Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima
kasih, atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi kami dan para pembaca. Untuk ke depannya, dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak
hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari perhatian terhadap
keadaan sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien tersebut. Walaupun pelayanan
kesehatan secara medis pada pasien lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka tetap
memerlukan komunikasi yang baik serta empati sebagai bagian penting dalam penanganan
persoalan kesehatan mereka. Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam
keterbatasan kapasitas fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut
usia (William et al., 2007).
B. Tujuan
C. Manfaat
BAB 3 : Penutup
A. Kesimpulan.....................................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................................
Daftar Pustaka
Lampiran (Komunikasi terapeutik pada Lansia)
BAB II
PEMBAHASAN
1) Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian yang
dialami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa
dicapai dan dikembangkan, serta penyakit yang dapat dicegah
progresivitasnya. Pendekatan ini relatif lebih mudah dilaksanakan dan
dicarikan solusinya karena riil dan mudah diobservasi.
2) Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan
perilaku, umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk
melaksanakan pendekatan ini, perawat berperan sebagai konselor, advokat,
suporter, dan interpreter terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai
penampung masalah-masalah rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang
akrab bagi klien.
3) Pendekatan sosial
Pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan
berinteraksi dengan lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita,
bermain, atau mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan
implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama
lansia ataupun dengan petugas kesehatan.
4) Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya
dengan Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama ketika klien dalam
keadaan sakit atau mendekati kematian. Pendekatan spiritual ini cukup efektif,
terutama bagi klien yang mempunyai kesadaran tinggi dan latar belakang
keagamaan yang baik.
Contoh:
“Apa yang Ibu pikirkan saat ini? Apakah yang bisa saya bantu untuk ibu?”
3. Fokus
Dalam berkomunikasi, sering kita jumpai lansia berbicara panjang lebar
dan mengungkapkan pernyataan-pernyataan di luar materi dan tidak relevan
dengan tujuan terapi. Sehubungan dengan hal tersebut, perawat harus tetap
fokus pada topik pembicaraan dan mengarahkan kembali komunikasi lansia
pada topik untuk mencapai tujuan terapi. Sikap ini merupakan upaya perawat
untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang diinginkan.
4. Suportif
Lansia sering menunjukkan sikap labil atau berubah-ubah. Perubahan
ini perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia dengan cara
memberikan dukungan (suportif).
Contoh:
“Saya yakin Bapak dapat mampu melakukan tugas Bapak dengan baik”,
“Jika Bapak memerlukan saya siap membantu.”
5. Klarifikasi
Klarifikasi adalah teknik yang digunakan perawat untuk memperjelas
informasi yang disampaikan klien. Hal ini penting dilakukan perawat karena
seringnya perubahan yang terjadi pada lansia dapat mengakibatkan proses
komunikasi lancar dan kurang bisa dipahami. Klarifikasi dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang atau meminta klien memberi penjelasan ulang
dengan tujuan menyamakan persepsi.
Contoh: “Coba Ibu jelaskan kembali bagaimana perasaan ibu saat ini.”
6. Sabar dan ikhlas
Perubahan yang terjadi pada lansia terkadang merepotkan dan seperti
kekanakkanakan. Perubahan ini harus disikapi dengan sabar dan ikhlas agar
hubungan antara perawat dan klien lansia dapat efektif. Sabar dan ikhlas
dilakukan supaya tidak muncul kejengkelan perawat yang dapat merusak
komunikasi dan hubungan perawat dan klien
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Teknik komunikasi yang baik akan memperbaiki outcome pasien lanjut usia
dan caregiver-nya. Bukti mengindikasikan bahwa outcome perawatan kesehatan untuk
orang tuatidak hanya tergantung pada perawatan kebutuhan biomedis tetapi juga
tergantung pada hubungan perawatan yang diciptakan melalui komunikasi yang efektif.
Dengan komunikasi yang efektif antara dokter – pasien lanjut usia :
Pasien dan keluarganya dapat menceritakan gejala dan masalahnya, yang akan
memungkinkan dokter untuk membuat diagnosis yang lebih akurat.
Instruksi dan saran dokter akan lebih mungkin untuk ditaati.
Kemungkinkan untuk melewatkan dosis atau menghentikan obat karena efek
samping, merasakan non efikasi, atau biaya obat dapat diminimalisir.
Lebih memungkinkan untuk edukasi dalam memanajemen diri sendiri seperti
pada pasien diabetes dengan diet, olah raga, monitoring gula darah, dan
perawatan kaki.
Penurunan biaya tes diagnostik juga dihubungkan dengan komunikasi yang
lebih baik antara dokter dan pasien lanjut usia.
2. SARAN
Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi terapeutik pada lansia agar
pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan lancar dan Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat banyak sekali kesahalan. besar harapan
kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://bppsdmk.kemkes.go.id/pus
diksdmk/modul-bahan-ajar-tenaga
kesehatan/&ved=2ahUKEwjYhb7n8urkAhXa63MBHcg8CmMQFjAAegQIAhAB&usg=AO
vVaw2y58zKhCpetjbYxCBOcGak. Diakses pada 24 September 2019 jam 15:00
DeVito, J.A. 1997. Komunikasi Antarmanusia, penj. Agus Maulana. Jakarta: Professional
Book.
Engel, J. 1998. Pengkajian Pediatric. Jakarta: EGC. Kozier dan Erb. 1999. Fundamental of
Nursing: Concept and Practice. St. Louis: Mosby.
Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam
Keluarga.
Diagnosis/Masalah Keperawatan:
Denial (Penolakan)
Rencana Keperawatan:
a. Istirahatkan pasien di atas tempat tidur (bedrest).
b. Tingkatkan pemahaman pasien terkait kesehatannya.
c. Diskusikan masalah yang dihadapi dan proses terapi selama di Rumah Sakit (RS).
Tujuan :
Pasien menerima sakitnya dan kooperatif selama perawatan dan pengobatan .
SP Komunikasi
Fase Orientasi
Salam terapeutik:
Perawat : “Selamat pagi. Saya Ibu Tri. Apa benar saya dengan Ibu Sofi?” (mendekat ke arah
pasien dan mengulurkan tangan untuk berjabatan tangan).
Pasien menjabat tangan perawat dan menjawab “selamat pagi”.
Evaluasi dan Validasi :
Perawat : “Apa kabar Ibu? Bagaimana perasaan hari ini? Ibu sepertinya tampak lelah?”
Pasien : “Saya sehat-sehat saja, tidak perlu ada yang dikhawatirkan terhadap diri saya”.
Perawat : Tersenyum sambil memegang tangan pasien.
Kontrak :
Perawat : “Ibu, saya ingin mendiskusikan masalah kesehatan ibu supaya
kondisi ibu lebih baik dari sekarang”.
Pasien : “Iya, tapi benarkan saya tidak sakit? Saya selalu sehat”.
Fase Terminasi:
Evaluasi subjektif/objektif : “Bagaimana perasaan ibu sekarang?”
“Sekarang Jelaskan kenapa ibu harus istirahat dulu untuk sementara ini!”
Rencana tindak lanjut : “Saya berharap ibu bisa kooperatif selama di rawat. Ibu Harus
istirahat dan tidak boleh banyak aktivitas, makan sesuai dengan diet yang disediakan, dan
minum obat secara teratur”.
Kontrak yang akan datang : “Satu jam lagi saya akan kembali untuk memastikan bahwa Ibu
telah menghabiskan makan ibu dan minum obat sesuai program. Sampai jumpa nanti, ya.
Selamat siang”.