Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS REVIEW JURNAL

PENGARUH FREKUENSI LATIHAN ANCKLE PUMP PADA HEMODINAMIK


VENA EKSREMITAS BAWAH

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Pembimbing Akademik : Ns. Suyanto M.Kep, SP.Kep.MB

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
ANNA LIA MINATA (20902000004)
DINDA AZKA MAHARANI (20902000019)
MUHAMMAD NUR FAUZI (20902000040)
NUR MU’ALIMATUL K (20902000052)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021
BAB I
LATAR BELAKANG

Penyakit penggumpalan darah vena (venous thromboembolism/ VTE) yang terdiri dari
trombosis vena dalam (deep vein thrombosis/DVT) dan emboli paru (pulmonary
embolism/PE) merupakan salah satu masalah kesehatan yang saat ini menjadi perhatian
dikalangan kedokteran di dunia. Karena, jika kedua penyakit tersebut tidak segera diatasi
dengan tepat, dapat menimbulkan komplikasi serius bahkan mengakibatkan kematian
(Sinombor, 2010). Deep Vein thrombosis (DVT) adalah kondisi dimana terbentuk bekuan
dalam vena sekunder atau vena karena inflamasi/ trauma dinding vena atau karena obstruksi
vena sebagian. Deep Vein thrombosis (DVT) menyerang pembuluh-pembuluh darah pada
system vena dalam. Awal serangannya disebut thrombosis vena akut dalam (Wirda, 2020).
Deep Vein thrombosis (DVT) dapat bersifat parsial atau total. Kebanyakan thrombosis vena
dalam berasal dari ekstrimitas bawah. Penyakit ini dapat menyerang satu vena bahkan lebih.
Vena yang sering terserang biasanya di betis. Trombosis pada vena seperti popliteal,
femoralis superfisialis, dan segme-segmen vena ileofemoralis juga sering terjadi. Banyak
yang sembuh spontan, dan sebagian lainnya berpotensi membentuk emboli. Emboli paru-paru
merupakan resiko yang cukup bermakna pada thrombosis vena dalam karena terlepasnya
thrombus kemudian ikut aliran darah dan terperangkap dalam arteri pulmonalis (Najihah,
2018).
Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa angka kejadian VTE adalah 1 – 3 per 1.000
orang pertahun, dengan dua per tiganya merupakan kasus DVT (Margolis et al, 2016). DVT
menyerang hampir 2 juta orang Amerika setiap tahunnya. Emboli paru adalah resiko yang
cukup parah dari DVT dan terjadi pada 30% pasien DVT. Emboli paru menyebabkan 60. 000
kematian setiap tahunnya. Di Amerika diperkirakan bahwa 60.000-100.000 akan meninggal
akibat dari DVT atau emboli paru dimana 10%-30% orang akan meninggal dalam waktu satu
bulan setelah diagnosis. Kematian mendadak adalah gejala pertama dari 25% dari orang-
orang dengan emboli paru. Diantara orang-orang-orang dengan DVT, 50% akan memiliki
komplikasi jangka panjang (sindrom pasca-trombotik) dan sekitar 33% dari orang-orang
