Anda di halaman 1dari 20

REFRESHING

HERNIA INGUINALIS

Pembimbing:

dr. Winoto Hardjolukito, Sp.B

Disusun Oleh:

Shila Rubianti P

STASE ILMU BEDAH

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500
sebelum Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan seiring bertambahnya
pengetahuan struktur anatomi pada regio inguinal.

Lebih dari 600.000 kasus hernia dilakukan pembedahan di Amerika Serikat, hal ini
membuat bedah hernia menjadi pembedahan yang biasa dilakukan oleh spesialis bedah di
Amerika. keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 %
dan 24,1 % di Amerika Serikat.

75% hernia kasus hernia pada dinding abdomen merupakan hernia inguinalis dan
femoralis, dimana perbandingan antara hernia indirek dengan direk adalah 2 : 1, dan lebih
sering ditemukan pada sebelah kanan. Perbandingan antara kejadian hernia inguinal pada
laki-laki dan perempuan adalah 7:1. Dan prevalensinya terus meningkat sesuai dengan umur
baik pada laki-laki ataupun perempuan.

Hernia merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua dokter, sehingga
pengetahuan umum tentang manifestasi klinis, gambaran fisik dan penatalaksaan hernia
penting.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Hernia berasal dari kata latin yang berarti ruptur. Hernia adalah protrusi (penonjolan)
dari isi organ viseral melalui dinding abdomen. Ada dua komponen utama pada hernia. Yang
pertama adalah defek yang terjadi baik lokasi dan ukurannya. Komponen kedua adalah
kantung hernia yang kantung yang menonjol melalui defek yang terjadi. Kantung hernia bisa
berisi kandungan dalam abdomen, seperti usus halus, usus besar atau kandung kemih, atau
dapat kosong.

Hernia didefinisikan sebagai penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah
yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai
tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah
inguinal. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek
melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.

Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) atau
disebut juga hernia indirek dan Hernia Ingunalis Medialis (HIM) atau hernia direk.

Kantung dari HIL / indirek, terbentuk pada sisi lateral pembuluh darah epigastrika
inferior, suatu hernia indirek berada bersama spermatic cord dan berjalan bersama melewati
cincin internal. Kantung hernia kemudian berjalan melalui canalis inguinal dan keluar
bersama spermatic cord melalui cincin eksternal ke dalam skrotum.
Sebaliknya, kantung dari hernia inguinalis medialis atau hernia inguinalis direk,
penonjolan terjadi melalui basal dari canalis inguinalis melalui segitiga Hesselbach’s.
protrusi hernia ini melewati peritoneum melalui fascia transversalis, yang berada dekat
dengan spermatic cord (tidak bersamaan) dan keluar ke canalis inguinalis. Kadang HIL dan
HIM sulit dibedakan, namun hal ini tidak terlalu berpengaruh, sebab penanganannya tidak
jauh berbeda antara HIL dan HIM.
Sliding hernia, bila organ-organ retroperitoneal seperti kolon sigmoid, saekum, vesika
urinaria, atau ureter terlibat pada dinding pembentuk kantung hernia
Hernia disebut redusibel bila kantung dan isinya dapat dimasukkan kembali ke dalam
rongga abdomen, tapi jika tidak maka disebut sebagai hernia irredusibel (inkarserata). Atau
jika hernia mengandung organ visera yang kemudian terjepit dan kekurangan suplai darah

3
disebut sebagai hernia strangulata. Dimana kondisi ini merupakan kondisi yang berbahaya
dan mengancam jiwa jika kantong hernia mengandung usus yang gangren atau nekrosis.

2.2 Anatomi
Lapisan dinding abdomen dari permukaan ke arah dalam, termasuk kulit, fascia of
Camper, fascia of Scarpa, aponeurosis dan muskulus oblikus eksternus, aponeurosis dan
muskulus oblikus internus, aponeurosis dan muskulus abdominis transversus, fasia
transversalis, lapisan lemak preperitoneum, dan peritoneum. Lapisan-lapisan ini terus
berlanjut sampai daerah inguinal dimana mereka membentuk insersi pada kanalis inguinalis.

Gambar Lapisan Dinding Abdomen

a. Kanalis Inguinalis
Terdapat beberapa struktur di dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis
mengandung korda spermatika pada pria dan ligamentum rotundum pada wanita.
Kanal ini terletak secara oblik diantara lingkaran inguinal dalam atau interna, yang
berasal dari fasia transversalis, dan lingkaran inguinal superfisial atau eksterna
yang berasal dari aponeurosis oblikus eksterna.

4
Gambar Isi Korda Spermatika

Korda spermatika berjalan lingkaran interna melewati kanalis inguinalis dan


keluar menuju lingkaran eksterna untuk bergabung dengan testis di dalam
skrotum. Korda spermatika mengandung beberapa struktur termasuk fasia
spermatika superfisial (berasal dari fasia Scarpa dan fasia Camper), fasia
spermatika eksterna (berasal dari muskulus oblikus eksternus), lapisan muskulus
kremaster sirkumferens (bersala dari muskulus oblikus internus), dan arteri
spermatika eksterna atau arteri kremaster, fasia spermatika interna (berasal dari
fasia transversalis), vas deferens dan arteri vas deferens, arteri spermatika interna
atau arteri testikular yang berasal dari aorta, tepat di sebelah inferior arteri renalis,
pleksus vena pampiniforme yang berasal dari vena testicular dan berjalan menuju
vena kava di sebelah kanan dan vena renalis di sebelah kiri, nervus ilioinguinal,

5
dan cabang genital dari nervus genitofemoralis, dan serat simpatis dari pleksus
hipogastrikus.

Gambar Kanalis Inguinalis

Kanalis inguinalis dapat dibagi berdasarkan batasannya. Di anterior kanalis


inguinalis terikat oleh aponeurosis oblikus eksternus, di superior oleh oblikus
internus dan muskulus dan aponeurosis abdominis transversus, dan di bagian
inferior oleh ligament lakunar dan inguinal. Dinding inferiormya dibentuk oleh
fasia transversalis. Jika terjadi defek pada dinding ini, maka perioteneum dan isi
dari kavitas abdomen dapat mengalami herniasi.

b. Segitiga Hasselbach
Segitiga Hasselbach dibentuk oleh ligamen inguinal pada sisi lateral,
selubung rektus di bagian medial, dan pembuluh darah epigastrik inferior pada sisi
superior. Hernia direk terjadi jika ada penonjolan terhadap dinding kanalis
inguinalis pada segitiga Hasselbach (medial sampai inferior pembuluh darah
epigastrik). Sehingga, hernia direk adalah penonjolan peritoneum melewati fasia
transversalis (berdekatan dengan korda spermatika). Kantung hernianya keluar
kanal bersamaan dengan korda spermatika melewati lingkaran externa menuju ke
skrotum. Kantung hernia indirek umumnya ditemukan pada aspek anteromedial

6
korda spermatika. Hernia yang terjadi secara direk dan indirek disbut juga sebagai
“pantaloon hernia” (pantaloon= celana), karena kedua hernia tersebut
menggantungkan pembuluh darah epigastik inferior, mirip dengan gambaran
sepasang celana.

Gambar Segitiga Hasselbach.

Gambar Anatomi Perbandingan Hernia Direk dan Indirek

7
c. Kanalis Femoralis
Hernia femoralis adalah penonjolan organ visceral melewati lingkaran
femoralis, yang terikat pada sisi lateral oleh vena femoralis, sisi anterior oleh
ligamentum inguinalis, sisi medial oleh ligamentum lakunar, dan sisi posterior
oleh ligamentum Cooper. Kanalis femoralis merupakan perpanjangan dari
lingkaran femoralis, kira-kira sepanjang 2 cm inferior ke arah betis. Kanalis
femoralis umumnya mengandung jaringan areolar, saluran limfatik, dan
limfonodus yang berasal dari ekstremitas bawah dan perineum. Selubung
femoralis terbentuk dari fasia transversalis dan mengandung arteri, vena, dan
kanalis femoralis. Segitiga femoralis terikat oleh ligamentum inguinalis, muskulus
sartorius, dan muskulus aduktor longus dan mengandung (dari lateral ke medial)
nervus, arteri, vena, dan limfatik femoralis.
d. Persarafan
Nervus regio ilioinguinal berasal dari pleksus lumbal, yang menginervasi
struktur-struktur abdominal, dan sebagai sensorik kulit abdomen dan peritoneum.
Penjebakan nervus dapat memberikan rasa sakit yang hebat, sedangkan transeksi
menyebabkan rasa baal. Nervus illeohipogastrika (T12 – L1) berasal dari ujung
lateral otot psoas dan berjalan sepanjang dinding abdomen. Nervus
illieohipogastrik menembus muskulus oblikus eksternus berjalan 1-2 cm dari
aspek superomedial lingkaran eksterna dimana mempersarafi region suprapubis
sebagai saraf sensoris. Nervus isiadikus juga berfungsi sebagai inervasi aferen
dan eferen untuk refleks abdominal, seperti refleks kontraksi otot-otot rektus
abdominis.
Nervus ilioinguinal (L1) berjalan bersama nervus iliohipogastrik dan
bergabung ke dalam korda spermatika atau round ligament melewati lingkaran
inguinal eksternal dan internal untuk menginervasi kulit pada bagian basis penis
atau mons pubis, skrotum, labia mayor, dan femur bagian medial. Saraf ini bisa
terjebak saat pembedahan yang melibatkan kanalis inguinalis atau mengalami
penjebakan ketika menutup aponeurosis oblikus eksternus.
Nervus genitofemoralis (L1 – L2), berjalan melewati bagian anterior otot
psoas dan bercabang sebelum mencapai lingkaran inguinal internal. Cabang
genital masuk ke traktus ileopubis lateral ke arah lingkaran inguinal internal lalu
bergabung dengan korda spermatika. Cabang genital tersebut menyuplai skrotum
anterior dengan saraf sensoris, muskulus kremasterius dengan serat motorik, dan
8
jalur eferen refleks kremasterius (stimulus pada femur medial memberikan
kontraksi pada otot kremaster dan elevasi testis ipsilateral). Pada cabang femoral,
berjalan dibawah ligamentum inguinal untuk memberikan sensasi femur
anteromedial dan cabang aferen untuk refleks kremaster.
Nervus kutaneus femoralis lateral (L2 – L3) berasal dari ujung lateral otot
psoas, berjalan melewati fossa iliaka, disebalah lateral pembuluh darah iliaka, dan
dibawah traktus ileopubis dan ligamentum inguinalis untuk memberikan sensasi
pada femur lateral. Cedera pada nervus ini dapat terjadi pada pembedahan yang
belum berpengalaman dalam melakukan laparoscopic hernia repair.
Nervus femoralis (L2 – L4) berjalan dari aspek lateral otot psoas dan
kebawah ligamentum inguinalis lateralis ke arah pembuluh darah femoralis dan
keluar selubung femoral untuk memberikan sensasi sensoris dan motorik pada
femur. Saraf ini harus diperhatikan pada pembedahan hernia femoralis.

e. Pembuluh Darah
Arteri dan vena iliaka eksterna pada aspek medial otot psoas dan berjalan
menuju ke dalam trantus ileopubis untuk membentuk arteri dan vena femoralis.
Arteri iliaka eksterna bercabang pada bagian distalnya sepanjang 2 cm menjadi
menjadi dua buah arteri lagi, dimana percabangan lateralnya adalah arteri iliaka
sirkumfleksa dalam, berjalan sepanjang otot iliaka, masuk ke dalam traktus
ileopubis, menjadikan rentan terhadap cedera saat penjahitan atau penggunaan
staples. Di bagian medial, terdapat arteri epigastrik inferior. Vena iliaka eksterna
terletak disebelah medioposterior arteri iliaka eksterna dan mempunyai beberapa
cabang.
Arteri dan vena epigastrika inferior bersilangan dengan traktus ileopubis
pada aspek medial lingkaran interna dan berjalan naik pada permukaan posterior
otot rektus. Arteri epigastrik inferior bercabang menjadi dua, yaitu arteri
kremasterius dan arteri pubis. Cabang kremasterius measuk ke fasia transversalis
dan bergabung dengan korda spermatika. Cabang pubis berjalan vertikal di
sebelah inferior, menyilang di ligament Cooper dan mengalami anastomosis
dengan arteri obturator.
Pembuluh darah testikular berjalan dengan ureter ke arah pelvis pada batas
lateral, lalu berjalan sepanjang alteral arteri iliaka eksterna, menyilang pada
traktus ileopubis, dan bergabung dengan korda spermatika pada lateral lingkaran
9
interna. Arteri spermatika interna atau arteri testikular berawal dari aorta dibawah
arteri renalis setinggi L2. Anastomosis diantara arteri testikular, deferensial,
kremasterius menyuplai testis yang kaya dengan pembuluh darah kolateral.
Drainase vena testis di sediakan oleh vena cava pada testis dekstra dan vena
renalis pada testis sinistra.
f. Ligamentum Inguinal
Ligamentum inguinalis terbentuk dari ujung bagian yang menebal
aponeurosis oblikus eksternus di sisi lateral. Ligamentum ini berjalan diantara
spina iliaka superoanterior dan tuberkulus pubis.

Gambar Ligamentum Inguinalis


g. Traktus Illeopubis
Traktus illeopubis merupakan fasia transversalis bagian lateral yang
memanjang dan menebal, yang dimana posisinya terletak dari ramus pubis
superior ke arkus illeopektineal. Traktus illeopubis terletak di anterior ligamentum
Cooper dan di posterior ligamentum inguinal. Traktus illeopubis merupakan
struktur yang terpisah dan memegang peranan penting terhadap pembedahan
hernia preperitoneal dan juga pembedahan anterior.
h. Ligamentum Lakunar
Ligamentum lakunar atau ligamentum Gimbernat merupakan bagian yang
terletak paling inferior dan posterior pada ligamentum inguinal. Ligamentum
lakunar berbentuk segitiga, dan sudut seratnya bertemu dengan ligamentum
Cooper dan terlihat seperti masuk ke simpisis pubis, membentuk aspek medial
dari kanalis femoralis.
i. Ligamentum Cooper

10
Ligamentum Cooper atau ligamentum pektineal adalah versi pendek dari
fasia transversalis dan periosteum dari tuberkulus pubis ramus lateralis.
Ligamentum Cooper memiliki tebal hanya beberapa millimeter, menempel pada
ramus pubis, dan bergabung ke traktus ileopubis dan ligamentum lakunar pada
insersi medial. Ligamentum Cooper dapat dipalpasi karena jaringan fibrosa yang
tebal dan terlihat mengkilap ketika jaringan lunak dan lemak disekitarnya
diangkat.

j. Ruang Preperitoneum
Ruang peritoneum mengandung jaringan adipose, limfatik, pembuluh darah,
dan saraf. Nervus-nervus yang ada pada ruangan preperitoneum menjadi perhatian
khusus oleh dokter bedah terutama nervus kutaneus femoralis lateralis dan nervus
ilioinguinalis. Nervus kutaneus femoralis lateral berakar dari L2 – L3 dan
umumnya merupakan percabangan langsung dari nervus femoralis. Saraf ini
berjalan pada permukaan anterior spina iliaka dan permukaan anterior muskulus
iliaka dibawah fasia iliaka dan melewati dibawah atau menembus ligamentum
inguinal lateral pada spina iliaka superoanterior. Saraf ini berjalan dibawah atau
sering ditemukan melewati traktus iliopubis di daerah lateral lingkaran inguinal.
Nervus genitofemoralis umumnya berakar dari L2 atau L1 dan L2. Nervus
ini bercabang menjadi cabang genitalis dan cabang femoralis pada permukaan
anterior otot psoas. Cabang genital, masuk ke kanalis inguinalis melewati deep
ring, dimana cabang femoralis masuk ke selubung femoralis disebelah lateral
arteri.
Arteri dan vena epigastrika inferior merupakan cabang dari arteri dan vena
iliaka eksterna dan merupakan sebagai penanda penting dalam perbaikan hernia
laparoskopi. Pembuluh darah ini berada pada sisi medial dari lingkaran inguinal
interna dan berada tepat dibawah muskulus rektus abdominis pada fasia
transversalis. Arteri dan vena epigastrika inferior ini berfungsi sebagai penentu
hernia. Hernia indirek muncul di sebelah lateral arteri dan vena epigastrika
inferior, dimana hernia direk muncul di sisi medial arteri dan vena epigastrika
inferior ini.

11
2.3 Embriologi Canalis Inguinalis

Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior gonad
ke permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati dinding abdomen
yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis
adalah evaginasi diverticular peritoneumyang membentuk bagian ventral gubernaculums
bilateral. Pada pria testes awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testes
akan turun melewati canalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum.
Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga, yang tersering hernia
inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering
adalah yang sebelah kanan. Testis yang pada mulanya terletak didalam rigi urogenital di
retroperitoneum, turun kedaerah cincin dalam pada sekitar umur kehamilan 28 minggu.
Penurunan testis melalui kanalis inguinalis diatur oleh hormon androgen dan faktor
mekanis (meningkatkan tekanan dalam perut). Testis turun kedalam skrotum pada umur
kehamilan 29 minggu. Setiap testis turun melalui kanalis inguinalis eksterna ke prosesus
vaginalis.
Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior menjadi
ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus.
Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga peritoneal
yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan melekatkan testis yang
dikenal dengan tunika vaginalis. Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel
atau hernia inguinalis lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal
Nuck. Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan
menutupnya processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia
ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup.5
Selama beberapa minggu terakhir kehamilan atau segera setelah lahir, lapisan prosesus
vaginalis secara normal berfusi bersama dan berobliterasi masuk kedalam saluran
inguinal disekitar cincin interna. Kegagalan obliterasi mengakibatkan berbagai anomali
inguinal.kegagalan total obliterasi akan menghasilkan hernia inguinalis total. Obliterasi
distal dengan bagian proksimal patensi akan menghasilkan hernia inguinalis tidak
langsung.Obliterasi proksimal dengan bagian distal patensi akan menghasilkan hidrokel
murni,lebih dikenal sebagai hidrokel tunika vaginalis. Obliterasi prosesus vaginalis
sebelah proksimal dan distal tetapi patensi di bagian tengah tali spermatika akan

12
menghasilkan hidrokel tali tersebut.Istilah hidrokel komunikans membingungkan dan
seharusnya dihindari karena anomali ini sinonim dengan hernia inguinalis total.

2.4 Etiologi

Penyebab dari hernia inguinalis masih sangat sedikit diketahui, dan sangat
multifaktorial. Hernia inguinalis mungkin disebabkan oleh faktor kongenital dan faktor
familial merupakan predisposisi. terutama pada anak-anak. Tapi banyak bukti yang
mengatakan bahwa adanya kelainan pada jaringan ikat yang mengubah susunan kolagennya.

Berdasarkan hipotesis Russel’s, adanya perkembangan divertikulum berhubungan


dengan terjadinya prosesus vaginalis yang paten. Russel juga mengatakan adanya
peningkatan tekanan intraabdominal mungkin menyebabkan regangan dan melemahnya
cincin internal dari canalis inguinalis, ditambah dengan dorongan organ-organ visera. Teori
ini mungkin tidak menjelaskan semua penyebab hernia inguinalis terutama yang indirek,
berikut adalah beberapa kemungkinan penyebab dari hernia indirek.

