Anda di halaman 1dari 3

70

BAB 5

PENUTUP

Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan

secara langsung pada pasien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi di ruang

jiwa B Rumkital Dr.Ramelan Surabaya, maka penulis dapat menarik beberapa

kesimpulan sekaligus saran yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan mutu

asuhan keperawatan pasien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi.

5.1 Simpulan

Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan pada

pasien dengan diagnosa ganguan persepsi sensori : halusinasi maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada tahap pengkajian yang menjadi keluhan utama pasien adalah kontak

mata kurang, respon verbal lambat, menarik diri dari orang lain, berusaha

untuk menghindari orang lain, sulit berhubungan dengan orang lain, tidak

dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata, dan khawatir tanpa sebab

yang jelas. Alasan masuk yang ditemukan penulis pada faktor predisposisi

adalah pasien tidak mengalami gangguan dalam faktor perkembangan dan

faktor biologis sedangkan pada faktor presipitasi pada pasien adalah pasien

mengalami gangguan perilaku dalam dimensi emosional. Sedangkan pada

tanda gejala yang ditemukan pada pasien adalah kontak mata kurang, emosi

labil ,mudah tersinggung, respon verbal yang lambat, menarik diri dari
71

orang lain, berusaha untuk menghindari orang lain, sulit berhubungan

dengan orang lain, tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata, dan

khawatir tanpa sebab yang jelas. Pada faktor predisposisi penulis yang

didapat adalah pasien mengalami gangguan dalam faktor biologis.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah gangguan persepsi sensori :

halusinasi sebagai core problem, resiko perilaku kekerasan sebagai effect dan

isolasi sosial : menarik diri sebagai causa. Dan yang menjadi prioritas

masalah adalah gangguan persepsi sensori : halusinasi.

3. Perencanaan yang dilakukan pada pasien dengan gangguan persepsi

sensori : halusinasi dutujukan untuk mengenal halusinasi yang dirasakan

pasien dan mengontrol halusinasi yang dialami pasien.

4. Ditahap pelaksanaan penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan

tindakan keperawatan yang telah disusun, adapun tindakan yang telah

dilakukan adalah SP 1 - SP 3 pasien yaitu mengenal dan mengontrol

halusiansi dengan cara menghardik halusinasi; bercakap-cakap bersama

dengan orang lain dan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan

pasien dirumah).

5. Pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan penulis pada setiap tahap

proses keperawatan yang meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosis

keperawatan, perencanaan, implementasi tindakan keperawatan dan evaluasi

.
71

5.2 Saran

Berdasarkan dari kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Untuk dapat mencapai hasil keperawatan yang diharapkan, diperlukan

hubungan yang baik dan keterlibatan antara pasien, keluarga dan tim

kesehatan lainnya.

2. Perawat sebagai petugas pelayanan kesehatan hendaknya mempunyai

pengetahuan, keterampilan yang cukup serta dapat bekerjasama dengan tim

kesehatan lainnya dengan memberikan asuhan keperawatan pada pasien

dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi.

3. Dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang professional

alangkah baiknya diadakan suatu seminar atau suatu pertemuan yang

membahas tentang masalah kesehatan yang ada pada pasien .

4. Pendidikan dan pengetahuan perawat secara berkelanjutan perlu

ditingkatkan baik secara formal dan informal khususnya pengetahuan dalam

bidang keperawatan jiwa.

5. Selalu kembangkan dan tingkatkan pemahaman perawat terhadap konsep

manusia secara komprehensif sehingga mampu menerapkan asuhan

keperawatan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai