Definisi
lensa, diakibatkan oleh hidrasi cairan lensa atau adanya penumpukan protein
dikarenakan gangguan metabolisme yang terjadi akibat factor usia, terjadi pada
2. Anatomi Fisiologi
Anatomi
Mata merupakan salah satu organ vital bagi individu dalam menjalankan
seseorang adalah kebutaan (Ilyas, 2014). Setiap mata berisi cairan yang
dibungkus oleh tiga lapisan dari paling luar hingga ke dalam, yaitu
oleh jaringan ikat, yaitu sklera. Lapisan tengah dibawah sklera yang berpigmen
dan mengandung banyak pembuluh darah disebut koroid. Lapisan paling dalam
dibawah koroid, yaitu retina. Terdapat dua cairan di bagian interior mata, yaitu
cairan vitreous yang dapat membantu mempertahankan bentuk bola mata agar
tetap bulat dan cairan aqueos yaitu pembawa nutrient bagi kornea dan lensa.
Secara fisiologi lensa mempunyai sifat tertentu yakni, kenyal atau lentur
dengan bertambahnya usia pada lensa ada dua hal yang terjadi. Pertama,
mengakibatkan rasio Na+ dan K+ terbalik. Hal ini menyebabkan hidrasi dari
lensa juga akan menurun. Kedua hal ini akan menyebabkan kekeruhan dari
serat lensa kortikal akibat denaturasi protein. (Khurana Ak, 2007). Terdapat 7
saraf otak dalam pemeriksaan mata, yaitu penglihatan (N. II) ; pergerakan bola
mata ( N. III/IV, dan VI) ; reaksi pupil (N.III), Penggerakan membuka kelopak
3. Etiologi
a. Degeneratif
b. Cacat genetik
Katarak kongenital pada neonatus yang berasal dari infeksi ibu selama trimester
pertama.
c. Cedera
Katarak dapat terjadi lensa terkena benda asing dengan kekuatan yang cukup
untuk memungkinkan aqueous atau vitreous humor memasuki kapsul lensa dan
d. Efek sekunder
Katarak toksik dihasilkan dari toksisitas obat atau kimia dengan prednison,
4. Macam-macam Katarak
a. Katarak nuklir
Katarak yang terjadi pada bagian tengah lensa (nukleus), gejala yang paling
menonjol dari katarak jenis ini adalah kabur melihat jauh daripada melihat
2013).
b. Katarak kortikal
Katarak yang terjadi di bagian anterior, posterior, atau korteks lensa. Gejala
pandangan pada suatu sumber cahaya di malam hari. Selain itu diplopia
Ophthalmology, 2012).
timbul dapat berupa silau, diplopia monokular dan lebih kabur melihat dekat
5. Klasifikasi
a. Derajat 1
Nukleus lunak. Pada katarak derajat 1 biasanya visus masih lebih baik dari 6/12.
Tampak sedikit keruh dengan warna agak keputihan. Refleks fundus juga masih
mudah diperoleh dan usia penderita juga biasanya kurang dari 50 tahun.
b. Derajat 2
Pada katarak jenis ini tampak nukleus mulais sedikit berwarna kekuningan,
visus biasanya antara 6/12-6/30. Refleks fundus juga masih mudah ada dan
subkapsularis posterior.
c. Derajat 3
Nukleus dengan kekeruhan medium, nukleus tampak berwarna kuning disertai
3/60-6/30 dan bergantung juga dari usia pasien, semakin tua usia pasien maka
d. Derajat 4
Tekstur nucleus sudah mulai mengeras, pada katarak ini warna nukleus sudah
tahun. Visus biasanya antara 3/60-1/60, refleks fundus maupun keadaan fundus
e. Derajat 5
Tekstur nukleus sangat keras, nukleus sudah berwarna kecoklatan bahkan agak
kehitaman. Visus biasanya hanya 1/60 atau lebih jelek dan usia penderita sudah
diatas 65 tahun.
