Anda di halaman 1dari 25

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN

DI IGD DAN ICU

Di Susun Oleh :
Kelompok 5 Kelas 3B
1. 1.Abhista akiko 22.15.2.029.047
2. 2.Ahmad nur wahid al'ula 22.15.2.029.048
3. Anis Jumrotin 22.15.2 092.051
4. Aryatul Hanis Faradila 22.15.2.029.052
5. Dinia laily oktavia 22.15.2.029.059
6. Hayni Relawati W 22.15.2.029.063
7. Indi awalin febriana 22.15.2.029.065
8. Moch.Ro'iful munif 22.15.2.029.071
9. Najwa salwa Nabila 22.15.2.029.075
10. Pita mariana 22.15.2.029.080
11. Risa Amelia 22.15.2.029.083
12. Tiya Nur Frida A.I. 22.15.2.029.089
13. Vonny Safira 22.15.2.029.090

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun bisa menyelesaikan tugas
Komunikasi Terapeutik yaitu makalah tentang Roleplay Komunikasi Terapeutik
Pada Pasien di IGD dan ICU.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat.


Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Hyan Oktodia Basuki,S.Kep.,Ns.,M
Kep. selaku dosen pengajar yang tak lelah mengajar kami. Kemudian Kedua
orang tua, yang bersedia membiayai kami kuliah sampai ditahap ini. Terimakasih
kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan
tugas Komunikasi Terapeutik ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak
mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Penyusun menyadari bahwa makaah ini masih memiliki kekurangan, baik


dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh
karena itu, penyusun dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca
agar penyusun dapat memperbaiki makalah ini..

Penyusun berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan


manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Tuban, 09 Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan ..................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Komunikasi Terapeutik ..........................................................3
B. Tujuan Komunikasi Terapeutik pada Klien di IGD dan ICU ...............5
C. Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat ........................................6
D. Prinsip Komunikasi Gawat Darurat .....................................................8
E. Komunikasi Pada Pasien Di ICU .........................................................8
F. Prinsip Komunikasi Dengan Pasien DI ICU ........................................9
G. Cara Komunikasi Dengan Pasien Tak Sadar ........................................10
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian ............................................................................................13
B. Diagnosa Keperawatan ........................................................................13
C. Perencanaan Keperawatan ...................................................................13
D. Pelaksanaan Keperawatan ...................................................................14
E. Evaluasi ................................................................................................14
BAB IV PEMBAHASAN DAN NARASI ROLEPLAY
A. Komunikasi Terapeutik di ICU & IGD..................................................15
B. Roleplay Komunikasi Terapeutik pada Pasien di ICU...........................17
BAB V
A. Kesimpulan ..........................................................................................20
B. Saran ....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………...…………….21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh dokter


dan perawat yang direncanakan dan berfokus pada kesembuhan pasien, dalam
berkomunikasi dengan pasien dokter dan perawat menjadikan dirinya secara
terapeutik dengan berbagai teknik komunikasi seoptimal mungkin dengan tujuan.
mengubah perilaku pasien kearah yang positif (Mahmud, 2009).

Kelemahan dalam berkomunikasi merupakan masalah yang serius bagi


dokter, perawat maupun pasien. Bahkan prinsip dasar komunikasi terapeutik
seringkali diabaikan oleh dokter dan perawat. Diantara mereka ada yang
beranggapan bahwa mereka tidak membutuhkan keahlian lain kecuali melakukan
tindakan medis untuk menyembuhkan penyakit. Komunikasi dokter dan perawat
dengan pasien umumnya bersifat formal dan terbatas (Wahyudin, 2009).

Dampak negatif yang muncul saat tidak berjalannya. komunikasi


terapeutik adalah kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dirumah sakit, menurunkan kualitas dari rumah sakit itu sendiri serta
pandangan miring masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan di Indonesia.
Pasien yang datang ke rumah sakit, pertama kali akan bertemu dengan perawat
sebelum bertemu dengan dokter. Pertemuan pertama akan memberi kesan yang
baik jika disambut dengan keramahan dan penjelasan terutama tentang prosedur
pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan yang rinci, sehingga tidak
menimbulkan kesalahpahaman.

Pelayanan gawat darurat merupakan tolak ukur kualitas. pelayanan rumah


sakit, karena merupakan ujung tombak pelayanan rumah sakit, yang memberikan
pelayanan khusus kepada pasien gawat darurat secara terus-menerus selama 24
jam setiap hari. Karena itu pelayanan di Instalasi Gawat Darurat harus diupayakan

iv
seoptimal mungkin. Serta menerapkan komunikasi efektif dan terapeutik dalam
memberikan pelayanan terhadap pasien (Depkes, 2010).

B. Rumusan masalah

1. Apa itu komunikasi terapeutik


2. Apa tujuan komunikasi terapeutik pada klien di igd dan icu
3. Bagaimana konsep dasar keperawatan gawat darurat
4. Apa saja prinsip komunikasi gawat darurat
5. Apa itu komunikasi pada pasien di icu
6. Bagaimana prinsip komunikasi dengan pasien di icu
7. Bagaimana cara komunikasi dengan pasien tak sadar tujuan
C. Tujuan

1.
2. Untuk mengetahui apa itu komunikasi terapeutik
3. Untuk mengetahui tujuan komunikasi terapeutik pada klien di igd dan
icu
4. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan gawat darurat
5. Untuk mengetahui apa saja prinsip komunikasi gawat darurat
6. Untuk mengetahui apa itu komunikasi pada pasien di icu
7. Untuk mengetahui bagaimana prinsip komunikasi dengan pasien di icu
8. Untuk mengetahui bagaimana cara komunikasi dengan pasien tak sadar

v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definsi Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat


klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi
perilaku pasien. Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman
belajar bersama dan pengalaman dengan menggunakan berbagai tekhnik
komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah positif seoptimal mungkin. Untuk
melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai
keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya. Teori komunikasi sangat
sesuai dalam praktek keperawatan (Stuart dan Sundeen, 1987, hal. 111) karena :

1. Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik.


Dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran
perasaan dan pikiran.
2. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain. Berarti,
keberhasilan intervensi keperawatan bergantung pada komunikasi karena
proses keperawatan ditujukan untuk merubah perilaku dalam mencapai
tingkat kesehatan yang normal.
3. Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat dan klien yang
terapeutik tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi.
Dalam membina hubungan terpeutik dengan klien, perawat perlu
mengetahui proses komunikasi dan keterampilan berkomunikasi dalam
membantu klien memecahkan masalahnya.. Elemen yang harus ada pada
proses komunikasi adalah pengirim pesan, penerima pesan, media dan
umpan balik. Semua perilaku individu pengirim dan penerima adalah
komunikasi yang akan member efek pada perilaku. Pesan yang

vi
disampaikan dapat berupa verbal dan nonverbal. Bermain merupakan cara
berkomunikasi dan berhubungan yang baik dengan klien anak.

Perawat dapat menyampaikan atau mengkaji secara nonverbal antara lain : Vokal,
nada,kualitas, keras ato lembut, kecepatan, yang semuanya menggambarkan
suasana emosi.

1. Gerakan; reflex, postur, ekspresi muka, gerakan yang berulang, atau


gerakan-gerakan yang lain. Khusus gerakan dan ekspresi muka dapat
diartikan sebagai suasana hati.
2. Jarak (space) jarak dalam berkomunikasi dengan orang lain
menggambarkan keintiman.
3. Sentuhan, dikatakan sangat penting, namun perlu mempertimbangkan
aspek budaya dan kebiasaaan.

Agar perawat dapat berperan efektif dalam terapeutik ia harus menganalisa


dirinya kesadaran diri klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang
bertanggung jawab. Seorang perawat tidak akan dapat mengetahui kondisi klien
jika tidak ada kemampuan menghargai keunikan klien. Komunikasi terapeutik
tidak dapat berlangsung sendirinya, tetapi harus di rencanakan, di pertimbangkan
dan di lakukan secara profesional. Pada saat pertama kali perawat melakukan
komunikasi terapeutik proses komunikasi umumnya berlangsung singkat,
canggung, semu dan seperti di buat-buat.hal ini akan lebih membantu untuk
mempersepsikan masing-masing hubungan pasien karena adanya kesempatan
untuk mencapai hubungan antar manusia yang positif sehingga akan
mempermudah pencapaian tujuan terapeutik.

