Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Mobilisasi Dini Anak Post-Operasi


di Ruang Kemuning 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada stase


Keperawatan Anak

Disusun Oleh :
Risma Dwiriyanti
Auliya Ramanda Fikri
Syifa Aulia
Tita Syiami Qodriani
Nancy Veronica
Yunisa Indah Permatsari
Vivi Vitriani Indriana
Filiyanti Halim
Nabila Pasha Amelia
M. Reza Saputra
Rizka Ananda Rahmatunnisa

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVIII


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Topik : Mobilisasi Dini Post-Op


Subtopik : 1. Pengertian mobilisasi
2. Tujuan mobilisasi
3. Macam mobilisasi
4. Manfaat mobilisasi dini
5. Kerugian tidak dilakukan mobilisasi dini
6. Indikasi mobilisasi dini setelah operasi
7. Kontraindikasi mobilisasi dini setelah operasi
8. Tahapan dan cara melakukan mobilisasi dini
Sasaran : Keluarga dari pasien dengan anak yang sedang menjalani
hospitalisasi di ruang rawat inap Kemuning 2
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Hari/Tanggal : Kamis, 26 September 2019
Waktu : 11.00-11.30 (1x30 menit)
Penyuluh : Kelompok 3 Gelombang 1 PPN 38 Unpad
Tempat : Ruang Mahasiswa Kemuning 2 RSUP Dr.Hasan Sadikin
Bandung

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah diberikan penyuluhan mengenai mobilisasi dini post-op selama
1x30 menit, diharapkan peserta dapat mengetahui dan memahami mengenai
mobilisasi dini pada pasien anak yang baru menjalani operasi

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah diberikan penyuluhan mengenai mobilisasi dini post-op selama
1x30
menit, peserta dapat:
1. Mengetahui pengertian mobilisasi
2. Menyebutkan minimal 3 tujuan mobilisasi
3. Menyebutkan macam-macam mobilisasi
4. Menyebutkan minimal 3 manfaat mobilisasi dini
5. Mengetahui kerugiaan tidak dilakukan mobilisasi dini
6. Mengetahui indikasi mobilisasi dini setelah operasi
7. Mengetahui kontraindikasi mobilisasi dini setelah operasi
8. Menjelaskan tahapan dan cara dalam mobilisasi dini

C. Materi (Terlampir)

D. Kegiatan Penyuluhan
a. Metode : ceramah, diskusi, demonstrasi
b. Media : power point, leaflet, video
c. Strategi pelaksanaan :

Kegiatan Media dan


No. Tahapan Waktu
Pengisi Acara Peserta Metode
1. Pembukaan 11.00-11.05  Mengucapkan  Menjawab -
salam salam Ceramah
 Memperkenalkan  Mendengarkan
diri  Menyetujui
 Melakukan kontrak
waktu dan
menjelaskan tujuan
diadakannya
penyuluhan
 Apersepsi mengenai
materi yang akan
disampaikan
2. Penyajian 10.05-10.25  Menjelaskan  Menyimak PPT
Materi pengertian  Menanggapi Video
mobilisasi Ceramah
 Menjelaskan Demonstrasi
tujuan mobilisasi
 Menjelaskan
macam-macam
mobilisasi
 Menjelaskan
indikasi mobilisasi
dini setelah operasi
 Menjelaskan
kontraindikasi
mobilisasi dini
setelah operasi
 Menjelaskan
manfaat mobilisasi
dini
 Menjelaskan
kerugiaan tidak
dilakukan
mobilisasi dini
 Menjelaskan
tahapan dan
mendemostrasikan
cara dalam
mobilisasi dini
3. Penutup 11.25-11.30  Memberikan  Menanggapi Leaflet
kesimpulan pertanyaan Diskusi
 Memberikan  Menjawab
evaluasi salam
 Memberikan salam
penutup
 Memberikan leaflet

d. Susunan Kepanitiaan
Pembawa Acara : Syifa
Pemateri : Rizka dan Fikri
Operator : Reza
Dokumentasi : Vivi dan Yunisa
Fasilitator : Fili, Nabila, Tita, Risma, Nancy

e. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara lisan dengan teknik sumatif dimana
evaluasi dilakukan di akhir penkes. Penyuluh memberikan
pertanyaan- pertanyaan seputar materi yang telah disampaikan.
Evaluasi diberikan
untuk mengetahui sejauh mana peserta mengetahui dan memahami
tentang materi mobilisasi dini anak post-op yang telah disampaikan
oleh penyuluh dalam penyuluhan yang telah diberikan.
Pertanyaan yang diberikan:
a. Apa yang dimaksud dengan mobilisasi dini ?
b. Sebutkan minimal 3 tujuan mobilisasi dini !
c. Sebutkan macam mobilisasi !
d. Apa indikasi mobilisasi dini setelah operasi ?
e. Apa kontraindikasi mobilisasi dini setelah operasi ?
f. Sebutkan minimal 3 manfaat mobilisasi dini
g. Apa saja kerugiaan tidak dilakukan mobilisasi dini ?
h. Jelaskan tahapan dan cara dalam melakukan mobilisasi dini
!

DAFTAR PUSTAKA :
Clark, E. Diane, Lowman, D. John, Griffin, L. Russell, Mattehws, M. Helen, Reiff,
A. Donald, (2013). Effectiveness of an Early Mobilization Protocol in a
Trauma and Burns Intesive Care Unit. Critical Illness, 93, 186-196.

Garrison, Susan J. 2009. Dasar-Dasar Terapi & Rehabilitasi Fisik. Jakarta:


Hipokrates.

Ibrahim, M.N. (2013). Gambaran Pengetahuan Pasien Tentang Mobilisasi Post


Operasi Appendisitis di Ruang Bedah RSUD Prof.Dr.H.Aloei.Saboe Kota
Gorontalo. 2839-2829-1-PB, (Online), Di akses dari
http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/article/download/2839/2815
pada tanggal 1 November 2014

Potter, P. A. & Perry.A.G. (2009). Fundamental Keperawatan Buku I Ed. 7. Jakarta:


EGC

Smeltzer, C. S., & Bare, B. G. (2010).. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Jakarta: EGC

Zanni, J. M., & Needham, D. M. (2010). Promoting Early Mobility and


Rehabilitation in the Intensive Care Unit. PTmmotion, 32-38.

https://www.youtube.com/watch?v=rO7UQf7JQLo
LAMPIRAN MATERI EDUKASI

A. Pengertian Mobilisasi Dini Post Operasi


Mobilisasi adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan oleh
individu untuk melakukan aktifitas sehari-hari berupa pergerakan sendi,
sikap dan gaya berjalan guna untuk memenuhi kebutuhan aktivitas dan
mempertahankan kesehatannya (Potter & Perry, 2010). Mobilisasi dini
merupakan aktivitas yang dilakukan pasien post pembedahan dimulai dari
latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif
dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat
tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar (Ibrahim, 2013).
Konsep mobilisasi dini sebenarnya adalah untuk mencegah komplikasi
paska operasi. Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini
mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan
fungsi fisiologis. Mobilisasi dini juga didefenisikan sebagai suatu
pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan pasien setelah
beberapa jam post/pasca operasi.

B. Tujuan Mobilisasi Dini Post Operasi


Beberapa tujuan dari mobilisasi menurut Garrison (2009) antara lain:
 Mempertahankan fungsi tubuh,
 Memperlancar peredaran darah
 Membantu pernapasan menjadi lebih baik
 Mempertahankan tonus otot
 Memperlancar eliminasi buang air besar (BAB) dan buang air kecil
(BAK)
 Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali
normal memenuhi kebutuhan gerak harian
 Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi dan
berkomunikasi.
 Menurunkan kejadian komplikasi thrombosis vena, emboli paru,
pneumonia dan retensi urin
 Meningkatkan kepuasan pasien dan mengurangi long of stay (LOS)
lama hari rawat pasien

C. Macam-Macam Mobilisasi
Menuruit Smeltzer dan Bare (2010) mobilisasi dibagi menjadi dua yakni :
 Mobilisasi secara pasif
Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan
cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan.
 Mobilisasi secara aktif
Mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan
secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.