6. Patofisiologi
diabetes mellitus dan glaukoma sebanyak (1,1%). Hal ini terjadi dikarenakan
mengganggu transportasi ion kalium (K) dalam lensa sel epitel. Dengan adanya
tanpa DM, resiko ini mungkin mencapai 15-25 kali pada penderita diabetes
kurang dari 40 tahun, bahkan terganggunya kadar gula darah puasa telah
dianggap sebagai faktor resiko untuk terjadinya katarak kortikal. Dalam sebuah
mikrovaskular pada mata antara lain retinopati diabetik, glaukoma, katarak, dan
Suhartono, 2005).
2) Glikasi dari nonenzimatik protein
proses glikasi non enzimatik. Pada proses ini terjadi pengikatan gugus amino
materi kristalin oleh molekul gula yang berlangsung tanpa bantuan enzim.
dan intra molekul protein sehingga terjadi penambahan berat molekul protein
AGE juga memicu pembentukan radikal bebas (Prancis, Stein, & Dawczynski,
2003).
3) Jalur metabolisme
Kekeruhan pada lensa dapat terjadi karena hidrasi (cairan pengisian) lensa,
atau sebagai akibat dari denaturasi protein lensa. Pada diabetes mellitus,
akumulasi sorbitol dalam lensa yang akan meningkatkan tekanan osmotik dan
karena stres oksidatif yang mengoksidasi protein lensa (kristal) (Pollreisz &
Erfurth, 2009).
7. Manifestasi Klinis
Data Subjektif :
menyilaukan mata
h. Penglihatan kabur
i. Terdapat halo yang terbentuk ketika pasien melihat cahaya terang dan
8. Evaluasi Diagnostik
Lapang penglihatan
Tonografi
Ganioskopi
b. Resiko Cidera
c. Resiko Jatuh
Sumber : Nurseslabs.com
10. Penatalaksanaan
a. Medis
Untuk saat ini, metode ini sudah tidak digunakan dikarenakan dapat
menyebabkan edema akibat insisi yang sangat lebar dan astigmatisma yang
tinggi.
Pada tekhnik ini insisi dilakukan di sklera sekitar 5.5mm – 7.0mm. Keuntungan
insisi pada sklera kedap air sehingga membuat katup dan isi bola mata tidak
Phacoemulsification
b. Nursing Management
Tanda-tanda vital
oftalmoskopi
Diagnosis Keperawatan
komponen, seperti :
koordinasi tangan-mata.
permanen.
berubah terkait dengan kurangnya paparan atau ingatan, salah tafsir, atau
keterbatasan kognitif.
dapat dikelola.
kecemasan.
Intervensi Keperawatan
Evaluasi
Tingkat kesadaran
Bebas cedera.
Penilaian kecemasan
Discharge planning
Pemberian Pendidikan kesehatan
diikuti oleh kacamata yang dikenakan pada siang hari dan pelindung logam
Efek samping yang akan dirasakan yaitu berupa keluarnya cairan di pagi
hari, kemerahan pada kulit, dan perasaan gatal mungkin terjadi selama
beberapa hari, serta klien dapat menggunakan waslap yang bersih dan
Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penterjemah: Irawati,
Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2006.
Hadini, M. A., Eso, A., & Wicaksono, S. (2016). Analisis Faktor Risiko yang
Berhubungan dengan Kejadian Katarak Senilis Di RSU Bahteramas Tahun 2016,
3(April), 256–267.
Javadi, M., Rezaei, A., Karimian, F., Amini, H., Pakravan, M., Nouri Mahdavi, K.,
Valaei, N., Zare, R., Miraftabi, A., Baradaran, A.R., Eslami, Y., & Jabarvand, M.
(2004). Prevalence of cataract in Tehran. BINA, 9, 309–317
Khurana AA. Comprehensive Ophthalmology. Edisi ke-4. New Delhi: New Age
Internastional (P) Ltd. 2007:32-6. http://www.amazon.com/comprehensive-
ophthalmologykhurana/dp/8123314 (di unduh 13 November 2019).
Riskesdas. (2017). Riset Kesehatan Dasar : Laporan Nasional 2007. Retrieved Mei 25,
2018, from litbang.depkes: www.litbang.depkes.go id
Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Elsevier,
Singapura: Health Sciences Rights Department.
Vaughan, Asbury. Oftalmologi umum. anatomi & embriologi mata: Glaukoma. Edisi
ke-17. Jakarta: EGC; 2008. hal.1-228.