Anda di halaman 1dari 13

TUGAS INDIVIDU

ANALISA SINTESA TINDAKAN PENGAMBILAN BGA

DISUSUN OLEH :
SRI HANDAYANI
SN 191145

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
Analisa Sintesis Tindakan Pengambilan BGA

1. Tindakan yang dilakukan


Pengambilan BGA

2. Prosedur Pengambilan Darah Arteri Radialis

1. Baca status dan data klien untuk memastikan indikasi pengambilan BGA
2. Cek alat-alat yang akan digunakan
3. Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
4. Perkenalkan nama perawat
5. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
6. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
7. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
8. Tanyakan keluhan klien saat ini
9. Jaga privasi klien
10. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
11. Posisikan klien dengan nyaman
12. Cuci tangan dan pakai sarung tangan sekali pakai
13. Palpasi arteri radialis
14. Lakukan allen’s tes

3. Dasar pemikiran

Analisa Gas Darah (BGA) merupakan pemeriksaan untuk mengukur


keasaman (pH), jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-paru dalam
menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan mengambil
karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO2, PCO3, pH,
HCO3, dan saturasi O2.
Pada pemeriksaan Analisa Gas Darah (BGA) , cara pengambilan sampel
darah arteri harus diperhatikan, sebab pada pengambilan darah arteri resiko
komplikasi lebih berbahaya daripada pengambilan darah vena (venipuncture)
maupun skinpuncture. Oleh sebab itu seorang analis (plebotomis) harus
mengerti tentang indikasi pengambilan darah arteri, kontra indikasi
pengambilan darah arteri, persiapan alat yang akan digunakan, Alat
Perlindungan Diri (APD) bagi plebotomis, dan yang paling penting adalah
mengerti dimana letak pengambilan darah arteri.
Analisa Gas Darah adalah suatu pemeriksaan melalui darah arteri dengan
tujuan mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, mengetahui
kadar oksigen dalam tubuh dan mengetahui kadar karbondioksida dalam
tubuh.

4. Tujuan

1. Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa


2. Mengetahui kondisi fungsi pernapasan dan kardiovaskuler
3. Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh
4. Mengetahui PH darah
5. Mengetahui tekanan parsial CO2
6. Mengetahui bikarbonat
7. Mengetahui base excess/defisit
8. Mengetahui tekanan parsial oksigen
9. Mengetahui saturasi O2

5. Indikasi Analisa Gas Darah

Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (BGA) yaitu :


1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
Penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan
aliran udara pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible
ataupun reversible parsial. Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis
kronis dan emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar keduanya.
2. Pasien dengan edema pulmo
Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan
yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai
gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan
pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan
bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat
dirujuk sebagai "air dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini
pada pasien-pasien. Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak
faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung,
disebut cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan pada sebabsebab
lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema.
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar
kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel
alveolar dan perubahan dalarn jaring- jaring kapiler , terdapat
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat-akibat
kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam
paru-.paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan
, yang mengarah pada kolaps alveolar . Komplians paru menjadi sangat
menurun atau paru- paru menjadi kaku akibatnya adalah penurunan
karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan
hipokapnia ( Brunner & Suddart 616).
4. Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan
mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan
(Santoso, 2005).
5. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana alveoli
(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab
untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan
penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam
sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia
juga dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru,
atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau
penggunaan alkohol.
6. Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah
arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.
Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah
jantung, volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga
faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan
kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi hipoperfusi
jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel
sehingga seringkali menyebabkan kematian pada pasien.
7. Post pembedahan coronary arteri baypass
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi
sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan
hipotensi yang menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi,
DIC, oedem jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh.
Penyebab inflamasi sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon
banyak hal, antara lain oleh karena penggunaan Cardiopulmonary
Bypass (Surahman, 2010).
8. Resusitasi cardiac arrest
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh
beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik
(perdarahan yang banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat
tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan,
perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan
obat-obatan.Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan
tension pneumothorax. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah
akan berhenti. Berhentinya peredaran darahmencegah aliran oksigen untuk
semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi
akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau
ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan
berhenti bernapas normal.Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac
arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnyaakan terjadi kematian
dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani
dengansegera, kerusakan organ yang serius seperti kerusakan otak,
ataupun kematian mungkin bisa dicegah.

6. Kontra Indikasi Analisa Gas Darah

1. Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami koma (Irwin &
Hippe, 2010).
2. Modifikasi Allen tes negatif , apabila test Allen negative tetapi tetap dipaksa
untuk dilakukan pengambilan darah arteri lewat arteri radialis, maka akan
terjadi thrombosis dan beresiko mengganggu viabilitas tangan.
3. Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah perifer
pada tempat yang akan diperiksa
4. Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan
denganantikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi
relatif.

7. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi, yaitu :

1. Apabila jarum sampai menembus periosteum tulang akan menimbulkan


nyeri
2. Perdarahan
3. Cidera syaraf
4. Spasme arteri

8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan

1. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang meningkatkan PH darah :
a. Natrium bikarbonat, natrium oksalat, kalium oksalat
b. Obat-obatan yang meningkatkan PaCO2 : aldosteron, ethacrynic acid,
hydrocortisone,metalazone, prednisone, sodium bicarbonate,thiazides
c. Obat-obatan yang meningkatkan HCO3- : alkalin salts, diuretik
d. Obat-obatan yang menurunkan HCO3-: acid salts
2. Gelembung udara : Jika terdapat udara dalam sample darah maka nilai
PaCO2 rendah maka PaO2 meningkat.
3. Anti koagulan : pemberian anti koagulan yang berlebih akan menurunkan
PaCO2.
4. Metabolisme : sample yang diambil sebaiknya diperiksakan dalam waktu 20
menit setelah pengambilan, jika sampel tidak langsung diperiksa dapat
disimpan dalam lemari pendingin selama beberapa jam.
5. Suhu : ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan
tingginya PO2 dan PCO2. Nilai PH akan mengikuti perubahan PCO2.

9. Alat dan Bahan untuk Pengambilan Darah Arteri\


Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pengambilan darah arteri antara lain :
1. Disposible Spuit 2,5 cc, jarum ukuran 23 G/ 25 G
2. Penutup jarum khusus atau gabus
Mencegah kontaminasi dengan udara bebas. Udara bebas dapat
mempengaruhi nilai O2 dalam AGD arteri.
3. Nierbeken/Bengkok
Digunakan untuk membuang kapas bekas pakai.

4. Anticoagulant Heparin
Untuk mencegah darah membeku

5. Alcohol swabs ( kapas Alkohol )


Merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah menyerap dan dibasahi
dengan antiseptic berupa etil alkohol. Tujuan penggunaan kapas alkohol
adalah untuk menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu pengamatan
letak vena sekaligus mensterilkan area penusukan agar resiko infeksi bisa
ditekan.
6. Plester
Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas plebotomi, sehingga
membantu proses penyembuhan luka dan mencegah adanya infeksi akibat
perlukaan atau trauma akibat penusukan.
7. Kain pengalas
Untuk memberi kenyamanan pada pasien saat plebotomis melakukan
pengambilan darah vena.
8. Tempat berisi es batu
Bila laboratorium jauh, maka specimen darah arteri harus dimasukkan
kedalam tempat berisi es batu sebab suhu yang rendah akan menurunkan
metabolism sel darah yang mungkin merubah nilai pH, PCO2, PO2, HCO3-.
9. Tempat sampah khusus needle
Tempat untuk membuang needle yang sudah dipakai untuk mengurangi
kontaminasi pasien satu dengan pasien yang lain.

10. Antikoagulan yang Digunakan


Antikoagulan yang digunakan dalam pengambilan darah arteri adalah
heparin. Pemberian heparin yang berlebiham akan menurunkan tekanan
CO2.Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung.
Sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO 2 terhadap pH
dihambat oleh keasaman heparin.
11. Alat Perlindungan Diri (APD) untuk Petugas\
Alat Perlindungan Diri (APD) yang harus digunakan seorang petugas
(Plebotomis) yaitu (Rohani, 2008) :

1. Jas Laboratorium
Pemakaian utama dari jas laboratorium adalah untuk melindungi pakaian
petugas pelayanan kesehatan. Jas laboratorium diperlukan sewaktu
2. Sarung Tangan (Handscoon)
Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah terjadi
infeksi, tetapi harus diganti setiap kontak dengan satu pasien ke pasien
yang lainnya untuk mencegah kontaminasi silang. Sarung tangan harus
dipakai kalau menangani darah, duh tubuh, sekresi dan eksresi (kecuali
keringat). Petugas kesehatan (Plebotomis) menggunakan sarung tangan
untuk tiga alasan, yaitu:
a. Mengurangi resiko petugas kesehatan terkena infeksi dari pasien.
b. Mencegah penularan flora kulit petugas kepada pasien.
c. Mengurangi kontaminasi tangan petugas kesehatan dengan
mikroorganisme yang dapat berpindah dari satu pasien ke pasien lain.
3. Masker
Masker digunakan untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas
kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk, bersin, dan juga mencegah
ciprtan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke dalam
hidung atau mulut petugas kesehatan.
4. Sepatu Laboratorium
Alas kaki/sepatu laboratorium dipakai untuk melindungi kaki dari
perlukaaan oleh benda tajam atau dari cairan yang jatuh atau menetes kaki.
Sepatu bot dari karet atau kulit lebih melindungi, tapi harus bersih dan
bebas dari kontaminasi darah atau cairan tubuh lainnya.

5. Kap (penutup rambut)


Dipakai untuk menutup rambut dan kepala, tujuan utamanya adalah
melindungi pemakainya dari ciprtan darah dan cairan tubuh lainnya.

6. Pelindung Mata
Pelindung mata melindungi petugas kesehatan dari cipratan darah atau
cairan tubuh lainnya yang terkontaminasi dengan pelindung mata.

12. Lokasi Pengambilan Darah Arteri

1. Arteri Radialis dan Arteri Ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test)


2. Test Allen’s
Merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan, hal ini
dilakukan dengan cara yaitu: pasien diminta untuk mengepalkan
tangannya, kemudian berikan tekanan pada arteri radialis dan arteri
ulnaris selama beberapa menit, setelah itu minta pasien unutk membuka
tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu
jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik,
warnamerah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas,
tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan
negative, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.
3. Arteri Dorsalis pedis
Merupakan arteri pilihan ketiga jika arteri radialis dan ulnaris tidak bisa
digunakan.
4. Arteri Brakialis
Merupakan arteri pilihan keempat karena lebih banyak resikonya
bila terjadi obstruksi pembuluh darah. Selain itu arteri femoralis
terletak sangat dalam dan merupakan salah satu pembuluh utama
yang memperdarahi ekstremitas bawah.
5. Arteri Femoralis
Merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat
diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran
darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat
mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan.
Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi
percampuran antara darah vena dan arteri. Selain itu arteri femoralis
terletak sangat dalam dan merupakan salah satu pembuluh utama yang
memperdarahi ekstremitas bawah.
6. Arteri Femoralis atau Brakialis sebaiknya jangan digunakan jika masih
ada alternative lain karena tidak memiliki sirkulasi kolateral yang cukup
untuk mengatasi bila terjadi spasme atau thrombosis. Sedangkan arteri
temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya resiko
emboli ke otak.
Nilai Normal Analisa Gas Darah
1. PH : 7,35 – 7,45
2. PaCO2 : 35 – 45 mmHg
3. PaO2 : 80 – 100 mmHg
4. SaO2 : 95% atau lebih
5. HCO3 : 22 – 26 mEq/L
6. Base Excess : -2,0 - +2,0 mEq/L
PENDEKATAN STEWART DALAM pH DARAH YANG
MENDASARI ASIDOSIS METABOLIK
(The Stewart’s Approach in Blood pH Underlying Metabolic Acidosis)

Efrida1, Ida Parwati2, Ike Sri Redjeki3

ABSTRACT
Metabolic acidosis is the most frequent acid-base disorder in patients of
the Intensive Care Unit. By conventional approach based on pH value,
[HCO3–], and base deficit (BD) from blood gas analyzer (BGA) measurement
are often inappropriate with the clinical state and inadequate in explaining the
mechanism of the metabolic acidosis. The Stewart approach states that the blood
pH is determined by a strong ion difference (SID), the carbon dioxide tension
(pCO2), the total concentration of non-volatile weak acid. The Stewart approach
may give a better understanding of the mechanisms that underlie the metabolic
acidosis. The purpose of this study is to know the correlation of blood pH value
measurement from BGA and calculation based on Stewart approach and
identifying the mechanisms that underlie a metabolic acidosis. In this study an
analytic observational cross-sectional method was used. The examined subjects
consisted of 71 patients who were admitted with a metabolic acidosis at the ICU
from July up to August 2007. All patients were measured for their blood pH,
pCO2, [HCO3– ], BD, sodium, potassium, calcium, magnesium, chloride,
lactate, albumin, and phosphate. The result was reported as the mean and
standard deviation. The data were analyzed by Pearson’s correlation test and
linier multiple regression. Statistical significance was determined at p < 0.05.
The mean values of blood pH measurement from BGA and blood pH calculation
based on the Stewart approach were 7.33 (0.11) and 7.49 (0.11) (r = 0.681; p <
0.001). Most patients had two underlying mechanisms of metabolic acidosis.
Hyperlactatemia was present in 61.8%, hyperchloremia was present in 58.2% of
patients. Based on this study so far, by using the Stewart approach there is an
excellent and significant correlation between the blood pH measurement from
BGA and blood pH calculation. Hyperlactatemia and hyperchloremia are the
main causes of the metabolic acidosis in patients of the ICU ward.
Key words: The Stewart approach, metabolic acidosis, blood pH,
hyperlactatemia, hyperchloremia
DAFTAR PUSTAKA

Surahman, Pengaruh Cardiopulmonar Bypass Terhadap Jumlah Leukosit Pada


Operasi Coronary Artery Bypass Graft, Jurnal Kedokteran, Mei 2010,
Universita Diponegoro
Pratiwi Anggi (2010). Pemeriksaan Gas Darah Arteri (Analisa
Gas Darah). Diambil dari http://www.scribd.com//. 6 Oktober 2012
Yusuf Muhammad (2009). Pemeriksaan Analisa Gas Darah (ASTRUP).
Diambil dari http://ysupazmy.blogspot.com// . 6 Oktober 2012
Silviana (2005). IMA (Infark Miokard Akuta). Diambil dari
http://www.scribd.com// . 6 Oktober 2012
Afri (2009). Analisa Gas Darah. Diambil dari http://www.scribd.com// . 6
Oktober 2012
Widjijati (2010). Analisa Gas Darah Arteri. Diambil dari
http://www.scribd.com// . 6 Oktober 2012
Efrida, Ida Parwati, Ike Sri Redjeki (2018). Pendekatan Stewart Dalam Ph Darah
Yang Mendasari Asidosis Metabolik. Indonesian Journal Of Vol. 19, No. 2
Maret 2013
Trik Mudah dan Jelas Cara pengambilan Darah Arteri (BGA). (2019).
https://www.youtube.com/watch?v=fE0_hexXTUk.

Anda mungkin juga menyukai