B. Tujuan Komunikasi Terapeutik pada Klien di IGD dan ICU

Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan


kerjasama antar perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat
berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).

vii
Tujuan komunikasi terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan kepercayaan
antara perawat dengan klien yang mengalami kondisi kritis atau gawat darurat
dalam melakakan tindakan, sehingga klien cepat tertolong dan tidak terjadi hal
yang fatal.

Tujuan Komunikasi Dengan Pasien ICU

1.Mengendalikan Perilaku

Pada klien yang tidak sadar, karakteristik pasien ini adalah tidak memiliki
respon dan klien tidak ada prilaku, jadi komunikasi dengan pasien ini tidak
berfungsi sebagai pengendali prilaku. Secara tepatnya pasien hanya memiliki satu
prilaku yaitu pasien hanya berbaring. imobilitas dan tidak melakukan suatu
gerakan yang berarti. Walaupun dengan berbaring ini pasien tetap memiliki
prilaku negatif yaitu tidak. bisa mandiri.

2. Perkembangan Motivasi

Pasien tidak sadar terganggu pada fungsi utama mempertahankan


kesadaran, tetapi klien masih dapat merasakan rangsangan pada pendengarannya.
Perawat dapat menggunakan kesempatan ini untuk berkomunikasi yang berfungsi
untuk pengembangan motivasi pada klien. Motivasi adalah pendorong pada setiap
klien, kekuatan dari diri klien untuk menjadi lebih maju dari keadaan yang sedang
ia alami. Fungsi ini akan terlihat pada akhir, karena kemajuan pasien tidak lepas
dari motivasi kita sebagai perawat, perawat yang selalu ada di dekatnya selama 24
jam. Mengkomunikasikan motivasi tidak lain halnya dengan pasien yang sadar,
karena klien masih dapat mendengar apa yang dikatakan oleh perawat.

3. Pengungkapan Emosional

Pada pasien tidak sadar, pengungkapan emosional klien tidak ada,


sebaliknya perawat dapat melakukannya terhadap klien. Perawat dapat
berinteraksi dengan klien. Perawat dapat mengungkapan kegembiraan, kepuasan
terhadap peningkatan yang terjadi dan semua hal positif yang dapat perawat
katakan pada klien. Pada setiap fase kita dituntut untuk tidak bersikap negatif

viii
terhadap klien, karena itu akan berpengaruh secara tidak langsung langsung
terhadap klien.

4. Informasi

Fungsi ini sangat lekat dengan asuhan keperawatan pada proses


keperawatan yang akan kita lakukan. Setiap prosedur tindakan keperawatan harus
dikomunikasikan untuk menginformasikan pada. klien karena itu merupakan hak
klien. Klien memiliki hak penuh untuk menerima dan menolak terhadap tindakan
yang akan kita berikan. Pada pasien tidak sadar ini, kita dapat meminta
persetujuan terhadap keluarga, dan selanjutnya pada klien sendiri. Pasien berhak
mengetahui apa saja yang akan perawat lakukan pada klien. Perawat dapat
memberitahu maksud tujuan dari tindakan tersebut, dan apa yang akan terjadi jika
kita tidak melakukan tindakan tersebut kepadanya. Komunikasi yang dilakukan
perawat bertujuan untuk membentuk hubungan saling percaya, empati, perhatian,
autonomi dan mutualitas. Pada komunikasi dengan pasien tidak sadar kita tetap
melakukan komunikasi untuk meningkatkan dimensi ini sebagai hubungan
membantu dalam komunikasi terapeutik.

C. Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat

Keperawatan gawat darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan


keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injuri akut atau
sakit yang mengancam kehidupan. Sebagai seorang spesialis, perawat gawat
darurat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan untuk menangani respon
pasien pada resusitasi, syok, trauma, ketidakstabilan multisistem, keracunan dan
kegawatan yang mengancam jiwa lainnya ( Kristanty, 2009).

Keperawatan gawat darurat adalah pelayanan profesional keperawatan


yang di berikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis. Namun UGD dan
klinik kedaruratan sering di gunakan untuk masalah yang tidak urgen. Kemudian
filosofi tentang keperawatan gawat darurat menjadi luas, kedaruratan yaitu apapun
yang di alami pasien atau keluarga harus di pertimbangkan sebagai kedaruratan

ix
(Yulis, 2011)..Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke rumah
sakit sampai sekarang masih dilakukan dengan bermacam-macam kendaraan,
hanya sebagian kecil saja dilakukan dengan ambulan. Tujuan dari transportasi ini
adalah memindahkan penderita dengan cepat tetapi aman, sehingga tidak
menimbulkan perlukaan tambahan ataupun syok pada penderita. Semua kendaraan
yang membawa penderita gawat darurat harus berjalan perlahanlahan dan
mentaati semua peraturan lalu lintas. Bagi petugas ambulan gawat darurat berlaku
beberapa ketentuan, diantaranya adalah :

a. Waktu berangkat mengambil penderita, ambulan berjalan dengan


kecepatan 60km/jam. Lampu merah (rorator) dinyalakan, sirine jika perlu
dibunyikan.
b. Waktu kembali dengan kecepatan maksimum 40km/jam. Lampu merah
(rorator) dinyalakan dan sirine tidak boleh dibunyikan.
c. Mentaati semua peraturan lalu lintas. Dalam proses evakuasi pasien gawat
darurat, diharapkan petugas ambulan tetap berhati-hati dan mematuhi
peraturan lalu lintas yang berlaku.

Jumlah petugas di dalam ambulan gawat darurat maksimal 2 orang dalam


critical care nursing (CCN).Tujuan penanggulangan gawat darurat adalah
mencegah kematian dan cacat pada pasien gawat darurat hingga dapat hidup dan
berfungsi kembali dalam masyarakat. Diharapkan dengan adanya pelayanan
ambulan gawat darurat, dapat meminimalisir tingkat korban terhadap pasien
gawat darurat serta dapat merujuk pasien gawat darurat melalui sistem rujukan
untuk memperoleh penanganan yang memadai. Ambulan gawat darurat juga
berperan sebagai salah satu bagian dari tim evakuasi bencana. Dengan keterlibatan
petugas ambulan gawat darurat dalam proses evakuasi korban bencana,
diharapkan dapat membantu meminimalisir korban. Sistem penanggulangan
Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) merupakan sistem dimana koordinasi
merupakan unsur utama yang bersifat multisektor dan harus ada dukungan dari
berbagai profesi bersifat multidisiplin dan multiprofesi untuk melaksanakan dan
penyelenggaraan suatu bentuk layanan terpadu bagi penderita gawat darurat, baik

x
dalam keadaan sehari – hari maupun dalam keadaan bencana dan kondisi kejadian
luarbiasa. Prinsip dari SPGDT adalah memberikan pelayanan yang cepat, cermat,
dan tepat di mana tujuannya untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah
kecacatan. Terdapat tiga fase pelayanan kesehatan yaitu sistem pelayanan pra
rumah sakit adalah kejadian kasus kegawatdaruratan sehari-hari yang sering di
temukan seperti korban kecelakaan, bencana alam, dan kejadian luar biasa, maka
yang perlu dilakukan pemerintah adalah, membentuk atau mendirikan pusat
pelayanan yang bersifat umum dan bersifat emergency di mana bentuk nya
merupakan suatu unit kerja yang disebut publik safety center (PSC). PSC ini
merupakan suatu unit kerja yang memberikan pelayanan umum yang bersifat
emergency, bisa merupakan UPT Dinas kesehatan kabupaten maupun kota yang
sehari–harinya secara operasional dipimpin seorang direktur.

D. Prinsip Komunikasi Gawat Darurat

• Caring (sikap pengasuhan yang ditunjukkan peduli dan selalu ingin


memberikan bantuan)
• Acceptance (menerima pasien dengan apa adanya)
• Respect (hormati keyakinan pasien apa adanya)
• Empaty (merasakan perasaan pasien)
• Trust (memberi kepercayaan)
• Integrity (berpegang pada prinsip profesional yang kokoh)
• Identifikasikan bantuan yang diperlukan
• Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya, dan validasi
• Menggunakan bahasa yang kudah di mengerti
• Pastikan hubungan profesional di mengerti oleh pasien atau keluarga
• Motivasi dan hargai pendapat dan respon klien
• Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang
negatif.

