nurses Association (ANA) pada tahun 1911.
Keperawatan di rumah sakit berkembang pada akhir abad XIX, tetapi di
komunitas, keperawatan tidak menunjukkan peningkatan yang berarti sampai
tahun 1893 ketika Lilian Wald dan Mary Brewster membuka The Henry Street
Settlement, yang berfokus pada kebutuhan kesehatan orang miskin yang tinggal di
rumah penampungan New York. Perawat yang bekerja di tempat ini memiliki
tanggung jawab yang lebih besar terhadap klien daripada mereka yang bekerja di
rumah sakit, karena mereka seringkali menghadapi situasi yang membutuhkan
tindakan mandiri dari perintah dokter. Selain itu, dalam mengobati penyakit,
orang miskin mmebutuhkan terapi keperawatan yagn ditujukan untuk
memperbaiki nutrisi, memberikan penginapan, dan mempertahankan kebersihan.
Kemajuan terlihat di rumah sakit, kesehatan masyarakat, dan pendidikan terjadi
pada awal abad keduapuluhan. Pada masa itu mulai dirintis pendidikan
keperawatan di tingkat universitas. Dengan berkembangnya pendidikan
keperawatan maka praktik keperawatan juga mengalami perluasan. Pada tahun
1901 didirika The Army Nurses Corps, diikuti dengan berdirinya The Navy Nurses

Corps pada tahun 1908. Spesialisi keperawatan juga mulai dikembangkan.


Sekitar tahun 1920-an, dibentuk organisasi perawat spesialis, seperti Assosiation
of Operating Room Nurses (1949),American Assosiation of Critical-Care
Nurses (1969) dan Oncology Nursing Society(1975).

PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA


Tidak banyak literatur yang mengungkapkan perkembangan keperawatan
di Indonesia. Seperti perkembangan keperawatan di dunia pada umumnya,
perkembangan keperawatan di Indinesia juga dipengaruhi kondisi sosial ekonomi
yaitu penjajahan pemerintah kolonial Belanda, Inggris dan Jepang serta situasi
pemerintahan Indonesia setelah Indonesia merdeka. Perkembangan keperawatan
di Indonesia pada dasarnya dibedakan atas masa sebelum kemerdekaan dan
masa setelah kemerdekaan (orde lama dan orde baru).
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda perawat berasal dari penduduk
pribumi yang disebut velpleger dengan dibantu zieken oppaser sebagai penjaga
orang sakit. Mereka bekerja pada Rumah Sakit Binnen Hospital di Jakarta yang
didirikan tahun 1799 untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda.
Usaha pemerintah kolonial Belanda di bidang kesehatan pada masa itu antara
lain: Dinas Kesehatan Tentara yang dalam bahasa Belanda disebut Militiary
Gezondherds Dienst dan Dinas Kesehatan Rakyat atauBurgerlijke Gezondherds
Dienst. Pendirian rumah sakit ini termasuk usaha Daendels mendirikan rumah
sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang, ternyata tidak diikuti perkembangan
profesi keperawatan yang berarti karena tujuannya semata-mata untuk
kepentingan tentara Belanda.
Ketika VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (1812-1816) sangat
memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari semboyannya Kesehatan
adalah milik manusia, ia melakukan berbagai upaya memperbaiki derajat
kesehatan penduduk pribumi. Tindakan yang dilakukan antara lain: pencacaran
umum, membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa serta
memperhatikan kesehatan dan perawatan para tahanan.
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, usaha-usaha
peningkatan kesehatan penduduk mengalami kemajuan. Di Jakarta tahun 1819
didirikan beberapa rumah sakit, salah satu diantaranya adalah Rumah Sakit
Stadsverband berlokasi di Glodok (Jakarta Barat). Pada tahun 1919 rumah sakit
ini dipindahkan di Salemba dan sekarang bernama Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM). Saat ini RSCM menjadi pusat rujukan nasional dan
pendidikan nasional. Dalam kurun waktu ini (1816-1942), berdiri pula beberapa
rumah sakit swasta milik katolik dan protestan, misalnya: RS Persatuan Gereja

Indonesia (PGI) Cikini-Jakarta Pusat, RS St. Carolus Salemba-Jakarta Pusat, RS


St. Boromeus di Bandung dan RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan dengan
berdirinya rumah sakitdi atas, didirikan sekolah perawat. RS PGI Cikini tahun
1906
menyelenggarakan
pendidikan
juru
rawat,
kemudiam
RSCM
menyelenggarakan pendidikan juru rawat tahun 1912.
Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan Jepang (1942-1945)
menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran. Bila
renaissance berakibat buruk pada perkembangan keperawatan Inggris, maka
penjajaan Jepang merupakan masa kegelapan dunia keperawatan di Indonesia.
Pekerjaan perawat pada masa Belanda dan Inggris sudah dikerjakan oleh perawat
yang terdidik, sedangkan pada masa Jepang yang melakukan tugas perawat
bukan dari orang yang sudah dididik untuk menjadi perawat. Pemimpin rumah
sakit juga diambil alih dari orang Belanda ke orang Jepang. Pada saat itu obatobatan sangat minim, sehingga wabah penyakit muncul dimana-mana. Bahan
balutan juga terbatas, sehingga daun pisang dan pelepah pisang digunakan
sebagai bahan balutan.
Pembangunan bidang kesehatan dimulai tahun 1949. Rumah sakit dan
balai pengobatan mulai dibangun. Tahun 1952, sekolah perawat mulai didirikan,
yaitu Sekolah Guru Perawat dan Sekolah Perawat tingkat SMP. Pendidikan
keperawatan profesional mulai didirikan mulai tahun 1962 dengan didirikannya
Akademi Keperawatan milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk
menghasilkan perawat profesional pemula. Hampir bersamaan dengan itu
didirikan pula Amper milik Depkes di Ujung Pandang, Bandung dan Palembang.
Di Indonesia, keperawatan telah mencapai kemajuan yang sangat
bermakna bahkan merupakan suatu lompatan yang jauh kedepan. Hal ini
bermula dari dicapainya kesepakatan bersama pada Lokakarya Nasional
Keperawatan pada bulan Januari 1983 yang menerima keperawatan sebagai
pelayanan profesional (profesional service) dan pendidikan keperawatan sebagai
pendidikan profesi (professional education). Dalam Lokakarya Keperawatan tahun
1983, telah dirumuskan dan disusun dasar-dasar pengembangan Pendidikan
Tinggi Keperawatan. Sebagai realisasinya disusun kurikulum program pendidikan
D-III Keperawatan, dan dilanjutkan dengan penyusunan kurikulum pendidikan
Sarjana (S1) Keperawatan.
Pengembangan pelayanan keperawatan profesional tidak dapat dipisahkan
dengan pendidikan profesional keperawatan. Pendidikan keperawatan bukan lagi
merupakan pendidikan vokasional/kejuruan akan tetapi bertujuan untuk
menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasai ilmu keperawatan yang siap
dan mampu melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan profesional kepada
masyarakat. Jenjang pendidikan keperawatan bahkan telah mencapai tingkat

Doktoral. Pendidikan tinggi keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga


keperawatan profesional yang mampu mengadakan pembaruan dan perbaikan
mutu pelayanan/asuhan keperawatan, serta penataan perkembangan kehidupan
profesi keperawatan. Perkembangan keperawatan bukan saja karena adanya
pergeseran masalah kesehatan di masyarakat, akan tetapi juga adanya tekanan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan serta perkembangan
profesi keperawatan dalam menghadapi era globalisasi.
Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) pada tahun 1985
merupakan momentum kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia. Sebagai
embrio Fakultas Ilmu Keperawatan, institusi ini dipelopori oleh tokoh keperawatan
Indonesia, antara lain Achir Yani S, Hamid, DN.Sc; mendiang Dra. Christin S
Ibrahim, MN, Phd; Tien Gartinah, MN dan Dewi Irawaty, MA, dibantu beberapa
pakar dari Konsorsium Ilmu Kesehatan dan sembilan pakar keperawatan dari
Badan Kesehatan Dunia (WHO). Pada tahun 2000 mulai muncul Program Studi
Ilmu Keperawatan (PSIK) diberbagai Universitas di Indonesia (Universitas
Airlangga, Universitas Gajah Mada, Universitas Hasanudin, Universitas Andalas
dan Universitas Sumatra Utara).
Tahun 1974 tepatnya tanggal 17 Maret didirikan Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI). Sebagai fusi dari beberapa organisasi keperawatan yang
ada sebelumnya, PPNI mengalami beberapa kali perubahan bentuk dan nama
organisasi. Embrio PPNI adalah Perkumpulan Kaum Verpleger Boemibatera
(PKVB) tahun 1921. Pada saat itu profesi perawat Sangat dihormati oleh
masyarakat berkenaan denga tugas mulia yang dilakukan dalam merawat orang
sakit. Lahirnya sumpah pemuda 1928, mendorong perubahan nama PKVB
menjadi Perkumpulan Kaum Verpleger Indonesia (PKVI). Pergantian nama ini
berkaitan dengan semangat nasionalisme . PKVI bertahan sampai tahun 1942
berhubungan dengan kemenangan Jepang atas sekutu.
Bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, tumbuh
organisasi profesi keperawatan. Tiga organisasi profesi yang ada antara tahun
1945-1954 adalah Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Djuru
Rawat Islam (Perjurais) dan Serikat Buruh Kesehatan (SBK). Pada tahun 1951
terjadi pembaharuan organisasi profesi keperawatan yaitu terjadi fusi organisasi
yang ada menjadi Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI) sebagai upaya
konsolidasi organisasi profesi tanpa mengikutsertakan SBK karena terlibat pada
pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kurun waktu 1951-1958 diadakan kongres di Bandung dan mengubah
nama PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan (PPDK) dengan
keanggotaan bukan hanya dari perawat. Tahun 1959-1974 terjadi pengelompokan
organisasi keperawatan antara lain Ikatan Perawat Wanita Indonesia (IPWI),

Ikatan Guru Perawat Indonesia (IGPI) dan Ikatan Perawat Indonesia (IPI) tahun
1969. Akhirnya tanggal 17 Maret 1974 seluruh organisasi keperawatan kecuali
Serikat Buruh Kesehatan bergabung menjadi satu organisasi profesi tingkat
nasional dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Nama inilah
yang secara resmi dipakai sebagai nama organisasi profesi keperawatan Indonesia
hingga kini.

Anda mungkin juga menyukai