3. Bedakan antara bisnis-ke-bisnis lelang ke depan dan tawaran pembeli untuk RFOs.
Business-to-bisnis lelang terjadi ketika beberapa perusahaan terlibat dalam barter dengan
menjual produk atau jasa mereka kepada anggota bursa. Alih-alih menerima uang tunai, mereka
menerima perdagangan dolar (kredit). Transaksi ini mirip transaksi kartu kredit di kedua
melibatkan penggunaan kartu plastik dan nomor otorisasi diminta oleh penjual untuk transaksi
yang melebihi jumlah tertentu. Anggota lain dari pertukaran perdagangan kemudian dapat
menggunakan dolar perdagangan yang diperoleh. Sistem dolar perdagangan menyederhanakan
lama rumit sistem barter yang terbatas pada pertukaran produk dan jasa antara dua pihak.
Tawaran Pembeli untuk RFOs melibatkan penawar harga masuk dan penawar tertinggi yang
tersedia dengan harganya. Biasanya, daftar rinci dari semua spesifikasi produk, jaminan, dan
sebagainya disertakan, dan pembelian dibuat dengan menggunakan kartu kredit. Ebay.com
mungkin salah satu contoh terbaik dari pembeli RFOs penawaran melalui Web. Seratus ribu
item yang berbeda yang ditawarkan di beberapa jenis lelang.
6. Business-to-Consumers (B2C)
B2C adalah kegiatan E-businesses dalam pelayanan secara langsung kepada konsumen melalui
barang atau jasa. Dengan penjualan langsung di internet dan pemesanan dapat langsung
dilakukan oleh konsumen karena biaya sudah tercantum Pembayaran yang dilakukan secara
online pada e-commerce adalah paypal, e-banking, setoran tunai dan transfer via ATM. Ketika
kita menjalankan bisnis secara online, kita membutuhkan metode pembayaran untuk
memproses pemindahan uang dari pembeli ke penjual.jawabanya ATM Karena via Atm lebih
Praktis Dan Cepat.
7. Pemenuhan pesanan di B2C dianggap sulit dikarenakan B2C memiliki target marketing
perorangan atau grup dan tidak bisa memprediksi daya beli calon pelanggan. Sulit untuk cepat
menemukan produk yang akan dikirim,paket produk, dan Perusahaan B2C umumnya memiliki
kompetitor yang jauh lebih banyak daripada perusahaan B2B.
8. Di Indonesia bisnis e-commerce merupakan salah satu bisnis digital yang tumbuh subur. Tidak
hanya konsumennya tetapi juga persaingannya. Persaingannya terus tumbuh dan semakin ketat
dari tahun ke tahun. Tidak banyak yang akhirnya terpaksa menutup layanan atau pivot ke sektor
niche atau layanan yang lain. Untuk menghindari kegagalan, berikut ini beberapa faktor atau
alasan yang menyebabkan sebuah bisnis e-commerce gulung tikar.
Kualitas gambar dan deskripsi produk
Inti dari proses jual beli secara online adalah kepercayaan, sebelum itu untuk membangun
kepercayaan butuh yang namanya kejelasan. Permasalahan gambar dan deskripsi produk
mungkin dianggap sepele tetapi bagi pembeli itu bisa berpengaruh. Gambar yang bagus di situs
e-commerce itu bisa dikatakan setara dengan display yang ada di toko offline. Sebagai sebuah
etalase.
Ribetnya kontak informasi
Sebagai sebuah bisnis yang berlandaskan kepercayaan bisnis e-commerce wajib menyediakan
kontak informasi. Ini penting untuk mengakomodir para pembeli atau penjual yang
membutuhkan informasi atau pun pihak lain yang ingin mengajukan tawaran kerja sama.
Ketiadaan kontak untuk mendapatkan informasi bisa menghilangkan respek pengguna dan
ujungnya akan ditinggalkan pengguna.
Proses checkout yang berbelit
konsep dasar dari hadirnya layanan e-commerce adalah kemudahan, dalam bentuk apa pun. Itu
mengapa jika kita melihat inovasi layanan e-commerce di Indonesia semuanya mengarah ke
kemudahan, terutama yang berkaitan dengan proses transaksi. Baik itu metode pembayaran
maupun checkout. Jadi bukan menjadi rahasia umum jika berbelitnya proses checkout bisa
mempengaruhi pengalaman pengguna dan memberikan kesan negatif.
Menetapkan harga dan target pengguna yang salah
Mengetahui pasar dan pengguna adalah langkah awal sebelum sebuah bisnis benar-benar
menjalankan bisnisnya. Dari banyaknya kegagalan dalam bisnis dua hal tersebut sering muncul
sebagai alasannya. Untuk segmen e-commerce dua alasan tersebut termasuk di dalamnya,
ditambah kesalahan dalam menetapkan harga. Sekali lagi terdengar sepele, tetapi memang
sangat berpengaruh, terlebih jika harus bersaing dengan harga-harga kompetitor.
Adopsi ke ranah mobile
Teknologi digital berkembang ke arah mobile. Beranjak dari layar besar ke layar yang lebih kecil.
Perkembangan ini yang harus di sesuaikan oleh bisnis e-commerce. Kecenderungan orang
menggunakan perangkat mobile untuk berbelanja harus diantisipasi dengan jemput bola,
menghadirkan aplikasi mobile. Jika tidak, risikonya jelas ditinggalkan pengguna.
10 . Cybersquatting mengacu pada praktik mendaftarkan atau menggunakan nama domain untuk
tujuan mendapatkan keuntungan dari niat baik atau merek dagang milik orang lain.
Beberapa praktik yang dapat dianggap sebagai cybersquatting tidak ilegal, meskipun mungkin
tidak etis. Mungkin yang paling umum dari praktik ini adalah "mencicipi domain". Pencicipan
domain memungkinkan pendaftar mendapat untung dari jejak uang kompleks dari iklan bayar
per klik. Pencicip domain memanfaatkan kebijakan ini dengan mengklaim domain Internet
selama lima hari tanpa biaya. Nama domain ini sering kali menyerupai nama perusahaan dan
organisasi terkemuka