Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIOKIMIA GIZI II KLINIK

“ANEMIA RINGAN PADA PEMUDA SEBAGAI BURUH ANGKUT”

Disusun Oleh :
Debora Desi Setiasari 41160027
Joseph Couteau 41160079
Christyowati Dwi Ariesta 41160083
Kristoforus Ian A. 41160088
M. Jehansyah Rizqi F 41160091
Maharani Dyah K. 41160095
KELOMPOK 1.2

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jumlah orang yang bekerja di Indonesia mencapai 104,49 juta jiwa


(BPS,2009). Pemenuhan gizi selama bekerja juga menjadi syarat keselamatan,
dan kesehatan kerja. Semakin berat beban kerja, sebaiknya semakin pendek waktu
kerjanya agar tehindar dari kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti, serta
kebutuhan gizinya akan semakin tinggi. Gizi yang dibutuhkan oleh pekerja
berbeda-beda sesuai dengan pekerjaannya.

Status gizi orang yang sakit / pasien dipengaruhi oleh asupan gizinya.
Asupan harus dapat memenuhi kebutuhan kalori tubuh yang meningkat karena
proses metabolisme yang meningkat. Kebutuhan kalori pasien selama sakit akan
meningkat karena terjadi kerusakan jaringan dan kebutuhan pengganti zat yang
hilang. Konsumsi makanan juga dipengaruhi oleh pendapatan, ketersediaan bahan
makanan, pengetahuan gizi, dan pendidikan. Keadaan ekonomi juga berpengaruh
besar terhadap kecukupan gizi.

1.2. Dasar Teori

Kebutuhan energi berarti “tingkat asupan energi yang akan


menyeimbangkan pemakaian energi ketika kita memiliki ukuran dan komposisi
tubuh serta aktivitas fosi yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang yang
baik.” (WHO). Kebutuhan asupan gizi setiap individu berbeda, faktor yang
berpengaruh antara lain; usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi
badan.

Status gizi tergantung dari asupan gizi dan kebutuhannya, jika asupan gizi
dan kebutuhan seimbang, maka status gizi baik. Status gizi adalah satu unsur
penting dalam membentuk status kesehatan. Status gizi adalah keadaan yang
diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dari makanan dan
kebutuhan zat gizi oleh tubuh. Status gizi sangat dipengaruhi oleh asupan gizi.
Pemanfaatan zat gizi dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor primer dan sekunder.
Faktor primer adalah keadaan yang mempengaruhi asupan gizi karena susunan
gizi yang tidak sesuai. Sekunder adalah zat gizi tidak mencukupi karena gangguan
pada pemanfaatan zat dalam tubuh.

1.3. Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu menilai status gizi pasien,
menghitung kebutuhan gizi pasien, dan menyusun menu untuk pasien.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kasus Skenario

Seorang laki-laki berinisial SS, usianya 19 tahun datang ke klinik dengan


keluhan demam, pilek, dan pusing. Pekerjaan SS sebagai buruh angkut di pasar,
belum menikah. Hasil anamnesis didapatkan bahwa SS suka minum-minuman
beralkohol setiap akhir pekan. Selain itu, SS alergi makanan seafood.
Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan hasilnya tekanan darah 120/75 mmHg,
berat badan 52 kg, tinggi badan 161 cm.

2.2. Menentukan Status Gizi

Menentukan status gizi

Status gizi melalui tinggi badan

TB = 161 cm

Status gizi melalui berat badan

BB = 52 kg

Status gizi melalui indeks massa tubuh (IMT)

IMT =

= 20.6 mg

Indeks Masa Tubuh (IMT) untuk Asia Pasifik

Kategori IMT (kg/m²)


