Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS JURNAL

“ INTERVENSI EDEMA PADA PASIEN GAGAL JANTUNG “

OLEH :
ADELEIDA PARAMITA CAHYO
FAIKOH A. MASANIKU
NURHAYATI IBRAHIM
SRI SAFITRI L. YAHYA
SUCI TASYA AMELIA KAU

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

(Ns. Andy Mursyidah, M.Kes) (Ns. Agus Yudistira Ishak, S.Kep)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung atau
kelainan jantung yang berpengaruh terhadap perikardium, katup jantung, dan
miokardium. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung adalah
ketidakmampuan otot jantung memompakan sejumlah darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh. CHF adalah sebuah kondisi dari kardiovaskuler dimana
jantung tidak bisa memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme dari jaringan tubuh (Desai et al., 2012).
CHF merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan merupakan
penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung. Berdasarkan data
World Health Organisations (WHO) risiko kematian akibat gagal jantung berkisar
antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-
40% pada gagal jantung berat (World Health Organization (WHO), 2015). Penyakit
CHF meningkat sesuai dengan perkembangan usia, prevalensi CHF di dunia sekitar
1% pada orang yang berusia 50-59 tahun, 10% pada usia lebih dari 65 tahun, dan
50% pada usia lebih dari 85 tahun. Pada negara berkembang prevalensi CHF sekitar
1-2% dari populasi dewasa.
Prevalensi meningkat lebih dari 10% pada usia lebih dari 70 tahun. Prevalensi
CHF di Indonesia adalah 0,13%, berdasarkan jenis kelamin kejadian CHF pada laki-
laki adalah 0,1% dan perempuan 0,2% serta berdasarkan usia pasien kejadian CHF
pada usia 15-34 tahun adalah 0,07%, usia 35-54 tahun 0,28%, 55-74 tahun 0,87%,
lebih dari 75 tahun 0,41%. (Dinas Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
Gejala penyakit CHF yang berkaitan dengan retensi cairan adalah nyeri
epigastrik, distensi abdomen, ascites, oedema sakral dan oedema peripheral (Panel,
2011). Persentase gejala pada CHF adalah dispnoea (52%), orthopnoea (80%),
paroxysmal nocturnal dyspnoea (76%), oedema (81%) (Remme, 2011).
Foot oedema didefinisikan sebagai akumulasi cairan di kaki dan tungkai yang
di akibatkan oleh ekspansi volume interstisial atau peningkatan volume ekstraseluler.
Hal ini terjadi akibat dari kondisi vena yang terbendung (congesti), terjadi
peningkatan tekanan hidrostatik intravaskuler (tekanan yang mendorong darah
mengalir didalam vaskuler oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan
cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-
sela jaringan ikat longgar dan rongga badan maka terjadi edema(Grossman, 2009).
Foot oedema akan menyebabkan penurunan fungsi kesehatan dan kualitas hidup
(HR-QOL), ketidaknyamanan, perubahan postur tubuh, menurunkan mobilitas dan
meningkatkan resiko jatuh, gangguan sensasi di kaki dan menyebabkan perlukaan di
kulit (Rahnavard, Nodeh and Hatamipour, 2014).
Oedema pada pasien CHF merupakan masalah keperawatan kelebihan volume
cairan. Penatalaksanaan untuk mengatasi atau menurunkan keluhan edema dapat
dilakukan baik dengan terapi farmakologi maupun non farmakologi dan sebagai
alternatif untuk mencegah masalah lain yang dapat ditimbulkan ataupun
memperparah keadaan akibat edema.

1.2 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk menganalisis intervensi yang dapat diberikan dalam penatalaksaan
edema pada pasien gagal jantung
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Hasil Analisis PICOT
Population Intervention Comparison Outcome Time Journal
Responden Intervensi pijat kaki Pengaruh pijat kaki Hasil penelitian ini menunjukan Intervensi Pijat Kaki
penelitian adalah diberikan kepada terhadap penurunan bahwa saat hari pertama tidak pemijatan Efektif
pasien CHF yang responden sambil di oedema kaki pada terdapat perbedaan lingkar selama 3 hari Menurunkan
mengalami oedema catat hasil pasien oedema untuk kaki kanan dan dengan durasi Foot Oedema
kaki, pemilihan pengukuran lingkar CHF. kiri pada lingkar instep dan MP ± 20 menit. Pada
Responden oedema pada joint. Namun pada lingkar ankle Penderita
menggunakan non- lingkar angkle, pada kaki kanan menunjukan Congestive
probability instep dan MP-Joint tidak ada perbedaan dan pada Heart Failure
sampling dengan menggunakan kaki kiri ada perbedaan. Hari (Chf)
metode accidental metline kedua menunjukan terdapat
sampling. Pada sebelum perbedaan lingkar oedema baik
intervensi, hari pada lingkar ankle, instep
pertama, kedua dan maupun MP joint, baik pada kaki
ketiga. kanan maupun pada kaki kiri
dengan, demikian juga pada hari
ketiga.
Responden adalah Intervensi dilakukan Pengaruh foot Hasil analisis menunjukan bahwa Intervensi FE Pengaruh
pasien CHF yang dengan foot elevasi elevation terhadap ada perbedaan lingkar FO pada diberikan Elevasi Kaki
mengalami FO yang dengan penurunan FO. kelompok intervensi pada hari satu kali Terhadap
dibagi menjadi pengumpulan data pertama, kedua dan ketiga, dan sehari selama Penurunan
kelompok kontrol dilakukan dengan menunjukan ada perbedaan yang 3 hari. Foot Oedem
dan kelompok mengukur lingkar bermakna antara selisih lingkar Intervensi Pada
intervensi, sebanyak FO pada lingkar FO (ΔP0-P3) pada pengukuran elevasi kaki Penderita
48 orang. Angkle, Instep dan lingkar FO sebelum intervensi selama 3 hari Congestive
Metatarsal pada dengan hari ketiga antara dengan durasi Heart Failure
setiap responden. kelompok kontrol dan intervensi. ± 20 menit. (Chf)
Kesimpulan penelitian adalah
proses FE kaki efektif
menurunkan lingkar foot oedema
pada pasien CHF.
Jumlah Terapi diberikan Pengaruh Terapi Berdasarkan analisa bivariat Terapi ini Pengaruh
Responden 16 orang dengan merendam Contrast Bath didapatkan bahwa nilai rata-rata Dilakukan Terapi
penderita CHF yang kaki sebatas betis (Rendam Air hasil pengukuran oedema saat satu kali satu Contrast Bath
mengalami oedem secara bergantian Hangat Dan Air pre test adalah 7.38. Dan nilai hari di pagi (Rendam Air
ekstremitas dengan Dingin) Terhadap rata-rata hasil pengukuran hari dengan Hangat
menggunakan air Oedema Kaki Pada oedema saat post test adalah Durasi 15 Dan Air
hangat dan Pasien Congestive 5.63. Rata-rata perbedaan menit terapi Dingin)
dilanjutkan dengan Heart Failure. sebelum dan sesudah dilakukan contrast bath. Terhadap
air dingin, dimana terapi contrast bath (rendam air Penelitian Oedema Kaki
suhu dari air hangat hangat dan air dingin) adalah Dilakukan Pada Pasien
antara 36,6 –43,3°C sebesar 1,750. selama 14 Congestive
dan suhu air dingin hari dengan Heart Failure
antara 10 – 20 °C, pasien yang
dengan selisih Berbeda.
waktu 3 menit di
dalam air hangat
dan 1 menit didalam
dalam dingin.
Data penelitian Pemberian Pola penggunaan Hasil penelitian ini menunjukkan Furosemid Pola
diambil dari data furosemid intravena furosemid dengan bahwa respon terapi furosemide intravena Penggunaan
rekam medik pasien 20 mg / 2ml melihat kadar berdasarkan tinjauan kadar diberikan 3x1 Furosemid
dari data kasus diberikan pada elektrolit pasien. elektrolit ditemukan 7(17%) (20mg/2ml), Dan
pasien selama 2011- pasien yang hiponatremia ringan; 4(10%) pada pasien Perubahan
2014 yang mengalami edema. hipokalemia ringan dan 6(15%) yang Elektrolit
memenuhi kriteria Dan furosemide oral hipokalemia sedang menjalani Pasien Gagal
inklusi yaitu pasien 40 mg diberikan rawat inap 5 Jantung Di
berusia diatas 30 pada pasien hari Rumah Sakit
tahun ,memiliki perbaikan kondisi X Yogyakarta
pemeriksaan setelah edema.