D. Manfaat Mobilisasi Dini


Menurut Potter & Perry (2010), ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh
dari dilakukannya mobilisasi dini pada klien, yaitu:
 Sistem respiratori
Meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernapasan diikuti oleh laju
istirahat kembali lebih cepat juga dapat meningkatkan ventilasi
alveolar (normal 5-6 L/mnt), menurunkan kerja pernapasan,
meningkatkan pengembangan diafragma jika mengubah posisi
pasien 2 jam sekali.
 Sistem kardiovaskuler
Meningkatkan curah jantung, memperbaiki kontraksi miokardial,
menguatkan otot jantung dan menyuplai darah ke jantung dan otot
yang sebelumnya terjadi pengumpulan darah pada bagian
ekstermitas, menurunkan tekanan darah istirahat, serta memperbaiki
aliran balik vena. Jumlah darah yang dipompa oleh jantung (cardiac
output) normal nya adalah 5 L/mnt, dengan melakukan mobilisasi
meningkat sampai 30 L/mnt.
 Sistem metabolik
Meningkatkan laju metabolisme basal dimana apabila pasien
melakukan aktivitas berat maka kecepatan metabolisme dapat
meningkat hingga 20 kali dari kecepatan normal, meningkatkan
penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan
trigliserida, meningkatkan motilitas lambung, serta meningkatkan
produksi panas tubuh.
 Menurunkan insiden komplikasi
Mencegah hipotensi/ tekanan darah rendah, otot mengecil,
hilangnya kekuatan otot, konstipasi, meningkatkan kesegaran tubuh,
dan mengurangi tekanan pada kulit yang dapat mengakibatkan kulit
menjadi merah atau bahkan lecet.
 Sistem musculoskeletal
Memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendi,
memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mengurangi kehilangan
tulang, meningkatkan toleransi aktivitas dan mengurangi kelemahan
pada pasien. terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat
dihindarkan.

E. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi


Berikut beberapa kerugian bila tidak melakukan mobilisasi post operasi :
 Penyembuhan luka menjadi lama
 Menambah rasa sakit
 Badan menjadi pegal dan kaku
 Kulit menjadi lecet dan luka
 Memperlama perawatan dirumah sakit

F. Indikasi Dilakukannya Mobilisasi Dini Post Operasi


Latihan mobilisasi biasanya diberikan pada pasien dengan :
 Fraktur extremitas bawah yang telah diindikasikan untuk latihan
mobilisasi
 Post pengobatan kompresi lumbal
 Pasien pasca serangan stroke dengan kerusakan mobilitas fisik,
 Pasien post operasi yang memerlukan latihan mobilisasi, seperti
kolostomi atau laparotomi. (Zanni dan Needham, 2010),

G. Kontraindikasi Dilakukannya Mobilisasi Dini


Menurut Zanni & Needham (2010), kontraindikasi pasien untuk mobilisasi
dini adalah:
 Tekanan darah tinggi
Pasien dengan tekanan darah sistole > 200 mmHg dan diastole >100
mmHg. Peningkatan tekanan darah yang mendadak pada orang yang
sebelumnya memiliki tekanan darah normal bisa menyebabkan
pembuluh darah di otak mengalami penciutan mendadak.
 Pasien dengan fraktur tidak stabil
Pasien dengan fraktur atau patah tulang yang tidak stabil karena
pasien fraktur membutuhkan imobilisasi untuk mempertahankan
posisi dan kesejajaran yang benar sampai masa penyatuan.
 Penyakit sistemik atau demam
Mobilisasi dilakukan dengan bertahap sesuai dengan pulihnya
keadaan atau kekuatan pasien. Pengobatan yang mendukung pada
sistemik atau demam meliputi isitirahat yang cukup, guna untuk
mencegah komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan.
Pasien harus tirah baring sampai demam pasien menurun.
 Trombus emboli pada pembuluh darah
Pembentukan thrombus dimulai dengan melekatnya trombosi
trombosit pada pemeriksaan endotel pembuluh darah jantung. Darah
yang mengalir menyebabkan semakin banyak trombosit tertimbun
pada daerah tersebut. Pada saat mobilisasi, peningkatan aliran darah
yang cepat masa yang terbentuk dari trombosit akan terlepas dari
dinding pembuluh tetapi kemudian diganti oleh trombosit lain.
 Pasien dengan intoleransi aktivitas
Penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien
dengan gangguan kardiovaskuler atau jantung atau pada klien
dengan immobiliasi yang lama akibat kelumpuhan. Hal tersebut
biasanya dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisasi, saat
mobilisasi dan setelah mobilisasi. Tanda - tanda yang dapat di kaji
pada intoleransi aktifitas antara lain:
 Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak
teratur
 Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan
sistol/hipotensi orthostatic
 Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat
dangkal
 Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan
 Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan
aktifitas dan ketidak stabilan posisi tubuh
 Adanya keluhan pusing atau kelemahan luar biasa g. Status
emosi labil.

H. Tahap-tahap Mobilisasi Dini


Tahap-tahap mobilisasi dini menurut Clark et al, (2013), meliputi :
 Level 1 : Pada 6-24 jam pertama post pembedahan, pasien diajarkan
teknik nafas dalam dan batuk efektif, diajarkan latihan gerak (ROM)
dilanjut dengan perubahan posisi ditempat tidur yaitu miring kiri dan
miring kanan, kemudian meninggikan posisi kepala mulai dari 150,
300, 450, 600, dan 900.
 Level 2 : Pada 24 jam kedua post pembedahan, pasien diajarkan
duduk tanpa sandaran dengan mengobservasi rasa pusing dan
dilanjutkan duduk ditepi tempat tidur.
 Level 3 : Pada 24 jam ketiga post pembedahan, pasien dianjurkan
untuk berdiri disamping tempat tidur dan ajarkan untuk berjalan
disamping tempat tidur.
 Level 4 : Tahap terakhir pasien dapat berjalan secara mandiri.
I. Cara Melakukan Latihan Mobilisasi
Menurut Potter dan Perry (2010) ada beberapa macam latihan yaitu latihan
nafas dalam, batuk efektif, merubah posisi dan ambulasi, latihan gerak sendi
atau ROM. Berikut penjelasannya :
a. Latihan Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk
mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien
relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan
dapat meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi
umum. Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam secara efektif
dan benar maka pasien dapat mempraktekan hal ini segera setelah
operasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
 Atur pasien dengan posisi duduk atau setengah duduk (semi
fowler) dengan lutut ditekuk dan perut tak boleh tegang
 Letakkan tangan diatas perut, hirup udara sebanyak-
banyaknya menggunakan hidung dalam kondisi mulut
tertutup rapat
 Tarik nafas beberapa saat (3-5 detik) kemudia secara
perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit
melalui mulut. Lakukan hal ini berulang kali (3 sampai
dengan 5 kali)
 Lakukan sebanyak 10 kali setiap 2 jam pada saat pasien
terjaga selama pasca operasi sampai pasien dapat melakukan
mobilisasi

b. Latihan batuk efektif


Latihan batuk efektif sangat bermanfaat untuk mengeluarkan secret,
terutama pasien yang mendapatkan anastesi umum. Karena pasien
akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi
teranastesi dan selama sadar pasien akan merasakan rasa tidak
nyaman di tenggorokan, terasa banyak lender kental di tenggorokan.
Cara melakukan teknik batuk efektif :
 Atur posisi pasien duduk tegak, jika ada insisi abdomen,
letakan jari-jari tangan pada area operasi untuk menahan saat
melakukan batuk. Lakukan teknik nafas dalam dua kali
secara perlahan melalui hidung dan hebuskan melalui mulut
 Kemudian hirup nafas dalam ketiga kalinya dan tahan nafas
sampai hitungan ketiga secara berturut-turut, tanpa
menghirup nafas kembali lakukan batuk (sampaikan ke
pasien agar mendorong semua udara keluar dari paru-paru
 Ulangi lagi sesuai kebutuhan. Jika selama batuk daerah
operasi (pada abdomen) terasa nyeri, pasien bisa
menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau
gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah
operasi dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi
guncangan tubuh saat batuk.

c. Latihan Ambulasi
Latihan ambulasi atau ganti posisi penting bagi pasien pasca operasi,
pasien dapat segera melakukan berbagai posisi nyaman, dengan
tujuan
 cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien
akan lebih cepat kentut/flatus.
 menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernafasan
 terhindar dari kontraktur sendi dan terjadinya dekubitus
 memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan
menunjang fungsi pernafasan optimal.

Cara melakukan pengubahan posisi:

 Atur posisi pasien terlentang di bagian kanan tempat tidur,


pasang pembatas tempat tidur
 Instruksikan pasien untuk meletakkan tangan kiri diatas
tempat insisi (jika insisi di abdomen) untuk menahan insisi
tersebut.
 Instruksikan pasien untuk menahan kaki kirinya tetap lurus
dan kaki kanan ditekuk menyilang keatas kaki kiri
 Instruksikan pasien untuk memegang pembatas tempat tidur
bagian kiri, dan miringkan tubuhnya kea arah kiri. Lakukan
ganti posisi setiap 2 jam ketika pasien terjaga.

d. Latihan pergerakan sendi (ROM, Range of Motion)

ROM adalah latihan gerak sendi untuk meningkatkan aliran darah

perifer dan mencegah kekakuan otot / sendi. Tujuannya adalah :

 Memperbaiki dan mencegah kekakuan otot


 Memelihara / meningkatkan fleksibilitas sendi
 Memelihara / meningkatkan pertumbuhan tulang
 Mencegah kontraktur

Latihan gerak sendi dapat segera dilakukan untuk mempercepat


proses penyembuhan. Ada dua macam latihan yaitu latihan aktif
yaitu latihan pergerakan yang dilakukan oleh pasien dan pasif
latihan gerakan yang dibantu oleh perawat.

Cara melakukan ROM:

 Gerakan Kepala dan Leher : fleksi, lateral fleksi, ekstensi,


hiperekstensi, rotasi
 Gerakan Bahu, sendi siku dan pergelangan tangan Bahu;
fleksi, hiperekstensi, abduksi, adduksi, sirkumduksi, internal
rotasi, elevasi. Siku; fleksi, ekstensi, pronasi, supinasi.
Pergelangan tangan ; fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi,
adduksi. Tangan dan jari tangan ; fleksi, ekstensi,
hiperekstensi, abduksi, adduksi,
 Gerakan tungkai bawah (sendi pinggul, lutut dan kaki) Sendi
pinggul (hip) ; fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi,
sirkumduksi, internal dan eksternal rotasi. Sendi lutut (knee)
dan sendi kaki (ankle); fleksi, ekstensi, hiperekstensi. Jari
kaki; fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi, adduksi.

e. Latihan berdiri dan berjalan dengan alat bantu : kruk


Cara berjalan dengan kruk yang dimaksud adalah menopang berat
badan pada satu atau kedua kaki dan pada kruk secara bergantian.
Persipan latihan yaitu memastikan kekuatan otot, rentang gerak
sendi, paresis, hipotensi orthostatik, tingkat kesadaran tidak ada
masalah dan siapkan kruk.

Cara melakukan :

 Cara berdiri : posisi tripod yaitu dengan menempatkan kruk


15 cm di depan samping kaki kiri dan kanan
 Cara berjalan empat titik : tiga penopang selalu berada di
lantai, pertama pindahkan kruk, lalu pindahkan kaki yang
berlawanan dengankruk, kemudian ulangi urutan cara ini
dengan kruk dan kaki yang lain secara bergantian.
 Cara berjalan tiga titik : berat badan ditopang di kaki yang
tidak sakit kemudian di kedua kruk. Untuk tahap awal kaki
yang sakit tidak boleh menyentuh lantai. Secara bertahap
kaki yang sakit dilatih untuk menyentuh lantai dan
menopang berat badan secara penuh.
 Cara berjalan dua titik : memerlukan sedikit penopang berat
sebagian di setiap kaki. Setiap kruk digerakkan bersamaan
dengan kaki yang berlawanan, sehingga gerakkan kruk sama
dengan gerakan lengan saat berjalan normal.

Anda mungkin juga menyukai