Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK

A. Pengertian
Kehamilan ektopik terjadi kalau ovum yang sudah dibuahi tertanam bukan
pada daerah kavum uteri. Kehamilan ini jarang dapat berlanjut lebih lama dari 6 – 10
minggu karena salah satu hal berikut ini: lokasi tidak sesuai bagi pertumbuhan
plasenta yang memuaskan atau tidak adanya tempat yang cukup untuk menampung
kehamilan yang berkembang tersebut.

B. Lokasi Implantasi Ektopik


Kehamilan ektopik dapat terjadi pada:
1. Tuba falopii
2. Serviks
3. Kavum abdomen
4. Ovarium
5. Ligamentum latum
Sejauh ini kehamilan tuba adalah jenis kehamilan ektopik yang paling sering
ditemukan dan merupakan satu-satunya kehamilan ektopik yang akan dibahas secara
rinci di sini. Kehamilan abdominal sangat jarang berlangsung sampai aterm sehingga
harus dilahirkan dengan laparatomi. Plasenta akan menempelkan diri pada organ apa
pun yang dapat memasok kebutuhannya dan pengangkatan plasenta pada kehamilan
abdominal akan meninbulkan permasalahan serius, khususnya bahaya perdarahan.
Kehamilan Tuba. Kehamilan tuba akan menghasilkan salah satu dari tiga
hasil akhir ini:
1. Kematian ovum dalam stadium dini: ovum ini kemudian diabsorpsi seluruhnya
atau tetap tinggal sebagai mola tuba.
2. Abortus tuba, yaitu hasil akhir yang paling sering ditemukan, bersama-sama
ovum (dan kemungkinan pula darah) akan dikeluarkan dari tuba untuk masuk
ke dalam uterus atau keluar ke dalam kavum peritonium. Kejadian ini biasanya
mengakibatkan kematian ovum; kadang-kadang ovum tersebut tertanam
kembali dan berkembang menjadi kehamilan abdominal sekunder.
3. Ruptura tuba: erosi dan akhirnya ruptur tuba terjadi kalau ovum terus tumbuh
hingga melampaui kemampuan peregangan otot tuba. Ruptura tuba biasanya
disertai dengan ruptura salah satu atau lebih pembuluh arteriole yang besar
sehingga terjadi perdarahan hebat yang akan mengalir ke dalam kavum
Douglasi untuk membentuk hematokel pelvik.

C. Penyebab
1. Obstruksi parsial tuba. Pada obstruksi ini masih terdapat cukup tempat untuk
lewatnya spermatozoa tetapi tidak untuk ovum yang sudah dibuahi. Obstruksi
paling sering terjadi akibat inflamasi lama, salpingitis lainnya, namun dapat pula
disebabkan oleh divertikulum tuba, pembedahan tuba sebelumnya,
penekukan/pelipatan tuba dan tekanan atau pelekatan tuba dari luar.
2. Endometriosis tuba.
3. Kelambatan perjalanan ovum ke dalam uterus, misalnya perkembangan sistem
Mulleri yang unilateral bersama dengan ovulasi dari ovarium sisi lain.

D. Tanda dan Gejala


1. Kehamilan: amenore, perubahan dini pada payudara, pembesaran uterus (akibat
pengaruh hormonal) dan tanda-tanda lain kehamilan dini biasanya ditemukan,
kehamilan mungjin sudah dipastikan positif. Kadang-kadang wanita yang
mengalami kehamilan tuba tidak menyadari bahwa dirinya hamil.
2. Rasa nyeri pada abdomen bagian bawah yang disebabkan oleh distensi tuba atau
darah yang mengiritasi peritoneum. Iritasi peritoneum dapat menimbulkan nyeri
pada puncak bahukalau wanita tersebut berbaring. Nyeri abdomen yang hebat
sering disertai dengan perasaan mau pingsan pada kasus-kasus kehamilan tuba
yang mengalami ruptur.
3. Perdarahan per vaginam yang warnanya cokelat atau merah dan biasanya sedikit
tetapi menetap. Ada dua sumber yang menjadi perdarahan ini: dari tuba melalui
uterus atau dari pelepasan desidua sebagai akibat penghentian produksi estrogen
sesudah terjai kematian embrio.
4. Bukti adanya perdarahan internal: perdarahan lambat sesudah abortus tuba atau
perembesan darah sebelum terjadinya ruptura tuba dapat menyebabkan anemia;
namun, gejala kolaps dan syok hanya terjadi kalau terdapat perdarahan hebat
setelah ruptura tuba. Pada keadaan ini ditentukan nyeri tekan yang hebat dan
distensi pada abdomen.
E. Manifestasi Klinis
1. Anamnesis: terjadi amenorea, yaitu haid terlambat mulai beberapa haid sampai
beberapa bulan atau hanya tidak teratur.
2. Jika terjadi kehamilan ektopik terganggu (KET)
- Bila terjadi ruptur tuba, maka gejala akan lebih hebat dan dapat
membahayakan jiwa di ibu.
- Pada abortus tuba, keluhan dan gejala kemungkinan tidak begitu berat,
hanya rasa sakit di perut dan perdarahan pervaginam. Hal ini dapat
dikacaukan dengan abortus biasa.
3. Perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba di perut seperti, seperti diiris dengan
pisau disertai muntah dan bisa jatuh pingsan.
4. Tanda-tanda akut abdomen: nyeri tekan hebat, muntah, gelisah, pucat, anemis,
nadi kecil dan halus, tensi rendah atau tidak terukur (syok).
5. Nyeri bahu: karena perangsangan diafragma.
6. Tanda Cullen: sekitar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan lebam.
7. Pada pemeriksaan ginekologi (pemeriksaan dalam) terdapat:
- Adanya nyeri ayun: dengan menggerakan porsio dan serviks ibu akan
merasa sakit yang sangat.
- Douglas crise: rasa nyeri hebat pada penekanan kavum Douglasi..
- Kavum douglasi teraba menonjol karena terkumpulnya darah, begitu pula
teraba masa retrouterin (masa pelvis).
8. Pervaginam keluar decidual cast
9. Pada palpasi perut dan pada perkusi: ada tanda-tanda perdarahan intraabdominal
(shifting dullness).
10. Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan hemoglobin seri setiap 1 jam menunjukkan penurunan kadar
Hb.
- Adanya leukositosis
11. Kuldosentesis (Douglas pungsi)
12. Pemeriksaan dengan USG.

F. Masalah yang Mungkin Muncul


1. Nyeri berhubungan dengan kemajuan kehamilan tuba.
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan pengobatan dan dampak pada
kehamilan berikutnya.
3. Resiko syok.
4. Resiko infeksi.
5. Kekurangan volume cairan.
6. Ansietas.

G. Penatalaksanaan
Wanita yang mengalami kehamilan ektopik harus dirawat di rumah sakit.
Syok jika terdapat harus segera diatasi dengan pemberian cairan infus sementara
menunggu hasil pemeriksaan golongan darah dan cross-matching. Pada kasus-kasus
yang diagnosanya diragukan, laparoskopi dapat dilakukan. Kalau tidak, terapinya
adalah laparatomi emerjensi, eksisi tuba yang terkena dan pengangkatan bekuan darah
darah dari dalam rongga panggul. Kadang-kadang dilakukan upaya untuk
mempertahankan tuba, khususnya jika tuba yang lain tidak ada atau bila tuba lainnya
sudah rusak.
Periode pascabedah biasanya berlangsung tanpa komplikasi. Setelah
perdarahan berhenti dan volume darah dipulihkan, maka ancaman bahaya sudah tidak
terdapat lagi. Namun demikian, kejadian ini bagi ibu merupakan pengalaman
menakutkan yang terjadi tiba-tiba dan harus segera diatasi dengan operasi yang
membuat kehamilan yang sangat didambakan itu harus dihentikan.
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi. Dalam
tindakan demikian, beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu
sebagai berikut:
1. Kondisi ibu pada saat itu.
2. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3. Lokasi kehamilam ektopik.
4. Kondisi anatomis organ pelvis.
5. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6. Kemampuan teknologi fertilisasi in vitro setempat.
Hal pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada
kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apabila kondisi ibu
buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi. Pada kasus
kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya ditangani
dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan.

H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Menstruasi terakhir.
b. Adanya bercak darah yang berasal dari vagina.
c. Nyeri abdomen: kejang, nyeri tumpul.
d. Jenis kontrasepsi
e. Riwayat gangguan tuba sebelumnya.
f. Tanda-tanda vital.
g. Tes laboratorium: Ht dan Hb menurun.

2. Diagnosis Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
a. Defisit volume cairan yang berhubugan dengan ruptur pada lokasi implantasi
sebagai efek tindakan pembedahan.
b. Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, perdarahan intraperitoneal.
c. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dnegan kurang pemahaman atau
tidak mengenal sumber-sumber informasi.
d. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya perdarahan yang terus
berlangsung.
e. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
f. Ansietas.

3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosis 1: Defisit volume cairan yang berhubugan dengan ruptur pada lokasi
implantasi sebagai efek tindakan pembedahan.
Kriteria hasil: Ibu menunjukkan kestabilan/perbaikan keseimbangan cairan yang
dibuktikan oleh tanda-tanda vital yang stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium
tepat, serta frekuensi serta berat jenis urine adekuat,

Rencana Intervensi Rasional


Mandiri
1. Evaluasi, laporkan, serta catat Perkirakan kehilangan darah membantu
jumlah dan sifat kehilangan membedakan diagnosis. Setiap gram
darah, lakukan perhitungan peningkatan berat pembalut sama
pembalut, kemudian timbang dengan kehilangan kira-kira 1 mil
pembalut. darah.
2. Lakukan tirah baring, Perdarahan dapat berhenti dengan
instruksikan ibu untuk reduksi ativitas. Peningkatan tekanan
menghindari valsava manuver abdomen atau orgasme dapat
koitus. merangsang perdarahan.
3. Posisikan ibu dengan tepat, Menjamin keadekuatan darah yang
telentang dengan panggul tersedia untuk otak, peninggian panggul
ditinggikan atau semi fowler. menghindari kompresi vena kaya.
Posisi semifowler memungkinkan janin
bertindak sebagai tampon.
4. Catat tanda-tanda vital, Membantu menentukan beratnya
pengisian kapiler pada dasar kehilangan darah, meskipun sianosis
kuku, warna membran mukosa dan perubahan pada tekanan darah dan
atau kulit dan suhu. Ukur nadi adalah tanda-tanda lanjut dari
tekanan vena sentral bila ada. kehilangan volume sirkulasi.
5. Pantau aktivitas uterus, status Membantu menentukan sifat hemoragi
janin, dan adanya nyeri tekan dan kemungkinan akibat dari peristiwa
pada abdomen. hemoragi.
6. Hindari pemeriksaan rektal atau Dapat meningkatkan hemoragi.
vagina.
7. Pantau masukan/keluaran Menentukan luasnya kehilangan cairan
cairan dan menunjukkan perfusi ginjal.
Dapatkan sampel urine setiap
jam, ukur berat jenis.
8. Auskultasi bunyi napas. Bunyi napas adventitus menunjukkan
ketidaktepatan/kelebihan pergantian.
9. Simpan jaringan atau hasil Dokter perlu mengevaluasi
konsepsi yang keluar. kemungkinan retensi jaringan,
pemeriksaan histologi mungkin
diperlukan.
Kolaborasi:
10. Dapatkan pemeriksaan darah Menentukan jumlah darah yang hilang
cepat: HDL jenis dan dan dapat memberikan informasi
pencocokan silang, titer Rh, mengenai penyebab harus
kadar fibrinogen, hitung dipertahankan di atas 30% untuk
trombosit, APTT, dan kadar mendukung transpor oksigen dan
LCC. nutrien.
11. Pasang kateter. Haluaran kurang dari 30ml/jam
menandakan penurunan perfusi ginjal
dan kemungkinan terjadinya nekrosis
tubuler. Keluaran yang tepat ditentukan
oleh derajat defisit individual dan
kecepatan penggantian.
12. Berikan larutan intravena, Meningkatkan volume darah sirkulasi
ekspander plasma, darah dan mengatasi gejala-gejala syok.
lengkap, atau sel-sel kemasan
sesuai indikasi.

b. Diagnosis 2: Nyeri yang berhubungan dengan ruptur tuba falopi, perdarahan


intraperitoneal.
Kriteria hasil: Ibu dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital
dalam batas normal, dan ibu tidak meringis.
Rencana Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Tentukan sifat, lokasi, dan Membantu dalam mendiagnosis dan
durasi nyeri. Kaji kontraksi menentukan tindakan yang akan
uterus hemoragi atau nyeri dilakukan.
tekan abdomen. Ketidaknyamanan dihubungkan dengan
aborsi spontan dan molahidatidosa
karena kontraksi uterus yang mungkin
diperberat oleh infus oksitosin. Ruptur
kehamilan ektopik mengakibatkan nyeri
hebat karena hemoragi tersembunyi
saat tuba falopi ruptur ke dalam
abdomen.
2. Kaji stres psikologis Ansietas sebagai respons terhadap
ibu/pasangan dan respons situasi darurat dapat memperberat
emosional terhadap kejadian. ketidaknyamanan karena sindrom
ketegangan, ketakutan, dan nyeri.
3. Berikan lingkungan yang Dapat membantu dalam menurunkan
tenang dan aktivitas untuk tingkat ansietas dan karenanya
mneurunkan rasa nyeri. mereduksi ketidaknyamanan.
Instruksikan klien untuk
menggunakan metode relaksasi,
misalnya: napas dalam,
visualisasi distrkasi, dan
jelaskan prosedur.
Kolaborasi:
4. Berikan narkotik atau sedatif Meningkatkan kenyamanan,
berikut obat-obatan praoperatif menurunkan risiko komplikasi
bila prosedur pembedahan pembedahan.
diindikasikan.
5. Siapkan untuk prosedur bedah Tindakan terhadap penyimpangan dasar
bila terdapat indikasi. akan menghilangkan nyeri.

c. Diagnosis 3: Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang


pemahaman dan tidak mengenal sumber-sumber informasi.
Tujuan: Ibu berpartisipasi dalam proses belajar, mengungkapkan dalam istilah
sederhana, mengenai patofisiologi dan implikasi klinis.
Rencana Intervensi Rasional
1. Menjelaskan tindakan dan Memberikan informasi, menjelaskan
rasional yang ditentukan untuk kesalahan konsep pemikiran ibu
kondisi hemoragia. mengenai prosedur yang akan
dilakukan, dan menurunkan stres yang
berhubungan dengan prosedur yang
diberikan.
2. Berikan kesempatan bagi ibu Memberikan klarifikasi dari konsep
untuk mengajukan pertanyaan yang salah, identifikasi masalah-
dan mengungkapkan kesalahn masalah dan kesempatan untuk
konsep. memulai mengembangkan keterampilan
penyesuaian (koping).
3. Diskusikan kemungkinan Memberi informasi tentang
implikasi jangka pendek pada kemungkinan komplikasi dan
ibu/janin dari keadaan meningkatkan harapan realitas dan
perdarahan. kerja sama dengan aturan tindakan.
4. Tinjau ulang implikasi jangka Ibu dengan kehamilan ektopik dapat
panjang terhadap situasi yang memahami kesulitan mempertahankan
memerlukan evaluasi dan setelah pengangkatan tuba/ovarium
tindakan tambahan. yang sakit.

d. Diagnosa 4: Risiko infeksi berhubungan dengan adanya perdarahan yang terus


berlangsung.
Diagnosa NOC NIC
Risiko infeksi  Status imun Kontrol Infeksi
berhubungan  Pengetahuan 1. Bersihkan lingkungan setelah
dengan adanya mengenai dipakai pasien lain
perdarahan yang kontrol infrksi 2. Pertahankan teknik asepsis pada
terus  Kontrol risiko pasien yang berisiko
berlangsung. Kriteria hasil 3. Inspeksi kulit membran mukosa
 Klien bebas dari terhadap kemerahan, panas
tanda dan gejala drainase.
infeksi 4. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah.
 Mendeskripsika 5. Dorong masukkan nutrisi yang
n penularan cukup
penyakit, faktor 6. Dorong masukan cairan.
yang 7. Ajarkan pasien dan keluarga
mempengaruhi mengenai tanda dan gejala infeksi
penularan serta 8. Ajarkan cara menghindari infeksi
penatalaksanaan 9. Laporkan kecurigaan infeksi.
nya.
 Menunjukkan
kemampuan
untuk mencegah
timbulnya
infeksi.
 Jumlah leukosit
dalam batas
normal.
 Menunjukkan
perilaku hidup
sehat.

e. Diagnosa 5: Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.


Diagnosa NOC NIC
Risiko syok  Pencegahan Pencegahan Syok
(hipovolemik) syok 1. Monitor sirkulasi tekanan darah,
berhubungan  Manajemen warna kulit, suhu kulit, denyut
dengan syok jantung, irama pernapasan dan
perdarahan Kriteria hasil: ritme.
pervaginam.  Nadi dalam 2. Monitor tanda inadekuat
batas yang oksigenasi jaringan
diharapkan. 3. Monitor suhu dan pernapasan
 Irama jantung 4. Monitor input dan output
dalam batas 5. Pantau nilai laboratorium: Hb,
yang HT, AGD, dan elektrolit.
diharapkan. 6. Monitor haemodinamik invasi
 Frekuensi napas yang sesuai.
dalam batas 7. Monitor tanda awal syok.
yang 8. Tempatkan pasien pada posisi
diharapkan. supine, kaki elevasi untuk
 Irama peningkatan preload dengan tepat.
pernapasan 9. Ajarkan keluarga dan pasien
dalam batas tentang tanda dan gejala
yang datangnya syok.
diharapkan. 10. Ajarkan keluarga dan pasien
 Natrium serum tentang langkah untuk mengatasi
normal. syok.
 Kalium serum Manajemen Syok
normal. 1. Monitor tekanan nadi
 Klorida serum 2. Monitor status cairan, input output
normal. 3. Catat gas darah arteri dan oksigen
 Kalsium serum di jaringan
normal. 4. Monitor nilai hasil pemeriksaan
 Magnesium laboratorium.
serum normal.
 PH darah serum
normal.
Hidrasi
Indikator :
 Mata cekung
tidak ditemukan
 Demam tidak
ditemukan
 Tekanan darah
dalam batas
normal
 Hematokrit
dalam batas
normal

f. Diagnosa 6: Ansietas.
Diagnosa NOC NIC
Ansietas  Mengontrol Penurunan kecemasan
ansietas 1. Gunakan pendekatan yang
 Derajat ansietas menyenangkan
 Koping individu 2. Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pasien
ansietas 3. Jelaskan semua prosedur dan apa
Kriteria Hasil yang dirasakan selama prosedur
 Pasien mampu 4. Pahami prespektif pasien terhadap
mengidentifikas situasi stres
i dan 5. Temani pasien untuk memberikan
mengungkapkan keamanan dan mengurangi
gejala cemas. ketakutan.
 Pasien mampu 6. Dengarkan dengan penuh
mengidentifikas perhatian
i, 7. Identifikasi tingkat kecemasan
mengungkapkan 8. Bantu pasien mengenal situasi
, dan yang menimbulkan kecemasan
menunjukkan 9. Dorong pasien untuk
teknik untuk mengungkapkan perasaan,
mnegontrol ketakutan, persepsi
cemas. 10. Instruksikan pasien menggunakan
 Vital sign dalam teknik relaksasi.
batas normal. Kolaborasi:
 Postur tubuh, 1. Berikan obat untuk mengurangi
ekspresi wajah, kecemasan.
bahasa tubuh,
dan tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat, dan bukan atas petunjuk data petugas kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain.
5. Evaluasi Keperawatan
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai.

Anda mungkin juga menyukai