E. Komunikasi Pada Pasien Di ICU

xi
ICU adalah unit perawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien
sakit berat dan kritis, cedera dengan penyulit yang mengancam nyawa dengan
melibatkan tenaga kesehatan terlatih, serta didukung dengan kelengkapan
peralatan khusus. Kecemasan keluarga pasien di ruang ICU terjadi karena terpisah
secara fisik dengan keluarga yang dirawat, tarif ICU

mahal, lingkungan ICU yang penuh dengan peralatan canggih, bunyi alarm, dan
banyaknya alat yang terpasang di tubuh pasien . Keluarga pasien di ruang ICU
sering mengalami kecemasan bisa juga karena rata-rata kematian yang tinggi dari
pasien dalam perawatan. Intensif. Ketika kondisi pasien yang sedang dirawat di
ruang ICU kritis, maka komunikasi terapeutik sangat diperlukan karena keluarga
seketika mengalami kecemasan saat anggota kelarganya di rawat di ruang ICU,
perawat perlu memberikan perhatian untuk memenuhi kebutuhan keluarga melalui
komunikasi. Kebutuhan keluarga pasien di ICU adalah kebutuhan informasi,
dukungan mental, rasa nyaman, berdekatan dengan pasien, dan jaminan pelayanan
.(ismi maulida.2016).Komunikasi terapeutik merupakan sarana bagi perawat
dalam menjalin hubungan saling percaya dan dapat meningkatkan kepuasan
pasien, sehingga dapat meningkatkan citra yang baik untuk tenaga kesehatan
khususnya profesi keperawatan. Hubungan saling memberi dan menerima antara
perawat dan pasien dalam pelayanan keperawatan disebut sebagai komunikasi
terapeutik.

F. Prinsip Komunikasi Dengan Pasien di ICU

Pada saat berkomunikasi dengan klien yang tidak sadar/ICU hal-hal


berikut perlu diperhatikan yaitu:

a. Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien, karena ada


keyakinan bahwa organ pendengaran merupakan organ terakhir yang
mengalami penurunan penerimaan, rangsangan pada klien yang tidak sadar.
Pelayan yang tidak sadar seringkali dapat mendengar suara dari lingkungan
walaupun kalian tidak mampu meresponnya sama sekali.

xii
b. Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan perawat. Usahakan
mengucapkan kata dan menggunakan nada normal dan memperhatikan materi
ucapan yang perawat sampaikan dekat klien.
c. Usahakan kata-kata sebelum menyentuh klien sentuhan diyakini dapat
menjadi salah satu bentuk komunikasi yang sangat efektif pada klien dengan
penurunan kesadaran.
d. Upaya mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk membantu klien
fokus terhadap komunikasi yang perawat lakukan.

G. Cara Komunikasi Dengan Pasien Tak Sadar

Komunikasi dengan pasien tidak sadar merupakan suatu komunikasi


dengan menggunakan teknik komunikasi khususnya teurapetik dikarenakan fungsi
sensorik dan motorik pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus
dari luar tidak dapat diterima klien dan klien tidak dapat merespons kembali
stimulus tersebut. Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan
koma, dengan gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak
yang berat dan dapat membahayakan kehidupan. ada proses ini susunan saraf
pusat terganggu fungsi utamanya mempertahankan kesadaran. gangguan
kesadaran ini dapat disebabkan oleh beragam penyebab, yaitu baik primer
intrakranial ataupun ekstrakranial, yang mengakibatkan kerusakan struktural atau
metabolik di tingkat korteks serebri, batang otak keduanya. ada karakteristik
komunikasi yang berbeda pada klien tidak sadar ini, kita tidak menemukan feed
back (umpan balik), salah satu elemen komunikasi ini dikarenakan klien tidak
dapat merespon kembali apa yang telah kita komunikasikan sebab pasien sendiri
tidak sadar.

Menurut Pastakyu (2010), Cara berkomunikasi dengan klien dalam proses


keperawatan adalah berkomunikasi terapeutik. Pada klien tidak sadar perawat juga
menggunakan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi
yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan klien. Dalam berkomunikasi kita dapat menggunakan teknik-teknik
terapeutik, walaupun pada pasien tidak sadar ini kita tidak menggunakan

xiii
keseluruhan teknik. Teknik terapeutik, perawat tetap dapat terapkan.Adapun
teknik yang dapat terapkan, meliputi:

1. Menjelaskan

Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yang akan perawat


lakukan terhadap klien. Penjelasan itu dapat berupa intervensi yang akan
dilakukan kepada klien. Dengan menjelaskan pesan secara spesifik, kemungkinan
untuk dipahami menjadi lebih besar oleh klien.

2. Memfokuskan

Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemen atau konsep


kunci dari pesan yang dikirimkan. Perawat memfokuskan informasi yang akan
diberikan pada klien untuk menghilangkan ketidakjelasan dalam komunikasi.

3. Memberikan Informasi

Fungsi berkomunikasi dengan klien salah satunya adalah memberikan


informasi. Dalaminteraksi berkomunikasi dengan klien, perawat dapat memberi
informasi kepada klien.Informasi itu dapat berupa intervensi yang akan dilakukan
maupun kemajuan dari statuskesehatannya, karena dengan keterbukaan yang
dilakukan oleh perawat dapat menumbuhkan kepercayaan klien dan
pendorongnya untuk menjadi lebih baik.

4. Mempertahankan ketenangan

Mempertahankan ketengan pada pasien tidak sadar, perawat dapat


menujukkan dengan kesabaran dalam merawat klien. Ketenangan yang perawat
berikan dapat membantu atau mendorong klien menjadi lebih baik. Ketenagan
perawat dapat ditunjukan kepada klien yang tidak sadar dengan komunikasi non
verbal. Komunikasi non verbal dapat berupa sentuhanyang hangat. Sentuhan
adalah transmisi pesan tanpa kata-kata, merupakan salah satu carayang terkuat
bagi seseorang untuk mengirimkan pasan kepada orang lain. Sentuhan adalah

xiv
bagian yang penting dari hubungan antara perawat dan klien.Pada dasarnya
komunikasi yang akan dilakukan pada pasien tidak sadar adalah komunikasisatu
arah. Komunikasi yang hanya dilakukan oleh salah seorang sebagai pengirim
danditerima oleh penerima dengan adanya saluran untuk komunikasi serta tanpa
feed back pada penerima yang dikarenakan karakteristik dari penerima sendiri,
yaitu pada point ini pasientidak sadar.Untuk komunikasi yang efektif dengan
kasus seperti ini, keefektifan komunikasi lebihdiutamakan kepada perawat sendiri,
karena perawat lah yang melakukan komunikasi satu arah tersebut.

Menurut Pastakyu (2010), Pada saat berkomunikasi dengan klien yang


tidak sadar, hal-hal berikut perlu diperhatikan, yaitu:

1.Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien, karena ada


keyakinan bahwaorgan pendengaran merupakan organ terkhir yang mengalami
penurunan penerimaan,rangsangan pada klien yang tidak sadar. Klien yang tidak
sadar sering kali dapat mendengar suara dari lingkungan walaupun klien tidak
mampu meresponnya sama sekali.

2. Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan perawat.

3.Usahakan mengucapkan kata dan menggunakan nada normal dan


memperhatikan materi ucapan yang perawat sampaikan dekat klien.

4.Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien.Sentuhan diyakini dapat menjadi


salah satu bentuk komunikasi yang sangat efektif pada klien dengan penurunan
kesadaran.

5.Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk membantu


klien fokus pada komunikasi yang perawat berikan.

xv
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan


proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan. Pada tahap ini semua data
dikumpulkan secara sistematis guna menentukan kesehatan klien. Pengkajian
harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis,
social maupun spiritual klien.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan


yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga,
kelompok maupun masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik aktual
maupun potensial. Dimana perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk
mengatasinya. Diagnosis keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks
tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan pemberi
pelayanan kesehatan yang lain.Adapun tahapannya, yaitu :

1) Menganalisis dan menginterpretasi data.

xvi
2) Mengidentifikasi masalah klien.

3) Merumuskan diagnosa keperawatan.

4) Mendokumentasikan diagnosa keperawatan.

C. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam


proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan
dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Tahapan ini perawat merencanakan suatu tindakan
keperawatan agar dalam melakukan perawatan terhadap pasien efektif dan efisien.
Adapun tahapannya, yaitu :

1) Mengidentifikasi tujuan klien.


2) Menetapkan hasil yang diperkirakan.
3) Memilih tindakan keperawatan.
4) Mendelegasikan tindakan.
5) Menuliskan rencana asuhan keperawatan

D. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari


rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tahapan ini
perawat mencari inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditunjukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk


menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana

xvii
keperawatan. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.
Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan, apabila dalam penilaian ternyata tujuan
tidak tercapai, maka perlu dicari penyebabnya. Tahapan ini perawat melakukan
tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai.

BAB IV
PEMBAHASAN DAN NARASI ROLEPLAY

A. Pembahasan

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal antara perawat dan


klien yang dilakukan secara sadar ketika perawat dan klien saling memengaruhi
dan memperoleh pengalaman bersama yang bertujuan untuk membantu mengatasi
masalah klien yang pada akhirnya mencapai kesembuhan klien (Anjaswarni,tri.
2016).

Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan


medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut
(UU No 44 Tahun 2009).Dalam pelaksanaan tindakan dengan klien gawat darurat
perawat perlu melakukan komunikasi terapeutik pada klien harus dengan jujur,
memberikan gambaran situasi yang sesungguhnya sedang terjadi dengan tidak
menambahkan kecemasan dan memberikan suport verbal maupun non verbal.
Klien dapat merasakan puas ataupun tidak puas apabila klien sudah mendapatkan
pelayanan kesehatan yang diberikan petugas di IGD, baik yang bersifat fisik,
kenyamanan dan keamanan serta komunikasi terapeutik yang baik.

xviii
Teknik Komunikasi Pada Gawat Darurat

1) Mendengarkan

Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan


oleh klien dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan
memandang kearah klien selama berbicara.menjaga kontak berharga yang
menunjukkan keingintahuan, dan menganggukkan kepala pada saat berbicara
tentang hal yang dirasakan penting atau memerlukan umpan balik. Teknik
dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada klien dalam mengungkapkan
perasaan dan menjaga kestabilan emosi klien.

d. Menunjukkan penerimaan

Menerima bukan berarti menyetujui.melainkan bersedia untuk


mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam
hal ini sebaiknya perawat tidak menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan
ketidaksetujuan atau penolakan. Selamanya klien berbicara sebaik-baiknya
perawat tidak menyela atau membantah. Untuk menunjukkan sikap penerimaan
yang lebih baik perawat menganggukkan kepala dalam merespons pembicaraan
klien.

e. Mengulang Pernyataan klien

Dengan ulangi pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik


sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat menanggapi sebuah
berharap komunikasi dapat berlanjut. Mengulang Pokoknya pikiran klien
menunjukkan indikasi bahwa perawat mengikutipembicaraanklien.

f. Klarifikasi

Bagaimanapun terjadi kesalahpahaman, perawt perlu mengehentikan


pembicaraan untuk meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini
tentang dengan pentingnya informasi dalam memberikan pelayanan melakukan.
Klarifikasi diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan kesamaan ide,perasaan,
dan persepsi

xix
g. Menyampaikan Hasil Pengamatan

Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk


mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan
demikian akan menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih baiklah dan terfokus
pada permasalahan yang sedang berbicara.

B. Roleplay Komunikasi Terapeutik Pada Pasien di IGD

8. Fase Pra Interaksi

Di sebuah rumah ada seorang perempuan bernama bista adik dari roiful,
saat dia hendak mencuci baju tiba”dia mengalami pusing berkunang” hingga
jatuh terpleset dan akhirnya dibawa kerumah sakit untuk diberi pertolongan
pertama, sesampainya di IGD Bunga langsung ditangani oleh perawat ;

Budi :Dokter, suster tolong adik saya (panik)

Perawat Indi :Baik Pak, kami akan segera melakukan pertolongan kepada adik
:bapak, tapi sebelum itu silahkan menunggu diluar sebentar ya pak

Budi :Baik Sus (Budi meninggalkan ruangan)

Tidak lama kemudian, perawat kembali menghampiri pasien

Perawat 1 :selamat siang mbak?

Pasien :selamat siang sus

Perawat 1 : Perkenalkan saya perawat Indi Awalin , saya yg bertugas di IGD


:siang ini untuk mengontrol dan merawat mbak selama berada di

xx
:IGD. Sebelumnya nama mbak siapa?

Pasien :Bunga sus

Perawat :oh iya bagaimana mbak, nafasnya sudah enakan?

Pasien :iya udah enakan sus tapi masih pusing

9. Tahap Orientasi

Perawat 1 ; Mohon izin ya mbak saya akan melakukan tindakan pemeriksaan


tanda-tanda vital dahulu ya mbak.

Pasien: iya sus silahkan.

10. Tahap Kerja

Perawat 1 :permisi ya mbak saya tensi terlebih dahulu

Pasien :baik silahkan sus

Perawat 1 :sudah ya mbak, ternyata tekanan darah mbak bista tinggi yaitu
:160/80

Pasien :oalah baik terimakasih sus, pantas saja kok pusing banget.

11. Tahap Terminasi

Perawat 1 :iya mbak saya permisi dulu mbak, makannya dijaga jangan
suka :begadang, mbak Bunga istirahat dulu ya nanti dokter akan
kesini :untuk memeriksa mbak Bunga.

Pasien : baik sus terima kasih

Perawat 1 : Baik mbak sama-sama.

Dokter pun keluar ruangan dan menemui Roiful

Dokter : Keluarga dari mbak bista?

Roiful : Iya dok dengan saya sendiri

Dokter : Baik,bisa ikut ke ruangan saya?

xxi
Roiful : Baik dok (Mereka berjalan menuju ruangan Dokter)

Dokter : Baik,jadi begini mas..?

Roiful : Roiful dok,nama saya Roiful

Dokter : Oh iya baik mas roiful,ini adik bista tidak mengalami penyakit
:yang serius hanya saja perlu istirahat karena tekanan darah pasient
:tinggi yaitu 140/80 , jadi tolong diperbanyak istirahat dirumah

Roiful : Apakah adik saya harus dirawat atau bagaimana?

Dokter : Tidak perlu rawat inap,setelah ini saya beri resep dan mas Roiful
:bisa segera menebus obatnya dan pulang

Roiful : Baik dok

Dokter :Ingat pasien harus istirahat yang cukup,hindari makanan yang


:tinggi gula dan garam maupun minuman yang berkafein (sambil
:menulis sebuah resep)

Roiful : Iya dok akan saya jaga terima kasih dok

Dokter :Sama - sama,ini resepnya segera ditebus ya mas,semoga


:pasienlekas membaik

Roiful : Baik dok permisi

Roiful meninggalkan ruangan dokter dan bergegas menuju gudang farmasi untuk
menebus obat.Setelah obat ditebus Roiful menjemput adiknya di IGD lalu dibawa
pulang dirumag untuk istirahat lebih lanjut.

xxii
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk memberikan


informasi yang akurat dan membina hubungan saling percaya dengan klien
sehingga klien akan merasa puas dengan pelayanan keperawatan yang
diterimanya. Pada pasien gawat darurat perlu memperhatikan tehnik-tehnik dan
tahapan baku komunikasi terapeutik yang baik dan benar.

B. SARAN

Diharapkan kepada perawat IGD untuk meningkatkan memberikan


komunikasi terapeutik perawat kepada keluarga pasien dengan baik dan benar,
karena dengan komunikasi terapeutik yang baik dari benar dapat menurunkan
kecemasan bagi keluarga pasien.

xxiii
DAFTAR PUSTAKA

Lassanova, T. (n.d.). 1b MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA


KLIEN Di ICU.pdf.

Dirdjo, M. M. (2021). Makalah Prinsip Komunikasi Gawat Darurat dengan


Keselamatan Pasien pada Perawat di IGD Rumah Sakit.pdf

Hamarno, R., & Tyas, M. D. C. (2016). Keperawatan Kegawatdaruratan &


Manajemen Bendaca. PPSDM Kemenkes RI.

Dalami,Ermawati.2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta :


komunikasi-dalam-proses-pembangunan

Damaiyanti, M.(2008). Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan

Bandung:PT Refika Aditama

Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC

Maulida.K.(2016).KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT MENGENAI

xxiv
TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN_ DI RUANG INTENSIT
CARE UNIT. Dunia keperawatan.4(1).30-35

Hyad,Soetisno.(2015). HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWA


DENGAN KEPUASAN PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD DR. H. CHASAN BOESOIRIE TERNATE. eiournal Keperawatan
(e<p) Volume 3 Nomor 2.

Mangunkusumo, R. S. C. Aspek Medikolegal Pelayanan Gawat Darurat.

Dirdjo, M. M. (2021). Makalah Prinsip Komunikasi Gawat Darurat dengan


Keselamatan Pasien pada Perawat di IGD Rumah Sakit.pdf

xxv

Anda mungkin juga menyukai