dengan DVT atau emboli paru akan memiliki kekambuhan dalam waktu 10 tahun. Belum ada
penelitian mengenai angka kejadian DVT di Indonesia secara nasional, namun berdasarkan
penelitian Yaznil (2010) mengenai prevalensi DVT pada pasien tumor ginekologi risiko
tinggi dan risiko rendah di RS H. Adam Malik menyatakan bahwa prevalensi DVT pada
pasien tumor ginekologi risiko tinggi adalah 149 per 1000 populasi berisiko sedangkan pada
pasien tumor ginekologi risiko rendah adalah 14 per 1000 populasi berisiko.
Deep vein thrombosis (DVT) adalah hambatan aliran vena tungkai atau lengan
menuju jantung yang disebabkan oleh trombus di lumen vena dalam (PERKI, 2016). DVT
merupakan kelainan kardiovaskuler ketiga tersering setelah penyakit koroner arteri dan
stroke (Jayanegara, 2016). Faktor risiko tinggi DVT antara lain operasi ortopedik,
neurosurgical, intervensi di daerah abdomen, trauma mayor dengan fraktur yang multiple,
kateter vena sentral, dan kanker metastase khususnya adenokarsinoma (Adnyana, 2013).
Diagnosis DVT ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang berupa
laboratorium dan radiologi (PERKI, 2016).
Gejala DVT biasanya timbul rasa sakit dan ketidaknyamanan pada betis, kehangatan,
eritema, dan pembengkakan (Gatot. et al. 2019). Komplikasi DVT sangat beresiko
mengalami emboli paru, yaitu penyumbatan pembuluh darah arteri di paru-paru akibat
gumpalan darah yang lepas dari tungkai. Penderita bisa merasakan nyeri dada dan sulit
bernapas, bahkan mengalami gagal jantung. Penderita DVT jangka panjang juga bisa
menyebabkan sindrom pasca thrombosis, yaitu kerusakan pada pembuluh darah vena
sehingga aliran darah di daerah tersebut menjadi buruk, keadaan ini lah yang mengakibatkan
perubahan warna kulit dan luka pada tungkai (Braithwaite et al., 2016).
Berdasarkan penelitian Tianhua Li (2020) dirumuskan tiga upaya pencegahan DVT,
yaitu pencegahan dasar, pencegahan fisik, dan pencegahan narkoba. Sudah ada praktik
standar untuk pencegahan obat dan pencegahan fisik, seperti penggunaan antikoagulan dan
pompa antitrombotik. Latihan pompa pergelangan kaki/ Ankle Pump Exercise (APE)
membuat otot betis berkontraksi dan rileks secara berirama melalui gerakan sendi
pergelangan kaki dan menekan pleksus vena untuk mencapai tujuan meningkatkan aliran
darah vena di tungkai bawah. Ini adalah salah satu langkah penting pencegahan dasar yang
direkomendasikan oleh pedoman yang relevan dan telah banyak digunakan dalam praktik
klinis.
Dalam jurnal ini peneliti sudah mencantumkan berbagai teori yang mendasari dan buku
mengenai teori yang bersangkutan, sehingga peneliti tertarik untuk membahas kasus analisis
jurnal ini karena penulisan dan alur dari sistematika pada jurnal sudah sangat baik.
BAB II

