A. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Tujuan penyusunan laporan pendahuluan ini adalah untuk dapat memberikan
gambaran secara umum mengenai asuhan keperawatan dengan gangguan
kebutuhan dasar oksigenasi pada kondisi spesifik yang berhubungan dengan
penyakit yang diderita.
2
1. Kebutuhan fisiologis
3. Kepemilikan sosial
3
Kebutuhan ini adalah kebutuhan untuk mengalami pemenuhan diri, yang
merupakan kategori kebutuhan tertinggi. Kebutuhan ini diantaranya adalah
kebutuhan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri sendiri secara
menyeluruh, meningkatkan kemampuan diri, dan menjadi orang yang lebih
baik. Kebutuhan aktualisasi diri oleh organisasi dapat dipenuhi dengan
memberikan kesempatan orang-orang untuk tumbuh, mengembangkan
kreativitas, dan mendapatkan pelatihan untuk mendapatkan tugas yang
menantang serta melakukan pencapaian.
D. CONCEPT MAP
Lampiran 1
E. PENGKAJIAN
Riwayat Perawatan
- Keletihan
- Dispnea
- Batuk
4
- Mengi
- Nyeri
- Infeksi pernafasan
- Faktor risiko
- Obat-obatan
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Observasi dari kepala hingga kaki untuk mengkaji kulit dan warna
membran mukosa, penampilan umum, tingkat kesadaran, pola pernafasan,
dan lainnya.
Palpasi
Perkusi
5
Untuk mengetahui adanya udara, cairan, atau benda padat di jaringan. Lima
nada perkusi adalah resonansi, hiperresonansi, redup, datar, dan timpani.
Auskultasi
3. Pemeriksaan Diagnostik
Fungsi paru
PEFR adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi maksimal
dan titik ini merupakan cerminan terjadinya perubahan ukuran jalan nafas
menjadi besar.
Pemeriksaan AGD
Oksimetri
Darah vena untuk mengetahui jumlah darah lengkap meliputi Hb, Htc,
leukosit, eritrosit, dan lainnya.
6
Sinar X dada untuk mengobservasi lapang paru guna mendeteksi adanya
cairan, massa, dan lainnya.
Infeksi pernafasan
Faktor risik
Obat-obatan
Komponen ini mencakup obat yang diresepkan, obat yang dibeli secara
bebas, dan obat yang tidak legal.
4. Gangguan Pola Tidur b.d keadaan biologis tubuh d/d sesak (+), RR
meningkat, N meningkat, pasien tampak lelah.
7
8
G. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
2. Setelah dilakukan tindakan a. Manajemen edema serebral a. Dengan mengobati infeksi yang
b. Monitor TIK ada di serebral, maka dapat
keperawatan selama 3x24 jam
c. Monitor TTV meningkatkan keefektifan
ketidakefektifan perfusi jaringan perfusi jaringan
b. Apabila terdapat peningkatan
serebral tidak terjadi, ditandai
TIK, maka pertanda bahwa
dengan : hipoksia di otak semakin parah
dan sebaiknya dilakukan posisi
- Peningkatan GCS
head up 30’.
- Tidak ada peningkatan TIK
c. Untuk dapat memantau nilai
- TTV dalam batas normal
dari MAP, CPP, dan ICP.
9
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
ketidakseimbangan elektrolit tubuh
a. Meningkatkan kadar Na, K, dan
tidak terjadi, ditandai dengan : a. Manajemen elektrolit; Pemberian Cl dalam batas normal
cairan NaCl atau RL via intravena b. Memantau tanda-tanda
3. -Hasil Nilai Na, K, dan Cl dalam
b. Monitor elektrolit ketidakseimbangan elektrolit
batas normal. c. Monitor cairan c. Memantau kondisi
keseimbangan cairan tubuh
- Tidak ada mual, muntah, ataupun
sakit kepala.
10
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M., & Butcher, H.K. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC. (6th Ed). Jakarta : Elsevier.
Herdman, T.H. . NANDA- I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2018-2020, Edisi ke-11. Jakarta : ECG.
Black, J.M., & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis
Untuk Hasil Yang Diharapkan. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika.
Raberahona et al, (2017). Research Article : Clinical Features and Outcome in Adult
Cases of Tuberculous Meningitis in Tertiary Care Hospital in Antananarivo,
Madagascar. BioMed Research International. Volume Article ID 9316589, 6
pages https://doi.org/10.1155/2017/9316589.XSuyanto. (2017). Analisis Praktik
Residensi Keperawatan Medikal Bedah Pada Gangguan Sistem Neurologi;
Meningitis Tuberkulosis Menggunakan Pendekatan Model Adaptasi Roy Di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Universitas Indonesia.
11