1.3 Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem
Hematologi & Imunologi yang berjudul ” Askep Anemi Hemolitik”.
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah
dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep
skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya.
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
2.1 Pengertian
2.2 Etiologi
Anemia hemolitik dapat disebabkan oleh 2 faktor yang berbeda yaitu
faktor intrinsik & faktor ekstrinsik.
1. Faktor Intrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi pada metabolisme dalam eritrosit itu
sendiri sel eritrosit. Kelainan karena faktor ini dibagi menjadi tiga macam
yaitu:
Keadaan ini dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Gangguan struktur dinding eritrosit
Sferositosis
Penyebab hemolisis pada penyakit ini diduga disebabkan oleh
kelainan membran eritrosit. Kadang-kadang penyakit ini
berlangsung ringan sehingga sukar dikenal. Pada anak gejala
anemianya lebih menyolok daripada dengan ikterusnya,
sedangkan pada orang dewasa sebaliknya. Suatu infeksi yang
ringan saja sudah dapat menimbulkan krisis aplastik. Kelainan
radiologis tulang dapat ditemukan pada anak yang telah lama
menderita kelainan ini. Pada 40-80% penderita sferositosis
ditemukan kolelitiasis.
Ovalositosis (eliptositosis)
Pada penyakit ini 50-90% dari eritrositnya berbentuk oval
(lonjong). Dalam keadaan normal bentuk eritrosit ini
ditemukan kira-kira 15-20% saja. Penyakit ini diturunkan
secara dominan menurut hukum mendel. Hemolisis biasanya
tidak seberat sferositosis. Kadang-kadang ditemukan kelainan
radiologis tulang. Splenektomi biasanya dapat mengurangi
proses hemolisis dari penyakit ini.
A-beta lipropoteinemia
Pada penyakit ini terdapat kelainan bentuk eritrosit yang
menyebabkan umur eritrosit tersebut menjadi pendek. Diduga
kelainan bentuk eritrosit tersebut disebabkan oleh kelainan
komposisi lemak pada dinding sel.
b. Gangguan pembentukan nukleotida
Kelainan ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah,
misalnya pada panmielopatia tipe fanconi.
Anemia hemolitik oleh karena kekurangan enzim sbb:
Definisi glucose-6- phosphate-Dehydrogenase (G-6PD)
Defisiensi Glutation reduktase
Defisiensi Glutation
Defisiensi Piruvatkinase
Defisiensi Triose Phosphate-Isomerase (TPI)
Defisiensi difosfogliserat mutase
Defisiensi Heksokinase
Defisiensi gliseraldehid-3-fosfat dehidrogenase
c. Hemoglobinopatia
Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari
hemoglobinnya (95%), kemudian pada perkembangan selanjutnya
konsentrasi HbF akan menurun, sehingga pada umur satu tahun
telah mencapai keadaan yang normal
Sebenarnya terdapat 2 golongan besar gangguan pembentukan
hemoglobin ini, yaitu:
Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin
abnormal). Misal HbS, HbE dan lain-lain
Gangguan jumblah (salah satu atau beberapa) rantai globin.
Misal talasemia
2. Faktor Ekstrinsik :
Yaitu kelainan yang terjadi karena hal-hal diluar eritrosit.
Akibat reaksi non imumitas : karena bahan kimia / obat
Akibat reaksi imunitas : karena eritrosit yang dibunuh oleh antibodi
yang dibentuk oleh tubuh sendiri.
Infeksi, plasmodium, boriella
2.3 Patofisiologi
Hemolisis adalah acara terakhir dipicu oleh sejumlah besar diperoleh
turun-temurun dan gangguan. etiologi dari penghancuran eritrosit prematur
adalah beragam dan dapat disebabkan oleh kondisi seperti membran intrinsik
cacat, abnormal hemoglobin, eritrosit enzimatik cacat, kekebalan penghancuran
eritrosit, mekanis cedera, dan hypersplenism. Hemolisis dikaitkan dengan
pelepasan hemoglobin dan asam laktat dehidrogenase (LDH). Peningkatan
bilirubin tidak langsung dan urobilinogen berasal dari hemoglobin dilepaskan.
Seorang pasien dengan hemolisis ringan mungkin memiliki tingkat
hemoglobin normal jika peningkatan produksi sesuai dengan laju kerusakan
eritrosit. Atau, pasien dengan hemolisis ringan mungkin mengalami anemia
ditandai jika sumsum tulang mereka produksi eritrosit transiently dimatikan
oleh virus (Parvovirus B19) atau infeksi lain, mengakibatkan kehancuran yang
tidak dikompensasi eritrosit (aplastic krisis hemolitik, di mana penurunan
eritrosit terjadi di pasien dengan hemolisis berkelanjutan). Kelainan bentuk
tulang tengkorak dan dapat terjadi dengan ditandai kenaikan hematopoiesis,
perluasan tulang pada masa bayi, dan gangguan anak usia dini seperti anemia
sel sabit atau talasemia.
4
Radiasi
Obat obatan
Infeksi Ekimosis
Perdarahansaluran cerna
eritropetik
Suplai O2 ke otak turun
Depresi system imun Hb turun
Evaluasi
Masalah/ Intervensi Implementasi
Data Khusus / (Berdasarkan SOAP)
Diagnosa Tujuan
Fokus Tgl/ Tgl/ Tgl/
Keperawatan Intervensi Kegiatan Evaluasi
Jam jam jam
Gangguan Setelah dilakukan 6/03/ 1. Obs.TTV 6/03/ 1. Memonitor TD, 7/3/
S: pasien mengatakan
S : Pasien pertukaran gas tindakan 2017 2. Buka jalan nafas. 2017 Suhu, nadi, RR 2017
lemas
mengeluh nafas b.d penurunan keperawatan Jam 3. Posisikan pasien untuk Jam 2. Memonitor Jam
terasa berat perfusi jaringan selama 1x24jam 18.30 memaksimalkan 18.30 frekuensi dan 18.30
O: k/u: lemas
pertukaran gas ventilasi. irama pernafasan
T: 110/70
O : Nafas spontan, teratasi, tidak 4. Atur intake cairan 3. Memposisikan
S: 36,1‘c
ngos – ngosan, terasa berat untuk megoptimalkan pasien semifowler
N: 88 x/menit
terpasang nasal Kriteria Hasil: keseimbangan. 4. Atur intake cairan
RR: 24 x/menit
O2 3lpm, 1. tand 5. Obs. respirasi dan untuk
SPO2: 92%
Cuping hidung (-) a-tanda vital status O2. megoptimalkan
HGB: 4,9
k/u: lemas dalam batas 6. Cek kadar Hb keseimbangan
T : 130/90 mmHg normal 7. Kolaborasi dengan 5. Berkolaborasi
A: Masalah teratasi
S : 37 ‘c 2. men dokter untuk pemberian dengan dokter
sebagian
N : 90X/menit demonstrasika Tranfusi untuk pemberian
RR : 20X/menit n peningkatan tranfusi
P: Intervensi
Spo2: 90% ventilasi dan
dilanjutkan
HGB: 4,9 oksigenasi
yang adekuat
S : pasien Nutrisi kurang Setelah dilakukan 6/03/ 1. Obs. adanya alergi 6/03/ 1. Mengobservasi 9/3/ S: px mengatakan
mengatakan dari kebutuhan tindakan 2017 makanan 2017 Intake dan output 2017 lemas
mual sudah tubuh b.d keperawatan Jam 2. Kolaborasi dengan ahli Jam 2. Memberikan diet Jam
1minggu ketidakmampuan selama 3x24 18.30 gizi untuk menentukan 18.35 makanan yang 18.35 O: k/u: cukup
untuk diharapkan jumlah kalori dan mengandung tinggi T: 140/90
O : k/u lemah, memasukkan kebutuhan nutrisi nutrisi yang di serat. S: 36‘c
mual, porsi atau mencerna terpenuhi butuhkan pasien. 3. Berkolaborasi N: 80x/menit
makan tidak makanan Kriteria hasil: 3. Berikan diet makanan dengan ahli gizi RR:20x/menit
habis 1. Adanya yang mengandung untuk menentukan Makan: ½ porsi
T : 130/90 mmHg peningkatan tinggi serat untuk jumlah kalori dan
8
Minum: 300ml
S : 37 ‘c BB. mencegah konstipasi. nutrisi yang A: Masalah teratasi
2. Tidak ada
N : 90X/menit 4. Monitor jumlah nutrisi
tanda-
RR : 20X/menit dan kandungan kalori.
tanda ,malnutris
BB sblm MRS: 5. Obs kemampuan
i
63 kg pasien untuk dibutuhkan. P:Intervensi di
3. Mampu
BB MRS: 60 kg mendapatkan nutrisi hentikan
mengidentifikas
yang di butuhkan.
i kebutuhan
6. Obs. Intake dan output
nutrisi
Intoleransi Setelah dilakukan 06/03 1. Obs. adanya 06/03/ 1. Mengobservasi 9/03/ S: px mengatakan
aktifitas b.d tindakan /2017 pembatasan pasien 2017 adanya pembatasan 2017 lemas
ketdakseimbang keperawatan Jam dalam melakukan Jam pasien dalam Jam
S : Pasien an antara suplai selama 3x24jam 19.00 aktifitas. 19.15 melakukan 19.15 O: k/u: cukup
mengatakan badan oksigen dengan diharapkan pasien 2. Obs. adanya factor aktifitas. Px duduk dibantu
lemes kebutuhan dapat yang menyebabkan 2. Memonitor nutrisi tempat tidur
mempertahankan / kelelahan. dan sumber energi. Px dapat mika/miki
O : k/u lemah, meningkatkan 3. Monitor nutrisi dan 3. Membantu klien dengan sedikit
tampak pucat aktifitas sumber energi. untuk bantuan
Px hanya tidur Kriteria Hasil: 4. Bantu klien untuk mengidentifikasi T: 140/90
ditempat tidur 3. Ma mengidentifikasi aktivitas yang S: 36‘c
T : 130/90 mmHg mpu melakukan aktivitas yang dapat dapat dilakukan N: 80x/menit
S : 37 ‘c aktivitas sehari- dilakukan 4. Mengobservasi RR:20x/menit
N : 90X/menit hari(ADLs) 5. Obs. respon fisik, respon fisik, Makan: ½ porsi
RR : 20X/menit secara mandiri emosi, sosial, dan emosi, sosial, dan 13
Resiko jatuh: 65 4. Berp spiritual. spiritual. A: Masalah teratasi
HGB: 4,9 artisipasi dalam sebagian
aktivitas fisik
P:Intervensi
dilanjutkan
S : Pasien Resiko Injury Setelah dilakukan 06/03/ 1. Posisikan tempat 06/03/ 1. Memposisikan 09/03/ S: px mengatakan
mengatakan badan b.d penurunan asuhan 2017 tidur/brankard dalam 2017 tempat 2017 lemas
lemes Hb keperawatan Jam.1 posisi rendah dan roda Jam.19. tidur/brankard
selama 3x24 jam 9.00 terkunci. 15 dalam posisi O: k/u: cukup
O : k/u lemah, pasien tidak 2. Orientasikan rendah dan roda Px duduk dibantu
tampak pucat mengalami injury pasien/penunggu terkunci. tempat tidur
Px hanya tidur Kriteria Hasil: tentang 2. Meletakkan tanda Px dapat mika/miki
ditempat tidur 1. Klien lingkungan/ruangan “Kewaspadaan dengan sedikit
T : 130/90 mmHg terbebas dari 3. Letakkan tanda Jatuh” pada panel bantuan
cedera “Kewaspadaan Jatuh”
2. klien pada panel informasi informasi pasien T: 140/90
mampu pasien. 3. Memastikan S: 36‘c
menjelaskan 4. Pastikan pasien pasien memiliki N: 80x/menit
S : 37 ‘c factor resiko memiliki stiker warna stiker warna RR:20x/menit
N : 90X/menit dari kuning penanda risiko kuning penanda Makan: ½ porsi
RR : 20X/menit lingkungan/peril tinggi jatuh pada risiko tinggi jatuh
Resiko jatuh: 65 aku personal gelang identifikasi. pada gelang A: Masalah teratasi
HGB: 4,9 5. Pindahkan barang- identifikasi sebagian
barang yang dapat 4. Menutup pagar
membahayakan. tempat tidur atau P: Intervensi
6. Tutup pagar tempat brankard dilanjutkan
tidur atau brankard.
12
14
DAFTAR PUSTAKA
Handayani Wiwik dan Andi Sulistyo. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Jakarta, EGC.
www. wordpress.com/2014/05/20/asuhan-keperawatan/anemiahemolitik