elektrolit lengkap,
dan menjalani rawat
inap minimal 5 hari.
Populasi dalam Pada kelompok Pengaruh Terjadi perbaikan pada Intervensi Pengaruh
penelitian ini adalah kontrol maupun penggunaan aplikasi keseimbangan cairan responden. diberikan Diet Sodium
semua pasien CHF intervensi sama diet sodium dan Perbaikan cairan pada kelompok aplikasi diet dan
di poli penyakit sama memperoleh pembatasan cairan intervensi lebih signifikan sodium dan Pembatasan
dalam RSUP perawatan dan terhadap dibandingkan kelompok control. pembatasan Cairan
Mataram. Sampel tindakan medik keseimbangan Perbaikan keseimbangan cairan cairan selama Berbasis
minimal yang sesuai prosedur cairan pada pasien ditunjukan oleh perubahan nilai 7 hari Aplikasi
dibutuhkan dalam rumah sakit. Khusus CHF mean yang mulai terlihat Android
penelitian berjumlah pada kelompok signifikan pada hari ke 6. Terhadap
80 responden, intervensi diberikan Keseimbangan cairan pada Keseimbanga
sehingga untuk aplikasi diet sodium kelompok intervensi nilai mean n Cairan Dan
masing-masing dan pembatasan pada pre test menurun dari Dyspnea Pada
kelompok adalah 40 cairan selama 7 hari 156,250 menjadi -6,250 pada Pasien Gagal
responden. di rumah yang post test. Pada kelompok kontrol Jantung
kemudian nilai mean pada pre test menurun Kongestif
didilakukan follow dari 156,875 menjadi 61,875 (CHF)
up (post test). pada post test.
pemberian
intervensi (post
test).
2.2 Pembahasan
Gagal Jantung Kongestif merupakan penyakit yang menimbulkan gejala yang
bersifat sistemik. Kegagalan jantung dalam memompa darah dapat mengakibatkan
retensi cairan pada pasien CHF. Retensi cairan yang terjadi selanjutnya
mengakibatkan cairan tubuh berada dalam keadaan tidak seimbang, sehingga
menyebabkan edema. Edema dapat terjadi pada organ dalam seperti paru-paru dan
bagian tubuh seperti ekstremitas, edema pada ekstremitas adalah yang paling banyak
dijumpai yaitu edema pada kaki.
Edema pada kaki dapat disebabkan karena akumulasi cairan di kaki dan tungkai
yang di akibatkan oleh ekspansi volume interstisial atau peningkatan volume
ekstraseluler. Edema kaki sangat penting untuk diperhatikan dan diatasi karena edema
kaki akan menurunakan fungsi kesehatan dan kualitas hidup pasien yang mengalami,
sedangkan pasien dengan penyakit jantung sangat perlu untuk mempertahankan
fungsi kesehatan dan kualitas hidupnya. Selain itu edema kaki dapat menimbulkan
ketidaknyamanan, perubahan postur tubuh, menurunkan mobilitas dan meningkatkan
resiko jatuh, gangguan sensasi di kaki dan menyebabkan perlukaan di kulit. Keadaan
sepertinya ini akan menjadi sumber stressor pasien.
Ada beberapa intervensi yang dapat diterapkan untuk menurunkan edema pada
pasien kegagalan jantung. Pada analisis ini terdapat 5 jurnal intervensi untuk
mengatasi masalah edema diantaranya intervensi melakukan pijat kaki, elevasi kaki,
rendam kaki dengan air hangat dan air dingin, intervensi kolaborasi pemberian obat,
serta pembatasan cairan.
Hasil penelitian pada kelima jurnal menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara
intervensi yang dilakukan terhadap edema pada pasien jantung. Pada jurnal intervensi
pijat kaki dan elevasi kaki memiliki kesamaan dalam menilai hasilnya yaitu dilihat
dari pengukuran lingkar kaki yang dibagi menjadi 3 titik (lingkar ankle, lingkar instep
dan lingkar MP-joint), waktu dalam penelitian juga sama yaitu dilakukan selama 3
hari dan dalam waktu ±20 menit, untuk hasilnya antara intervensi pijat kaki dan
elevasi kaki ini tidak jauh berbeda namun keduanya menunjukkan adanya pengaruh
terhadap penurunan edema, dapat dilihat dari hasil penelitian dimana adanya
perubahan yang signifikan pada lingkar kaki saat sebelum diberikan intervensi dan
setelah diberikan. Interval perubahan lingkar edema kaki yang terjadi tidak jauh
berbeda antara intervensi pijat kaki dan elevasi kaki yaitu hanya berkisar 0-0,8.
Namun dari kedua jurnal tersebut dapat dilihat perbedaan bahwa kaki kiri lebih cepat
mengalami penurunan lingkar edema dibandingkan dengan kaki kanan. Hal ini
dimungkinkan terjadi bahwa secara umum rata-rata responden kurang dominan
dengan ekstremitas bawah kiri dalam melakukan aktivitas keseharian, mayoritas
dominan kanan sehingga secara anatomi lebih kecil dibandingakan ekstremitas bawah
kanan. Pada jurnal rendam kaki air hangat dan air dingin juga dapat dilihat hasil
bahwa terdapat pengaruh rendam kaki terhadap edema kaki dimana hasil rata-rata
sebelum perlakuan 7,38 dan setelah perlakuan 5,63, tetapi pada jurnal rendam kaki ini
tidak dicantumkan interval perubahan lingkar edema.
Jurnal intervensi kolaborasi pemberian obat anti diuretic dan pembatasan cairan
ini memiliki perbedaan hasil dengan ketiga jurnal lainnya. Pada jurnal pemberian
obat dan pembatasan cairan tidak secara langsung melihat hasil efektivitas intervensi
dalam menurunkan edema namun dengan melihat bagaimana perubahan yang terjadi
pada tubuh saat diberikan intervensi. Dalam jurnal pemberian obat dalam hal ini obat
anti diuretic furosemide respon terhadap diuretik tergantung pada konsentrasi obat
dan tentu saja saat masuk ke dalam urin. Pasien dengan gagal jantung ringan
merespon positif terhadap dosis rendah karena dapat menyerap diuretik secara cepat
dari usus dan mengantarkan obat ini dengan cepat ke tubulus ginjal. Namun, karena
peningkatan gagal jantung, penyerapan obat mungkin tertunda oleh edema sehingga
pengiriman obat dan respon terhadap konsentrasi intratubular yang diberikan
terganggu. Penilaian respon terapi dalam penelitian ini dapat dilihat dari kadar
elektrolit pasien, derajat udem, tekanan vena jugular, balance cairan dan keluhan
pasien. Hasil penelitian setelah diberikan furosemide dapat dilihat ketidakseimbangan
elektrolit yang dialami pasien setelah penggunaan furosemid. Ada 6 pasien
mengalami kejadian hiponatremia ringan, 10 pasien mengalami hipokalemia (4
pasien hipokalemia ringan, 6 pasien hipokalemia sedang). Pada 40 pasien yang
menggunakan furosemid tidak tedapat pasien yang mengalami penurunan kadar
klorida, namun beberapa pasien mengalami hiperklorida.
Disamping itu pada jurnal pembatasan cairan dimana banyak faktor yang dapat
mengakibatkan ganguan keseimbangan cairan dan elektrolit, diantaranya yaitu usia,
diet, dan aktifitas. Pembatasan sesuai beratnya keluhan, diet rendah garam,
mengurangi berat badan, mengurangi lemak, mengurangi stress psikis, menghindari
rokok, olahraga teratur dan mengatur konsumsi cairan sesuai dengan program diet.
Program diet yang diterapkan diantaranya diet sodium dan cairan, yang merupakan
metode diet sebagai terapi nonfarmakologis utama yang dapat dilakukan saat ini.
Intervensi dengan perpaduan diet sodium serta pembatasan asupan cairan
menunjukkan hasil yang baik pada penanganan pasien dengan CHF. Penelitian dalam
jurnal ini cukup mudah dilakukan yaitu melakukan pembatasan cairan dengan
bantuan aplikasi andoid yang terdiri dari 5 menu utama yaitu data dasar tentang
kebutuhan cairan, pengontrolan pemasukan cairan dan sodium, pemantauan konsumsi
cairan dan sodium harian, tips kesehatan berkaitan dengan pengontrolan cairan, dan
grafik pencapain diet cairan dan sodium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
kedua kelompok, baik kelompok control maupun intervensi terjadi perbaikan pada
keseimbangan cairan responden. Perbaikan cairan pada kelompok intervensi lebih
signifikan dibandingkan kelompok control. Perbaikan keseimbangan cairan
ditunjukan oleh perubahan nilai mean yang mulai terlihat signifikan pada hari ke 6.
Keseimbangan cairan pada kelompok intervensi nilai mean pada pre test menurun
dari 156,250 menjadi -6,250 pada post test. Pada kelompok kontrol nilai mean pada
pre test menurun dari 156,875 menjadi 61,875 pada post test.
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Edema menjadi salah satu dampak yang paling memperburuk kondisi pasien,
sehingga edema perlu untuk diatasi dengan terapi farmakologi maupun non
farmakologi. Terapi non farmakologi yang dapat membantu mengatasi edema
antara lain pijat kaki, elevasi kaki, rendam kaki dengan air hangat dan air dingin,
pemberian obat serta pembatasan cairan yang tentunya semua intervensi ini sudah
terbukti efektivitasnya terhadap edema itu sendiri.

2. Saran
Dapat melakukan analisis terbaru lagi tentang intervensi yang bisa dilakukan
secara tindakan mandiri perawat. Untuk perawat diharapkan dapat menerapkan
intervensi-intervensi yang dapat mengurangi edema.

Anda mungkin juga menyukai