Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENINGITIS TUBERCULOSIS


DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR OKSIGENASI

A. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningitis merupakan gangguan neurologi yang banyak ditemukan


serta terjadi disebabkan oleh adanya infeksi (WHO, 2016). Penyebab utama
dari meningitis yaitu bakteri, virus, ataupun jamur (WHO, 2016). Meningitis
Tuberculosis disebabkan oleh bakteri tuberculosa (Suyanto, 2017). Diagnosis
keperawatan yang sering muncul adalah ketidakefektifan perfusi serebral,
hipertermi, gangguan pola tidur, dan resiko tinggi cidera (Hickey, 2014).
Meningitis dibagi menjadi 2 jenis, yaitu meningitis serosa yang merupakan
radang selaput otak araknoid dan piameter disertai cairan otak yang jernih
(Suyanto, 2017). Penyebab terseringnya adalah mycobacterium tuberculosa,
penyebab lainnya adalah virus, toxoplasma gondhii dan ricketsia. Meningitis
purulenta atau disebut dengan meningitis bakterial radang bernanah arakhnoid
dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain
diplococcus pneumoniae (pneumokok), neisseria meningitis (meningokok),
dan escherichia coli (Suyanto, 2017).

Manifestasi klinis dari meningitis adalah kaku kuduk, tanda brudzinski


dan kernig, fotofobia, sakit kepala, demam, takikardi, kelemahan, menggigil,
mual, dan muntah (Black & Hawks, 2014). Meningitis TB memiliki trias
klinik, yaitu demam, nyeri kepala hebat, dan kaku kuduk; tidak jarang disertai
kejang umum dan gangguan kesadaran (Raberahona, 2017). Tanda Brudzinski
dan Kernig juga dapat ditemukan serta memiliki signifi kansi klinik yang sama
dengan kaku kuduk, namun sulit ditemukan secara konsisten. Apabila PaO2
berada dalam kadar yang terlalu rendah, maka hal tesebut akan menimbulkan
terjadinya hipoksia yang mana hal tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah otak yang akan diikuti oleh peningkatan laju aliran darah ke
otak meningkat sehingga kondisi tersebut akan mengakibatkan terjadinya
peningkatan tekanan intrakranial Hendrizal (2012) (dalam Suyanto, 2017).
1
Terdapat 3 stadium pada meningitis tuberculosis menurut Raberahona
(2017), yaitu :

 Stadium I : Prodormal Selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan


nampak seperti gejala infeksi biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit
bersifat subakut, sering tanpa demam, muntah-muntah, nafsu makan
berkurang, murung, berat badan menurun, mudah tersinggung, cengeng,
opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan keadaran berupa apatis. Pada
orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi,
kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat
gelisah.

 Stadium II : Transisi Berlangsung selama 1-3 minggu dengan gejala


penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat
dan kadang-kadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak.
Tanda-tanda rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat
menjadi kaku, terdapat tanda-tanda peningkatan intrakranial, ubunubun
menonjol dan muntah yang lebih hebat.
 Stadium III : Terminal Ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan
kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia
dalam waktu tiga minggu

B. Tujuan
Tujuan penyusunan laporan pendahuluan ini adalah untuk dapat memberikan
gambaran secara umum mengenai asuhan keperawatan dengan gangguan
kebutuhan dasar oksigenasi pada kondisi spesifik yang berhubungan dengan
penyakit yang diderita.

C. TINJAUAN TEORI GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Theory of Human Motivation merupakan teori seorang tokoh Maslow yang


menyatakan bahwa pada dasarnya terdapat berbagai macam kebutuhan dalam diri
seseorang yang bisa dilihat secara berjenjang (hierarchical). Menurut Maslow
dalam Iskandar (2016) terdapat 5 macam kebutuhan dasar manusia yang harus
dipenuhi tiap individu, yaitu :

2
1. Kebutuhan fisiologis

Kebutuhan yang bersifat primer, yaitu pemenuhan oksigenasi, cairan, nutrisi,


eliminasi, istirahat dan tidur, aktivitas, keseimbangan suhu tubuh, dan
kebutuhan seksual.

2. Kebutuhan rasa aman

Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan akan


keamanan, atau kebutuhan akan kepastian. Orang yang merasa tidak aman
memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras
menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan. Kebutuhan akan
keamanan merefleksi keinginan untuk mengamankan imbalan- imbalan yang
telah dicapai dan untuk melindungi diri sendiri terhadap bahaya, cedera,
ancaman, kecelakaan, kerugian atau kehilangan.

3. Kepemilikan sosial

Seteleh kebutuhan fisiologikal dan keamanan selasai dipenuhi, maka perhatian


sang individu beralih pada keinginan untuk mendapatkan kawan, cinta dan
perasaan diterima. Sebagai mahluk sosial, manusia senang apabila mereka
disenangi, dan berusaha memenuhi kebutuhan sosial pada waktu mereka
bekerja dengan jalan membantu kelompok-kelompok formal maupun
informal.

4. Kebutuhan akan penghargaan diri (Self Esteem)

Pada tingkatan keempat hieraki Maslow, terlihat kebutuhan individu akan


penghargaan, atau juga dinamakan orang kebutuhan “ego”. Kebutuhan ini
berhubungan dengan hasrat yang untuk memiliki citra positif dan menerima
perhatian, pengakuan, dan apresiasi dari orang lain. Dalam organisasi
kebutuhan untuk dihargai menunjukan motivasi untuk diakui, tanggung jawab
yang besar, status yang tinggi, dan pengakuan atas kontribusi pada organisasi.

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri

3
Kebutuhan ini adalah kebutuhan untuk mengalami pemenuhan diri, yang
merupakan kategori kebutuhan tertinggi. Kebutuhan ini diantaranya adalah
kebutuhan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri sendiri secara
menyeluruh, meningkatkan kemampuan diri, dan menjadi orang yang lebih
baik. Kebutuhan aktualisasi diri oleh organisasi dapat dipenuhi dengan
memberikan kesempatan orang-orang untuk tumbuh, mengembangkan
kreativitas, dan mendapatkan pelatihan untuk mendapatkan tugas yang
menantang serta melakukan pencapaian.

D. CONCEPT MAP

Lampiran 1

E. PENGKAJIAN

1. Proses Pengkajian menurut Rahayu (2016) :

 Riwayat Perawatan

- Keletihan

Klien melaporkan adanya kehilangan daya tahan, serta diukur skala


keletihannya.

- Dispnea

Merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak nafas,


yaitu pernafasan sulit dan tidak nyaman. Skala analog visual dapat
membantu klien membuat pengkajian objektif dispnea.

- Batuk

Perawat mengidentifikasi apakah batuk produktif atau tidak, frekuensi,


sputum (jenis, jumlah, hemoptisis).

4
- Mengi

- Nyeri

Nyeri dada perlu dievaluasi dengan memperhatikan lokasi, durasi, radiasi,


dan frekuensi nyeri.

- Pemaparan geografi atau lingkungan

Cek riwayat status pekerjaan yang berhubungan dengan asbestosis,


batubara, serat kapas, atau inhalasi kimia.

- Infeksi pernafasan

Riwayat keperawatan berisi tentang frekuensi dan durasi infeksi saluran


pernapasan.

- Faktor risiko

Riwayat keluarga dengan tbc, kanker paru, penyakit kardiovaskuler yang


merupakan faktor risiko bagi klien.

- Obat-obatan

2. Pemeriksaan Fisik

 Inspeksi

Observasi dari kepala hingga kaki untuk mengkaji kulit dan warna
membran mukosa, penampilan umum, tingkat kesadaran, pola pernafasan,
dan lainnya.

 Palpasi

Mengecek pada bagian-bagian tertentu untuk menilai apakah ada gangguan.

 Perkusi

5
Untuk mengetahui adanya udara, cairan, atau benda padat di jaringan. Lima
nada perkusi adalah resonansi, hiperresonansi, redup, datar, dan timpani.

 Auskultasi

Untuk mendengarkan bunyi paru. Pemeriksaan harus mengidentifikasi


lokasi, radiasi, intensitas, nada, dan kualitas. Auskultasi bunyi paru
dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara di sepanjang lapang paru:
anterior, posterior, dan lateral. Suara nafas tambahan terdengar jika paru
mengalami kolaps, terdapat cairan, atau obstruksi.

3. Pemeriksaan Diagnostik

 Fungsi paru

Dilakukan dengan menggunakan spirometer

 Kecepatan aliran ekspansi puncak (Peak Expiratory Flow Rate/PEFR)

PEFR adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi maksimal
dan titik ini merupakan cerminan terjadinya perubahan ukuran jalan nafas
menjadi besar.

 Pemeriksaan AGD

Pengukuran gas darah untuk menentukan konsentrasi Hidrogen (H+),


tekanan parsial oksigen (PaO2), SaO2, pH, dan HCO3.

 Oksimetri

Untuk mengukur SaO2, yaitu persentase hemoglobin yang disaturasi O2.

 Hitung darah lengkap

Darah vena untuk mengetahui jumlah darah lengkap meliputi Hb, Htc,
leukosit, eritrosit, dan lainnya.

 Pemeriksaan sinar x dada

6
Sinar X dada untuk mengobservasi lapang paru guna mendeteksi adanya
cairan, massa, dan lainnya.

 Infeksi pernafasan

Riwayat keperawatan berisi tentang frekuensi dan durasi infeksi saluran


pernafasan.

 Faktor risik

Riwayat keluarga dengan Tbc, kanker paru, penyakit kardiovaskuler


merupakan faktor risiko bagi klien.

 Obat-obatan

Komponen ini mencakup obat yang diresepkan, obat yang dibeli secara
bebas, dan obat yang tidak legal.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Ketidakefektifan pola nafas b.d hipoksia d/d dyspnea, sianosis,


penggunaan otot bantu pernafasan.

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d invasi bakteri di selaput


meningen yang menyebabkan inflamasi pada selaput meningen d/d
penurunan kesadaran, sakit kepala, demam.

3. Resiko ketidakseimbangan elektrolit tubuh b.d terganggunya


hemodinamika tubuh d/d hasil lab Na, K, dan Cl menyimpang.

4. Gangguan Pola Tidur b.d keadaan biologis tubuh d/d sesak (+), RR
meningkat, N meningkat, pasien tampak lelah.

7
8
G. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

No. Dx. Tujuan Intervensi Rasional


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
a. Penting dalam mengambil
gangguan pola nafas menjadi tindakan ketika ada perubahan
berkurang, ditandai dengan : dalam pola pernafasan untuk
mendeteksi gangguan
- Pernapasan rileks pada a. Monitor TTV setiap 4 jam
pernafasan.
b. Pemeriksaan lab. AGD dalam
kecepatan dan kedalaman. b. Untuk memonitor status
1. batas normal
- Tidak adanya dyspnea, ventilasi dan oksigenasi.
c. Mengevaluasi warna kulit, suhu,
c. Kekurangan oksigen akan
tidak ada penggunaan otot CRT, serta tanda sianosis
menyebabkan sianosis ke bibir,
bantu pernafasan lidah, dan jari. Tanda sianosis
- RR dan Nadi dalam batas pada mulut adalah keadaan
darurat medis.
normal

2. Setelah dilakukan tindakan a. Manajemen edema serebral a. Dengan mengobati infeksi yang
b. Monitor TIK ada di serebral, maka dapat
keperawatan selama 3x24 jam
c. Monitor TTV meningkatkan keefektifan
ketidakefektifan perfusi jaringan perfusi jaringan
b. Apabila terdapat peningkatan
serebral tidak terjadi, ditandai
TIK, maka pertanda bahwa
dengan : hipoksia di otak semakin parah
dan sebaiknya dilakukan posisi
- Peningkatan GCS
head up 30’.
- Tidak ada peningkatan TIK
c. Untuk dapat memantau nilai
- TTV dalam batas normal
dari MAP, CPP, dan ICP.

9
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
ketidakseimbangan elektrolit tubuh
a. Meningkatkan kadar Na, K, dan
tidak terjadi, ditandai dengan : a. Manajemen elektrolit; Pemberian Cl dalam batas normal
cairan NaCl atau RL via intravena b. Memantau tanda-tanda
3. -Hasil Nilai Na, K, dan Cl dalam
b. Monitor elektrolit ketidakseimbangan elektrolit
batas normal. c. Monitor cairan c. Memantau kondisi
keseimbangan cairan tubuh
- Tidak ada mual, muntah, ataupun
sakit kepala.

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 3x24 jam
gangguan pola tidur teratasi, a. Untuk memberikan rasa
a. Pemberian Obat kenyamanan pada pasien
4. ditandai dengan :
b. Manajemen nyeri b. Membantu pasien untuk lebih
- Kualitas dan kuantitas tidur rileks
pasien baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., & Butcher, H.K. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC. (6th Ed). Jakarta : Elsevier.
Herdman, T.H. . NANDA- I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2018-2020, Edisi ke-11. Jakarta : ECG.

Black, J.M., & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
Untuk Hasil Yang Diharapkan. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika.

Hickey, J.V. (2014). The Clinical Practice of Neurological and Neurosurgical


Nursing (7th Ed). Philadelphia: Lippincot Williams & Walkins.

Iskandar. (2016). Implementasi teori hirarki kebutuhan abraham maslow terhadap


peningkatan kinerja pustakawan. Khizanah Al-Hikmah, 4(1).

Moorhead, S & Johnso, M. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis


NANDA, Pengukuran Outcomes Keseharan NIC. (5th Ed). Jakarta : Elsevier.

Raberahona et al, (2017). Research Article : Clinical Features and Outcome in Adult
Cases of Tuberculous Meningitis in Tertiary Care Hospital in Antananarivo,
Madagascar. BioMed Research International. Volume Article ID 9316589, 6
pages https://doi.org/10.1155/2017/9316589.XSuyanto. (2017). Analisis Praktik
Residensi Keperawatan Medikal Bedah Pada Gangguan Sistem Neurologi;
Meningitis Tuberkulosis Menggunakan Pendekatan Model Adaptasi Roy Di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Universitas Indonesia.

WHO. (2016). Meningitis. Retrieved June 6, 2016, from http://www.


Who.int/topics/meningitis/en/

11

Anda mungkin juga menyukai