 Batuk kronis
 Penyakit paru obstruktif kronis
 Obesitas
 Konstipasi
 Kehamilan
 Riwayat keluarga
 Manuver valsava
 Asites
 Merokok
 Mengangkat berat
 Gangguan sintesis kolagen
 Kelainan jaringan ikat kongenital
Pada hernia direk ada dua faktor utama yang dianggap menyebabkan terjadinya hernia
yaitu peningkatan tekanan intraabdominal dan kelemahan dinding inguinalis posterior.
2.5 Klasifikasi
Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan integritas dinding
posterior, meliputi:

13
 Tipe 1 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
 Tipe 2 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang membesar dengan basis
canalis ingunal utuh.
 Tipe 3a adalah hernia inguinalis indirek.
 Tipe 3b adalah hernia indirek yang disertai pembesaran cincin inguinal interna dengan
kerusakan basis canalis inguinal, massive scrotal, sliding, or pantaloon hernia..
 Tipe 3c adalah hernia femoralis.
 Tipe 4 Hernia rekuren.

Klasifikasi Gilbert’s membagi hernia menjadi 5 tipe berdasarkan 2 tipe hernia (direk &
indirek) dan luas defek yang terjadi pada cincin interna. tapi klasifikasi ini membutuhkan
intraoperatif assesmen.

 Indirek, kecil
 Indirek, medium
 Indirek, besar ( > 2 jari)
 Direk, seluruh basis/lantai inguinal
 Direk divertikular (tdk > 1 jari)
 Hernia pantaloon
 Hernia femoralis

Schumpelick, membagi hernia juga berdasarkan tipe hernia dan ukuran defek yang terjadi.

Tipe

 L = Lateral/direk
 M = Median/direk
 F = Femoralis
Ukuran

 I defek < 1,5 cm


 II defek 1,5-3 cm
 III defek > 3 cm

14
2.6 Diagnosis

Baku emas dari diagnosis hernia adalah melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Pada anamnesis pasien biasanya mengeluhkan benjolan persisten atau intermiten di daerah
pangkal paha (inguinal) disertai rasa tidak nyaman dan diperburuk oleh aktivitas, bila
hernianya merupakan hernia redusibel, nyerinya mungkin hilang timbul. Nyeri yang lebih
menetap adalah khas untuk hernia inkarserata. Jika ditemukan demam, takikardi, nyeri tekan,
eritema, leukositosis, dan gejala-gejala obstruksi, kemungkinan hernia iredusibel yang telah
terjadi strangulasi dan membutuhkan penanganan operatif segera.

Untuk memeriksa hernia inguinal pada pasien, pemeriksa duduk dan pasien berdiri
menghadap pemeriksa. Pertama pangkal paha di inspeksi untuk melihat apakah ada benjolan,
dan pasien diminta untuk batuk atau melakukan manuver valsava. Pada pria, pemeriksa dapat
memasukkan jari ke dalam dinding abdominal dan cincin inguinal eksterna melalui
redundansi kulit skrotum disebelah lateral tuberkel pubik. Dan dilakukan bersamaan dengan
manufer valsava atau pasien batuk, hernia inguinal akan teraba sebagai masa yang
mendorong ujung jari pemeriksa. Pada wanita, pemeriksaan yang sama dapat dilakukan
dengan memasukan jari ke dalam labium mayus untuk mencapai cincin inguinal eksterna.

Hernia femoralis akan muncul sebagai massa di bawah ligamen inguinal di area
medial pulsasi femoralis dan dapat di periksa dengan teknik mengejan yang sama.

Setelah selesai memeriksa pasien dalam posisi berdiri, pasien kemudian diperiksa
kembali dengan pemeriksaan yang sama pada posisi terlentang.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu USG, CT san, & MRI.

2.7 Penanganan

A. Penanganan DI IGD
 Mengurangi hernia.
 Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien
harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
 Menurunkan tegangan otot abdomen.
 Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.

15
 Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap hernia
inguinalis.
 Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan
menimbulkan proses analgesia.
 Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral (seperti
kaki kodok)
 Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang
berlanjutselam proses reduksi penonjolan
 Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu
mengembalikan isis hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks akan
menyebabkan isis hernia keluar dari pintu hernia.
 Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaanm
 Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam analgetik yang adekuat dan
posisikan Trendelenburg, dan kompres dingin selama20-30 menit.
B. Konsul bedah jika:
 Reduksi hernia yang tidak berhasil
 Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang memburuk
 Hernia ingunalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa kontraindikasi .
penanganan ini teruntuk semua pasien tanpa pandang umur inkarserasi dan
strangulasi hal yang ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya.
 Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan
saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan.
Operasi yang cito mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.
 Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana apabila dilakukan
penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko
infeksi traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.
 Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada hernia
maka operasi yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk
mengurangi hernia inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul
dielevasikan dan di beri .analgetik dan obat sedasi untuk merelaxkan otot-otot.
 Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan tidak ada
gejala strangulasi.

16
 Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus
masih hidup, ada tanda-tanda leukositosis.
 Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.
C. Indikasi operasi:
 Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif tanpa
penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata,
strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya
peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
 Pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan
inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-
Madsen, Gavrilenko) bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka
mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito surgery.
D. Konservatif
 Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan
lambat dan menetap sampai terjadi reposisi.
 Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,
pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil,
anak boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
E. Operatif
 Anak-anak : Herniotomy :
Karena masalahnya pada kantong hernia,maka dilakukan pembebasan kantong
hernia sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada
perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi
mungkin lalu dipotong.

Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka kedua sisi
dapat direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral

 Dewasa: Herniorrhaphy: Perawatan kantung hernia dan isi hernia


- Penguatan dinding belakang (secara Bassini, Marcy Ferguson, Halsted /
Kirchner, Lotheissen-Mc Vay (Cooper’s ligament repair), Shouldice, Tension
free herniorrhaphy)
- Berliner repair
- The Lichtenstein repair
- The Wilkinson Technique
17
- Abrahamson Nylon Darn Repair
- Lichtenstein Plastic Screen Reinforcement
Klasifikasi dan terapi menurut Gilbert tipe I-IV

 Rutkow Mesh-plug hernioplasty


 Rives Prosthetic Mesh Repair
 Stoppa Gerat Prosthetic for Reinforcement of the Visceral Sac
 Minimally Invasive Surgery (Laparoscopy), terbagi menjadi TAPP (Trans
Abdominal Pre Peritoneal) dan TEP (Total Extra Peritoneal)
F. Teknik Bedah
Tujuan operasi adalah menghilangkan hernia dengan cara membuang kantung dan
memperbaiki dinding abdomen.

Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara conjoint
tendon didekatkan dengan ligamentum Poupart’s dan spermatic cord diposisikan
seanatomis mungkin di bawah aponeurosis muskulus oblikuus eksterna.
Komponen utama dari teknik ini adalah :
- Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis inguinalis
hingga ke cincin eksternal.
- Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia indirect
sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia direct.
- Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia
transversalis)
- Melakukan ligasi kantong hernia seproksimal mungkin.
- Rekonstruksi dinding posterior dengan menjahit fascia transversalis, otot
transversalis abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum inguinalis
lateral.

18
Bassini technique
Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekonstruksi, tetapi
semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia disekitarnya dan
memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis. Kelemahannya adalah tegangan yang
terjadi akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi
nekrosis otot yang akan menyebabkan jahitan terlepas dan mengakibatkan
kekambuhan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition.


Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.

Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of Surgery. Eighth


edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394

Norton, Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science
and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-8 03.

20

Anda mungkin juga menyukai