ABSTRAK ARTIKEL

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan antara pengaruh frekuensi
ankle pump exercise (APE) terhadap hemodinamik dari common femoral vein (CFV) serta
untuk menganalisis hubungan durasi dari APE terhadap kelelahan pada ekstrimitas bawah.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan convenient sampling dengan dibagi menjadi 30
partisipan dengan fraktur pada ekstrimitas bawah (N-LLF) dengan semuanya mengalami
kerusakan pada ekstrimitas atas dan tiga puluh peserta dengan fraktur ekstrimitas bawah
(LLF) (6 pasien dengan fraktur batang femur dirawat denganreduksi tertutup dan fiksasi
intramedullary, 11 pasien dengan fraktur leher femur dirawat dengan reduksi tertutup dan
fiksasi internal sekrup, 3 pasien dengan fraktur leher femur dirawat dengan reduksi terbuka
dan fiksasi internal plate, 10 pasien dengan faktur trokanterika femoralis dengan reduksi
tertutup dan intramedullary fiksasi kuku, semua pasien dengan fraktur ekstremitas bawah
berada di tempat tidur).

Hasil penelitian ini dengan peningkatan frekuensi , TAMV meningkat secara


signifikan baik pada peserta dengan N-LLF dan LLF (p<0,01). TAMV adalah 19,82±3,86;
33,78±8,76; 37,06±8,67; 43,82±10,40; 52,18±10,53 masing-masing pada peserta dengan N-
LLF dan 16,98±3,01; 22,20±4,96; 24,01±5,78; 29,20±7,05; 35,75±9,28; masing-masing pada
anggota tubuh pasien LLF yang cedera pada saat istirahat dan bergerak dengan frekuensi 6
kali/menit, 10 kali/menit, 30 kali/menit, 60 kali/menit. Ada korelasi positif (p<0,01) antara
kelelahan pada ekstremitas bawah dan durasi Latihan. Ketika RPE adalah 16 poin (tingkat
kelelahan yang sesuai adalah “Lelah”), durasi peserta dengan N-LLF adalah 3 menit dan
anggota tubuh yang terluka pada pasien dengan LLF adalah 2 menit. Simpulan dari penelitian
ini baik APE cepat dan frekuensi lambat dapat meningkatkan aliran balik darah vena di
ekstrimitas bawah. Terlepas dari durasi APE yang setara, APE frekuensi cepat dapat
meningkatkan aliran balik darah vena secara lebih efektif. Bila frekuensi APE adalah 60
kali/menit peserta dengan N-LLF dapat berolahraga selama 3 menit, dan anggota tubuh
pasien yang cedera dengan LLF dapat berolahraga selama 2 menit.
BAB III

RESUME JURNAL

A. Judul penelitian

Pengaruh frekuensi latihan anckle pump pada hemodinamik vena eksremitas bawah

B. Penulis

Tianhua Li , Shuhong Yang , Fang Hu , Qian Geng , Qing Lu and Junqin Ding

C. Sumber

DOI 10.3233/CH-200860

D. Tanggal publikasi

15 October 2020

E. Tujuan dan masalah penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh frekuensi ankle pump exer
cise (APE) terhadap hemodinamik dari common femoral vein (CFV) dan untuk menganal
isis hubungan antara durasi APE dengan kelelahan ekstremitas bawah.

F. Metode penelitian

Desain : eksperimental

Populasi dan Sampel : Enam puluh peserta yang terdaftar dalam penelitian
menggunakan sampling yang nyaman. Di antara mereka, ada tiga puluh peserta dengan
fraktur ekstremitas bawah (N-LLF) (semuanya mengalami kerusakan ekstremitas atas)
dan tiga puluh peserta dengan fraktur ekstremitas bawah (LLF)

Instrument : Hemodinamik vena femoralis umum bilateral diukur menggunakan USG


color doppler
Analysis : T tes digunakan untuk perbandingan antara dua sampel independen. Untuk
perbandingan antara beberapa sampel independen, analisis varians LSD (ANOVA)
digunakan untuk perbandingan jika uji homogenitas varians terpenuhi, dan Tanhane
ANOVA digunakan untuk perbandingan jika uji homogenitas varians tidak terpenuhi.
Koefisien korelasi Pearson digunakan untuk menyatakan hubungan antara dua variabel P
-nilai adalah 0,05, nilai yang lebih kecil dari ini dianggap signifikan dan nilai yang lebih
besar dari ini dianggap tidak signifikan.

G. Kelebihan artikel

Berdasarkan hasi artikel penelitian di dapatkan intervensi anckle pump exercise


(APE) baik frekuensi cepat ataupun lambat mampu meningkatkan aliran balik darah
vena di eksremitas bawah. APE dengan frekuensi cepat mampu meningkatkan aliran
balik darah vena secara lebih efektif.

H. Kekurangan isi artikel penelitian

Kekurangan artikel ini yaitu karena toleransi yang buruk terhadap kelelahan dan kepatuh
an klinis yang buruk dari orang tua, penelitian ini tidak dapat digunakan pada responden
dengan pasien lanjut usia. Selain itu, penelitian ini hanya mengikutsertakan pasien denga
n LLF proksimal. Tentang metode latihan mana yang lebih efektif untuk pasien dengan L
LF distal diperlukan penelitian lebih lanjut. Selain itu, penelitian ini hanya menganalisis
pengaruh frekuensi APE terhadap hemodinamik vena ekstremitas bawah. Apakah APE fr
ekuensi cepat dapat mencegah terjadinya tromboemboli vena secara lebih efektif masih h
arus dipelajari dalam uji klinis sampel besar.

I. Implikasi hasil penelitian bagi keperawatan

Berdasarkan hasil artikel penelitian, artikel ini dapat memberikan dampak yang
signifikan dalam meningkatkan aliran balik darah vena pada eksremitas bawah. Dan
dapat diaplikasikan pada pasien di rumah sakit dengan kebutuhan yang sama.
BAB IV
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah frekuensi ankle pump exercise (APE) terbukti
lebih efektif daripada dengan hemodinamik dari common femoral vein (CFV), dan untuk
menganalisis hubungan antara durasi APE dengan kelelahan ekstremitas bawah dengan
di dapatkan kriteria hasil Baik APE cepat dan frekuensi lambat dapat meningkatkan
aliran balik darah vena di ekstremitas bawah. Dengan hasil frekuensi cepat dapat
meningkatkan aliran balik darah vena secara lebih efektif. Bila frekuensi APE adalah 60
kali/menit dapat berolahraga selama 30 menit, sedangkan pasien yang cedera dengan
LLF dapat berolahraga selama 2 menit.

B. SARAN

Bagi penelitian lanjutan dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan acuan untuk
mengembangkan penelitian selanjutnya, penelitian ini hanya menganalisis pengaruh
frekuensi APE terhadap hemodinamik vena ekstremitas bawah. Pada pengembangan
penelitian lanjutan diharapkan dapat menambah variabel-variabel lain yang dapat
memperluas penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Braithwaite, I., De Ruyter, B., Semprini, A., Ebmeier, S., Kiddle, G., Willis, N., Carter, J.,
Weatherall, M., & Beasley, R. (2016). Cohort feasibility study of an intermittent
pneumatic compression device within a below-knee cast for the prevention of venous
thromboembolism. BMJ Open, 6(10), e012764. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2016-
012764
Jayanegara, Andi Putra. 2016. Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. Continuing
Medical Education. CDK- 244/vol. 43 no. 9 th. 2016. Diakses dari
http://www.kalbemed.com pada 20 September 2021
Margolis JM. 2016. Comparison Of Rivaroxaban Or Warfarin Use For Venous
Thromboembolism On Inpatient Length Of Stay. Diakses dari
https://www.sciencedirect.com/ pada 20 September 2021
Najihah. 2018. Penggunanaan Compression Stocking Terhadap Pencegahan Deep Venous
Thrombosis (DVT): Literatur Review.  Vol 3, No 2. Diakses dari http://journal.uin-
alauddin.ac.id/ pada 20 September 2021
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI). 2016. Panduan Praktik
Klinis dan Clinical Pathway Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (Edisi Pertama).
Jakarta: PERKI.
Sinombor, Sonya Hellen. 2010. Pengobatan Sederhana Untuk Pasien DVT. Diakses dari
http://nasional.kompas.com pada 20 September 2021
Wirda Syari. 2020. Partial Economic Evaluation Between Rivaroxaban And Combination
(Unfractionated Heparin + Warfarin) Therapies For The Treatment Of Deep Vein
Thrombosis In Cancer Patients At Dharmais Cancer Hospital Vol 5, No 1. Diakses dari
http://journal.fkm.ui.ac.id/ pada 20 September 2021
Yaznil MR, Sahil MF, dan Lubis ND. 2010. Prevalensi Trombosis Vena Dalam (Deep Vein
Thrombosis) dengan Compression Ultrasound B-Mode Image pada Pasien Tumor
Ginekologi Resiko Tinggi dan Resiko Rendah di RS H. Adam Malik Medan. Medan:
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai