Anda di halaman 1dari 4

HEMODIALISA

1. Prinsip Hemodialisa
Hemodialisa adalah salah satu terapi ginjal pengganti dengan tujuan eliminasi sisa produk
metabolisme (protein) dan koreksi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit antara
kompartemen darah dan dialisat melalui membran semipermiabel yang berperan sebagai ginjal
buatan (Roesli, 2011). Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan :
1) Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asamurat.
2) Membuang kelebihan air.
3) Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.
4) Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
5) Memperbaiki status kesehatan penderita.

a. Proses Hemodialisa
Proses hemodialisa adalah translokasi antara kedua kompartemen melalui suatu membran
semi-permiabel yang dapat terjadi melalui mekanisme difusi berdasarkan perbedaan konsentrasi
(gradient concentration) atau ultrafiltrasi berdasarkan perbedaan tekanan (gradient pressure)
(Roesli, 2011).
1) Difusi
Pada mekanisme difusi terjadi pemindahan (translokasi) zat terlarut (solut) akibat adanya
perbedaan konsentrasi antara kompartemen darah dan kompartemen dialisis (gradien
konsentrasi). Solut dengan konsentrasi tinggi dalam darah, seperti kalium atau urea berpindah
dari kompartemen darah ke kompartemen dialisis, sedangkan solut dengan konsentrasi rendah
dalam darah seperti bikarbonat, berpindah dari kompartemen dialisis ke kompartemen darah.
Solut yang dalam keadaan seimbang diantara kedua kompartemen, seperti natrium dan klorida
hampir tidak berubah (Roesli, 2011).

2) Ultrafiltrasi
Pada mekanisme ultrafiltrasi terjadi translokasi molekul air (zat pelarut) melalui membran
semipermeabel akibat perbedaan tekanan (trans membran pressure, TMP) antara kompartemen
darah dan kompartemen dialisis. Tekanan hidrostatika mendorong air keluar dari suatu
kompartemen, sedang tekanan onkotik akan menahannya. Selisih penjumlahan tekanan dalam
kedua kompartemen disebut TMP (Roesli, 2011).

3) Konveksi
Pada mekanisme konveksi terjadi translokasi solut, bersamaan dengan translokasi air yang
terjadi dalam proses ultrafiltrasi. Solut dapat berpindah akibat terikat dengan molekul air. Proses
konveksi dapat terjadi pada solut dengan molekul kecil (urea nitrogen, kreatinin, kalium, dll) atau
membran dengan molekul besar (insulin, β2-mikroglobulin, TNF, vitamin B12, dll) tergantung
dari jenis, luas permukaan, dan biokompatibilitas membran semipermeabel yang digunakan
(Roesli, 2011).
2. Tahapan Proses Hemodialisa
Menurut Kallenbach (2012) tindakan HD dibagi berdasarkan 3 tahapan pelaksanaan yaitu:
1) Sebelum /Pre HD
Sebelum tindakan HD di mulai kondisi klien dan mesin harus di evaluasi. Tahap
sebelum HD merupakan tahap persiapan klien dan mesin. Persiapan klien meliputi :
kelengkapan administrasi (informed consent), pengukuran terhadap berat badan dan tanda-
tanda vital, pemeriksaan lab darah, observasi edema dan kenyamanan klien serta pemasangan
kanula pada akses vaskuler. Saat persiapan mesin, perawat melakukan pengecekan terhadap
fungsi dan keakuratan mesin serta mengatur setting mesin sesuai dengan dosis yang telah
ditentukan. Pada tahap sebelum HD status psikologis pasien harus dikaji dan dipersiapkan
untuk penyesuaian dan menentukan dosis atau resep HD (Kallenbach, 2012) terutama untuk
mempersiapkan pemasangan kanula pada akses vaskuler.
2) Intra HD
Kegiatan pada tahap ini terutama adalah observasi klien dan peralatan termasuk mesin
selama pelaksanaan HD. Monitoring pasien dan mesin dilakukan setidaknya setiap 30 menit.
Jika kondisi klien tidak stabil observasi dilakukan lebih sering. Observasi dilakukan selama
intra HD karena pada tahap ini pasien berisiko mengalami komplikasi intra HD.
3) Setelah / Post HD
Pada tahap ini proses HD telah selesai dilakukan, pada tahap ini dilakukan evaluasi
tentang proses HD secara keseluruhan sesuai dengan target yang telah ditentukan pada saat
sebelum HD. Klien dilakukan pemeriksaan pemeriksaan fisik oleh perawat dan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap (ureum, kreatinin) dan elektrolit darah. Perawat
bekerjasama dengan dokter dalam menghitung pencapaian adekuasi HD yang telah terlaksana
agar dapat menentukan dosis HD untuk terapi selanjutnya. Pada tahap setelah HD perawat
dapat memberikan dukungan psikologis dengan cara edukasi tentang diet, intake cairan dan
pencapaian berat badan yang ideal selama klien dirumah sebelum menjalani terapi HD
berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner, L. S., Suddart, D. S., Smeltzer, S. C., Bare, B. G. (2013). Textbook of Medical
Surgical Nursing 12nd edition. Philladelphia: Lippincot.
Isselbacher. dkk. 2012. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih BahasaAsdie
Ahmad H Edisi, 13. Jakarta : EGC
Kallenbach, j. (2012). Review of Hemodialysis for Nurses and dialysis Personel. St. Louis,
Missouri: Elsevier Mosby.
Muttaqin, A dan Sari, K. 2011.Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan.Banjarmasin: Salemba Medika
Nahas, a M. El, Levin, A,, & Bello, A.K., (2010). Chronic Kidney Disease: The Global
Challenge. Lancet, 365(9456). Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21212690.
National Kidney Foundation-Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (NKF-KDOQI).
(2006). 2006 Update Clinical Practice Guidelines And Recommendations. National
Kidney Foundation, Inc.
Roesli, R. (2011). Diagnosis dan Pengelolaan Gangguan Ginjal Akut ( Akut Kidney Injury ).
edisi kedua. Jakarta: Puspaswara.
Smeltzer, suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart.
Alih bahasa Kuncara, Edisi 8, Jakarta: EGC
Sudoyo, Aru W. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta: Interna
Publishing.

Anda mungkin juga menyukai