Anda di halaman 1dari 16

A.

Konsep Penyakit Colic Abdomen (5)


1. Definisi
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus
sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika
ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus tetapi
peristaltiknya normal (Abdullah & Firmansyah, 2012).
Nyeri kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi
dan dirasakan seperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini
adalah karena sumbatan baik parsial ataupun total dari organ tubuh
berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik.
Collic abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-
tiba dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang
sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Manurung et al., 2020).
Nyeri abdomen dihasilkan dari 3 jalur yaitu (Mahadevan, 2015):
1) Nyeri abdomen visera
Biasanya disebabkan karena distensi organ berongga atau
penegangan kapsul dari organ padat. Penyebab yang jarang
berupa iskemi atauinflamasi ketika jaringan mengalami kongesti
sehingga mensensitisasi ujung saraf nyeri visera dan menurunkan
ambang batas nyerinya. Nyeri inisering merupakan manifestasi
awal dari beberapa penyakit atau berupa rasa tidak nyaman yang
samar-samar hingga kolik. Jika organ yang terlibat dipengaruhi
oleh gerakan peristaltik, maka nyeri sering dideskripsikan
sebagai intermiten, kram atau kolik. Pada nyeri ini, karena
serabut saraf nyeri bilateral, tidak bermielin dan memasuki korda
spinalis pada tingkat yang beragam, maka nyeri abdomen visera
ini biasanya terasa tumpul, sulit dilokalisasi dan dirasakan
dibagian tengah tubuh. Nyeri visera berasal dari regio abdomen
yang merujuk padaasal organ secara embrionik. Struktur foregut
seperti lambung, duodenum, liver, traktus biliaris dan pankreas
menghasilkan nyeri abdomen atas, sering dirasakan sebagai nyeri
regio epigastrium. Struktur midgut seperti jejunum, ileum,
apendiks, dan kolon asenden menyebabkan nyeri periumbilikus.
Sedangkan struktur hindgut seperti kolon transversal,
kolondesendens dan sistem genitourinary menyebabkan nyeri
abdomen bagian bawah.
2) Nyeri abdomen parietal (somatik)
Nyeri abdomen parietal atau somatik dihasilkan dari
iskemia, inflamasiatau penegangan dari peritoneum parietal.
Serabut saraf aferen yang bermielinisasi mentransmisikan
stimulus nyeri ke akar ganglion dorsal pada sisi dan dermatomal
yang sama dari asal nyeri. Karena alasan inilah nyeri parietal
berlawanan dengan nyeri visera, sering dapat
dilokalisasiterhadap daerah asal stimulus nyeri. Nyeri ini
dipersepsikan berupa tajam,seperti tertusuk pisau dan bertahan;
batuk dan pergerakan dapat memicunyeri tersebut. Kondisi ini
mengakibatkan dalam pemeriksaan fisik dapatdicari tanda
berupa rasa lembut, guarding, nyeri pantul dan kaku
padaabdomen yang dipalpasi. Tampilan klinis dari appendicitis
dapat berupanyeri visera dan somatik. Nyeri pada apendisitis
awal sering berupa nyeri periumbilikus (visera) tapi terlokalisasi
di regio kuadran kanan bawahketika inflamasi menyebar ke
peritoneum (parietal).
3) Nyeri alih
Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada jarak dari
organ yang sakit. Nyeri ini dihasilkan dari jalur-jalur neuron
aferen sentral yang berasal dari lokasi yang berbeda. Contohnya
adalah pasien dengan pneumonia mungkin merasakan nyeri
abdomen karena distribusi neuron T9 terbagi oleh paru-paru dan
abdomen. Contoh lainnya yaitu nyeri epigastrium yang
berhubungan dengan Infark miokard, nyeri di bahu yang
berhubungan dengan iritasi diafragma (contoh, rupture limpa),
nyeri infrascapular yang berhubungan dengan penyakit biliar dan
nyeri testicular yang berhubungan dengan obstruksi uretra.

2. Etiologi
a. Mekanis (Abdullah & Firmansyah, 2012).
1) Adhesi/perlengketan pasca bedah (pertumbuhan bersatu
bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena radang)
2) Karsinoma
3) Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian
usus di dalam usus)
4) Intusesupsi
5) Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
6) Polip (perubahan pada mukosa hidung)
7) Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau
saluran)
b. Fungsional (non mekanik)
1) Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung
distensi usus tidak dapat bergerak)
2) Lesi medulla spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas)
3) Enteritis regional
4) Ketidakseimbangan elektrolit.
5) Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam
darahkarena ginjal tidak bekerja secara efektif)
c. Etiologi lain yang mungkin bisa muncul, yaitu :
1) Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, app
endicitis, diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis.
2) Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel
disease, kulitisinfeksi, esofagitis.
3) Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena
batu.
4) Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis
5) Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
6) Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia
fungsional.
7) Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark
miokard dan parudan lainnya

3. Manifestasi klinis Colic Abdomen


Obstruksi memiliki karakteristik berupa pasial atau komplit
dengansederhana atau strangulasi. Manifestasinya dapat berupa
(Abdullah & Firmansyah, 2012).
1) Nyeri perut (karakteristik pada kebanyakan pasien).
2) Nyeri, sering digambarkan sebagai kram dan intermiten, yang
lebihmenonjolpada obstruksi sederhana.
3) Seringkali, tampilan klinis dapat memberikan petunjuk kepada
perkiraanlokasidan sifat obstruksi. Nyeri berlangsung selama
beberapa hari, yang menjadi progresif dan dengan distensi perut,
mungkin khas untuk obstruksi yang lebih distal.
4) Perubahan karakter nyeri dapat menunjukkan perkembangan
komplikasi yang lebih serius (misalnya, nyeri konstan usus
strangulasi atau iskemik).
5) Mual
6) Muntah, yang lebih berhubungan dengan obstruksi proksimal
7) Diare (temuan awal)
8) Sembelit (sebuah temuan akhir) yang dibuktikan dengan tidak
adanyagerakanusus atau buang angin.
9) Demam dan takikardia, terjadi belakangan dan mungkin terkait
dengan strangulasi.
10)Riwayat operasi abdomen atau pelvis dahulu
11)Riwayat keganasan (terutama ovarium dan usus)

4. Patofisiologi Colic Abdomen


Penyebab dari colic adalah menyebabkan inflamasi obstruksi dan
perdarahan pada abdomen. Dari hal ini abdomen menjadi tidak
nyamandan menimbulkan rasa nyeri. Dari hal ini sendiri dapat
menimbulkan banyak masalah-masalah lain yang dapat muncul pada
pasien colic abdomen (Darsini & Praptini, 2019).
Pathway

5. Komplikasi
1) Kolik ureter ( tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus)
2) Kolik bilier
3) Kolik usus ( obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang )
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2) Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara
atau lipatan sigmoid yang tertutup.
3) Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat
muntah; Peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi
atau peritonitisdanpeningkatan kadar serum amilase karena
iritasi pankreas oleh lipatan usus.
4) Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis
metabolik.
7. Penatalaksanaan
Tatalaksana awal di ruang gawat darurat meliputi resusitasi
cairan secara agresif, dekompresi usus halus, pemberian analgetik
dan antiemetic dengan indikasi klinis, antibiotik dan konsultasi
operasi yang dini. Dekompresi dilakukan dengan cara memasang
selang NGT untuk dilakukan suction terhadap usus GI dan untuk
mencegah aspirasi. Tidak lupa juga untuk selalu memonitor jalan
napas, pernapasan dan sirkulasi (Syamsiah & Muslihat, 2015).
a. Farmakologi
1. Terapi Na + K + komponen darah
2. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan
3. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan
intraseluler
4. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari
proksimal usus ke area penyumbatan selang dapat
dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien berbaring
miring ke kanan
5. Antasid ( obat yang melawan keasaman )
6. Antihistamine (adalah obat yang berlawanankerja terhadap
efek histamine)
b. Non Farmakologi
1. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
2. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis
3. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein
karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
4. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung
5. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung
terlalu beresiko
6. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses
dan mendekompresi usus yang di lakukan sebagai prosedur
kedua.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
melalui kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat
dari klien guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada (Mala et
al., 2016)
a. Identitas Klien dan Keluarga
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan
daiagnosa. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu
dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dapat
mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien sehingga
menyebabkan klien datang untuk mencari bantuan kesehatan
(Aziz, 2013).
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Bagaimana awal mula gejala timbul, lokasi, kualitas, dan
factor yang mempengaruhi dan juga yang memperberat
keluhan sehingga di bawa ke RS.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah klien pernah sakit seperti ini dan apakah
klien menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang
dapat mempengaruhi proses penyembuhan saat ini.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan apakah penyakit
keturunan atau menular
c. Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Apakah ada perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan
kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.
b) Pola Aktivitas Latihan
Hal ini penting untuk dikaji sehingga perawat megetahui
aktivitas yang dilakukan klien saat sehat. Apakah ada
kelemahan atau kelelahan.
c) Pola Nutrisi dan metabolic
Apakah terjadi gangguan nutrisi karena klien merasakan
nyeri sehingga tidak toleran terhdapa makanan dan klien
selalu ingin muntah.
d) Pola Istirahat dan tidur
d. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
Akan terjadi nyeri perut yang hebat akibat proses
penyakitnya, pemeriksaan tanda-tanda vital.
2) Sistem respirasi
Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan
kemungkinan tidak terjadi sesak tetapi apabila derajat nyeri
hebat akan ada kemungkinan klien sesak.
3) Sistem kardiovaskuler
Bisa terjadi takikardia dan disritmia atau adanya penyakit
yang lainnya.
4) Sistem persyarafan
Nyeri abdomen, pusing atau sakit kepala karena sinar
5) Sistem gastrointestinal
Pada sistem gastrointestinal ini didapatkan intoleran
terhadap makanan/ nafsu makan menurun dan muntah.
6) Sistem eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi akibat dari intoleran
terhadap makanan.
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk sampai bau dan
telur. Episode diare berdarah tidak dapat diperkirakan, hilang
timbul, sering tidak dapat dikontrol (sebanyak 20-30 kali
defekasi/hari ); perasaan dorong/kram ( tenesmus ); defekasi
berperdarahan per rektal.
Tanda : Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau
adanya peristaltuk yang dapat dilihat. Wasir, fisura dubur
(25%); fistula ferienal.
C. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 Batasan karakteristik : Obstruksi usus Nyeri Akut
 Perubahan selera makan 
 Perubahan tekanan Kolik abdomen
darah, frekuensi 
pernafasan dan jantung Peningkatan intraluminal
 Mengekpresikan 
perilaku (gelisah, Distensi berisi gas,
merengek, menangis, cairan, dan elektrolit
waspada) 
 Prilaku terjaga Gangguan vaskuler
melindungi lokasi nyeri 
 Indikasi nyeri yangdapat Statis vena
diatasi 
 Perubahan posisiyang Edema dinding usus
dapat diamati 
 Melaporkan nyerisecara Peningkatan distensi
verbal dinding usus
 Gangguan pola tidur 
Peningkatan tekanan
intra abdomen

Nyeri Akut
2 Batasan karakteristik : Obstruksi usus Resiko Defisit
 Sakit perut  Nutrisi
 Penurunan Berat badan Kolik abdomen
dengan asupan makan 
lumayan Peningkatan intraluminal
 Diare 
 Kehilangan rambut Distensi berisi gas,
berlebihan cairan, dan elektrolit
 Bising usus tidak ada 
 Kurang informasi Udara tertampung
 Kurang minat 
padamakanan Peningkatan volume
 Membran mukosa pucat udara
 Ketidakmampuan 
mencerna makanan Rangsangan mual
 Tonus otot menurun 
 Mengeluh gangguan Muntah
sensasi rasa 
 Kelemahan otot untuk Gangguan pemenuhan
mengunyah dan nutrisi
menelan
3 Batasan karakteristik : Obstruksi usus Ansietas
 Mengekpresikan karena 
perubahan dalam Kolik abdomen
peristiwa hidup 
 Gelisah Perubahan status
 Insomnia kesehatan
 Kontak mata kurang 
 Mengintai, tampak Defisit informasi
waspada, ketakutan, 
wajah tegang Ansietas
 Tremor, suara gemetar,
anoreksia
 Peningkatan nadi,
peningkatan nafas, pupil
melebar
 Anoreksia, mual,diare,
 Gangguan tidur

D. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077)
2) Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan intake inadekuat
(D.0032)
3) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai
dengan wajah tampak tegang, dan gelisah (D.0080)

E. Perencanaan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1 Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen nyeri
(D.0077) (L.08066) (I.08238)
Observasi
Setelah dilakukan  Identifikasi lokasi
tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
3x24 jam diharapkan kualitas, intensitas nyeri
tingkat nyeri menurun  Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi faktor yang
Kriteria Hasil: memperberat dan
 Keluhan nyeri memperingan nyeri
menurun dari skala  Monitor efek samping
1 menjadi skala 4 penggunaan analgetik
 Meringis dari Terapeutik
menurun dari skala  Berikan tekhnik
2 menjadi skala 4 nonfrmakologi untuk
 Gelisah menurun mengurangi rasa nyeri
dari skala 2 menjadi (mis, hypnosis,
skala 4 akupresur, terapi music,
terapi pijat, aromaterapi,
 Kesulitan tidur
menurun dari skala tekhnik imajinasi
terbimbing, kompres
2 menjadi skala 4
hangat/dingin)
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis, suhu ruanganan,
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

(Darsini & Praptini, 2019)

2 Resiko defisit Status Nutrisi Manajemen Nutrisi


nutrisi (L.03030) (I.03119)
(D.0032) Observasi
Setelah dilakukan  Identifikasi status nutrisi
tindakan keperawatan  Identifikasi alergi dan
diharapkan intoleran makanan
ketidakasupan nutrisi  Identifikasi makanan
membaik dengan yang disukai
kriteria hasil:  Identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrient
 Nyeri abdomen dari  Monitor asupan
skala 2(cukup makanan
meningkat) menjadi  Monitor berat badan
4(cukup menurun)
 Monitor hasil
 Nafsu makan dari pemeriksaan lab
skala 2(cukup Terapeuik
memburuk) menjadi
 Lakukan oral hygiene
4(cukup membaik)
sebelum makan, jika
perlu
 Fasilitasi menentukan
pedoman diet(mis.
Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
 Berikan makanan tinggi
seratuntukmencegah
konstipasi
 Berikan makanan tinggi
protein dan kalori
 Berikan suplemen makan,
jika perlu
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemeberiana
medikasi sebelum makan
 Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jumlah
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
3 Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314)
(D.0080) (L.09093) Observasi
Setelah dilakukan  Identifikasi saat tingkat
tindakan keperawatan ansietas berubah
3x24 jam diharapkan  Identifikasi kemampuan
tingkat ansietas mengambil keputusan
menurun  Monitor tanda-tanda
Kriteria Hasil: ansietas
 Konsentrasi dari Terapeutik
skala 3 (sedang)
menjadi 4 (cukup  Ciptakan suasana
membaik) teraupetik untuk
 Perilaku gelisah dari menumbuhkan
skala 2 (cukup kepercayaan
meningkat) menjadi  Temani pasien untuk
4 (cukup menurun) mengurangi kecemasan,
 Verbalisasi khawatir jika memungkinkan
akibat kondisi yang  Pahami situasi yang
dihadapi dari skala membuat ansietas
3 (sedang) menjadi  Dengarkan dengan penuh
5 (menurun) perhatian
 Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Edukasi

 Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
 Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
 Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
 Latih teknik relaksasi
F. Implementasi Dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Nyeri akut  Mencatat keluhan nyeri, S : Klien mengatakan nyeri
termasuk lokasi, frekuensi yang dirasakan sedikit
 Mengobservasi TTV berkurang
 Mengajarkan teknik distraksi O:
dna relaksasi nafas dalam  Skala nyeri
 Mengatur posisi klien berkurang
 Melakukan kolaborasi dengan  TTV normal
tim medis (dokter) dalam  Wajah klien tampak
pemberian terapi obat tenang
 Melakukan pendidikan A : Masalah teratasi
kesehatan P : hentikan intervensi
Resiko  Mengidentifikasi input dan S : Klien mengatakan
defisit output sudah makan
nutrisi  Mengidentifikasi perlunya O:
penggunaan NGT  BB dalam rentang
 Memonitor BB normal
 Menyajikan makanan secara  Porsi makanan
menarik dan suhu yang sesuai dihabiskan
 Melakukan pendidikan  Nafsu makan
kesehatan mengenai nutrisi bertambah
yang baik A : Masalah teratasi
 Mengkolaborasikan dengan sebagian
ahli gizi P : Lanjutkan intervensi
Implementasi dan Evaluasi

Implementasi merupakan penerapan intervensi pada klien secara


nyata dan terpadu untuk mencapai tujuan yang telah disusun secara
sistematis. Di tahap ini perawat akan melakukan implementasi yang
sesuai dengan intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah klien

Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi


dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Perawat membandingkan antara hasil akhir yang telah
diamati dan tujuan atau kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap intervensi.
Selanjutnya taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai
dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan intervensi keperawatan ditetapkan
Daftar Pustaka

Abdullah, M., & Firmansyah, M. A. (2012). Diagnostic approach and management


of acute abdominal pain. Acta Medica Indonesiana, 44(4), 344–350.

Darsini, & Praptini, I. (2019). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan


Skala Nyeri Pada Pasien Dengan Kolik Abdomen. Jurnal Keperawatan Dan
Kebidanan, 59–62.

Mala, J., Keperawatan, A., & Waluyo, N. (2016). Pengelolaan Nyeri Akut pada Ny.
M dengan Kolik Abdomen di Ruang Bougenvile RSUD Pandan Arang
Boyolali. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo.

Manurung, E. D., Nadeak, B., & Ndruru, E. (2020). Implementasi Algoritma Hebb
Rule Pada Diagnosa Penyakit Kolik Abdomen Pada Orang Dewasa. JURIKOM
(Jurnal Riset Komputer), 7(2), 250.
https://doi.org/10.30865/jurikom.v7i2.2086

Syamsiah, N., & Muslihat, E. (2015). Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik


Terhadap Tingkat Nyeri Akut Pada Pasien Abdominal Pain Di Igd Rsud
Karawang 2014. Jurnal Ilmu Keperawatan, 3(1), 11–17.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1.Jakarta. DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai