Anda di halaman 1dari 3

BAB III

ANALISIS

A. Analisis Penulis
Berdasarkan penjelasan teori pada bab sebelumnya terkait
patofisiologi psikodinamika psikopatologi gangguan jiwa, penulis dapat
menganalisis bahwa :
1. Patogenesis orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) biasanya berlangsung
selama satu bulan. Penderita gangguan jiwa biasanya mengalami
gangguan afek dan gangguan peran. Beberapa faktor yang menyebabkan
penderita mengalami gangguan jiwa salah satunya yaitu faktor psikologik
dalam keluarga maupun kehilangan yang menyebabkan depresi. Faktor
lain diantaranya faktor sosial-budaya, seperti tingkat ekonomi dan
berkaitan dengan tingkat keuangan keluarga dan peran yang dijalankan
dalam keluarga. Faktor tersebut tentunya dapat menjadi pencetus
seseorang menderita gangguan jiwa didukung dengan pola koping yang
buruk.
2. Menurut Abdul Nasir dan Abdul Muhith dalam bukunya dengan judul
Dasar-dasar Keperawatan Jiwa, ia menyebutkan bahwa terjadinya
gangguan jiwa pada seseorang terlihat apabila yang dilakukannya tidak
sesuai dengan kaidah-kaidah dalam normalitas kondisi lingkungan. pada
penderita gangguan jiwa juga mengalami abnormalitas dari penyampaian
pesan. Gangguan neurotransmisi maupun kelainan pada kerja otak menjadi
hal yang mendasari seseorang kehilangan kontrol kognitif tingkah laku
maupun pemikiran secara normal.
3. Psikodinamika menjadi dasar penderita mengalami gangguan jiwa.
Psikodinamika sendiri berarti pandangan proses mental sebagai interaksi
antar individu yang dipengaruhi oleh struktur kepribadian seseorang.
Struktur kepribadian meliputi id, ego, dan super ego. Ketiga hal tersebut
saling berkaitan, misalnya apabila rasa super-egonya menguasai sebagian
besar psikis maka pribadinya akan bertindak pada hal-hal yang bersifat

19
20

moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna dan terkadang bersifat


irasional.
4. Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Analisa Faktor-faktor
Penyebab Gangguan Jiwa Menggunakan Pendekatan Model Adaptasi
Stress Struart” menjelaskan bahwa usia terbanyak yang mengalami
gangguan jiwa adalah usia dewasa dan tidak bekerja. Hal ini karena usia
dewasa merupakan usia produktif dimana mereka harus mampu secara
mandiri menghidupi dirinya sendiri, pada usia dewasa juga usia dimana
seseorang telah berkeluarga, sehingga masalah yang dihadapinya bukan
hanya pada dirinya sendiri melaikan masalah anggota keluarganya. Umur
dewasa dan tidak bekerja merupakan masalah yang kompleks. Tidak
bekerja dapat membuat seseorang kehilangan kesempatan untuk
mempunyai penghasilan dan kehilangan untuk menunjukkan aktualisasi
dirinya. Hal ini menyebabkan seseorang mengalami harga diri rendah yang
berdampak pada gangguan jiwa.
5. Hasil penelitian ini juga menjelaskan bahwa faktor predisposisi biologis
terbanyak adalah adanya gangguan jiwa sebelumnya. Seseorang yang
dinyatakan sembuh dan kembali ke masyarakat, akan tetapi masyarakat
mempunyai stigma yang negatif. Hal tersebut justru membuat penderita
merasa terdiskriminasi. Hal ini perlunya peran serta pendampingan
keluarga terhadap penderita dengan gangguan jiwa untuk kembali ke
masyarakat. Perawat juga penting untuk memberikan informasi serta
pembekalan terhadap keluarga untuk membimbing pasien kembali ke
masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan selalu melibatkan pasien baik
di dalam keluarga maupun dimasyarakat, dengan melakukan kegiatan
yang positif dan sesuai dengan kaidah normalitas kondisi lingkungan.
6. Pada penelitian ini juga menyebutkan bahwa responden dengan tipe
kepribadian tertutup juga merupakan penyebab terbanyak orang
mengalami gangguan jiwa. Hal ini berkaitan dengan psikodinamika
gangguan jiwa dengan sturktur kepribadian seseorang mempengaruhi cara
berinteraksi baik antar individu maupun dalam lingkungan.
21

7. Putus obat juga merupakan faktor presipitasi gangguan jiwa. Biasanya


penderita gangguan jiwa setelah pulih dan kembali kerumah, mereka
merasa bahwa dirinya sudah sembuh atau gejala tidak muncul sehingga
menghentikan terapi pengobatan. Penderita gangguan jiwa harus
meminum obat selama hidupnya, sehingga sering kali mereka merasa
bosan dan putus obat. Dalam hal ini perlunya peran perawat sebagai
educator dan konselor untuk memberikan informasi dan memberikan
motivasi baik bagi pasien maupun dengan keluarga. Sebelum pasien
diperbolehkan pulang dari rumah sakit, perawat perlu melakukan
pendampingan khususnya bagi pasien dengan memotivasi untuk
menumbuhkan pola koping yang baik dan siap untuk kembali ke
masyarakat. Perlu juga dilakukan pendampingan pada keluarga pasien
baik informasi untuk cara meminum obat bagi pasien, bagaimana merawat
pasien dirumah sampai pada keluarga perlu menyiapkan dan memfasilitasi
pasien untuk kembali ke masyarakat sehingga mengurangi stigma dan
diskriminasi pada pasien yang akan memperburuk psikis penderita
gangguan jiwa tersebut.

Anda mungkin juga menyukai