Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN MATERI

PROSES PERADANGAN PADA TUBUH MANUSIA

(INFLAMASI)

Dosen Pengajar : Esther N. Tamunu, M.Kep.Ns

Disusun Oleh : Kelompok 2

1. Alfandi Poluan
2. Cathrina Nongka
3. Fajrini Mokoagow
4. Jesika Palapa
5. Luisia Hamim
6. Nofriske Israel
7. Rosa Nurmalai
8. Vingka Lumintang
9. Yulinda Tamamekeng

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

DIII KEPERAWATAN TINGKAT 1A

T.A 2018/2019
A. Definisi Peradangan (Inflamasi)

Peradangan (Inflamasi) merupakan sebuah reaksi yang kompleks dari sistem imun tubuh pada
jaringan vaskuler yang menyebabkan akumulasi dan aktivasi leukosit serta protein plasma yang terjadi
pada saat infeksi, keracunan maupun kerusakan sel. Inflamasi pada dasarnya merupakan sebuah
mekanisme pertahanan terhadap infeksi dan perbaikan jaringan tetapi terjadinya inflamasi secara terus-
menerus (kronis) juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan bertanggung jawab pada mekanisme
beberapa penyakit (Abbas dkk., 2010). Terjadinya proses inflamasi diinisiasi oleh perubahan di dalam
pembuluh darah yang meningkatkan rekrutmen leukosit dan perpindahan cairan serta protein plasma di
dalam jaringan. Proses tersebut merupakan langkah pertama untuk menghancurkan benda asing dan
mikroorganisme serta membersihkan jaringan yang rusak. Tubuh mengerahkan elemen-elemen sistem
imun ke tempat benda asing dan mikroorganisme yang masuk tubuh atau jaringan yang rusak tersebut.
(Judarwanto,2012).

B. Macam dan Jenis Dari Proses Peradangan

Pada proses peradangan terjadi pelepasan histamine dan zat-zat humoral lain kedalam cairan
jaringan sekitarnya.

Akibat dari sekresi histamine tersebut berupa:

1. Peningkatan aliran darah lokal.

2. Peningkatan permeabilitas kapiler.

3. Perembesan ateri dan fibrinogen kedalam jaringan interstitial.

4. Edema ekstraseluler lokal.

5. Pembekuan cairan ekstraseluler dan cairan limfe.

Peradangan dapat juga dimasukkan dalam suatu reaksi non spesifik, dari hospes terhadap
infeksi. Adapun kejadiannya sebagai berikut: pada setiap luka pada jaringan akan timbul reaksi
inflamasi atau reaksi vaskuler.Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan kapiler sehingga
plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul di daerah sekitar luka,
kemudian fibrin akan membentuk semacam jala, struktur ini akan menutupi saluran limfe sehingga
penyebaran mikroorganisme dapat dibatasi.Dalam proses inflamasi juga terjadi phagositosis, mula-
mula phagosit membungkus mikroorganisme, kemudian dimulailah digesti dalam sel. Hal ini akan
mengakibatkan perubahan pH menjadi asam. Selanjutnya akan keluar protease selluler yang akan
menyebabkan lysis leukosit.Setelah itu makrofag mononuclear besar akan tiba di lokasi infeksi untuk
membungkus sisa-sisa leukosit.Dan akhirnya terjadilah pencairan (resolusi) hasil proses inflamasi
lokal.

Cairan kaya protein dan sel darah putih yang tertimbun dalam ruang ekstravaskular sebagai
akibat reaksi radang disebut eksudat.
Beda Eksudat dan Transudat

Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan
seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi.Cairan ini
tertimbun sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul
besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang
meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.

Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan
hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan proses
peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang mencerminkan
kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan
dalam cairan tubuh.

Jenis-jenis Radang

a) Radang Kataral
Terbentuk diatas permukaan membran mukosa,dimana terdapat sel-sel yang dapat
mensekresi musin. Eksudat musin yang paling banyak dikenal adalah puck yang menyertai
banyak infeksi pernafasan bagian atas.
b) Radang Pseudomembran
Istilah ini dipakai untuk reaksi radang pada permukaan selaput lendir yang ditandai dengan
pembentukan eksudat berupa lapisan selaput superficial, mengandung agen penyebab,
endapan fibrin, sel-sel nekrotik aktif dan sel-sel darah putih radang.Radang membranosa
sering dijumpai dalam orofaring, trachea,bronkus, dan traktus gastrointestinal.
c) Ulkus.
Terjadi apabila sebagian permukaan jaringan hilang sedangkan jaringan sekitarnya
meradang.
d) Abses
Abses adalah lubang yang terisi nanah dalam jaringan. Abses adalah lesi yang sulit untuk
diatasi oleh tubuh karena kecenderungannya untuk meluas dengan pencairan,
kecenderungannya untuk membentuk lubang dan resistensinya terhadap penyembuhan.
Jika terbentuk abses, maka obat-obatan seperti antibiotik dalam darah sulit masuk ke
dalam abses. Umumnya penanganan abses oleh tubuh sangat dibantu oleh
pengosongannya secara pembedahan, sehingga memungkinkan ruang yang sebelumnya
berisi nanah mengecil dan sembuh. Jika abses tidak dikosongkan secara pembedahan oleh
ahli bedah, maka abses cenderung untuk meluas, merusak struktur lain yang dilalui oleh
abses tersebut.
e) Flegmon
Flegmon: radang purulen yang meluas secara defuse pada jaringan.
f) Radang Purulent
Terjadi akibat infeksi bakteri.terdapat pada cedera aseptik dan dapat terjadi dimana-mana
pada tubuh yang jaringannya telah menjadi nekrotik.

g) Radang supuratif
Gambaran ini adalah nekrosis liqeuvaktifa yang disertal emigrasi neutrofil dalam jumlah
banyak.Infeksi supuratif local disebabkan oleh banyak macam bakteri yang secara kolektif
diberi nama piogen (pembentukan nanah).

C. Mekanisme Terjadinya Peradangan (Inflamasi)

Inflamasi dibagi dalam 3 fase, yaitu inflamasi akut (respon awal terhadap cidera jaringan),
respon imun (pengaktifan sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan untuk merespon
organisme asing), dan inflamasi kronis (Katzung, 2004). Proses inflamasi akut dan inflamasi kronis ini
melibatkan sel leukosit polimorfonuklear sedangkan sel leukosit mononuklear lebih berperan pada
proses inflamasi imunologis (Sedwick & Willoughby, 1994). Secara umum, dalam proses inflamasi ada
tiga hal penting yang terjadi yaitu :

a. Peningkatan pasokan darah ke tempat benda asing, mikroorganisme atau jaringan yang rusak.
b. Peningkatan permeabilitas kapiler yang ditimbulkan oleh pengerutan sel endotel yang
memungkinkan pergerakan molekul yang lebih besar seperti antibodi.
c. Fagosit bergerak keluar pembuluh darah menuju menuju ke tempat benda asing,
mikroorganisme atau jaringan yang rusak. Leukosit terutama fagosit PMN (polymorphonuclear
neutrophilic) dan monosit dikerahkan dari sirkulasi ke tempat benda asing, mikroorganisme
atau jaringan yang rusak. (Hamor,1989)

D. Pemulihan Jaringan Pada Radang

Dengan adanya reaksi peradangan, maka hasil perbaikan yang paling menggembirakan yang
dapat diperoleh adalah, jika terjadi hanya sedikit kerusakan atau tidak ada kerusakan jaringan di
bawahnya sama sekali. Pada keadaan semacam itu jika agen penyerang sudah dinetralkan dan
dihilangkan. Pembuluh darah kecil di daerah itu memperoleh kembali semipermeabilitasnya, aliran
cairan berhenti dan emigrasi leukosit dengan cara yang sama juga berhenti. Cairan yang sebelumnya
sudah dieksudasikan sedikit demi sedikit diserap oleh pembuluh limfe dan sel-sel eksudat mengalami
disintegrasi dan keluar melalui pembuluh limfe atau benar-benar dihilangkan dari tubuh. Hasil akhir
dari proses ini adalah penyembuhan jaringan yang meradang jaringan tersebut pulih seperti sebelum
reaksi. Gejala ini disebut resolusi.

Sebaliknya, bila jumlah jaringan yang rusak cukup bermakna jaringan yang rusak harus
diperbaiki oleh proliferasi sel-sel hospes berdekatan yang masih hidup. Perbaikan sebenarnya
melibatkan dua komponen yang terpisah tetapi terkoordinir. Pertama disebut regenerasi Hasil akhirnya
adalah penggantian unsureunsur yang telah hilang dengan jenis sel yang sama. Komponen perbaikan
kedua melibatkan proliferasi unsur-unsur jaringan penyambung yang mengakibatkan pembentukan
jaringan parut.

1. Penyembuhan luka
Koordinasi pembentukan parut dan regenerasi barangkali paling mudah dilukiskan pada kasus
penyembuhan luka kulit. Jenis penyembuhan yang paling sederhana terlihat pada penanganan luka
oleh tubuh seperti pada insisi pembedahan, dimana pinggir luka dapat didekatkan agar proses
penyembuhan dapat terjadi. Penyembuhan semacam ini disebut penyembuhan primer atau healing
by first intention. Setelah teijadi luka maka tepi luka dihubungkan oleh sedikit bekuan darah yang
fibrinnya bekerja seperti lem. Segera setelah itu terjadilah reaksi peradangan akut pada tepi luka itu
dan sel-sel radang, khususnya makrofag, memasuki bekuan darah dan mulai menghancurkanya.
Dekat reaksi peradangan eksudat ini, terjadi pertumbuhan ke dalam oleh jaringan granulasi ke
dalam daerah yang tadinya ditempati oleh bekuan darah. Dengan demikian maka dalam jangka
waktu beberapa hari luka itu dijembatani oleh jaringan granulasi yang disiapkan agar matang
menjadi jaringan parut. Sementara proses ini berjalan maka epitel permukaan di bagian tepi mulai
melakukan regenerasi dan dalam waktu beberapa hari bermigrasi lapisan tipis epitel diatas
permukaa luka.Waktu jaringan parut di bawahnya menjadi matang, epitel ini juga menebal dan
matang sehingga menyerupai kulit yang didekatnya. Hasil akhirnya adalah terbentuknya kembali
permukaan kulit dan dasar jaringan parut yang tidak nyata atau hanya terlihat sebagai satu garis
yang menebal. Pada luka lainnya diperlukan jahitan untuk mendekatkan kedua tepi luka sampai
terjadi penyembuhan.

2. Penyembuhan Abses

Penyembuhan akan berlangsung lebih cepat bila isi abses dapat keluar. Abses kecil akan
diorganisasi dan menjadi jaringan ikat. Abses besar hanya sekitarnya akan diorganisasi dan menjadi
jaringan ikat.

E. Pengobatan Peradangan (Obat-obat antiinflamasi)

Obat-obat antiinflamasi merupakan golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau
mengurangi peradangan. Aktivitas ini dapat dicapai melalui berbagai cara, yaitu dengan menghambat
pembentukan mediator radang prostaglandin, menghambat migrasi sel-sel leukosit ke daerah radang,
dan menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel tempat pembentukannya (Robbert & Morrow,
2011). Pada saat terjadi inflamasi, enzim fosfolipase akan diaktifkan dengan mengubah fosfolipid yang
terdapat pada jaringan menjadi asam arakhidonat sebagian akan diubah menjadi enzim siklooksigenase
dan seterusnya menjadi prostaglandin. Sebagian lain dari asam arakhidonat diubah oleh enzim
lipooksigenase menjadi leukotrien. Kedua zat tersebut ikut bertanggungjawab pada sebagian besar
gejala inflamasi (Tjay & Raharja, 2002).

Secara umum berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antiinflamasi dibagi menjadi dua
golongan yaitu golongan steroid dan golongan non steroid (Neal, 2006).
DAFTAR PUSTAKA

http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64584/potongan/S1-2013-286986-chapter1.pdf

Diakses pada tanggal : 28 maret 2019

https://www.academia.edu/5518518/Inflamasi

Diakses pada tanggal : 28 maret 2019

https://www.academia.edu/8207808/Inflamasi_baru

Diakses pada tanggal : 28 maret 2019

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Radang

Diakses pada tanggal : 29 maret 2019

http://eprints.ums.ac.id/15218/2/BAB_I.pdf

Diakses pada tanggal : 29 maret 2019

Anda mungkin juga menyukai