Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA

DISUSUN OLEH:

1. LUQMAN HAKIM (NIM.20142010085)


2. IWAN SUGIANTO (NIM.20142010082)
3. KUSMIYATI (NIM.20142010084)
4. DIAN MUSLIMAH (NIM.20142010079)

KELAS B19

PROGRAM S1 KEPERAWATAN

STIKES NGUDIA HUSADA MADURA

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin………….

Puji syukur kmi ucapkan atas kehadirat Allah Swt yang mana telah Melimpahkan
rahnmat serta hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul ”Komunikasi keperawatanTerapeutik Pada Lansia” tepat pada waktunya.
Dan sholawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada nabi besar Muhammad
SAW yang Telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang penuh
dengan Ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang kita rasakan pada saat 
sekarang ini.Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan rasa terima kasih
kepada Semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Di dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak sekali
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari rekan-rekan
semua sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi mahasiswa
STIKES NGUDIA HUSADA MADURA. Atas perhatiannya kami ucapkan
terima kasih.

Bangkalan, september 2020 

2
 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..    i

KATA PENGANTAR………………………………………………………....    ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………….. iii

BAB I   PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang……………………………………………………...........  1

1.2    Tujuan…………………………………………………………………….   1

1.3    Manfaat ………………………………………………………………….. 1

BAB II  TEORI

2.1     Pengertian Lanjut Usia...………………………………………………... 2

2.2    Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi pada Pasien lanjut usia…….... 2

2.3    Komunikasi……………………………………………………................. 3

2.3.1 kegunaan komunikasi...................................................................... 3

2.3.2 komponen pada proses komunikasi................................................. 3

2.3.3 tekhnik umum untuk komunikasi lanjut usia.................................. 3 

BAB III   DRAMA

3.1    Fase Pra Interaksi………………………………………………………...    6

3.2    Fase Orientasi………………………………………………………….... 6

3
3.3    Fase Kerja……………………………………………………………….. 7

3.4    Fase Terminasi…………………………………………………………... 7

BAB IV   PENUTUP

4.1. Kesimpulan………………………………………………………………..  8

4.2.Saran……………………………………………………………………….   8

4
BAB I

PENDAHULUAN

I.I        Latar Belakang

Dengan meningkatnya pertumbuhan populasi penduduk lanjut usia berbagai


masalah klinis pada pasien lanjut usia akan menjadi semakin sering dijumpai di
praktek klinis. Jumlah penduduk di Indonesia menurut data Perserikatan Bangsa
Bangsa, Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan jumlah warga lanjut usia
yang tertinggi di dunia, yaitu 414 %, hanya dalam waktu 35 tahun (1990-2025),
sedangkan di tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk lanjut usia akan
mencapai 25,5 juta. Menurut Lembaga Demografi Universitas Indonesia,
persentase jumlah penduduk berusia lanjut tahun 1985 adalah 3,4 % dari total
penduduk, tahun 1990 meningkat menjadi 5,8 % dan di tahun 2000 mencapai 7,4
%,, seperti terlihat pada tabel 1. (Czeresna, 2006). Dokter yang berpraktek perlu
memahami kebutuhan yang unik pada populasi pasien lanjut usia ini sehingga
mereka akan lebih siap berkomunikasi secara efektif selama kunjungan pasien
lanjut usia tersebut (Hingle & Sherry, 2009). Terdapat banyak bukti bahwa
kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak hanya bergantung pada
kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari perhatian terhadap keadaan
sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien tersebut. Walaupun pelayanan
kesehatan secara medis pada pasien lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka
tetap memerlukan komunikasi yang baik serta empati sebagai bagian penting
dalam penanganan persoalan kesehatan mereka. Komunikasi yang baik ini akan
sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional, sosial, ekonomi,
perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia (William et al., 2007).

5
I.2.    Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami dan dapat menarapkan  tentang  aplikasi komunikasi
terapeutik pada lansia.
1.2.2  Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui definisi terapeutik pada Lansia (lanjut usia).
2. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan tentang komunikasi terapeutik
pada Lansia.
I.3     Manfaat
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan
kelompok  dalam penerapan komunikasi terapeutik pada lansia.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang
komunikasi terapeutik pada lansia.
 

6
BAB II

TEORI

2.1 Pengertian Lanjut Usia (Lansia)

Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan
lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono,
1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi
tiga kelompok yakni : Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan
kelompok yang baru memasuki lansia, kelompok lansia (65 tahun ke atas),
Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
tahun.Sedangkan WHO membagi lansia menjadi 3 katagori, yaitu :
1. Usia lanjut : 60 – 74 tahun
2. Usia tua : 75 -89 tahun
3. Usia sangat lanjut : lebih dari 90 tahun.

7
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi pada Pasien lanjut usia
kesehatan lansia mengalami penurunan kondisi fisik untuk diajak berkomunikasi
sehingga mengalami kesulitan permasalahan yang timbul diantaranya masalah:
1. penurunan sistem pendengaran.
Sayangnya hal seperti ini sering disalah artikan oleh lansia sebagai bentuk
hinaan dengan membentak. Disinilah berbagai muncul masalah baru, maka dari
itu sangat dibutuhkan pengertian dan pemahaman yang baik oleh perawat
terhadap kondisi lansia agar komunikasi yang efektif dapat berjalan dengan
lancar.
2. gangguan sistem pennglihatan
Komunikasi pada lansia juga terkendala akibat adanya gangguan penglihatan yang
terjadi bisa berupa rabun jauh,dekat atau bahkan sulit melihat.
Beberapa bahasa yang menggunakan bahasa tubuh mungkin tidak terlalu
dimengerti jika lansia dalam kondisi ini, maka dari itu diperlukan pengetahuan
yang cukup mengenai kondisi lansia yang diajak berkomunikasi sehingga perawat
mengerti agar komunikasi berjalan lancar.

8
2.3 Komunikasi

2.3.1 Kegunaan Komunikasi

Berkomunikasi pada lansia juga harus memperhatikan kaidah-kaidah tertentu


sehingga kita bisa mengetahui cara pendekatan yang tepat. Oleh karena itu, ada
beberapa bentuk komunikasi yang bisa diterapkan terutama saat kita berhadapan
pada lansia.

1. komunikasi dengan sifat asetif


merupakan bentuk komunikasi yang bisa diterapkan pada lansia.sikap
asertif juga memberikan gambaran, tentang bagaimana kita bisa
mengkomunikasikan apa yang terjadi keinginan kita tanpa harus menyakiti
lawan komunikasi.
2. Komunikasi responsif
Merupakan komunikasi yang bersifat aktif,tidak menunggu,bersifat segera
dan penuh inisiatif
3. Komunkasi fokus
Merupakan bentuk komunikasi yang memfokuskan kembali lansia pada
topik pembicaraan.karna pada komnikasi ini biasanya lansia cenderung
bercerita mengenai masa lalunya.
4. Komunikasi dengan supportif
Merupakan bentuk komunikasi mendukung pada lansia.akan tetapi tidak
serta merta menyetujui apa saja yang menjdi pendapat atau keyakinan
mereka.bentuk dukungan bisa ditunjukkan dalam sikap empati kepada
lansia
5. Komunikasi dengan sifat klarifikasi
Merupakan bentuk komunikasi yang memiliki sifat krarifikasi yang juga
perlu diberikan pada lansia supaya mereka dapat dukungan ang lebih baik.
Ada banyak kasus ketika lansia memiliki persepsi sendiri sehingga
cenderung tertutup dan tidak mau bercerita apa-apa tentang masalahnya.

9
Dengan adanya komunikasi ini, setidaknya seorang perawat bisa
berkomunikasi dengan lansia secara lebih baik.
6. Komunikasi dengan kesabaran dan keiklasan
Kesabaran dan keiklasan merupakan komponen penting dari bentuk
komunikasi yang disampaikan kepada lansia
7. Komunikasi terapeutik
Merupakan bentuk komunikasi dengan lansia yang sifatnya memperbaiki
kualitas kesehatan dari lansia karena bentuk komunikasi terapeutik dalam
keperawatan sangat luas.
8. Komunikasi non verbal
Merupakan komunikasi dengan lansia yang sifatnya menenangkan agar
lansia merasa aman dan nyaman ketika seorang perawat mampu
memahami mereka.

2.3.2 Komponen pada proses komunikasi

1. Pembicara : Orang yang menyampaikan pesan.


2. Pendengar : Orang yang menerima pesan.
3. Pesan verbal : Kata kata yang secara aktual diucapkan atau disampaikan.
4. Pesan nonverbal: Kesan yang ditangkap saat kata kata tersebut diucapkan
termasuk ekspresi wajah, tekanan suara, postur dan sikap tubuh dan pilihan
kosa kata yang digunakan.
5. Umpan Balik : Respon berupa tanggapan baik verbal maupun non verbal.
6. Konteks : Fisik dan lingkungan sosial atau pengaturan dalam pesan yang
dikirim.
7. Persepsi : Kemampuan untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan
informasi menjadi dimengerti dan bermakna.
8. Evaluasi : Kemampuan untuk menganalisa informasi yang diterima,
berdasarkan pengalaman dan pengetahuan masa lalu.
9. Transmisi : Ekspresi yang sebenarnya dari informasi dari pengirim kepada
penerima

10
2.3.3 Teknik Umum untuk Berkomunikasi dengan Pasien lanjut usia

1. Menunjukkan Hormat dan Keprihatinan

Komunikasi pasien yang baik didasarkan pada respect  atau hormat kepada pasien
dan memahami serta mengapresiasi setiap pasien sebagai sosok manusia yang
unik. Untuk menunjukkan rasa hormat, perawat harus menghadapi pasien secara
formal dan menyapa dengan “Bapak” atau “Ibu”, kecuali pasien sebelumnya telah
meminta anda untuk memanggil dengan nama pertamanya, dan hindarkan
menggunakan istilah yang merendahkan seperti “manisku”,“sayangku”, ‘cintaku”.
Berkomunikasi yang saling bertatap mata dengan duduk di kursi dan langsung
menatap pasien. Dengan melakukan hal ini, anda menunjukkan perhatian sejati
dan aktif mendengarkan, serta membantu pasien untuk mendengar dan memahami
anda secara lebih baik. Sentuhan lembut di tangan, lengan, atau pundak pasien
akan menyampaikan rasa turut prihatin dan perhatian.

2. Memastikan bahwa Pasien Didengar dan Dipahami

Mempertahankan langkah yang tidak tergesa-gesa dan mendengarkan


adalah kunci komunikasi efektif antara pasien lanjut usia dan perawat.
Membiarkan pasien lanjut usia untuk berbicara beberapa menit tentang
masalahnya tanpa interupsi akan memberikan lebih banyak informasi daripada
riwayat pendukung yang terstruktur cepat. Merasa sedang diburu-buru akan
menyebabkan mereka merasa bahwa mereka sedang  Tidak didengarkan atau
dipahami. Penelitian menunjukkan bahwa pasien lanjut usia dan perawat sering
tidak sepaham tentang tujuan dan masalah medis yang dihadapi. Komunikasi yang
buruk dapat mengganggu pertukaran informasi serta menurunkan kepuasan
pasien. Pada umumnya, anda harus berbicara pelan, jelas, dan keras tanpa
berteriak, menggunakan bahasa dan kalimat yang singkat dan sederhana. Karena
pasien lanjut usia umumnya lebih sedikit bertanya dan menunggu untuk ditanya
sesuai kewenangan perawat, khususnya penting untuk sering merangkum dan
memancing pertanyaan.

11
Strategi Umum Tambahan untuk Memperbaiki Komunikasi dengan Pasien Lanjut
Usia
1. Menggabungkan data pendahuluan sebelum perjanjian untuk bertemu, karena
pasien
pasien lanjut usia khas memiliki berbagai masalah kesehatan yang kompleks.
2. Meminta pasien menceritakan keluhannya hanya sekali (yaitu tidak bercerita
dulu kepada
perawat atau asisten kemudian baru kepada anda) untuk meminimalkan frustasi
dan kelelahan pasien.
3. Menghindarkan jargon medis.
4. Menyederhanakan dan menuliskan instruksi.
5. Menggunakan diagram, model, dan gambar.
6. Menjadwalkan pasien lanjut usia terlebih dahulu, karena mereka umumnya
lebih siap dari
segi waktu dan secara klinis cenderung kurang sibuk.
Sumber : Adelman et al., 2000;Robinson et al., 2006

3. Pendekatan untuk Berkomunikasi

Pendekatan dalam komunikasi berfungsi untuk memberikan komunikasi yang


efektif saat berbicara dengan lansia adapun pendekatan komunikasi pada lansia
diantaranya.

1. Pendekatan psikologis
Merupakan pendekatan komunikasi yang dilakukan kepada lansia dengan
cara mengubah perilaku seorang komunikator.
2. Pendekatan fisik
Merupakan pendekatan yang berhubungan fungsi organ tubuh pada lansia.
3. Pendekatan sosial
Merupakan pendekatan pada lansia ditujukan agar lansia dapat bebas
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

12
4. Pendekatan spiritual.
Merupakan pendekatan komunikasi pada lansia yng berhubungan dengan
nilai keagamaan.
5. Pendekatan intruksi kembali
Pendekatan ini sebenarnya kelanjutan dari pendekatan fisik dimana
seseorang lansia akan membutuhkan pendekatan intruksi kembali.
Yangmana pendekatan intruksi kembali bertujuan agar lansia mengerti
terhadap pembicaraan yang dilakukan perawat terutama pada lansia yang
kurang mendengar.
6. Pendekatan melalui warna
Pendekatan ini berguna untuk meningkatkan daya ingat dan penglihatan
lansia.
7. Pendekatan memalui cerita
Merupakan pendekatan pada lansia melalui cerita yang berfungsi
meningkatkan daya ingat selain itu dapat membuat perasaan lansia
menjadi senang karena ada teman untuk berkomunikasi.
8. Pendekatan dengan cahaya
Pendekatan komunikasi ini dikakukan dengan lansia yang mempunyai
gangguan penglihatan.fungsi pendekatan cahaya ini berkitan dengan
pendekatan warna tapi hanya saja konteksnya berbeda.

13
4. Hambatan Komunikasi

Komunikasi pada lansia memang membutuhkan beberapa kemmpuan dan


kesabaran yang lebih dibandingkan jika melakukan komunikasi pada personal
yang masih dalam usia produktif. Banyal hambatan didalam berkomunikasi pada
lansia diantaranya :

1. mendominasi pembicaraan

karakter lansia yang terkadang merasa lebih tua dan mengerti banyak hal
menimbulkan perasaan bahwa lansia mengetahui banyak hal.

2. Mempertahankan hak dan penyerang

Kebanyakan lansia memang bersifat agresif. Beberapa dari mereka


berusaha untuk mempertahankanhaknya dengan menyerang lawan
bicaranya.

3. Kondisi fisik

Lansia yang akan diajak berkomunikasi tentunya memiliki keterbatasan


fisik yang membuat menjadi kesulitan dalam berkomunikasi.

14
BAB III

CONTOH DRAMA APLIKASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA


PASIEN LANSIA

3.1 Fase Pra Interaksi

Dua orang perawat akan melakukan pemeriksaan dan melihat perkembangan


kondisi pada pasien lansia yang bernama Ny. S menderita penyakit hipertensi
yang dirawat di Puskesmas Kwanyar.

3.2 Fase Orientasi

Perawat 1 dan Perawat 2 mendatangi pasien Ny. S di ruang perawatan.


P1 dan P2                     : Assalamu’alaikum.
Keluarga               : Wa’alaikum salam.
P1 dan P2                     : Selamat pagi bapak, ibu (sambil tersenyum)
Keluarga               : Pagi juga pak….!!
Nenek sedikit kebingungan melihat kedatangan perawat.
P1 dan P2                     : Pagi nek…!! Gimana kabarnya hari ini nek ??
Ny. S              : Pagi…!! Alhamdulillah sudah agak lumayan.
Ini siapa ya…??Nenek masih tampak kebingungan dan
tampak berfikir..
P1                                  : Nenek… perkenalkan saya perawat A dan ini perawat B
Perawat 1 dan perawat 2 mencoba melakukan pendekatan
kepada nenek dan juga juga keluarganya.
P2                                  : Kami berdua yang bertugas untuk merawat nenek pada hari ini.
nenek sudah makan belum pagi ini….??
Ny. S               : Sudah…!!
P2                                  : Makan nya banyak atau sedikit nek…??
Ny. S             : Cuma sedikit karena saya kurang selera makan pak.
Saya masih merasa agak mual…!!

15
P1                                  :  Pagi ini obat nya sudah diminum nek…??
Ny. S              : Iya sudah…!!
Keluarga              : Iya pak obat nya tadi sudah diminum semua…
Setelah bertanya kepadaa nenek, perawat mencoba menjelaskan
asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada nenek dan juga
keluarganya.
P1                                  : Baiklah nek, bapak dan ibu..!! Kami disini akan melakukan
pemeriksaan kepada nenek.
Apakah bapak, ibu bersedia…??
Keluarga          : iya baiklah kalau begitu kami mohon lakukan yang terbaik
buat orang  tua kami..!
P2                     : iya pak terimakasih, kami akan mencoba melakukan yang terbaik
buat orang tua bapak dan ibu. Kami juga mohon kerja samanya
nanti dalam pemeriksaan.
P1               : kalau begitu kami mau permisi sebentar untuk mempersiapkan
alatnya, kurang lebih 5 menit kami akan kembali lagi.
Keluarga                 : iya pak silahkan..!!
P1 dan P2                   : Mari pak, buk… (sambil berjalan pergi untuk mengambil alat).
Setelah itu perawat meninggalkan kamar pasien untuk menyiapkan alat yang akan
digunakan dalam tindakan yang akan diberikan.

3.3 Fase Kerja

(Lima menit kemudian, perawat kembali ke kamar pasien)


P1 dan P2                     : Assalmu’alaikum…
Semua                    : Wa’alaikum salam…
Perawat masuk dan langsung mendekati pasien untuk melakukan tindakan.
P1 : Permisi nek..!! maaf ya nek.. nenek tiduran saja ya…biar nenek
                                    

lebih santai..
Ny. S              : (langsung tiduran)
Setelah itu perawat langsung memberikan tindakan kepada nenek.
P1                                    : nek.. tolong tangan kirinya sedikit diangkat ya nek…!!

16
(perawat 1 memasang manset tensi, kemudian mengukur
tekanan darah).
P1                                    : cucu nenek sudah berapa sekarang? (perawat mencoba mengajak
komunikasi)
Ny. S               : eeehm,, sudah 3 pak, sudah besar-besar semua.
P1                                   :  ooh sudah berkeluarga semua??
Ny. S               : yang 1 orang sudah, terus yang duanya lagi masih kuliah dan
masih kuliah.
sambil menunggu perawat 1 mengukur tekanan darah,
perawat 2 menyiapkan termometer untuk mengukur suhu
nenek.
P2                                    :  Nek… maaf ya… tolong nenek angkat sedikit tangan
kanannya…!!
Ny. S               : (mengangkat sedikit tangan kanan nya)
P2                                    : (setelah nenek mengangkat tangannya, perawat langsung
memasang termometer).
P2                                    : Nek Langsung dijepit tangannya ya nek dan jangan dilepas dulu
sebelum sayan suruh
Ny. S               : (hanya mengangguk)
Setelah beberapa menit kemudian tekanan darah dan suhu sudah selesai diukur,
kemudian peralatan dilepas kembali, dan setelah itu perawat 1 dan perawat 2
melanjutkan untuk memeriksa nadi dan pernapasannya.

3.4 Fase terminasi

setelah semua pemeriksaan sudah dilakukan, hasil pemeriksaan dicatat oleh


perawat dan semua peralatan dirapikan

Keluarga                : Bagaimana pak…??

P1                                    : keadaannya sudah membaik dari kemaren, tapi orang tua bapak
harus banyak minum air putih dan juga makan sayur-
sayuran.Orang tua bapak dan ibu harus banyak istirahat dan
juga jangan dulu banyak pikiran, biar nenek cepat sembuh.

17
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Teknik komunikasi yang baik akan memperbaiki outcome pasien lanjut usia


dan caregiver-nya. Bukti mengindikasikan bahwa outcome perawatan kesehatan
untuk orang tua tidak hanya tergantung pada perawatan kebutuhan biomedis tetapi
juga tergantung pada hubungan perawatan yang diciptakan melalui komunikasi
yang efektif. Dengan komunikasi yang efektif antara perawat – pasien lanjut usia :
– Pasien dan keluarganya dapat menceritakan gejala dan masalahnya, yang akan
memungkinkan dokter untuk membuat diagnosis yang lebih akurat.
–  Instruksi dan saran dokter akan lebih mungkin untuk ditaati.
– Kemungkinkan untuk melewatkan dosis atau menghentikan obat karena efek
samping, merasakan non efikasi, atau biaya obat dapat diminimalisir.
– Lebih memungkinkan untuk edukasi dalam memanajemen diri sendiri seperti
pada pasien diabetes dengan diet, olah raga, monitoring gula darah, dan perawatan
kaki. 

4.2 SARAN

Bagi perawat harus memahami tentang aplikasi terapeutik pada lansia agar
pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan lancar dan Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini sangat banyak sekali kesahalan.
besar harapan kami kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran
yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adelman, R.D., Greene, M.G., Ory, M.G. 2000. Communication between older


patients and

                their physicians. Clin Geriatr Med ;16:1–24

Brunner & Suddarth.2001.Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 volume 1.Jakarta :


EGC

Setyohadi. I. Alwi., M. Simadibrata.,S. Setiati (editor): Buku Ajar Ilmu Penyakit


Dalam, Jilid       III, edisi IV, hal. 1425 – 1430. Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam     Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Majerovitz, S.D., Greene, M.G., Adelman, R.D., Rizzo, C. 1994. The effects of


the

presence of a third person on the physician-older patient medical interview. J Am

Geriatr Soc;42:413–9

Stewart, M., Meredith, L., Brown, J.B., Galajda. J. 2000. The influence of older
patientphysician communication on health and health-related outcomes. Clin
Geriatr Med ; 16(1) : 25-36

19
20

Anda mungkin juga menyukai