DISUSUN OLEH :
SRI HANDAYANI
SN 191145
1. Baca status dan data klien untuk memastikan indikasi pengambilan BGA
2. Cek alat-alat yang akan digunakan
3. Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
4. Perkenalkan nama perawat
5. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
6. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
7. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
8. Tanyakan keluhan klien saat ini
9. Jaga privasi klien
10. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
11. Posisikan klien dengan nyaman
12. Cuci tangan dan pakai sarung tangan sekali pakai
13. Palpasi arteri radialis
14. Lakukan allen’s tes
3. Dasar pemikiran
4. Tujuan
1. Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami koma (Irwin &
Hippe, 2010).
2. Modifikasi Allen tes negatif , apabila test Allen negative tetapi tetap dipaksa
untuk dilakukan pengambilan darah arteri lewat arteri radialis, maka akan
terjadi thrombosis dan beresiko mengganggu viabilitas tangan.
3. Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah perifer
pada tempat yang akan diperiksa
4. Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan
denganantikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi
relatif.
7. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi, yaitu :
1. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang meningkatkan PH darah :
a. Natrium bikarbonat, natrium oksalat, kalium oksalat
b. Obat-obatan yang meningkatkan PaCO2 : aldosteron, ethacrynic acid,
hydrocortisone,metalazone, prednisone, sodium bicarbonate,thiazides
c. Obat-obatan yang meningkatkan HCO3- : alkalin salts, diuretik
d. Obat-obatan yang menurunkan HCO3-: acid salts
2. Gelembung udara : Jika terdapat udara dalam sample darah maka nilai
PaCO2 rendah maka PaO2 meningkat.
3. Anti koagulan : pemberian anti koagulan yang berlebih akan menurunkan
PaCO2.
4. Metabolisme : sample yang diambil sebaiknya diperiksakan dalam waktu 20
menit setelah pengambilan, jika sampel tidak langsung diperiksa dapat
disimpan dalam lemari pendingin selama beberapa jam.
5. Suhu : ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan
tingginya PO2 dan PCO2. Nilai PH akan mengikuti perubahan PCO2.
4. Anticoagulant Heparin
Untuk mencegah darah membeku
1. Jas Laboratorium
Pemakaian utama dari jas laboratorium adalah untuk melindungi pakaian
petugas pelayanan kesehatan. Jas laboratorium diperlukan sewaktu
2. Sarung Tangan (Handscoon)
Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah terjadi
infeksi, tetapi harus diganti setiap kontak dengan satu pasien ke pasien
yang lainnya untuk mencegah kontaminasi silang. Sarung tangan harus
dipakai kalau menangani darah, duh tubuh, sekresi dan eksresi (kecuali
keringat). Petugas kesehatan (Plebotomis) menggunakan sarung tangan
untuk tiga alasan, yaitu:
a. Mengurangi resiko petugas kesehatan terkena infeksi dari pasien.
b. Mencegah penularan flora kulit petugas kepada pasien.
c. Mengurangi kontaminasi tangan petugas kesehatan dengan
mikroorganisme yang dapat berpindah dari satu pasien ke pasien lain.
3. Masker
Masker digunakan untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas
kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk, bersin, dan juga mencegah
ciprtan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke dalam
hidung atau mulut petugas kesehatan.
4. Sepatu Laboratorium
Alas kaki/sepatu laboratorium dipakai untuk melindungi kaki dari
perlukaaan oleh benda tajam atau dari cairan yang jatuh atau menetes kaki.
Sepatu bot dari karet atau kulit lebih melindungi, tapi harus bersih dan
bebas dari kontaminasi darah atau cairan tubuh lainnya.
6. Pelindung Mata
Pelindung mata melindungi petugas kesehatan dari cipratan darah atau
cairan tubuh lainnya yang terkontaminasi dengan pelindung mata.
ABSTRACT
Metabolic acidosis is the most frequent acid-base disorder in patients of
the Intensive Care Unit. By conventional approach based on pH value,
[HCO3–], and base deficit (BD) from blood gas analyzer (BGA) measurement
are often inappropriate with the clinical state and inadequate in explaining the
mechanism of the metabolic acidosis. The Stewart approach states that the blood
pH is determined by a strong ion difference (SID), the carbon dioxide tension
(pCO2), the total concentration of non-volatile weak acid. The Stewart approach
may give a better understanding of the mechanisms that underlie the metabolic
acidosis. The purpose of this study is to know the correlation of blood pH value
measurement from BGA and calculation based on Stewart approach and
identifying the mechanisms that underlie a metabolic acidosis. In this study an
analytic observational cross-sectional method was used. The examined subjects
consisted of 71 patients who were admitted with a metabolic acidosis at the ICU
from July up to August 2007. All patients were measured for their blood pH,
pCO2, [HCO3– ], BD, sodium, potassium, calcium, magnesium, chloride,
lactate, albumin, and phosphate. The result was reported as the mean and
standard deviation. The data were analyzed by Pearson’s correlation test and
linier multiple regression. Statistical significance was determined at p < 0.05.
The mean values of blood pH measurement from BGA and blood pH calculation
based on the Stewart approach were 7.33 (0.11) and 7.49 (0.11) (r = 0.681; p <
0.001). Most patients had two underlying mechanisms of metabolic acidosis.
Hyperlactatemia was present in 61.8%, hyperchloremia was present in 58.2% of
patients. Based on this study so far, by using the Stewart approach there is an
excellent and significant correlation between the blood pH measurement from
BGA and blood pH calculation. Hyperlactatemia and hyperchloremia are the
main causes of the metabolic acidosis in patients of the ICU ward.
Key words: The Stewart approach, metabolic acidosis, blood pH,
hyperlactatemia, hyperchloremia
DAFTAR PUSTAKA