Berat badan kurang <18.5

Normal 18.5 – 22.9

Berat badan lebih ≥23.0

Beresiko 23.0 - 24.9

Obesitas tingkat 1 25.0 – 29.9

Obesitas tingkat 2 ≥30.0

2.3. Menentukan Masalah Gizi

Pasien berinisial SS mengalami kondisi tubuh yang kekurangan protein


dan lemak, meskipun nilai IMT tubuhnya masih dalam batas normal. Kekurangan
protein yang dialami SS akibat asupan makanannya yang memiliki kandungan
protein rendah, ditambah lagi SS alergi terhadap seafood, di mana seafood
merupakan salah satu sumber protein tinggi. Di dalam beberapa protein
mengandung zat besi yang diperlukan tubuh untuk membentuk sel darah merah.
Oleh karena SS mengkonsumsi makanan yang berprotein rendah mengakibatkan
kemungkinan adanya kekurangan zat besi dan terjadilah anemia ringan.
Sedangkan konsumsi lemak yang berkurang disebabkan karena SS kurang
mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak, ini terkait kebiasaan SS yang
menu makannya setiap hari tidak bervariasi.

Sebaliknya SS memiliki asupan oral karbohidrat yang sesuai dengan


kebutuhannya sehari-hari. Di samping itu, SS memiliki kebiasaan mengkonsumsi
alkohol setiap akhir minggu yang dapat menjadi salah satu faktor penyebab
terjadinya anemia ringan yang dialaminya. Jika dilihat dari segi kalori SS
memiliki asupan oral energi yang kurang dari kebutuhannya. Di satu sisi, SS
merupakan buruh dengan aktivitas yang tergolong berat, sehingga membutuhkan
energi yang cukup.

2.4. Menentukan Kebutuhan Gizi


2.4.1 Data Berat Badan
 BB Ideal = 90% x (TB - 100) kg
= 90% x (161 - 100) kg
= 54,9kg
 BB minimal = 54,9 – (10% x 54,9 kg)
= 49,41 kg
 BB maksimal = 54,9 + (10% x 54,9 kg)
= 60,39 kg
 BB normal = BB minimal s.d. BB maksimal
= 49,41 –60,39 kg

2.4.2 Perhitungan kalori


1. Kalori Basal / kgBB Ideal
30 kal x 52 kg = 1647 kal

2. Aktivitas
Berat : 30% x 1647 = 494,1 kal

3. Total Kebutuhan
1641 + 494,1 = 2141,1 kalori

4. Kebutuhan Gizi
BEE ( Mifflin-St Jeor) = (10 x BB) + (6.25 x TB) – (5 x U) + 5

= (10 x 52) + (6.25 x 161) – (5 x 19) + 5

= 520+1.006,25- 95 + 5

=1436,25 kal

TEE = BEE x faktor aktivitas x Faktor Stress

=1436,25 x (1,4+0.4) x 1 = 2585,25 kal

a. Protein = 20% x 2585,25

=517,05 kkal

= 129,26 gram

b. Lemak = 25% x 2585,25

= 646,31 kkal
= 71,81 gram

c. Karbohidrat = TEE – Protein – Lemak

= 2585,25 – 129,26 – 71,81

= 2384,18

= 596,04 gram

- Kesan Umum : Kesan Anemia ringan, pilek, pusing


- Pengukuran Vital Sign
Tanggal : 26 Agustus 2018
Suhu : 38,5 oC
Nadi : 82x / menit
Tekanan Darah : 120 / 75 mmHg
Respirasi : 13x / menit
- Ekstremitas : Baik
- Faktor Aktivitas : Berat
- Modifikasi Diet : Minum alkohol akhir pekan
- Jumlah Jam tidur : 6 – 7 jam
- Makanan Pokok : 2 – 3x / hari dan selingan sekali / hari
2.5 Status Gizi Melalui Recall 24 Jam
- Tabel 2..5.1 Menu makan pagi pasien SS dalam 24 jam terakhir

Berat Karbohidrat Protein Lemak Kalori


Bahan Jumlah Menu
(gram) (gram) (gram) (gram) (kal)
Nasi 1,5 gls 200 80 8 350 Nasi Putih
Cabe
merah 100 5 1 25 Sambal
besar
2 ptg Tempe
Tempe 50 7 5 3 75
sdg Goreng
5gx Minyak
Minyak
2 sdt 2= 10 50 untuk
goreng
10 g menggoreng
Gula
1 sdm 13 12 50
Pasir
Kopi 1 gls 200 5 20 Kopi
- Tabel 2.5.2 Menu makan siang pasien SS dalam 24 jam terakhir

Berat Karbohidrat Protein Lemak Kalori


Bahan Jumlah Menu
(gram) (gram) (gram) (gram) (kal)
Nasi 1,5 gls 200 80 8 350 Nasi Putih
Mi
2 gls 100 80 8 350 Mi goreng
Kering
Telur
1 btr 55 7 5 75 Telur goreng
Ayam
Daun Wortel
100 10 3 50
Singkong rebus
5gx Minyak
Minyak
2 sdt 2= 10 50 untuk
Goreng
10 g menggoreng
Gula
1 sdm 13 12 50
Pasir
Es Teh
Teh 1 gls 200 5 20
Manis

- Tabel 2.5.3 Menu makan malam pasien SS dalam 24 jam terakhir

Berat Karbohidrat Protein Lemak Kalori


Bahan Jumlah Menu
(gram) (gram) (gram) (gram) (kal)
Nasi 1,5 gls 200 80 8 350 Nasi Goreng
5gx Minyak
Minyak
2 sdt 2= 10 50 untuk
Goreng
10 g menggoreng
5 bj
Kerupuk 50 40 4 175 Kerupuk
sdg
Alkohol 1 gls 200 588 Bintang
(Ubi
1 bj Ubi jalar
jalar 135 40 4 175
sdg rebus)
kuning

- Tabel 2.5.4 Recall 24 jam pasien SS

Energi (kkal) Protein (gr) Lemak (gr) Karbohidrat (gr)

Asupan 2,678 52 38 416


oral
Asupan
- - - -
enteral
Asupan
- - - -
parenteral
Kebutuhan 2585,25 129,26 71,81 596,04
% Asupan 103,5% 40,2 % 52,9 % 69,7%

2.6 Menentukan Diet Hari Pertama dan Kedua


Tabel 2.6.1 Diet pada hari pertama

Makan Pagi
Bahan Jumlah Berat Karbohidrat Protein Lemak Kalori Menu
(gram) (gram) (gram) (gram) (kal)
Nasi 1,5 gls 200 80 8 350 Nasi Putih
Telur 1 btr 55 7 5 75 Telur goreng
Ayam
Tempe 2 ptg 50 7 5 3 75 Tempe
sdg Goreng
Kakung 1 porsi 100 5 1 25 Tumis
kangkung
Minyak 1 sdt 5 5 50 Minyak
Goreng untuk
menggoreng
dan
menumis
Kerupuk 5 bj 50 40 4 175 Kerupuk
sdg

Snack Pagi
Bahan Jumlah Berat Karbohidrat Protein Lemak Kalori Menu
(gram) (gram) (gram) (gram) (kal)
Sukun 3 ptg 150 40 4 175 Sukun
sdg goreng
Melon 1 ptg 190 12 50 Melon
bsr
Minyak 1 sdt 5 5 50 Minyak
Goreng untuk
menggoreng
Biskuit 4 bh 40 40 4 175 Biskuit
bsr
Telur 5 btr 55 7 5 75 Telur puyuh
puyuh

Makan Siang
Bahan Jumlah Berat Karbohidrat Protein Lemak Kalori Menu
(gram) (gram) (gram) (gram) (kal)
Nasi 1,5 gls 200 80 8 350 Nasi Putih
Bayam 1 porsi 100 5 1 25 Sayur
bayam
Tempe 4 ptg 100 14 10 6 150 Tempe
sdg Goreng
Sosis ½ ptg 50 7 13 150 Sosis
goreng
Minyak 1 sdt 5 5 50 Minyak
Goreng untuk
menggoreng
Bengkuang 2 bj bsr 320 40 4 175 Bengkuang

Snack Sore
Bahan Jumlah Berat Karbohidrat Protein Lemak Kalori Menu
(gram) (gram) (gram) (gram) (kal)
Ubi 1 bj sdg 135 40 4 175 Rebus
Jalar
Kuning
Bihun ½ gls 50 40 4 175 Bihun
Pepaya 1 ptg 110 12 50 Pepaya
Bahan Jumlah
bsr Berat Karbohidrat Protein Lemak Kalori Menu
(gram) (gram) (gram) (gram) (kal)
Makan
Nasi 1,5 gls 200 80 8 350 Nasi Putih
Ikan 2 porsi 200 10 14 4 50 Ikan Malam

Pindang Pindang
Sosis 1 ptg 100 14 26 300 Sosis
goreng
Minyak 1 sdt 5 5 50 Minyak
Goreng untuk
menggoreng
Susu sapi 1 gls 200 10 7 6 125 Susu
Bengkuang 2 bj bsr 320 40 4 175 Bengkuang
Total Energi (kkal) Karbohidrat Lemak Protein
(gram) (gram) (gram)
3625 595 75 125

Tabel 2.6.2 Diet pada hari kedua

Makan Pagi
Bahan Jumlah Berat Karbohidrat Protein Lemak Kalori Menu
(gram) (gram) (gram) (gram) (kal)
Nasi 1,5 gls 200 80 8 350 Nasi Putih
Telur 1 btr 55 7 5 75 Telur Rebus
Ayam
Tahu 1 bj 110 7 5 3 75 Tahu
bsr Goreng
Buncis 1 porsi 100 5 1 25 Tumis
Buncis
Minyak 1 sdt 5 5 50 Minyak
Goreng untuk
menggoreng
Kerupuk 5 bj 50 40 4 175 Kerupuk
sdg

Snack Pagi
Bahan Jumlah Berat Karbohidrat Protein Lemak Kalori Menu
(gram) (gram) (gram) (gram) (kal)
Talas ½ bj 150 40 4 175 Talas Goreng
sdg
Belimbing 1 bh bsr 140 12 50 Belimbing
Minyak 1 sdt 5 5 50 Minyak
Goreng untuk
menggoreng
Mi 2 gls 200 40 4 175 Mi Basah
Basah
Telur 5 btr 55 7 5 75 Rebus
puyuh

Makan Siang
Bahan Jumlah Berat Karbohidrat Protein Lemak Kalori Menu
(gram) (gram) (gram) (gram) (kal)
Nasi 1,5 gls 200 80 8 350 Nasi Putih
Tempe 4 ptg 100 14 10 6 150 Tempe
sdg Goreng
Belut 3 ekor 50 7 13 150 Belut
kecil goreng
Minyak 1 sdt 5 5 50 Minyak
Goreng untuk
menggoreng
Mi basah 2 gls 50 40 4 175 Mi basah
Jagung 1 porsi 100 5 1 25 Rebus
Muda

Snack Sore
Bahan Jumlah Berat Karbohidrat Protein Lemak Kalori Menu
Bahan Jumlah Berat
(gram) Karbohidrat
(gram) Protein
(gram) Lemak
(gram) Kalori
(kal) Menu
Singkong 1 ½ ptg (gram)
120 40
(gram) 4
(gram) (gram) 175
(kal) Rebus
Makaroni
Nasi ½ gls
1,5 gls 50
200 40
80 84 175
350 Makaroni
Nasi Putih
Pisang
Ikan 11ptg
bh 45
200 12
10 14 4 50
50 Pisang
Ikan Asin
Kepok
Asin sdg Kepok
Kering
Kering
Makan
Sosis 1 ptg 100 14 26 300 Sosis
Malam
goring
Minyak 1 sdt 5 5 50 Minyak
Goreng untuk
menggoreng
Susu ½ gls 100 10 7 6 125 Susu kental
Kental
Tidak
manis
Ganyong 1 ptg 185 40 4 175 Ganyong
Total Energi (kkal) Karbohidrat Lemak Protein
(gram) (gram) (gram)
3625 595 75 125

BAB III

Edukasi dan Konseling


Berdasarkan keluhan serta masalah gizi yang menyebabkan SS mengalami anemia
ringan, maka SS perlu meningkatkan penyerapan besi serta memperhatikan kecukupan asupan
beberapa nutrient penting, seperti vitamin B12 dan folat; yang bisa didapatkan dari makanan
yang mengandung protein. Contoh makan-makanan yang kaya akan zat besi, folat, dan vitamin
B12 adalah ragi (misalnya tempe), ikan, udang, polong-polongan, roti, dan sereal utuh. Dengan
adanya riwayat alergi seafood yang dimiliki SS, SS dapat mengonsumsi makanan mengandung
protein pengganti selain seafood yang berasal dari protein nabati dan protein hewani (daging
sapi, ayam, telur ayam) dalam jumlah dan proporsi yang seimbang.

SS juga disarankan untuk mengonsumsi makanan sayuran hijau kurang lebih sebanyak 3
porsi/hari untuk memenuhi kebutuhan zat besi, seperti bayam merah atau bayam, ada pula
jagung kuning, kacang merah serta kacang hijau.

Perlu dilakukannya konsumsi minuman sari buah yang kaya akan vitamin C paling tidak
1 gelas per hari, misalnya konsumsi sari jambu, jeruk, atau tomat. Vitamin C ini diperlukan
penderita anemia karena memiliki peran dalam meningkatkan absorpsi zat besi dalam usus.
Konsumsi minuman ber-vitamin C juga dapat dilakukan. Namun, minuman yang 100%
kandungan vitamin C dan bukan campuran (oplosan) kecuali air mineral.

SS juga dapat mengonsumsi 1-3 cangkir susu atau youghurt per hari, namun tidak
bersamaan dengan makanan dengan kaya besi. SS sebisa mungkin tidak mengonsumsi teh dan
kopi dalam jumlah besar, terutama dikonsumsi bersamaan dengan makanan, karena dapat
menghambat penyerapan besi. Selain itu, kebiasaan minum minuman beralkohol yang dapat
memengaruhi penyerapan besi yang masuk ke dalam sel perlu dihindari atau bahkan dihentikan.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan efek alcohol menghambat pembentukan eritrosit
agar keluhan anemia seperti pusing, lemas, dan lelah tidak lagi dialami oleh SS.

Daftar Pustaka

http://www.kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/021411-pemenuhan-kecukupan-gizi-
bagi-pekerja
www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir.../Buku-Saku-Nasional-PSG-2017_975.pdf

Angka Kecukupan Gizi (AKG). 2014. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan bagi bangsa
Indonesia. Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Kemenkes RI.

Gibney, Michael J., Margetts, Barrie M., Kearney, John M., Arab Lenore. 2009. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta :Penerbit buku kedokteran EGC.

Kemenkes RI. Pedoman Gizi Seimbang. Kemenkes RI. 2016.

Menyusun Diet Berbagai Penyakit. 2013. Edisi Keempat. Jakarta: FKUI.

Nikolaos Katsilambros, dkk. 2014. Asuhan Gizi Klinik. Jakarta: EGC.

Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi & Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
http://www.kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/021411-pemenuhan-kecukupan-gizi-
bagi-pekerja

Pertanyaan:
1. Darimana angka faktor aktivitas? Kenapa tidak ditambahkan 40% sesuai yang tertera di
buku biru?
Jawaban: Sumber tidak valid. Ralat aktivitas buruh penambahan 40%
2. Menu kurang rasional
Jawaban sudah tertera di dalam revisi halaman sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai