3. Komplikasi
1) Kolik ureter ( tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus)
2) Kolik bilier
3) Kolik usus ( obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang )
4. Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2) Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara
atau lipatan sigmoid yang tertutup.
3) Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat
muntah; Peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi
atau peritonitisdanpeningkatan kadar serum amilase karena
iritasi pankreas oleh lipatan usus.
4) Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis
metabolik.
5. Penatalaksanaan
Tatalaksana awal di ruang gawat darurat meliputi resusitasi
cairan secara agresif, dekompresi usus halus, pemberian analgetik
dan antiemetic dengan indikasi klinis, antibiotik dan konsultasi
operasi yang dini. Dekompresi dilakukan dengan cara memasang
selang NGT untuk dilakukan suction terhadap usus GI dan untuk
mencegah aspirasi. Tidak lupa juga untuk selalu memonitor jalan
napas, pernapasan dan sirkulasi (Syamsiah & Muslihat, 2015).
a. Farmakologi
1. Terapi Na + K + komponen darah
2. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan
3. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan
intraseluler
4. Dekompresi selang nasoenternal yamg panjang dari
proksimal usus ke area penyumbatan selang dapat
dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien berbaring
miring ke kanan
5. Antasid ( obat yang melawan keasaman )
6. Antihistamine (adalah obat yang berlawanankerja terhadap
efek histamine)
b. Non Farmakologi
1. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
2. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis
3. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein
karena obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
4. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung
5. Ostomi barrel ganda jika anastomisis dari ujung ke ujung
terlalu beresiko
6. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses
dan mendekompresi usus yang di lakukan sebagai prosedur
kedua.
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
melalui kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat
dari klien guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada (Mala et
al., 2016)
a. Identitas Klien dan Keluarga
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan
daiagnosa. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu
dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dapat
mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien sehingga
menyebabkan klien datang untuk mencari bantuan kesehatan
(Aziz, 2013).
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Bagaimana awal mula gejala timbul, lokasi, kualitas, dan
factor yang mempengaruhi dan juga yang memperberat
keluhan sehingga di bawa ke RS.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Mengkaji apakah klien pernah sakit seperti ini dan apakah
klien menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang
dapat mempengaruhi proses penyembuhan saat ini.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan apakah penyakit
keturunan atau menular
c. Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Apakah ada perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan
kesehatan sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.
b) Pola Aktivitas Latihan
Hal ini penting untuk dikaji sehingga perawat megetahui
aktivitas yang dilakukan klien saat sehat. Apakah ada
kelemahan atau kelelahan.
c) Pola Nutrisi dan metabolic
Apakah terjadi gangguan nutrisi karena klien merasakan
nyeri sehingga tidak toleran terhdapa makanan dan klien
selalu ingin muntah.
d) Pola Istirahat dan tidur
d. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
Akan terjadi nyeri perut yang hebat akibat proses
penyakitnya, pemeriksaan tanda-tanda vital.
2) Sistem respirasi
Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan
kemungkinan tidak terjadi sesak tetapi apabila derajat nyeri
hebat akan ada kemungkinan klien sesak.
3) Sistem kardiovaskuler
Bisa terjadi takikardia dan disritmia atau adanya penyakit
yang lainnya.
4) Sistem persyarafan
Nyeri abdomen, pusing atau sakit kepala karena sinar
5) Sistem gastrointestinal
Pada sistem gastrointestinal ini didapatkan intoleran
terhadap makanan/ nafsu makan menurun dan muntah.
6) Sistem eliminasi
Klien dapat mengalami konstipasi akibat dari intoleran
terhadap makanan.
Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk sampai bau dan
telur. Episode diare berdarah tidak dapat diperkirakan, hilang
timbul, sering tidak dapat dikontrol (sebanyak 20-30 kali
defekasi/hari ); perasaan dorong/kram ( tenesmus ); defekasi
berperdarahan per rektal.
Tanda : Menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau
adanya peristaltuk yang dapat dilihat. Wasir, fisura dubur
(25%); fistula ferienal.
B. Analisa Data
D. Perencanaan
Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
Latih teknik relaksasi
E. Implementasi Dan Evaluasi
Mala, J., Keperawatan, A., & Waluyo, N. (2016). Pengelolaan Nyeri Akut pada Ny.
M dengan Kolik Abdomen di Ruang Bougenvile RSUD Pandan Arang
Boyolali. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo.
Manurung, E. D., Nadeak, B., & Ndruru, E. (2020). Implementasi Algoritma Hebb
Rule Pada Diagnosa Penyakit Kolik Abdomen Pada Orang Dewasa. JURIKOM
(Jurnal Riset Komputer), 7(2), 250.
https://doi.org/10.30865/jurikom.v7i2.2086
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta. DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1.Jakarta. DPP PPNI