Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit
bagi hapir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi
yang akan membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali
pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan
kecemasan yang mereka alami. Kecemasan yang mereka alami biasanya
terkait dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan
juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala macam prosedur
pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat dan bidan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada
masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi keperawatan
yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik
maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada
setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim
kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di
samping peranan pasien yang kooperatif selama proses perioperatif. Ada
tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien,
jenis pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor
tersebut faktor pasien merupakan hal yang paling penting, karena bagi
penyakit tersebut tidakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi
bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling
mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal tersebut diatas,
maka sangatlah penting untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah-
langkah perioperatif. Tindakan perioperatif yang berkesinambungan dan
tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan
kesembuhan pasien. Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal
dari keperawatan perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara
keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 1


merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-
tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan
berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari
fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat
diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian perioperatif.
2. Persiapan pasien pre operatif.
3. Persiapan pasien intra operatif.

C. Tujuan
Agar mahasiswa/i dapat mengerti dan memahami tentang
persiapan pasien sebelum operasi maupun saat operasi.

D. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan.
BAB II : Pembahasan.
BAB III : Penutup.

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perioperatif
Perioperatif merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai
prebedah (preoperasi), bedah (intraoperasi), dan pasca bedah (postoperasi).
Prabedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan,
dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja
bedah. Intrabedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak ditransfer
ke meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang pemulihan.
Pascabedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai
sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya.

B. Persiapan Klien Pre Operatif


1. Persiapan Fisik.
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum
operasi antara lain:
a. Status Kesehatan Fisik Secara Umum.
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan
status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit
seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan
fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler,
status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi
imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup,
karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan
mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang
memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi
pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 3


b. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah
(albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi
buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca
operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah
sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi,
dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam
dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat
mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
c. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input
dan output cairan. Demikian juga kadar elektrolit serum harus berada
dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan
pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135 – 145
mmol/l), kadar kalium serum (normal : 3,5-5 mmol/l) dan kadar kreatinin
serum (0,70 – 1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait
erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme
asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal
baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal
mengalami gangguan seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut,
nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi
ginjal, kecuali pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
d. Kebersihan Lambung dan Kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan
dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan
tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam
(biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB). Tujuan dari

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 4


pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi
feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi
pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi
CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka
pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT
(naso gastric tube).
e. Pencukuran Daerah Operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena
rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan
juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.
Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak
memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya pada pasien luka
incisi pada lengan. Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan
dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah yang
dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur
sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan
daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis)
dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar
perut dan paha. Misalnya: apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis,
operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemoroidektomi. Selain
terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada
pemasangan infus sebelum pembedahan.
f. Personal Hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi
karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang
kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan
daerah operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 5


mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka
perawat akan memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan personal
hygiene.
g. Pengosongan Kandung Kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain untuk pengosongan isi bladder tindakan
kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi balance cairan.
h. Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi,
hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi
kondisi pasca operasi, seperti: nyeri daerah operasi, batuk dan banyak
lendir pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum
operasi antara lain:
1) Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk
mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien
relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan
dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi
umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif
dan benar maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera
setelah operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Latihan
nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk
(semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh tegang.
b) Letakkan tangan diatas perut.
c) Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung
dalam kondisi mulut tertutup rapat.
d) Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara
perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui
mulut.

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 6


e) Lakukan hal ini berulang kali (15 kali).
f) Lakukan latihan dua kali sehari praopeartif.
2) Latihan Batuk Efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien
terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi general.
Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama
dalam kondisi teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan
mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa
banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat
bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir
atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk
efektif dengan cara :
a) Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-
jari tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat
ketika batuk.
b) Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5
kali).
c) Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernafasan
terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan
tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan.
d) Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak
berbahaya terhadap incisi.
e) Ulangi lagi sesuai kebutuhan.
f) Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa
menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau gulungan
handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-
hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
3) Latihan Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien
sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan berbagai
pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 7


penyembuhan. Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai
pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setelah operasi.
Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut
jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh.
Pandangan seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai
operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat
merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan lebih cepat
kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan
lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi
dan terjadinya dekubitus. Tujuan lainnya adalah memperlancar
sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi
pernafasan optimal. Intervensi ditujukan pada perubahan posisi
tubuh dan juga Range of Motion (ROM). Latihan perpindahan posisi
dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara pasif namun kemudian
seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka pasien
diminta melakukan secara mandiri. Status kesehatn fisik merupakan
faktor yang sangat penting bagi pasien yang akan mengalami
pembedahan, keadaan umum yang baik akan mendukungh dan
mempengaruhi proses penyembuhan.
Sebaliknya, berbagai kondisi fisiologis dapat mempengaruhi
proses pembedahan. Demikian juga faktor usia/penuaan dapat
mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko
pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk
mempersiapkan fisik pasien sebelum dilakukan pembedahan/operasi.
Faktor resiko terhadap pembedahan antara lain:
1) Usia
Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan
usia lanjut mempunyai resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan
cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun .
sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena
belum matur-nya semua fungsi organ.

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 8


2) Nutrisi
Kondisi malnutrisi dan obesitas/kegemukan lebih beresiko
terhadap pembedahan dibandingakan dengan orang normal
dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan. Pada orang
malnutisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang
sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-
nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C,
vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng
(diperlukan untuk sintesis protein). Pada pasien yang mengalami
obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak, terutama sekali
sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan
permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya dehisiensi
dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien obes sering sulit dirawat
karena tambahan berat badan; pasien bernafas tidak optimal saat
berbaring miring dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi
dan komplikasi pulmonari pascaoperatif. Selain itu, distensi
abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan
penyakit biliari terjadi lebih sering pada pasien obes.
3) Penyakit Kronis
Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler,
diabetes, PPOM, dan insufisiensi ginjal menjadi lebih sukar
terkait dengan pemakian energi kalori untuk penyembuhan
primer. Dan juga pada penyakit ini banyak masalah sistemik
yang mengganggu sehingga komplikasi pembedahan maupun
pasca pembedahan sangat tinggi.
4) Ketidaksempurnaan Respon Neuroendokrin
Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin,
seperti dibetes mellitus yang tidak terkontrol, bahaya utama
yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan
adalah terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 9


pembiusan akibat agen anstesi. Atau juga akibat masukan
karbohidrat yang tidak adekuat pasca operasi atau pemberian
insulin yang berlebihan. Bahaya lain yang mengancam adalah
asidosis atau glukosuria. Pasien yang mendapat terapi
kortikosteroid beresiko mengalami insufisinsi adrenal.
Penggunaan oabat-obatan kortikosteroid harus sepengetahuan
dokter anastesi dan dokter bedahnya.
5) Merokok
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami
gangguan vaskuler, terutama terjadi arterosklerosis pembuluh
darah, yang akan meningkatkan tekanan darah sistemiknya.
6) Alkohol dan Obat-obatan
Individu dengan riwayat alkoholik kronik seringkali
menderita malnutrisi dan masalah-masalah sistemik, seperti
gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko
pembedahan. Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang seringkali
dialami oleh pemabuk. Maka sebelum dilakukan operasi darurat
perlu dilakukan pengosongan lambung untuk menghindari
asprirasi dengan pemasangan NGT.
2. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang,
maka dokter bedah tidak meungkin bisa menentukan tindakan operasi yang
harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah
berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain
seperti EKG, dan lain-lain. Sebelum dokter mengambil keputusan untuk
melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan
terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan
penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk
dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakah
kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi juga

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 10


memerlukan berbagai macam pemrikasaan laboratorium terutama
pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan
(clotting time) darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah,
dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering
dilakukan pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan
dilakukan terhadap pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan
operasi yang dijalani oleh pasien). Pemeriksaan penunjang antara lain:
a. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen,
foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan
(computerized Tomography Scan), MRI (Magnrtic Resonance Imagine),
BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop),
EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo
Grafi), dll.
b. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah: haemoglobin,
angka leukosit, limfosit, LED (laju endap darah), jumlah trombosit,
protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan
chlorida), CT BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan
pemeriksaan pada sumsum tulang jika penyakit terkait dengan kelainan
darah.
c. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan
jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi.
Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor
ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
d. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah
pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan
dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8
pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).
e. Inform Consent

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 11


Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap
pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan
tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Inform Consent. Baik pasien
maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi
sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang
akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan
persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi).
Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi seringkali tindakan operasi
tidak dapat dihindari dan merupakan satu-satunya pilihan bagi pasien.
Dan dalam kondisi nyata, tidak semua tindakan operasi mengakibatkan
komplikasi yang berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat
pulang kembali ke rumah dalam keadaan sehat tanpa komplikasi atau
resiko apapun segera setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait
dengan berbagai faktor seperti: kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup
istirahat, kepatuhan terhadap pengobatan, kerjasama yang baik dengan
perawat dan tim selama dalam perawatan. Inform Consent sebagai
wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum,
maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib
untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya
apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan
pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala
resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum
menandatangani surat pernyataan tersebut akan mendapatkan informasi
yang detail terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan,
pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum
menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk
menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting
untuk dilakukan karena jika tidak maka penyesalan akan dialami oleh
pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak
sesuai dengan gambaran keluarga.
3. Persiapan Mental/Psikis

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 12


Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil
dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan
merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang
yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis
(Barbara C. Long).
Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan/ketakutan
antara lain:
a. Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum
operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya
akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan.
b. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat mengalami
menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus
ditunda.
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi
pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula,
akan tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap
orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang dapat
menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan
antara lain:
a. Takut nyeri setelah pembedahan.
b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
normal (body image).
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti).
d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lani yang
mempunyai penyakit yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g. Takut operasi gagal. Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami
pasien dapat dideteksi dengan adanya perubahan-perubahan fisik

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 13


seperti: meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan
tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah,
menayakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering
berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa
digunakan oleh pasien dalam menghadapi stress. Disamping itu perawat
perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien
dalam menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti
adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor
pendukung/support system. Untuk mengurangi dan mengatasi
kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang terkait
dengan persiapan operasi, antara lain:
1) Pengalaman operasi sebelumnya.
2) Pengertian pasien tentang tujuan/alasan tindakan operasi.
3) Pengetahuan pasien tentang persiapan operasi baik fisik maupun
penunjang.
4) Pengetahuan pasien tentang situasi/kondisi kamar operasi dan
petugas kamar operasi.
5) Pengetahuan pasien tentang prosedur (pre, intra, post operasi).
6) Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum
operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti: latihan nafas
dalam, batuk efektif, ROM, dll.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang
pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya
pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke
rumah sakit setelah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda
operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu.
Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.
Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat.
Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 14


pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi,
memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan
hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi.
Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan
dengan berbagai cara:
a. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami
pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang
waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses
operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll. Dengan mengetahui
berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien mejadi lebih
siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga yang tidak
menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal yang terkait
dengan operasi yang akan di alami pasien.
b. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan
persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa
yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat
akan menjelaskan kapan mulai puasa dan sampai kapan, manfaatnya
untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan
tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan
pemberian informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien
akan dapat diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik
c. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan
tentang segala prosedur yang ada dan memberi kesempatan pada pasien
dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke
kamar operasi.
d. Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-
hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada
pasien.
e. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi,
seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk
menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 15


istirahatnya terpenuhi. Pada saat pasien telah berada di ruang serah
terima pasien di kamar operasi, petugas kesehatan disana akan
memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang.
Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan
kesempatan untuk mengantar pasien samapi ke batas kamar operasi dan
diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan
kamar operasi

C. Persiapan Klien Dikamar Operasi/Kamar Bedah


Persiapan operasi dilakukan terhadap pasien dimulai sejak pasien masuk
ke ruang perawatan sampai saat pasien berada di kamar operasi sebelum
tindakan bedah dilakukan. Persiapan di ruang serah terima diantaranya adalah
prosedur administrasi, persiapan anastesi dan kemudian prosedur drapping. Di
dalam kamar operasi persiapan yang harus dilakukan terhadap pasien yaitu
berupa tindakan drapping yaitu penutupan pasien dengan menggunakan
peralatan alat tenun (disebut duk) steril dan hanya bagian yang akan di incisi
saja yang dibiarkan terbuka dengan memberikan zat desinfektan seperti povide
iodine 10% dan alkohol 70%. Berikut ini hal-hal yang harus dipersiapan oleh
klien saat diruang operasi:
1. Pasien
Memahami kasus bedah yang dihadapi serta di dukung oleh pengetahuan
tentang keadaan fisiologis pasien secara menyeluruh adalah sangat penting.
Yang perlu dilakukan antara lain melalui anamnesis:
a. Riwayat Penyakit.
Riwayat perjalanan penyakit sebaiknya ditanyakan secara lengkap
dan teliti. Jika hal ini dilakukan dengan baik serta melibatkan tinjauan
lengkap terhadap seluruh sistem, maka dapat diperoleh informasi yang
relevan.
b. Pemeriksaan Fisik.
Seluruh bagian dari tubuh pasien sebaiknya diperiksa secara
sistematis, meskipun tidak ada gejala spesifik pada daerah tersebut.

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 16


Pemeriksaan itu sebaiknya meliputi pemeriksaan neurologis,
pemeriksaan rektat, panggul pada wanita dewasa, pemeriksaan denyut
nadi pasien termasuk pemeriksaan pada daerah kepala, leher, dada dan
abdomen.
c. Pemeriksaan Laboratorium.
Satu-satunya pemeriksaan laboratorium yang dilakukan secara rutin
sebelum suatu tindakan bedah adalah pemeriksaan hitung jumlah sel
darah merah dan urinalisis. Pemeriksaan lainnya disesuaikan dengan
keadaan dan usia penderita sera jenis operasi yang akan dilakukan.
d. Daerah Operasi.
Pasien sebaiknya tiba di ruang operasi dengan kulit yang steril pada
daerah yang akan di operasi.
e. Persiapan Saluran Pencernaan.
Jika pasien akan diberikan anestesi, ia harus di puasakan mulai
tengah malam sebelum operasi esok paginya.
f. Kateterisasi.
Sebelum pasien meninggalkan basal menuju ruang operasi,
sebaiknya ia dianjurkan untuk berkemih, bila tidak pasien akan tiba di
ruang operasi dengan kandung kemih yang penuh. Umumnya pasien
akan merasa cemas dalam menghadapi operasi, oleh karena itu lebih baik
ia diberi sedasi pada malam sebelum operasi guna menenangkannya.
Dosisnya harus disesuaikan dengan umur dan keadaan umum pasien.
g. Pencukuran
Tata cara ketika mencukur pasien petugas di R.O. sebaiknya
memperhatikan petunjuk-petunjuk berikut:
1) Waktu yang tepat untuk mencukur pasien adalah segera sebelum
operasi di mulai.
2) Pasien harus menandatangani persetujuan operasi.
3) Dokter harus menulis perintah untuk mencukur.

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 17


4) Daerah yang dicukur dibuat sekecil mungkin, tetapi harus berupa
daerah persegi dengan batas luarnya kira-kira 2 – 3 inci dari daerah
insisi yang sebenarnya.
5) Semua pencukuran dilakukan setelah kulit pasien dibasahi.
6) Biasanya digunakan Betadine, asalkan pasien tidak alergi terhadap
desinfektan ini.
7) Rahasia pribadi pasien dijaga dengan membatasi tirai.
8) Gunakan sarung tangan dan persiapkan karet busa yang basah dengan
sabun untuk membentuk busa.
9) Dengan pisau cukur steril, cukurlah rambut pada kulit dengan gerakan
yang tegas ke arah tumbuhnya rambut.
10) Setelah pencukuran selesai, keringkan daerah tersebut, angkat semua
rambut yang lepas dan tinggalkan pasien dalam keadaan yang
menyenangkan.
h. Desinfeksi
Tata cara ketika melakukan desinfeksi pada kulit pasien, petugas di R.O.
Sebaiknya memperhatikan petunjuk-petunjuk berikut ini :
1) Setelah pasien dalam keadaan teranestesi, daerah operasi
diperlihatkan.
2) Beberapa dokter bedah memilih untuk menggosok daerah operasi
dengan sikat penggosok sebelum mengoleskan Betadine.
3) Umbilikus dibersihkan dengan tangkai aplikator yang dibasahi dengan
betadine bila ia juga termasuk bagian dari daerah operasi oleh salah
seorang asisten bedah.
4) Selanjutnya asisten bedah mengolesi daerah operasi dengan kain
kassa yang dibasahi dengan betadine. Daerah insisi diolesi terlebih
dahulu, kemudian daerah persiapan prabedah diperluas secara
melingkar ke luar sampai batas keamanan yang cukup lebar.
5) Biasanya dilakukan tiga kali pengolesan dengan betadine pada daerah
operasi.
6) Supaya efektif, desinfektan harus dibiarkan kering di udara.

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 18


7) Setelah daerah yang desinfeksi kering, mulai lakukan penutupan
dengan kain.

2. Petugas
a. Pakaian
Prinsip bedah yang utama adalah mencegah terjadinya infeksi luka,
sehingga masuknya bibit penyakit ke dalam ruang operasi dapat di tekan
sekecil mungkin. Tutup sepatu digunakan untuk mencegah kontaminasi
dari luar yang berasal dari sepatu jalanan. Sebelum memasuki ruang
operasi, petugas harus mengenakan topi untuk menutupi seluruh rambut
kepala dan masker untuk menutupi hidung. Pakaian operasi yang biasa
terbuat dari kain katun dengan lengan pendek, kemejanya di masukkan
ke dalam celana panjang.
b. Cuci Tangan
Tujuan menyikat tangan pra pembedahan adalah untuk mengangkat
tanah, kotoran, minyak, lotion dan mikroorganisme dari tangan dan
lengan pada anggota tim bedah yang steril. Keadaan ini dicapai melalui:
1) Proses mekanik (sikat), yang mengangkat kotoran dan
mikroorganisme sementara (Transient mikroorganisme) dengan
gesekan.
2) Proses kimiawi, dengan mengurangi bakteri kulit yang menetap
dengan bahan mikrobisida dan antiseptik.
Tata cara cuci Tangan :
a) Tidak seorang pun dengan luka terbuka, luka bakar pada tangan atau
lengan diperbolehkan untuk cuci tangan.
b) Lepaskan semua perhiasan.
c) Gulung lengan baju sampai lebih dari 2 inci di atas siku.
d) Gunakan sikat.
e) Buka dan keluarkan pembersih kuku dari dalam kemasan.
f) Di bawah air mengalir, bersihkan bagian bawah kuku jari secara teliti.

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 19


g) Kuku jari harus pendek dan bebas dari cat kuku.
h) Mulailah menyikat tangan, berurutan dari jari – diantara jari – dan
punggung tangan ( + 2 menit ).
i) Dilanjutkan dengan menyikat lengan ke atas sampai sedikit di bawah
siku selama 30 detik. Begitu juga dengan tangan yang satunya.
j) Setelah tangkas ke-8 selesai, sikat ulang kadua telapak tangan selama
30 detik.
k) Buang sikat.
l) Buka untuk membilas tangan dan lengan, di bawah air yang mengalir.
m) Matikan air.
c. Memakai Jubah
Jubah steril dipakai untuk menutup pakaian terkontaminasi yang
dapat menyebabkan infeksi pada pasien.
1) Memakai jubah tanpa bantuan perawat.
Tata cara :
a) Sebelum mencuci tangan, buka jubah steril pada permukaan yang
datar.
b) Angkat jubah yang terlipat dari kemasan steril tanpa menyentuh
bungkus sarung tangan.
c) Pegang tepi leher yang ada, buka jubah di depan anda tapi hanya
menyentuh bagian dalam jubah.
d) Temukan lubang lengan pada jubah dan masukkan kedua lengan ke
dalamnya.
e) Perawat yang ada di ruang operasi akan memegang bagian dalam
jubah dan menarik lengan jubah ke atas. Kemudian mengikat tali
pinggang dan tali leher di belakang.
2) Mengenakan jubah dengan bantuan perawat.
Tata cara :
a) Setelah anda selesai mencuci tangan, Terimalah handuk yang
terbuka dengan satu tangan.

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 20


b) Perawat pembantu akan membuka jubah dan anda dapat
memasukkan lengan ke dalam jubah.
c) Tali pinggang dipakai dengan cara yang sama seperti yang telah
dijelaskan.
d. Memakai Sarung Tangan
1) Teknik Sarung Tangan Tertutup.
Tata Cara:
a) Perlu diingat bahwa, saat mengenakan sarung tangan steril, kulit
tidak boleh menyentuh bagian luar sarung tangan.
b) Dengan tangan tertutup jubah, ambil sarung tangan pertama dari
kemasannya.
c) Letakkan sarung tangan pada lengan jubah dan ibu jari sarung
tangan pada ibu jari tangan, dengan jari-jari menunjuk ke arah siku.
d) Pegang bagian bawah manset dengan jari-jari tangan yang
terlindung dari tangan yang akan dipakaikan sarung tangan.
e) Pegang bagian atas manset dengan tangan lainnya, yang juga
terbungkus jubah.
f) Naikkan manset bagian atas, di atas manset jubah dari tangan yang
akan dipakaikan sarung tangan.
g) Pegang manset sarung tangan dan manset jubah bersamaan dan
masukkan jari-jari ke dalam sarung dan atur letaknya.
h) Bersihkan bubuk pelicin dari sarung tangan sebelum memulai
pembedahan.
e. Drapping
Drapping adalah suatu prosedur melokalisir area operasi dengan
menggunakan alat tenun steril terhadap pasien yang sudah berada di atas
meja operasi. Tujuan drapping adalah membatasi daerah steril pada
daerah pembedahan setelah permukaan kulit di desinfeksi.
Prinsip tindakan drapping adalah:
1) Letakkan drape di tempat yang kering, lantai di sekitar meja operasi
harus kering.

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 21


2) Jangan memasang drape dengan tergesa-gesa, harus teliti dan
memepertahankan prinsip steril.
3) Pertahankan jarak antara daerah steril dengan daerah non steril.
4) Pegang drape sedikit mungkin.
5) Jangan melintasi daerah meja operasi yang sudah terpasang
drape/alat tenun steril tanpa perlindungan gaun operasi.
6) Jaga kesterilan bagian depan gaun operasi, berdiri membelakangi
daerah yang tidak steril.
7) Jangan melempar drape terlalu tinggi saat memasang drape (hati-hati
menyentuh lampu operasi)
8) Jika alat tenun yang akan dipasang terkontaminasi. Maka perawat
omloop bertugas menyingkirkan alat tenun tersebut.
9) Hindari tangan yang sudah steril menyentuh daerah kulit pasien yang
belum tertutup.
10) Setelah semua lapisan alat tenun terbentang dari kaki sampai bagian
kepala meja operasi, jangan menyentuh hal-hal yang tidak perlu.
11) Jika ragu-ragu terhdap kesterilan alat tenun, lebih baik alat tenun
tersebut dianggap terkontaminasi.
Tata Cara:
1) Tim yang akan melakukan drapping terdiri dari dua orang yaitu
perawat instrument (scrub nurse) dan dokter bedah (operator) yang
telah menggunakan APD steril
2) Perawat instrument dan dokter bedah (operator) harus berada di
posisi yang bersebrangan, yaitu dokter bedah (operator) berada di
samping kanan pasien dan perawat berada disebelah kiri pasien.
3) Perawat mengambil duk steril yang pertama dari meja mayor dan
memberikan kepada dokter bedah (operator). Dokter bedah
(operator) menggunakan tangan kiri sedangkan perawat instrument
menggunakan tangan kanan dan membuka duk steril secara
bersamaan.

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 22


4) Letakkan duk steril pada bagian yang terdekat dengan dokter bedah
atau operator (sisi kanan pasien), lipatan duk steril berada pada
bagian dalam, dokter bedah (operator) dan perawat instrument
masing-masing memegang lipatan duk.
5) Perawat instrument mengambil duk yang kedua menggunakan
tangan kanan dan dokter bedah (operator) memegang dengan tangan
kiri. Dokter bedah (operator) dan perawat instrument membuka dan
membentangkan duk steril secara bersamaan lalu diletakkan di sisi
terdekat perawat instrument (sisi kiri pasien).
6) Perawat instrument mengambil duk yang ketiga menggunakan
tangan kanan dan dokter memgang dengan tangan kiri. Lalu dokter
bedah (operator) dan perawat instrument membuka dan
membentangkan duk steril secara bersamaan lalu diletakkan di sisi
atas pasien.
7) Perawat instrument mengambil duk yang keempat menggunakan
tangan kanan dan dokter bedah (operator) memegang dengan tangan
kiri. Lalu dokter bedah (operator) dan perawat instrument membuka
dan membentangkan duk steril secara bersamaan lalu diletakkan di
sisi bawah pasien.
8) Lalu jepit menggunakan duk klem pada 4 sudut sisi yang terbentuk.
9) Perawat instrument mengambil duk bolong steril membawanya ke
daerah operasi dengan berdiri jauh dari meja operasi
10) Ujung-ujung pada duk bolong steril dipegang oleh perawat
instrument dengan tangan kanan dan dokter bedah (operator)
menggunakan tangan kiri. Lalu dokter bedah (operator) dan perawat
instrumen membuka atau membentangkan duk bolong steril secara
bersamaan ke arah atas. Harus dilakukan hati-hati untuk menghindari
terjadinya kontak dengan kulit pasien atau meja operasi, maka
tangan perawat instrument dan dokter bedah (operator) harus berada
didalam duk steril.
11) Pastikan duk bolong sudah terdapat perekat

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 23


12) Lalu tutup area sekitar operasi dengan menggunakan plastic yang
mengandung perekat tersebut.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perioperatif merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai
prebedah (preoperatif), bedah (intraoperatif), dan pasca bedah (postoperatif).
Prabedah merupakan masa sebelum dilakukannya tindakan pembedahan,
dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir sampai pasien di meja
bedah. Intrabedah merupakan masa pembedahan yang dimulai sejak ditransfer
ke meja bedah dan berakhir sampai pasien dibawa ke ruang pemulihan.
Pascabedah merupakan masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai
sejak pasien memasuki ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap
tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang
terkait (dokter bedah, dokter anestesi, perawat/bidan) di samping peranan
pasien yang kooperatif selama proses perioperatif. Tindakan prebedah, bedah,
dan pasca bedah yang dilakukan secara tepat dan berkesinambungan akan
sangat berpengaruh terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.

B. Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar-benar memahami dan mewujudkan
peran tenaga kesehatan yang profesional, serta dapat melaksanakan tugas-tugas
dengan penuh tanggung jawab, dan selalu mengembangkan ilmunya.

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 24


DAFTAR PUSTAKA

Nurachmah, Elly. 2000. Buku Sakau Prosedur Keperwatan medikal-bedah.


Jakarta : EGC.

Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005. Kiat Sukses menghadapi
Operasi. Yogyakarta : Sahabat Setia.

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah Edisi revisi.
Jakarta : EGC.

http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2009/01/konsep-dasarkeperawatan-
perioperatif.html, di akses 16 Mei 2011

Persiapan Klien Dikamar Bedah Page 25

Anda mungkin juga menyukai