الَر ْح َم ِن
الَر ِحي ِم
َّ ّـ
REFRESHING
PNEUMONIA
PE M BIM BIN G :
D R . A BD U R O H M A N , S P. A
D IS U S U N O LEH :
TA S YA S A BR I N A C H 2 0 1 3 7 30 1 8 3
Kepaniteraan Klinik
Departemen Pediatri
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta
RSUD Sayang, Cianjur
Periode 23 Oktober 2017– 31 Desember 2017
DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru-
paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstitial.
EPIDEMIOLOGI
Penyebab utama morbiditas dan mortalitas
pada anak usia <5 tahun di seluruh dunia,
terutama dinegara berkembang.
Berdasarkan data Riskesdas 2013,
kelompok umur penduduk, period
prevalence pneumonia yang tinggi terjadi
pada kelompok umur 1-4 tahun, kemudian
mulai meningkat pada umur 45-54 tahun
dan terus meninggi pada kelompok umur
berikutnya.
Etiologi Pneumonia
Virus :
RSV, virus influenza, adenovirus dan virus parainfluenza
Bakteri :
Streptococcus pneumoniae
Hemophilus influenzae
Staphylococcus aureus
Streptococcus group A – B
Klebsiella pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa
Chlamydia sp
Mycoplasma pneumoniae
Patogenesis
.
Pneumonia virus biasanya akibat dari
penyebaran infeksi sepanjang saluran napas,
diikuti jejas langsung epitel saluran napas,
pembengkakan menyebabkan obstruksi jalan
napas, sekresi abnormal, dan debris seluler.
Kecilnya saluran napas pada balita membuat
suasana yang cukup baik untuk terjadi infeksi
berat. Atelektasis, edema interstisial, dan
ketidak-seimbangan ventilasi-perfusi
menyebabkan hipoksemia biasanya diikuti oleh
obstruksi.
Patologi
Pneumonia Bronkopneumonia
Lobaris
Pneumonia Virus
dan Mikoplasma
(Pneumonia Primer
Atipik)
Patologi
1. Stadium
Kongesti
2. Stadium
Hepatisasi
Merah
Pneumonia
Lobularis
3. Stadium
Kepatisasi
Kelabu
4. Stadium
Resolusi
Bronkopneumonia
Tidak ada tanda pneumonia atau pneumonia Bukan Pneumonia; batuk atau flu
sangat berat
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
- Air Space Pneumonia/Pneumonia Lobaris
- Bronkhopneumonia
Pemeriksaan Penunjang
2. Pemeriksaan Laboratorium
3. Pulse oxymetri
4. Pem. Mikrobiologis
Tatalaksana
1. Terapi oksigen
Bayi dan anak yang mengalami hipoksia mungkin tidak tampak sianosis. Agitasi mungkin mejadi
indikasi hipoksia, oksigen diberikan pada penderita dengan saturasi oksigen <90% pada udara
kamar untuk mempertahankan saturasi oksigen ≥90%, dan pada penderita distres napas.
2. Analgetik dan antipiretik
Anak yang terkena infeksi saluran respiratori bagian bawah akut umumnya mengalami pireksia
dan dapat merasakan nyeri seperti nyeri kepala, nyeri dada, nyeri sendi, nyeri perut dan nyeri
telinga. Dosis antipiretik bisa diberikan paracetamol 10-15 mg/kgBB/x pemberian.
Tatalaksana
3. Terapi cairan
Penderita yang muntah-muntah atau sakit berat memerlukan cairan i.v. bila diperlukan cairan i.v.
diberikan 80% dari kebutuhan basal dan perlu dipantau elektrolit serum.
Anak dengan sesak nafas memerlukan cairan i.v dan Oksigen (1-2 liter/menit).
Jenis cairan yang digunakan adalah campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9% ditambah larutan KCl
10 mEq/500 ml botol infus.
Jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan dan kenaikan suhu. Koreksi gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Tatalaksana
4. Pemberian antibiotik
Antibiotik empiris diberikan berdasarkan usia penderita dan derajat penyakit, antibiotik yang
sesuai harus diberikan segera sesudah penderita masuk rumah sakit. Untuk pneumonia
atau bukan pneumonia berat dapat diberikan: