A. Pengertian
Kehamilan ektopik terjadi kalau ovum yang sudah dibuahi tertanam bukan
pada daerah kavum uteri. Kehamilan ini jarang dapat berlanjut lebih lama dari 6 – 10
minggu karena salah satu hal berikut ini: lokasi tidak sesuai bagi pertumbuhan
plasenta yang memuaskan atau tidak adanya tempat yang cukup untuk menampung
kehamilan yang berkembang tersebut.
C. Penyebab
1. Obstruksi parsial tuba. Pada obstruksi ini masih terdapat cukup tempat untuk
lewatnya spermatozoa tetapi tidak untuk ovum yang sudah dibuahi. Obstruksi
paling sering terjadi akibat inflamasi lama, salpingitis lainnya, namun dapat pula
disebabkan oleh divertikulum tuba, pembedahan tuba sebelumnya,
penekukan/pelipatan tuba dan tekanan atau pelekatan tuba dari luar.
2. Endometriosis tuba.
3. Kelambatan perjalanan ovum ke dalam uterus, misalnya perkembangan sistem
Mulleri yang unilateral bersama dengan ovulasi dari ovarium sisi lain.
G. Penatalaksanaan
Wanita yang mengalami kehamilan ektopik harus dirawat di rumah sakit.
Syok jika terdapat harus segera diatasi dengan pemberian cairan infus sementara
menunggu hasil pemeriksaan golongan darah dan cross-matching. Pada kasus-kasus
yang diagnosanya diragukan, laparoskopi dapat dilakukan. Kalau tidak, terapinya
adalah laparatomi emerjensi, eksisi tuba yang terkena dan pengangkatan bekuan darah
darah dari dalam rongga panggul. Kadang-kadang dilakukan upaya untuk
mempertahankan tuba, khususnya jika tuba yang lain tidak ada atau bila tuba lainnya
sudah rusak.
Periode pascabedah biasanya berlangsung tanpa komplikasi. Setelah
perdarahan berhenti dan volume darah dipulihkan, maka ancaman bahaya sudah tidak
terdapat lagi. Namun demikian, kejadian ini bagi ibu merupakan pengalaman
menakutkan yang terjadi tiba-tiba dan harus segera diatasi dengan operasi yang
membuat kehamilan yang sangat didambakan itu harus dihentikan.
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu
sebagai berikut:
1. Kondisi ibu pada saat itu.
2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3. Lokasi kehamilam ektopik.
4. Kondisi anatomis organ pelvis.
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6. Kemampuan teknologi fertilisasi in vitro setempat.
Hal pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada
kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apabila kondisi ibu
buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi. Pada kasus
kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya ditangani
dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan.
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Menstruasi terakhir.
b. Adanya bercak darah yang berasal dari vagina.
c. Nyeri abdomen: kejang, nyeri tumpul.
d. Jenis kontrasepsi
e. Riwayat gangguan tuba sebelumnya.
f. Tanda-tanda vital.
g. Tes laboratorium: Ht dan Hb menurun.
2. Diagnosis Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
a. Defisit volume cairan yang berhubugan dengan ruptur pada lokasi implantasi
sebagai efek tindakan pembedahan.
b. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, perdarahan intraperitoneal.
c. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dnegan kurang pemahaman atau
tidak mengenal sumber-sumber informasi.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya perdarahan yang terus
berlangsung.
e. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
f. Ansietas.
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosis 1: Defisit volume cairan yang berhubugan dengan ruptur pada lokasi
implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
Kriteria hasil: Ibu menunjukkan kestabilan/perbaikan keseimbangan cairan yang
dibuktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium
tepat, serta frekuensi serta berat jenis urine adekuat,
f. Diagnosa 6: Ansietas.
Diagnosa NOC NIC
Ansietas Mengontrol Penurunan kecemasan
ansietas 1. Gunakan pendekatan yang
Derajat ansietas menyenangkan
Koping individu 2. Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pasien
ansietas 3. Jelaskan semua prosedur dan apa
Kriteria Hasil yang dirasakan selama prosedur
Pasien mampu 4. Pahami prespektif pasien terhadap
mengidentifikas situasi stres
i dan 5. Temani pasien untuk memberikan
mengungkapkan keamanan dan mengurangi
gejala cemas. ketakutan.
Pasien mampu 6. Dengarkan dengan penuh
mengidentifikas perhatian
i, 7. Identifikasi tingkat kecemasan
mengungkapkan 8. Bantu pasien mengenal situasi
, dan yang menimbulkan kecemasan
menunjukkan 9. Dorong pasien untuk
teknik untuk mengungkapkan perasaan,
mnegontrol ketakutan, persepsi
cemas. 10. Instruksikan pasien menggunakan
Vital sign dalam teknik relaksasi.
batas normal. Kolaborasi:
Postur tubuh, 1. Berikan obat untuk mengurangi
ekspresi wajah, kecemasan.
bahasa tubuh,
dan tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat, dan bukan atas petunjuk data petugas kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain.
5. Evaluasi Keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai.