Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN ANALISA SINTESA

PEMERIKSAAN ANALISA GAS DARAH PADA Tn. S DI RUANG ICU


RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Keperaawatan Gawat Darurat

Disusun Oleh :
ANNA LIA MINATA
(20902000004)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ICU (intensive care unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi
dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati pasien dengan
perubahan fisiologi yang cepat memburuk (keadaan kritis). Salah satu masalah
kesehatan yang membutuhkan perawatan di ruang ICU yaitu penyakit ginjal kronik
(musliha, 2010). Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal dalam
mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit serta kehilangan daya dalam proses
metabolisme yang dapat menyebabkan terjadinya uremia karena penumpukan zat-
zat yang tidak bisa dikeluarkan dari tubuh oleh ginjal yang mengarah pada
kerusakan jaringan ginjal yang progresif dan reversibel (Irwan, 2016).
Penelitian dari Deni Nur (2020) untuk menentukan derajat kerusakan fungsi
ginjal membutuhkan beberapa pemeriksaan salah satunya yaitu pemeriksaan
keseimbangan asam basa darah. Instalasi perawatan gawat darurat (IGD) dan
perawatan intensif (ICU) menggunakan AGD sebagai bagian tak terpisahkan dari
penilaian status klinis pasien. Analisis Gas Darah (AGD) merupakan bagian
penting untuk mendiagnosis dan mengelola status oksigenasi dan keseimbangan
asam basa pasien. Tes ini merupakan tes yang rutin diminta di RS. Kegunaan alat
diagnostik ini tergantung pada kemampuan menafsirkan hasil dengan benar.
Gangguan keseimbangan asam-basa dapat menciptakan komplikasi pada banyak
penyakit dan terkadang kelainan bisa begitu parah sehingga menjadi faktor risiko
yang dapat mengancam jiwa (Kusuma dan Rahmawati, 2019).
Pemeriksaan analisa gas darah arteri sudah secara luas digunakan sebagai
salah satu prosedur dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat seperti
penyakit ginjal kronik dengan penurunan kesadaran disertai dengan komplikasi
gagal napas, termasuk terjadinya alkalosis atau asidosis. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk memantau sistem respirasi yaitu terhadap status asam basa tubuh pasien,
berupa pertukaran gas antara udara dari paru serta antara darah dengan jaringan
(Severinghaus dkk, 1998)
Parameter pemeriksaan analisis gas darah arteri dibagi menjadi beberapa
kelompok, misalnya berdasarkan status oksigen, parameter metabolik yang terkait,
dan status asam basa. Status asam basa adalah suatu keadaan yang memperlihatkan
suatu keseimbangan antara input (intake dan produksi) dan output (eleminasi) dari
ion hidrogen. Analisa gas darah arteri meliputi paO2, PaCO2, pH, HCO3-, dan
saturasi O2 (Ismail, 2019). Tes laboratorium dilakukan juga untuk mengevaluasi
penyakit-penyakit lain yang seringkali menyertai penyakit ginjal kronis, misalnya
diabetes, osteoporosis, penyakit jantung dan pembuluh darah. Stadium yang lebih
dini dari penyakit ginjal kronik bisa diketahui melalui pemeriksaan laboratorium
rutin. Evaluasi AGD penting dalam mengevaluasi kondisi pasien yang kritis.
(Rahmawati, 2018).
B. Tujuan
Untuk mengetahui gangguan keseimbangan asam basa pada pasien dengan
penyakit ginjal kronik.
C. Sasaran
Pasien Tn.S dengan penyakit ginjal kronik yang mengalami masalah keseimbangan
asam basa di ruang ICU.
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik sasaran
1. Jenis kelamin : Laki-laki
2. Usia : 51 Tahun
3. Masalah asam basa : Asidosis metabolik terkompensasi sebagian
4. Hasil pemeriksaan AGD : pH: L 7,299 (dibawah normal), PCO2: L 25,5
mmHg (dibawah normal), HCO3: L 12,8 mmol/L (dibawah normal), BE: L -
11,7 mmol/L (dibawah normal).

B. Analisa kasus
Tn. S berusia 51 tahun didiagnosis medis mengalami CKD, N STEMI dan
efusi pleura dengan penurunan kesadaran. Pemeriksaan status kesadaran diperoleh
tingkat kesadaran apatis GCS: 15 (E: 4, V: 5, M: 6). Pasien mengalami penurunan
kesadaran dan saturasi oksigen menurun. Kemudian dilakukan pemeriksaan
BGA/AGD (Analisa Gas Darah). Pasien tampak menggunakan otot bantu napas
dan cuping hidung.

C. Prinsip tindakan menurut teori (sesuai dengan karakteristik sasaran),


Prinsip tindakan diharapkan sesuai dengan standar prosedur yang sudah di
tetapkan dengan menjaga kesterilan dan kebersihan agar pasien terhindar dari
infeksi tambahan karena prosedure tindakan:
1. Aseptik : Segala upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan
infeksi.
2. Asianotik : Tindakan yang tidak boleh menimbulkan sianosis.
3. Afektif : Tindakan yang dilandaskan gaya atau makna yang menunjukan
perasaan dan emosi.
4. Atraumatik : Tindakan yang mencegah terjadinya trauma.
D. Data hasil pemeriksaan
Setelah dilakukan tindakan pemeriksaan BGA
1. Untuk mengevaluasi pertukaran gas oksigen dan karbondioksida
2. Untuk mengetahui beberapa penyakit pernapasan seperti pulmonari obstruktif
kronik seta emboli
3. Untuk mengetahui fungsi pernapasan (hipoksia dan status asam-basa)
4. Adanya peningkatan dari nilai arterial blood gas, atau saturasi oksigen yang bisa
di pantau dengan pulse oxymeter
BAB III
METODOLOGI TINDAKAN

A. Terdiri dari deskripsi tindakan/skill (sesuai karakteristik sasaran)


1. Baca status dan data klien untuk memastikan pengambilan AGD
2. Cek alat-alat yang akan digunakan
3. Cuci tangan
4. Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
5. Perkenalkan nama perawat
6. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
7. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
8. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
9. Tanyakan keluhan klien saat ini
10. Jaga privasi klien
11. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
12. Posisikan klien dengan nyaman
13. Pakai sarung tangan sekali pakai
14. Palpasi arteri radialis
15. Lakukan allen’s test
16. Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di atas gulungan handuk
17. Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah.
18. Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan yodium-povidin, kemudia
diusap dengan kapas alkohol.
19. Berikan anestesi lokal jika perlu
20. Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan kemudian
kosongkan spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit.
21. Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45 ° sambil
menstabilkan arteri klien dengan tangan yang lain.
22. Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran darah masuk spuit (apabila darah
tidak bisa naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena).
23. Ambil darah 1 sampai 2 ml
24. Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa 5-10
menit.
25. Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus atau karet.
26. Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin
27. Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah
28. Ukur suhu dan pernafasan klien
29. Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen yang
digunakan klien jika kilen menggunakan terapi oksigen.
30. Kirim segera darah ke laboratorium
31. Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan darah
(untuk klien yang mendapat terapi antikoagulan penekanan membutuhkan
waktu yang lama).
32. Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan
33. Cuci tangan
34. Kaji respon klien setelah pengambilan AGD
35. Berikan reinforcement positif pada klien
36. Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
37. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
38. Dokumentasikan di dalam catatan keperawatan waktu pemeriksaan AGD, dari
sebelah mana darah diambil dan respon klien.

B. Tujuan tindakan/skill
1. Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
2. Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
3. Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh

C. Ketrampilan spesifik yang diperlukan


D. Alat yang diperlukan
1. Spuit 2 ml atau 3ml dengan jarum ukuran 22 atau 25 (untuk anak- anak) dan
nomor 20 atau 21 untuk dewasa
2. Heparin
3. Yodium-povidin
4. Penutup jarum (gabus atau karet)
5. Kasa steril
6. Kapas alcohol
7. Plester dan gunting
8. Pengalas
9. Handuk kecil
10. Sarung tangan sekali pakai
11. Obat anestesi lokal jika dibutuhkan
12. Wadah berisi es
13. Kertas label untuk nama
14. Thermometer
15. Bengkok

E. Waktu pelaksanaan
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
2. Pasien deangan edema pulmo
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
4. Infark miokard
5. Pneumonia
6. Klien syok
7. Post pembedahan coronary arteri baypass
8. Resusitasi cardiac arrest
9. Klien dengan perubahan status respiratori
10. Anestesi yang terlalu lama

F. Hal-hal yang perlu diwaspadai


1. Terdapat gangguan aliran darah
2. Terdapat penyakit arteri perifer
3. Terdapat saluran abnormal (fistula) pada pembuluh arteri, baik yang timbul
karena penyakit atau sengaja dibuat atau dicangkok untuk akses cuci darah
(cimino)
4. Terdapat infeksi, luka bakar, atau bekas luka

G. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan


1. Gunakan tehnik steril
2. Hindari penusukan yang sering pada tempat yang sama untuk mencegah
aneurismia
3. Jangan menusukkan jarum lebih dari 0,5 cm
4. Harus mengetahui anatomi untuk mencegah terjadinya penusukan pada syaraf
5. Lakukan palpasi sebelum di lakukan penusukan
6. Bila perlu pengulangan pemeriksaan analisa gas darah dokter dan memasang
“arteri line”
H. Sistem evaluasi.
1. Observasi keadaan umum pasien dan status pernapasannya.
2. Observasi saturasi oksigen pasien
3. Observasi adanya perdarahan atau tidak
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Instalasi perawatan gawat darurat (IGD) dan perawatan intensif (ICU)
menggunakan AGD sebagai bagian tak terpisahkan dari penilaian status klinis pasien.
Analisis Gas Darah (AGD) merupakan bagian penting untuk mendiagnosis dan
mengelola status oksigenasi dan keseimbangan asam basa pasien. Tes ini merupakan
tes yang rutin diminta di RS. Kegunaan alat diagnostik ini tergantung pada
kemampuan menafsirkan hasil dengan benar. Gangguan keseimbangan asam-basa
dapat menciptakan komplikasi pada banyak penyakit dan terkadang kelainan bisa
begitu parah sehingga menjadi faktor risiko yang dapat mengancam jiwa
B. Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang
diharapkan, karena masih terbatasnya pengetahuan penyusun. Oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Kamil dkk. 2018. Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis di RSUD Ulin Banjarmasin. Vol 9 No. 2. Diakes dari
https://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id pada 24 oktober 2021
Smeltzer, s.c., & bare, b.g. (2008). Buku ajar keperawatan medical bedah (8 ed)(vol 2).
Jakarta: EGC
TIM FIK.(2019). Buku skill lab keperawatan medical bedah (1). Unissula semarang. SA
press
Kusuma dan Rahmawati. 2019. Perbedaan Parameter Analisa Gas Darah (AGD) pada
Mixing Sampel Sesuai dan Tidak Sesuai Standar Clinical and Laboratory Standards
Institute (CLSI). Diakses dari https://www.isainsmedis.id/ pada pada 24 oktober
2021
Rahmawati. 2018. Aspek Laboratorium Gagal Ginjal Kronik. Jurnal Ilmiah Kedokteran
Wijaya Kusuma 6 (1). Diakses dari https://journal.uwks.ac.id/ pada 24 oktober 2021
Ismail septyopranoto. 2019. Buku Pemeriksaan Analisis Gas Darah Arteri. Yogyakarta:
Gajah mada university press.
Deni. Nur. 2020. Gambaran Kadar Elektrolit Darah Natrium, Kalium, Clorida pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Umum Anwar Medika Sidoarjo. Diakses
dari http://repository.stikesrsanwarmedika.ac.id/ pada pada 24 oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai