Pembimbing:
dr. Adriansyah, Sp.B
Disusun Oleh:
M. Zetvandi Ibrahim
M Jihaad Ramadhan
Shila Rubianti P
Abstrak
komprehensif.
Desain Kami mengkaji secara sistematis literatur untuk mengidentifikasi uji klinis
(RCT), studi kasus kontrol, dan serial kasus yang relevan. Kami menjabarkan
temuan dari studi tersebut dan mentabulasi tingkat rekurensi relatif atau OR (pada
Hasil Dari 560 abstrak yang diidentifikasi melalui teknik pencarian kami, 50
pasien dengan drainase chest tube hanya berkisar 26.1%-50.1%. Talc poudrage
33.3% dan pleurodesis blood patch autolog (n=270) antara 15.6% dan 18.2%.
tampaknya sangat efektif. Bukti mengenai tingkat keberhasilan definitif dari tiap
agen terbatas akibat uji klinis atau studi perbandingan yang masih sedikit.
PENDAHULUAN
Pneumotoraks, udara dalam rongga pleura, adalah kondisi patologis yang umum.
Pneumotoraks spontan primer (PSP) merujuk pada pasien yang tanpa penyakit
paru yang mendasarinya, sedangkan mereka yang dengan patologi paru yang jelas
sebesar 18-24 per 100.000 kasus per tahun untuk pria dan 1.2-6 per 100.000 untuk
wanita. PSP memiliki insiden yang dilaporkan sebesar 7.4-18 kasus (insiden
penyesuaian usia) dan 1.2-6 kasus per 100.000 populasi per tahun masing-masing
untuk pria dan wanita.1,2 Data UK mengenai tingkat rawat inap (untuk PSP dan
SSP) menunjukkan insiden 16.7 kasus per 100.000 untuk pria dan 5.8 kasus per
100.000 untuk wanita, dengan tingkat mortalitas 1.26 per juta dan 0.62 per juta
per tahun.3 Data terkini dari Perancis menunjukkan tingkat serupa yaitu 22.7 kasus
studi individu melaporkan tingkat rekurensi antara 17% dan 49%. 5-12 Regimen
dan parietal untuk menutup rongga pleura), yang dapat secara kimiawi (atau
‘medis’) menggunakan suatu agen yang dimasukkan ke rongga pleura atau secara
bedah dengan pleurektomi apikal atau abrasi pleura. Pedoman internasional kini
kimia.13-15
bullektomi) untuk kebocoran udara yang masih berlangsung (>4 hari) atau
pencegahan rekurensi saat serangan kedua. Dalam pernyataan ini, tidak ada
untuk pasien dengan PSP. Pleurodesis kimia melalui chest drain diperbolehkan
PSP), dengan pendekatan bedah sebagai pilihan pertama dan pleurodesis kimia
sebagai pilihan untuk pasien berisiko tinggi atau yang menolak pembedahan.
Pedoman ACCP dirilis pada tahun 2001, dan mungkin tidak lagi akurat.
pada pasien yang menolak atau tidak mampu menjalani pembedahan, sehingga
lebih cenderung digunakan pada pasien SSP. BTS menyatakan tetrasiklin sebagai
agen lini pertama sebelumnya untuk PSP dan SSP, namun penggunaannya telah
dan doksisiklin yang serupa pada hewan.14 BSP tidak mengomentari agen
pleurodesis.
METODE
Kriteria kelayakan
Kami mengkaji secara sistematis literatur untuk mengidentifikasi uji klinis (RCT),
studi kasus kontrol, dan serial kasus (tanpa kelompok pembanding) ≥ 10 kasus
yang relevan. Serial kasus secara spesifik dimasukkan karena penulis melihat
Studi dianggap layak untuk inklusi dengan kriteria berikut: pasien dewasa
pleurodosis pada serangan pertama atau rekurensi lanjutan, atau untuk terapi
persisten, dengan pemasangan chest tube atau disertain dengan prosedur bedah
intervensi terdiri dari pleurodesis kimia dengan agen apapun. Pembanding
meliputi drainase chest tube saja (tanpa pleurodesis), atau agen pleurodesis dan
Kriteria eksklusi meliputi: studi hewan atau anak, studi non-primer (seperti
surat, editorial, dan artikel kajian), pleurodesis untuk efusi pleura malgina,
kebocoran udara paskaoperasi, data yang kurang mengenai agen atau teknik yang
digunakan, periode follow-up yang tidak memadai (seperti <3 bulan), dan serial
(bila tidak dirilis dalam Bahasa Inggris) atau tidak mampu mendapat paper online
Strategi Pencarian
Pencarian literatur dari sejumlah basis data (seperti PubMed, Embase, Medline,
Web of Science, Cochrane Library) dilakukan hingga Juni 2016. Hasil tidak
basis data elektronik, daftar referensi, buku relevan, dan kajian artikel dicari
manual serta referensinya (daftar referensi dari artikel kajian dicari untuk studi
tambahan yang tidak didapat pada pencarian awal). Abstrak secara independen
dikaji untuk relevansinya oleh dua penulis (RJH dan AY). Perbedaan pendapat
diselesaikan dengan diskusi (dengan JPC dan IP) dengan ambang batas rendah
untuk kajian artikel lengkap. Artikel jurnal lengkap yang relevan dinilai lagi
kelayakannya.
Ekstraksi Data
Data diekstraksi dari artikel lengkap oleh dua penulis menggunakan formulir
Informasi yang diekstraksi meliputi penulis utama, tahun, area geografis, jenis
kelompok, waktu follow-up (rerata atau median bila ada), jenis dan kualitas studi.
Pada mereka yang dengan populasi campuran (seperti pasien dengan efusi pleura
Bila tersedia, data mengenai jumlah episode pneumotoraks (bukan jumlah pasien)
juga diambil. Kegagalan pleurodesis dini yang memerlukan prosedur lanjutan atau
Risiko bias dari RCT yang diikutkan dinilai menggunakan Cochrane Risk of
blinding partisipan dan personil, blinding asesmen luaran, data luaran yang tidak
lengkap, pelaporan luaran selektif, dan ‘masalah lain’. Kami tidak menilai risiko
Analisis Data
Karena heterogenitas dari desain studi, agen pleurodesis, kelompok kontrol, dan
luaran dari studi, sintesis data formal melalui meta-analisis tidak dilakukan karena
hasilnya tidak akan bermakna secara klinis. OR dengan 95% CI dihitung sebagai
dengan 95% CI (dihitung pada skala log). Bila terdapat rekurensi nol, kami
memperkirakan batas atas dari CI untuk tingkat rekurensi dengan 3/n 16 (Bagian
16.9.4) dan menerapkan perkiraan standar dengan menambahkan 0.5 pada semua
HASIL
Setelah pembuangan duplikat hasil pencarian, 560 abstrak dikaji (lihat gambar 1).
Sebanyak 468 dieksklusi karena tidak layak untuk dikaji saat ini (laporan kasus,
kajian, serial pembedahan atau deskripsi praktik, model hewan, kasus pediatrik,
pleurodesis untuk efusi pleura saja, data duplikat atau artikel pengetahuan dasar)
dan sayangnya kami tidak mampu mendapatkan salinan naskah lengkap dari 13
paper yang dirilis sebelum 1995 (dalam bahasa asing). Dari sisa 92 paper yang
layak, tambahan 42 studi diidentifikasi tidak layak untuk ekstraksi data (20
dengan data yang tidak adekuat atau tanpa data follow-up jangka panjang, 6
kajian, 6 dengan < 10 kasus, 4 data duplikat dari publikasi lain, 4 poster
konferensi atau abstrak saja dan 2 hanya terkait dengan tatalaksana efusi pleura).
Kelima puluh studi ini memiliki variasi ukuran, kualitas, dan desain studi”
pada serangan pertama, 6 (12%) menilai pasien dengan kebocoran udara, 5 (10%)
studi hanya untuk pneumotoraks rekuren saja dan 3 studi (6%) melibatkan
atau atrisi bias karena luaran dari rekurensi pneumotoraks dilaporkan dengan baik
dan tingkat loss to follow-up yang rendah. Proses randomisasi secara umum
dijabarkan dengan baik dan adekuat, dengan pengecualian pada beberapa studi
lama yang tidak menjelaskan prosesnya6,7 dan beberapa studi baru yang
ada studi yang di-blind, beberapa memberikan penjelasan kenapa tidak dilakukan:
sulitnya mempasangankan agen atau rasa nyeri terkait dengan instilasi minosiklin
Dua puluh empat studi menggunakan talc sebagai agen pleurodesis kimia. Dua
belas menilai efektivitas dari talc poudrage untuk terapi PSP: empat dimana talc
poudrage dilakukan saat torakoskopi medis dengan tanpa intervensi paru lain
Dari empat studi dimana talc poudrage dilakukan tanpa intervensi pada
paru (tabel 1), hanya satu studi berupa RCT. Studi ini menunjukkan tingkat
rekurensi yang lebih rendah pada mereka yang mendapat talc poudrage
dibandingkan dengan yang mendapat drainase saja (talc 5.1% vs drainase 34.0%,
OR 0.10, 95% CI 0.03 hingga 0.38).18 Suatu studi serial kasus dengan kelompok
26.1%, OR 0.08 (95% CI 0.01 hingga 0.69).19 Dua serial kasus, tanpa
pembanding, mengestimasi 10.2% rekurensi pada pasien dengan PSP rekuren atau
kebocoran udara yang sedang berlangsung (termasuk juga kegagalan dini), 20 dan
9.5% dalam kombinasi PSP episode pertama (62%) dan rekuren (38%).21
Dalam delapan studi bedah yang mengevaluasi talc poudrage untuk PSP
periode follow-up bervariasi dari 10 hingga 62 bulan (tabel 2). Hanya terdapat
satu RCT, yang dilakukan pada 141 pasien yang menjalani VATS dengan reseksi
atau elektrokoagulasi bleb. Tingkat rekurensi pada pasien yang mendapat talc dan
dekstrosa sebesar 2.4% dibandingkan dengan 6.0% pada kelompok kontrol
bahwa kami tidak yakin dengan temuan ini: OR 0.38 (95% CI 0.04 hingga 3.82). 22
Lebih lanjut, hasil serupa juga terlihat dengan menggunakan dekstrosa tanpa
talc.22 Tingkat rekurensi yang diamati pada tujuh studi bedah lainnya antara 0.0%
dan 3.2%%.23-29 Haya dua dari studi tersebut memiliki kelompok pembanding
tingkat rekurensi pada mereka yang mendapat talc dibandingkan dengan abrasi
pleura: talc 1.5% versus abrasi pleura 4.0%, OR 0.38 (95% CI 0.15 hingga 0.97).26
Indikasi untuk intervensi bedah dalam studi tersebut adalah PSP rekuren
dalam dua studi,23,29 satu saat serangan pertama27 dan dua tidak dijelaskan.22,26
Prosedur bedah yang dilakukan bervariasi antar studi. Beberapa studi menyatakan
kasus.22,24,26,27
Sisa 12 studi menggunakan talck untuk menangani pasien dengan PSP dan
SSP (tabel 3). Satu RCT mengestimasi penurunan tingkat rekurensi dengan
saja, OR 0.16 (95% CI 0.03 hingga 0.85). 6 Dua studi kecil menginsuflasi talc di
pasien.31 Namun, empat serial yang lebih besar meliputi 521 pasien yang
kelompok talc (OR 0.48) namun CI yang lebar (0.10 hingga 2.24).36 Suatu serial
kasus retrospektif dari 122 pasien menggunakan pleurodesis talc melalui chest
VATS dan talc poudrage untuk PSP dan SSP menemukan tingkat rekurensi 1.1-
tingkat rekurensi untuk talc melalui chest drain untuk SSP sebesar 2.9%38 dan
30.8%.40 Walau perbedaan dari studi tersebut signifikan secara statistik, dua
kelompok pasien sangat jauh berbeda: pasien yang mendapat talc melalui chest
Tetrasiklin
chest drain atau torakoskopi tanpa intervensi pada paru (tabel 4). Kualitas studi
ini bervaariasi mengenai PSP dan SSP namun terdiri dari tiga RCT yang meliputi
366 pasien. Dua RCT, dari 1990 dan 1989, mengacak pasien untuk mendapat
tetrasiklin versus chest drain atau drainase saja.6,7 Keduanya melaporkan tingkat
yang lebih rendah pada kelompok tetrasiklin namun hanya satu studi yang
signifikan secara statistik, OR 0.48 (95% CI 0.27 hingga 0.85). 7 RCT lainnya
yang kecil mengenai tetrasiklin versus perak nitrat saat torakoskopi menemukan
memiliki CI yang lebar yang menyimpang nilai null dari 1: OR 0.50 (95% CI 0.23
hingga 1.09), 0.25 (95% CI 0.09 hingga 0.73), 0.43 (95% CI 0.23 hingga 1.09),
dan 0.14 (95% CI 0.01 hingga 2.53).42-45 Perlu dicatat bahwa empat studi hanya
drainase chest tube saja.46 Namun, serial pembedahan prospektif yang lebih lama
Darah
Lima studi mengenai pleurodesis patch darah dimasukkan dalam analisis (n=270,
tabel 5). Tidak ada RCT yang membandingkan dengan drainase saja. Dua studi
Satu studi non-acak mengestimasi OR sebesar 0.47 (95% CI 0.17 hingga 1.32)
dengan drainase saja (15.6% pleurodesis darah, melibatkan kegagalan dini yang
Seperti yang dibahas pada bagian ‘Talc’ di atas, suatu studi perbandingan
retrospektif kecil dari talc melalui chest drain versus patch darah masih belum
memberikan jawaban.39 Dua serial retrospektif kecil lain dari pasien yang tidak
layak untuk pembedahan dengan rekurensi atau kebocoran udara persisten
menunjukkan rekurensi jangka panjang sebesar 16.0%49 dan 16.1%50 dengan tanpa
kelompok pembanding.
Minosiklin
Tiga RCT pada pasien dengan PSP (n=498) menemukan tingkat rekurensi 0% 17
dan 1.9% setelah instilasi minosiklin setelah reekspansi paru paska prosedur
VATS51 namun 29.2% setelah instilasi melalui chest drain saja (seperti
tatalaksana medis, tanpa intervensi pada paru) pada pasien dengan gejala pertama
PSP52 (tabel 6). RCT ini memberikan bukti penurunan rekurensi dibandingkan
dengan drainase saja pada pasien non-bedah (minosiklin 29.2% vs drainase saja
49.1%, OR 0.43, 95% CI 0.24 hingga 0.75).52 Pada pasien bedah, Chen dkk.51 juga
mendapat salin, namun kekuatan dari bukti statistiknya lemah (minosiklin 1.9% vs
saline 8.1%, OR 0.23, 95% CI 0.05 hingga 1.09). RCT bedah ketiga, yang
hingga 3.89).17
2.9% vs 9.8% saline, OR 0.27, 95% CI 0.09 hingga 0.85). 53 Studi komparatif lain
pada pasien dengan kebocoran udara lama paska VATS untuk SP menemukan
peningkatan tingkat rekurensi pada kelompok minosiklin dibandingkan dengan
Agen Lain
6.2% bila menggunakan iodopovidone selama VATS terlepas hanya 37% yang
menjalani reseksi bula. Dua studi kecil di India menilai efikasi dari iodopovidone
melalui chest drain. Satu uji klinis (n=35) tidak mengalami rekurensi baik pada
kelommpok iodopovidone atau pleurodesis talc55 dan suatu kajian retrospektif dari
Dua studi menggunakan perak nitrat sebagai agen pleurodesis kimia: satu
namun menjelaskan peningkatan produksi cairan pleura dan lama rawat yang
gentamicin melalui chest drain, walau lebih efektif daripada drainase saja (tingkat
rekurensi 3 tahun masing-masing 26.1% dan 50.0%) (OR 0.35, 95% CI 0.12
hingga 1.00, dengan nilai p < 0.05).43 Suatu studi kecil yang melibatkan 17
risiko terlalu tinggi untuk pembedahan dengan kebocoran udara, lem fibrin
(dilarutkan empat kali lipat) diinstilasi melalui chest drain. Tingkat rekurensi
bulektomi VATS melaporkan penurunan rekurensi menjadi 3.8% dari 20.0% pada
kelompok pembanding non-acak, namun CI-nya lebar (OR 0.16, 95% CI 0.02
DISKUSI
Ini merupakan studi pertama berdasarkan pengetahuan kami yang mengkaji secara
untuk semua agen pleurodesis kimia pada kasus SP baik pada pleurodesis ‘medis’
(tanpa intervensi pada paru) dan sebagai adjuvant terhadap prosedur bedah. Pasien
menjalani bedah toraks (reseksi wedge atau lobektomi) dengan kebocoran udara
cenderung menjadi populasi yang berbeda dari pneumotoraks spontan. Atas alasan
yang sama, tidak seperti kajian sebelumnya mengenai efikasi pleurodesis, pasien
yang menjalani pleurodesis untuk pencegahan rekurensi efusi pleura maligna juga
dieksklusi.
data formal melalui metaanalisis tidak dilakukan karena kami tidak yakin hasilnya
akan bermakna secara klinis. Hanya 9 dari 50 studi yang merupakan RCT. Juga,
membandingkan efektivitas relatif dari berbagai agen dalam kajian ini. hal ini
berbeda dengan kajian Cochrane mengenai agen pleurodesis pada efusi pleura
RCT.61
Studi dimana kelompok kontrol didrainase dengan chest drain saja (tanpa
efektif dalam menurunkan rekurensi PSP bila digunakan dengan poudrage saat
rekurensi 5.1% dan 2.6% dengan OR 0.10 (95% CI 0.03 hingga 0.38) dan 0.08
(95% CI 0.01 hingga 0.69), bila membandingkan talc poudrage dengan drainase
saja.18,19 Namun, data serial kasus terkini menunjukkan tingkat rekurensi yang
(VATS), tingkat rekurensi tampaknya rendah (antara 0.0% dan 3.2%) dan
dibandingkan dengan bulektomi VATS dan drainase atau abrasi saja. Tidak
bulektomi VATS dan pleurodesis talck. Hasil untuk talc poudrage saat
torakoskopi (tanpa intervensi pada paru) pada SP secara umum (PSP dan SSP)
tampaknya berkisar antara 5.6% dan 16.1% pada serial kasus yang lebih besar
(tanpa kelompok pembanding). Tidak ada studi pleurodesis slurry talc untuk SP
saja, kecuali dua studi dengan kelompok pembanding yang kecil yaitu 14 dan 10
pasien, yang memberikan tingkat rekurensi 21.4% dan 0.0%.36,55 Suatu kajian
sistematis sebelumnya dari pleurodesis talck dari 22 studi pada tahun 1994
menemukan tingkat kesuksesan umum 91%; namun, 6 dari 15 studi yang menilai
talc poudrage dan 4 studi yang menilai talc slurry memiliki sampel yang kecil (≤
10 pasien).62
berkualitas tinggi (RCT) menunjukkan tingkat rekurensi antar 13% dan 25%,
yang secara signifikan lebih baik daripada yang mendapat drainase saja (OR 0.27,
95% CI 0.06 hingga 1.15, dan 0.61 dcengan 0.48, 95% CI 0.27 hingga 0.85). 6,7
Pleurodesis patch darah untuk kebocoran udara persisten pada pasien yang tidak
16%.49,50 Suatu RCT yang menilai efikasi jangka pendek dari pleurodesis patch
darah autolog dengan berbagi dosis menemukan bahwa pemberian 1 atau 2 mL/kg
lebih baik dalam mengatasi kebocoran udara dalam 13 hari (keduanya 82%)
melalui chest drain tanpa intervensi bedah pada pasien dengan gejala pertama
Iodopovidone secara luas tersedia di India dengan satu RCT kecil menunjukkan
tingkat kesuksesan yang sama dengan talc.55 Masih diperlukan penelitian untuk
penggunaan acromycin, gentamisin, atau quinakrin melalui chest drain, dan perak
efusi pleura maligna, yang menemukan bahwa talc poudrage sangat efektif,
diikuti dengan talc slurry, mepakrin, iodine, bleomycin, dan doksisiklin, walau
udara yang sedang berlangsung dan pencegahan rekurensi saat serangan kedua
sesuai dengan rekomendasi pedoman. Namun, satu studi menilai intervensi bedha
dini saat serangan pertama.27 Kelompok ini secara kontroversial ditangani tanpa
aspirasi atau drainase chest tube, menjalani VATS dengan reseksi bleb dan
pleurodesis talc poudrage dalam kurun 12 jam dari gejala pertama. Walau tidak
kami terbatas oleh kualitas dari data yang tersedia. Walau kami mengidentifikasi
beberapa RCT yang baik, mayoritas dari studi yang diidentifikasi bersifat
retrospektif, dengan risiko tinggi pelaporan bias. Tiga belas paper yang dirilis
sebelum tahun 1995 dalam bahasa asing (bukan Bahasa Inggris) dan tidak tersedia
meliputi mereka yang menilai pasien saat serangan pertama, mereka dengan
pneumotoraks atau kebocoran udara rekuren, dan mereka yang hanya dengan
kecocoran udara saja. Ukuran pneumotoraks saaat datang dan rincian terapi
sebelumnya juga tidak selalu tersedia. Tterdapat variasi dalam dan antar studi
pleurodesis kimia). Prosedur pasti seringkali ditentukan pada inspeksi visual dari
paru (seperti reseksi bleb/bulla atau elektokoagulasi hanya dilakukan bila terlihat
adanya bleb dan bulla) namun hasilnya biasanya hanya melaporkan tingkat
rekurensi secara umum. Hal ini menyebabkan heterogenitas klinis yang signifikan
KESIMPULAN
agen telah digunakan untuk pleurodesis kimia untuk pencegahan rekurensi SP.
paling efektif dalam mencegah rekurensi, namun tidak selalu bisa dilakukan untuk
seua pasien. Bukti mengenai tingkat kesuksesan relatif antar agen masih terbatas
akibat jumlah uji klinis yang masih sedikit. RCT yang baik yang menggunakan
Gambar 1. Alur diagram item yang dilaporkan untuk kajian sistematis dan meta-
Tabel 3. Efektivitas dari pleurodesis talc pada pneumotoraks spontan (PSP dan
Tabel 5. Efektivitas dari pleurodesis darah untuk pneumotoraks spontan (PSP dan