PENDAHULUAN
gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,
pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Sehingga menyebabkan harga diri orang
khas, regresi, primitive, afek tidak sesuai dengan karakteristik umumnya, wajah
dungu, tertawa aneh-aneh, menangis dan menarik diri secara ekstrim, (Mary C.
Towsend, 2009).Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti,
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri
dan kemampuan diri. biasanya sering disebabkan karena adanya koping individu
yang tidak efektif, koping merupakan respon pertahanan inividu terhadap suatu
masalah. Koping yang tidak efektif berarti individu tidak bisa mencapai harga
dirinya dalam mencapai suatu perilaku yang mengakibatkan menarik diri. Merasa
tidak mampu, tidak berdaya, pesimis dalam menghadapi kehidupannya, dan tidak
percaya pada dirinya sendiri. Dari segi masalah sosial tidak mampunyai seorang
individu menempatkan dirinya dalam fungsi sosial. Harapannya pasien harga diri
sehingga akan dapat menumbuhkan rasa percaya diri, merasa mampu, dan adanya
koping individu yang efektif terhadap diri sendiri dan lingkungan(Keliat, 2011).
1
2
selama 6 bulan terakhir dari bulan Juli 2015 sampai dengan bulan Desember
2015, jumlah pasien sebanyak 340 orang yang meliputi kasus gangguan persepsi
sensorik, halusinasi sebanyak 277 orang (81,47%), Isolasi sosial sebanyak 7 orang
orang (0,88%), harga diri rendah 26 orang dan perilaku kekerasan sebanyak 20
berlebihan maka akan timbul gejala-gejala salah satunya adalah harga diri rendah
orang lain atau dengan lingkungan disekitarnya secara wajar,kemudian dari sekian
masalah di atas ada beberapa pasien yang tidak bisa melakukan koping individu
(Dalami,et.al,2009).
Perawat akan mengetahui jika perilaku yang seperti ini tidak segera
ditanggulangi, sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat.
Beberapa harga diri rendah adalah rasa bersalah terhadap diri sendiri,
seperti menarik diri, kurang percaya diri, kadang sampai menciderai diri
kondisi tenang, hal ini berarti perilaku patologi sementara teratasi. Pada waktu
pasien tersebut tenang belum berarti telah mencapai kesembuhan, karena justru
kondisi tenang ini merupakan saat yang rawan apabila tidak segera memperoleh
pelayanan alternatif terapi sebagai terapi penunjang dari terapi baku yang telah
3
antar pribadi dan sosial. Oleh karena itu, pendekatan terhadap kelompok menjadi
lebih bermanfaat dalam menangani masalah klinik maupun pribadi. Ada berbagai
2009).
Salah satu upaya yang terpenting untuk menurunkan atau mencegah harga
diri rendah yaitu dengan melakukan terapi aktifitas kelompok sosialisasi yang
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
arahan oleh seseorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih
sering dilakukan di rumah sakit jiwa, padahal penderita gangguan jiwa tidak
hanya berada di rumah sakit jiwa saja, tetapi juga dalam komunitas atau
dengan judul “Asuhan keperawatan harga diri rendah pada pasien skizofrenia
lingkup masalah yang terlalu luas ataupun lebar sehingga peneliti lebih bisa fokus
untuk dilakukan. Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan
4
harga diri rendah pada pasien skizofrenia hebefrenik di RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang.
ini yaitu bangaimanakah gambaran asuhan keperawatan harga diri rendah pada
1.4 Tujuan
keperawatan harga diri rendah pada pasien skizofrenia hebefrenik di RSJ Dr.
keperawatan harga diri rendah pada pasien skizofrenia hebefrenik di RSJ Dr.
pada asuhan keperawatan klien dengan harga diri rendah pada skizofrenia
hebefrenik
1.5.1 Teoritis
Lawang.
1.5.2 Praktis
harga diri rendah beserta tindakan keperawatan yang benar bagi pasien
keluarganya.
2. Perawat
3. Rumah Sakit
4. Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,
pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan
berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosial. Di dalam otak yang terserang
berbagai daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar
dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa.
7
8
Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-
25 tahun sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun.
Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar
nikotin. Pasien skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan perilaku
diri(Kazadi, 2008).
perbedaan di antara kedua jenis kelamin dalam hal umur dan onset-nya jelas.
Onset untuk perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, yaitu sampai umur
banyak perempuan yang mengalami skizofrenia pada usia yang lebih lanjut bila
(Nurafif, 2013) :
1. Keturunan
tiri 0,9-0,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu
2. Endokrin
3. Metabolisme
ujung ekstremitas agak pucat, nafsu makan berkurang dan berat badan
menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik zat asam menurun.
halusinogenik.
yang khas pada sistem syaraf pusat tetapi Meyer mengakui bahwa sesuatu
(otisme).
sehingga tidak bertenaga lagi dan terjadi suatu regresi ke fase narsisisme
7. Eugen Bleuler
yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara
lain).
11
beberapa fase yang dimulai dari keadaan premorbid, prodromal, fase aktif dan
walaupun gejala yang ada dikenali hanya secara retrospektif. Karakteristik gejala
skizofrenia yang dimulai pada masa remaja akhir atau permulaan masa dewasa
hari sampai beberapa bulan. Tanda dan gejala prodromal skizofrenia dapat berupa
mengeluhkan gejala somatik, seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan otot,
Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara
klinis, yaitu adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Penilaian
pasien skizofrenia terhadap realita terganggu dan pemahaman diri (tilikan) buruk
sampai tidak ada. Fase residual ditandai dengan menghilangnya beberapa gejala
klinis skizofrenia. Yang tinggal hanya satu atau dua gejala sisa yang tidak terlalu
nyata secara klinis, yaitu dapat berupa penarikan diri (withdrawal) dan perilaku
aneh(Buchanan, 2007).
12
1) Tipe Paranoid
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau
yang relatif masih terjaga. Waham biasanya adalah waham kejar atau
tingkah laku kacau dan afek yang datar atau inappropriate. Pembicaraan
yang kacau dapat disertai kekonyolan dan tertawa yang tidak erat
sehari-hari.
3) Tipe Katatonik
4) Tipe Undifferentiated
5) Tipe Residual
6) Skizofrenia Hebefrenik
perlahan-lahan dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15–25
kesadaran yang berkabut tadi hilang, maka timbul gejala-gejala salah satu
8) Skizofrenia Skizoafektif
Ya Tidak
Gangguan kepribadian
terapi psikososial.
1) Terapi Biologis
(serpasil), dan haloperidol (haldol). Obat ini disebut obat penenang utama.
Obat tersebut dapat menimbulkan rasa kantuk dan kelesuan, tetapi tidak
mengakibatkan tidur yang lelap, sekalipun dalam dosis yang sangat tinggi
(orang tersebut dapat dengan mudah terbangun). Obat ini cukup tepat bagi
skizofrenia.
17
atau disebut dengan batu gila yang dianggap menjadi penyebab perilaku
yang terganggu. Menurut Moniz, cara ini cukup berhasil dalam proses
berperilaku kasar. Akan tetapi, pada tahun 1950-an cara ini ditinggalkan
2) Terapi Psikososial
Pada terapi psikosial terdapat dua bagian yaitu terapi kelompok dan terapi
Pada terapi ini, beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan
kelompok. Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah keluar dari
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak
rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara
aktif dan mau beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa
aman, individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara
1) Harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya
2) Harga diri rendah kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung
lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir
yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau
masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi.
pengalaman baru.
individu terhadap fisik lebih menonjol pada usia remaja, bentuk tubuh,
terhadap menerima dan menyukai bagian tubuh, akan memberi rasa aman
tertentu, sering juga disebut bahwa ideal diri sama dengan cita-cita,
identifikasi terhadap orang tua, guru, dan teman. Dipengaruhi oleh orang-
orang yang dipandang penting dalam memberi tuntunan dan harapan serta
orang lain. Hasrat melebihi orang lain, hasrat untuk berhasil, hasrat
dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan tetapi
konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Hal-hal penting yang
memandang dirinya tidak sama dengan orang lain, unik dan tidak
ada duanya.
perlakuan masyarakat.
tidak mempunyai pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang dipilih.
Menurut Sunaryo (2004), peran diri adalah perilaku, sikap, nilai dan
d) Stres peran, terdiri dari konflik peran, peran yang tidak jelas, peran
yang tidak sesuai dan peran yang tidak terlalu banyak atau berlebih.
23
dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar
(Stuart,2006).
individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat befungsi lebih
positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat
diterima.
yang ada pada dirinya meliputi citra dirinya, ideal dirinya, penampilan
peran serta identitas dirinya secara positif. Hal ini akan menunjukkan
pesimis, tidak ada harapan dan putus asa. Adapun perilaku yang
berhubungan dengan harga diri yang rendah yaitu mengkritik diri sendiri
menarik diri secara sosial, khawatir, serta menarik diri dari realitas.
berhubungan dengan kerancuan identitas yaitu tidak ada kode moral, sifat
asietas yang tinggi, ketidak kemampuan untuk empati terhadap orang lain.
dimana klien tidak dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar
dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak nyata
dalam tinjauan life span histori klien. Penyebab harga diri rendah adalah pada
masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat
kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah,
25
pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
1) Faktor predisposisi
orang tua, harapan orang tua yang realistis, kegagalan yang berulang,
struktur sosial.
2) Faktor Presipitasi
konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi situasional atau kronik.
sakit bisa menyebabkan harga diri rendah dikarenakan penyait fisik atau
pasang alat bantu yang membuat klien tidak nyaman. Harga diri rendah
26
biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah
3) Perilaku
(Stuart,2006).
perubahan).
evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu
lama.
4) Menunda keputusan
5) Sulit bergaul
mengakhiri hidunya
berpakaian tidak rapi, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan
bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah.
a) Penatalaksanaan medis
1) Chlorpromazine
mual, muntah, peningkatan nafsu makan, berat badan dan diare. Pada
2) Haloperidol
3) Triheksipenidhyl
hipertropi prostat.
b) Penatalaksanaan keperawatan
sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat
persepsi merasa tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa
menyebabkan asietas.
dan spiritual
maladaptif.
7) Aspek medik yang terdiri dari diagnosa medis dan terapi medis pada
proses pengkajian.
2. Isolasi sosial
kesehatan jiwa klien baik aktual maupun potensial yang dapat dipecahkan
34
Perubahan perkembangan hidup : respon
Gangguan citra tubuh psikososial adaptif
Kegagalan individu terhadap
Gangguan fungsional perubahan bermakna
Kurang penghargaan dalam hidup
Kehilangan Menunjukkan peilaian
Penolakan pribadi tentang harga
diri
Perubahan peran sosial
Mengungkapkan
penerimaan diri
Komunikasi terbuka
Mengatakan optimis
dengan masa depan
Menggunakan strategi
koping efektif
35
36
a. Proses Keperawatan
rendah.
Tuk :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
dimiliki.
klien
dimiliki
a. Proses Keperawatan
dengan teman-temannya.
diri rendah.
kemampuannya.
selama sakit.
- Kegiatan mandiri
kemampuannya
direncanakan.
a) Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik :
Andalas Padang, saya akan merawat ibu dari jam 8 pagi sampai jam
2) Evaluasi/ Validasi :
Bagaimana perasaan ibu pada pagi hari ini?, oo jadi ibu merasa
3) Kontrak :
(a) Topik :
ibu dan kemampuan yang ibu miliki? Setelah itu kita akan nilai
(b) Waktu :
30 menit?
(c) Tempat :
saja.
40
b) Fase Kerja
diri ibu, tadi ibu mengatakan merasa tidak berguna kalau dirumah. Apa
Jadi ibu merasa telah gagal memenuhi keinginan orang tua ibu, apakah ada
setelah ibu merasakan hidup ibu yang tidak berarti dan tidak berguna?, oo
jadi ibu menjadi malu dan malam, ada lagi bu?. Tadi ibu mengatakan gagal
dalam memenuhi keingina orang tua. Sebenarnya apa saja harapan dan
cita-cita ibu?. Yang mana saja harapan ibu yang sudah tercapai?.
Coba ibu sebutkan kemampuan apa saja yang ibu pernah miliki?, bagus
apalagi bu? Kegiatan rumah tangga yang bisa ibu lakukan? Bagus, apalagi
bu?
Wah bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang ibu miliki.
Nah sekarang dari lima kemampuan yang ibu miliki mana yang masih
dapat dilakukan dirumah sakit? Coba kita lihat yang pertama bisa bu?
Yang kedua bu? (sampai yang kegiatan yang kelima). Bagus sekali,
ternyata ada empat kegiatan yang masih dapat ibu lakukan dirumah sakit.
dirumah sakit, mana yang dilatih hari ini?. Baik mari kita latihan
41
kamar ibu?
Nah kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya, kemudian kita angkat seprainya dan kasurnya kita
balik. Nah sekaramg kita pasang lagi seprainya. Kita mulai dari arah atas
ya bu. Kemudian bagian kakinya, tarik dan masukan, lalu bagian pinggir
kepala. Mari kita lipat selimut. Nah letakkan dibagian bawah. Bagus .
c) Fase Terminasi
1) Eavaluasi subjektif :
2) Evaluasi objektif :
tidur? Bagus.
Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian ibu, mau berapa
tidur dan jam 4 setelah istiraht siang. Jika ibu melakukannya tanpa
tempat tidur dibantu atau diingatkan perawat ibu beri tanda B, tapi
4) Kontrak
(a) Topik :
Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan ibu
yang kedua.
(b) Waktu :
(c) Tempat :
a) Fase orientasi
1) Salam terapeutik
2) Evaluasi / validasi :
3) Kontrak :
(a) Topik :
Sekarang kita akan kita akan lanjutkan latihan kegiatan yang kedua.
(b) Waktu :
(c) Tempat :
b) Fase kerja
untuk mencuci piring. Menurut ibu apa saja yang kita perlu kita siapkan
saat mencuci piring?, ya bagus, jadi sebelum mencuci piring kita perlu
menyiapkan alatnya yaitu sabun cuci piring dan spoons untuk mencuci
piring. Selain itu juga tersedia air bersih untuk membilas piring yang telah
kita sabuni
biasa ibu lakukan? Benar sekali, tapi sebaiknya sebelum kita mencuci
piring pertama kita bersihkan piring dari sisa-sisa makanan dan kita
piring dengan air, lalu sabuni seluruh permukaan piring, dan kemudian
44
dibilas hingga bersih sampai piringnya tidak teras licin lagi. Kemudian kita
letakkan pada rak piring yang tersedia. Jika ada piring dan gelas, maka
yang pertama kali kita cuci adalh gelasnya, setelah itu baru piringnya.
Sekarang bisa kita mulai bu. Bagus sekali, ibu telah mencuci piring dengan
cara yang baik. Menurut ibu bagaiman perbedaan setelah piring dicuci
c) Fase terminasi
4) Eavaluasi subjektif :
5) Evaluasi objektif :
Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian ibu, mau berapa
perawat ibu beri tanda M, tapi kalau ibu mencuci piring dibantu atau
7) Kontrak
(a) Topik :
Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan ibu
yang ketiga.
45
(b)Waktu :
(c) Tempat :
a) Fase orientasi
1) Salam terapeutik
2) Evaluasi / validasi :
lihat tempat cuci piringnya? B ersing sekali tidak ada piring dan
gelas yang kotor, semua sudah rapi di rak piring.wah ibu luar biasa
lalu apa manfaat yang ibu rasakan dengan melaukan kegiatan secara
terjadwal?
46
3) Kontrak :
(a) Topik :
ketiga. Hari kita mau latihan menyapu kan? Tujuan pertemuan pagi
(b) Waktu :
(c) Tempat :
b) Fase kerja
Baik menurut ibu, apa saja yang kita perlukan untuk menyapu
lantai?, bagus sebelum mulai kita menyapu kita perlu menyiapkan sapu
dan pengki. Bagaimana cara menyapu yang biasa ibu lakukan? Yah bagus
jadi menyapu kita lakukan dari arah sudut ruangan. Menyapu juga
dilakukan dibawah meja dan kursi, bila perlu meja dan kursinya digeser,
agar dapat menyapu pada bagian lantainya dengan lebih bersih. Begitu
juga untuk dibawah kolong tempat tidur perlu disapu. Mari kita mulai
berlatih bu?
c) Fase terminasi
1) Eavaluasi subjektif :
2) Evaluasi objektif :
Nah coba ibu sebutkan lagi langkah-langkah menyapu yang baik bu?
Bagus bu.
Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian ibu, mau berapa
melakukannya ,jadi ibu mau melaukannya jam 8 pagi dan jam 5 sore.
tapi kalau ibu mencuci piring dibantu atau diingatkan perawat ibu
4) Kontrak
(a) Topik :
Baik, besok saya akan kembali lagi untuk melatih kemampuan ibu
yang keempat.
(b) Waktu :
(c) Tempat :
Tempatnya dimana ibu? bagaimana kalau disini saja, jadi besok kita
a) Fase orientasi
1) Salam terapeutik
2) Evaluasi / validasi :
lihat tempat cuci piringnya? Bagus bersih sekali tidak ada piring dan
bersih, wah ibu luar biasa smua kegiatan dikerjakan sesuai jadwal
secara terjadwal?
3) Kontrak :
(a) Topik :
kegiatan menyapu
(b) Waktu :
(c) Tempat :
b) Fase kerja
Baik menurut ibu, apa saja yang kita perlukan untuk mencuci
ember, deterjen, gundar kain. Bagaimana cara mencuci pakaian yang biasa
ibu lakukan? Yah bagus jadi sebelum kita mencuci pakaian kita pisahkan
adanya busa, masukan pakaian yang kotor tadi rendam 10-15 menit.
Setelah 10-15 menit kucek pakaian sampai bersih, apabila ada noda yang
tidak mau dikucek maka ibu bisa mengunakan gundar. Kemudian bilas
pakaian sampai busanya hilang kemudian pakaian bisa dijemur. Ayo kita
sebelum dicuci?
c) Fase terminasi
1) Eavaluasi subjektif :
2) Evaluasi objektif :
Nah coba ibu sebutkan lagi langkah-langkah mencuci yang baik bu?
Bagus bu.
50
Sekarang mari kita masukan dalam jadwal harian ibu, mau berapa
perawat ibu beri tanda B, tapi kalau ibu tidak melakukannya ibu buat
T.
4) Kontrak
(a) Topik :
(b) Waktu :
(c) Tempat :
Tempatnya dimana ibu? bagaimana kalau disini saja, jadi besok kita
2.3.6 Implementasi
kemampuannya.
2.3.7 Evaluasi
dua evaluasi yaitu evaluasi proses dan evaluasi formatif, dilakuakan setiap
mengevaluasi diri.
aktualisasi diri
52
terjadwal, dan penggunaan obat secara teratur terhadap kemampuan harga diri
(40%), dalam bersosial sebanyak 11 (55,5%) responden dan yang kurang mampu
yang mampu minum obat sebanyak12 (60%) responden dan yang kurang mampu
pengaruh antar terapi aktivitas kelompok yang meliputi teknik mengenal manfaat
secara teratur terhadap kemampuan mengontrol harga diri rendah. Hasil penlitian
ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi keperawatan, klien dan keluarga
Pengaruh Terapi Kognitif terhadap Harga Diri Remaja Korban Bullying di SMA
Taman Madya Malang. Penelitian ini menurut Betie Febriana, Sri Poeranto, Rinik
Eko Kapti, pada tanggal 23 Mei 2016.Bullying memberikan efek negatif pada
besar adalah menurunnya harga diri korban. Studi sebelumnya menemukan bahwa
harga diri rendah merupakan faktor penyebab utama yang berakibat pada
buruknya performa remaja di sekolah baik prestasi maupun perilaku mereka. Oleh
karena itu, dibutuhkan terapi untuk meningkatkan harga diri remaja. Penelitian ini
bertujuan melihat pengaruh terapi kognitif pada perubahan harga diri remaja
korban bullying. Desain pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan True
sampling. Instrument harga diri menggunakan kuesioner dari teori Stuart (2013),
54
Kaplan (2007), dan Herdman (2015) yang dinilai dari aspek kognitif, afektif,
prilaku, sosial, dan fisik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan harga diri antara sebelum dan sesudah terapi pada kelompok perlakuan
diberikan terapi kognitif (nilai P=0,031 ),artinya ada pengaruh pemberian terapi
kognitif terhadap harga diri remaja korban bullying. Temuan lain dalam penelitian
ini adalah bahwa aspek kognitif (OR=5,25) merupakan aspek harga diri yang
paling kuat hubungannya dengan terapi kognitif dan yang paling lemah adalah
aspek sosial (1,63) sehingga dibutuhkan terapi lain sebagai terapi pelengkap untuk
Terapi kognitif sebagai variable independen dan harga diri sebagai variabel
dependen. Instrument harga diri menggunakan kuesioner dari teori Stuart (2013),
Kaplan (2010), dan Herdman (2015) yang dinilai dari aspek kognitif, afektif,
prilaku, sosial, dan fisik. Instrument terdiri dari 30 pertanyaan. Instrumen valid
dengan nilai r hitung antara 0,567-0,836 dan reliabel dengan nilai 0,957. Terapi
kognitif diberikan dalam 3 sesi yaitu sesi 1 Identifikasi pikiran otomatis negatif,
sesi 2 Penggunaan tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis negative dan sesi
penelitian di SMA Taman Madya Malang dengan waktu penelitian 23 Mei 2016.
METODE PENELITIAN
yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada
seluruh proses penelitian (Nursalam, 2011). Pada bab ini dapat di sajikan desain
(Nursalam, 2014). Dalam penelitian yang digunakan dalam studi kasus ini adalah
berbagai sumber informasi. Studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta
diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat di amati
56
57
terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang
lain.
kondisi atau membedakan suatu penyakit atau kondisi dari yang lainnya. Penilaian
dapat dilakukan melalui pemeriksaan fisik, tes laboratorium, atau sejenisnya, dan
dapat dibantu oleh program komputer yang dirancang untuk memperbaiki proses
dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil
untuk klien. Evaluasi : proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
dopamine (zat yang mencapaikan pesan dari syaraf satu ke syaraf yang lain).
58
Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang terpecah belah antara perasaan atau
emosional, pikiran dan perilaku. Dengan ciri tidak bisa membedakan antara khayalan
dan kenyataan, keyakinan yang salah namun dianggap benar, atau tindakan yang
tidak bisa dikendalikan, proses pikir yang tidak beraturan. Skizofrenia hebefrenik :
depersonalisasi.
Harga diri rendahadalahperasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri. Harga diri rendah dibedakan menjadi dua yaitu : harga diri rendah situasional
adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif
kejadian (kehilangan, perubahan), harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana
individu mengalami evaluasi diri yang negative mengenai diri atau kemampuan
3.3 Partisipasi
klien pada Ny. K dan Ny. M dengan masalah keperawatan dan diagnosis pada klien
2017.
59
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
(Nursalam,2014).
rekomondasi dari instut dengan mengajukan permohonan izin terlebih dahulu kepada
institusi tentang tempat penelitian, setelah itu mengajukan permohonan izin kepada
ruang Sedap Malam guna memperoleh data yang dibutuhkan. Setelah izin diperoleh,
Setelah memperoleh responden untuk studi kasus, dilakukan intervensi selama 5 hari
untuk masalah Asuhan Keperawatan pasien dengan harga diri rendah pada pasien
9. Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain
yang relevan).
peneliti (karena peneliti menjadi instrumen utama), uji keabsahan data dilakukan
tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu klien, perawat,
Teknik analisa data pada studi kasus deskriptif disesuaikan dengan sifat/jenis
data yang dikumpulkan, apakah data kuantitatif atau kualitatif. Pengolahan data yang
menggunakan analisa kualitatif. Data kualitatif adalah data yang digambarkan dengan
dapatkan hasil wawancara yang berupa komunikasi terapuetik, yang telah diobservasi
secara tertutup.
Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peniliti dan study
dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam
1. Pengumpulan data
2. Mereduksi data
3. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
dari klien.
4. Kesimpulan
dan evaluasi.
keluarga dan pasien, dimana responden akan mendapatkan perlindungan akan hak-
1. Informed Consent
seluruh obyek selidik mengetahui maksud dan tujuan penelitian, jika bersedia
2. Anomimity
pengumpul data.
3. Confidentiality
nya, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan pada hasil
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks
naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari
klien.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Rumah Sakit Jiwa Lawang memiliki Rawat Inap Kelas I, II, dan III untuk laki
– laki dan perempuan ruangan tersebut antara lain ruang Sedap Malam,Cempaka,
Wijaya Kusuma, Jalak, Kenari, Perkutut, Kutilang, Merpati, Cucak Rowo, Melati,
Parkit, Garuda, Bangau, Nuri. Lokasi penelitian dilaksanakan di Ruang Sedap Malam
atas rekomendasi pihak RSJ Lawang. Ruang Sedap Malam adalah Ruang khusus
untuk penderita gangguan jiwa mulai dari usia 20 tahun keatas, Jumlah klien yang di
rawat di ruang sedap adalah 25 orang. Fasilitas yang terdapat di ruang sedap malam
adalah tempat tidur pasien 30 bad, ruang makan, 4 kamar mandi dan 4 wc, kantor
petugas, taman, kebun bercocok tanam, teras bersantai pasien, tempat untuk olah
raga, tempat dapur, gudang penyimpanan barang-barang seperti sapu, kain pel dll.
63
64
I. Identitas Klien
Riwayat Penyakit Keluarga Klien mengatakan ayahnya Klien mengatakan tidak ada
pernah di rawat di RSJ Dr. anggota keluarga yang
Radjiman Wediodiningrat mengalami gangguan jiwa
Lawang dengan keluhan
bumi terasa bergoyang dan
di diagnose halusinasi
pendengaran.
V. Pemeriksaan Fisik
1. Genogram (Klien 1) :
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
: Pasien
Klien anak ke 3 dari 5 bersaudara, dirumah klien tinggal dengan ibu dan adik no 5
klien.
Pola Asuh : Klien mengatakan klien diasuh secara baik tanpa ada kekerasan.
68
sering menyendiri.
69
Genogram (Klien 2) :
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
: Pasien
70
Penjelasan tentang genogram klien 2 : Klien anak pertama dari 5 bersaudara dan dari
5 bersaudara klien sendiri yang belum menikah. Klien tinggal satu rumah dengan
kedua orang tua klien dan adik no 4 dan no 5 beserta suami dan istri adik-adik klien.
Pola asuh : Klien mengatakan di asuh secara baik tanpa ada kekerasan.
Pola komunikatif : Klien sering mengalihkan mata jika di ajak berbicara dan dan
sering menunduk.
2. Konsep Diri
3. Hubungan Sosial
4. Spiritual
VII.Status Mental
4. Akitivitas Motorik Gerakan otot muka dan mata Klien selalu mandi setiap hari
yang berubah-ubah, tidak dapat 5x sehari karena bila badan
dikontrol oleh klien. bersih cowok-cowok akan
banyak yang mendekatinya
7. Perasaan Emosi klien labil terbukti bahwa Pasien terlihat cemas dan
klien terkadang menyendiri mengatakan ingin pulang
sendiri dan terkadang tiba-tiba bertemu dengan keluarga .
menangis, bicaranya berubah- Afek pasien saat di Tanya
ubah terkadang bilang bahwa ia seputar perasaannya juga datar
kangen ibu dan ingin pulang. terbukti pasien tidak ada
perubahan ekspresi
c. Bentuk Pikir Non realistic, terbukti ketika Pasien mengatakan dia ingin
klien berbicara tidak sesuai mempunyai suami banyak dan
dengan kenyataan. anak banyak agar tidak di
kucilkan orang lagi
10. Memori Daya ingat klien jagka panjang Pasien mengatakan pada tahun
Penjelasan : Klien mengatakan 1995 sudah ganguan jiwa
pernah di rawat di RSJ RW (ganguan daya ingat jangka
Lawang selama 2 bulan pada panjanka panjang >1 bulan),
tahun 2006, dan klien juga Pasien mengatakan hari ini
pernah di bawah ke Kyai. 10 tanggal 8-11-2016 dan di jenguk
tahun yang lalu beliau sudah 2x oleh keluarganyan(ganguandaya
di rawat di RSJ RW Lawang. ingat jangka pendek 1 hari-1
bulan), Pasien mengatakan hari
ini makan ayam dan nasi di
campur dengan sayur-sayuran
dan tempe
13. Daya Tilik Diri Klien mengatakan ia di bawa ke Pasien mengatakan bahwa
74
DO:
Merasa di asingkan dan kurang percaya diri, klien
tampak selalu menundukkan kepala
2. DS: Isolasi Sosial : Menarik Diri
Klien mengatakantidak suka keluar rumah ia sering
menyendiri di kamar karena malas bertemu dengan
orang lain dan sering dikucikan oleh orang-orang
karena bibirnya yang sumbing.
DO:
Duduk menyendiri, melamun, menangis menyesal
3. DS: Gangguan persepsi sensori :
Klien mengatakan mendengar suara-suara Halusinasi pendengaran
tetangganya mengusirnya dan memaki-maki dirinya
DO:
Ekspresi mata sayu, diam menyendiri dan menangis
sendiri
4. DS : Defisit Perawatan Diri Berpakaian dan
Klien mengatakan tidak pernah menggosok gigi, Mandi
kulit kering, jarang mandi, Klien mengatakan jarang
menyisir rambut dan jarang mengganti pakiannya,
klien juga tidak pernah keramas.
DO :
Klien tampak kelihatan kotor dan tidak bersih, kulit
tambak kusam, wajah tampak kusam, Rambut dan
kepala : Rambut acak-acakan, ada sedikit ketombe.
79
DO :
Duduk menyendiri, melamun, menangis
menyesal
3. DS : Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Klien mengatakan mendengar suara bisikan Pendengaran
ramai dan bising pada saat sendiri, suara itu
datang sering dan membuat pasien marah dan
jengkel, terkadang pasien tertawa sendiri saat
di ajak bicara.
DO:
Ekspresi wajah tenang, tertawa sendiri,
berbicara sendiri dan telinga di tutup.
80
Defisit Perawatan Berpakaian dan Mandi Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran
Halusinasi Pendengaran………..Causa
Harga Diri Rendah……………..Core Problem
Halusinasi Pendengaran………..Causa
Tabel 4.20 Rencana keperawatan gangguan konsep diri : harga diri rendah pada klien 1
Perencanaan
Tgl Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan konsep TUM: Klien memiliki 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
diri: harga diri konsep diri yang positif prinsip komunikasi terapeutik :
rendah situasional
berhubungan dengan TUK: a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non
gangguan citra tubuh. verbal.
1. Klien dapat membina b. Perkenalkan diri dengan sopan.
hubungan saling Setelah 3x kali interaksi, klien c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang
percaya dengan menunjukkan eskpresi wajah disukai klien.
perawat. bersahabat, menun-jukkan rasa d. Jelaskan tujuan pertemuan.
senang, ada kontak mata, mau e. Jujur dan menepati janji.
berjabat tangan, mau menyebutkan f. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa
nama, mau menjawab salam, klien adanya.
mau duduk berdampingan dengan g. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
perawat, mau mengutarakan masalah
yang dihadapi.
2. Klien dapat 2. Setelah 3 kali interaksi klien 2.1 Diskusikan dengan klien tentang:
mengidentifikasi menyebutkan:
aspek positif dan a. Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga,
kemampuan yang a. Aspek positif dan lingkungan.
dimiliki. kemampuan yang dimiliki b. Kemampuan yang dimiliki klien.
81
klien. 2.2 Bersama klien buat daftar tentang:
b. Aspek positif keluarga. a. Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.
c. Aspek positif lingkung-an b. Kemampuan yang dimiliki klien.
klien. 2.3. Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian
negatif
3. Klien dapat me-nilai 3. Setelah 3 kali interaksi klien 3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat
kemampuan yang menyebutkan kemampuan yang dilaksanakan.
dimiliki un-tuk dapat dilaksanakan. 3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
dilaksanakan pelaksanaannya.
4. Klien dapat 4. Setelah 3 kali interaksi klien 4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
merencanakan membuat rencana kegiatan harian setiap hari sesuai kemampuan klien:
kegiatan sesuai
dengan kemampuan a. kegiatan mandiri.
yang dimiliki b. kegiatan dengan bantuan.
6. Klien dapat 6. Setelah … kali interaksi klien 6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
memanfaatkan memanfaatkan sistem pendukung merawat klien dengan harga diri rendah.
sistem pendu-kung yang ada di keluarga.
yang ada. 6.2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di
rawat.
82
RENCANA KEPERAWATANGANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
PADA KLIEN 2
Nama klien : Ny. M Ruang : Sedap Malam
Tabel 4.21 Rencana keperawatan gangguan konsep diri : harga diri rendah pada klien 2
Perencanaan
Tgl Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan konsep TUM: Klien memiliki 1.2 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
diri: harga diri konsep diri yang positif prinsip komunikasi terapeutik :
rendah situasional
berhubungan dengan TUK: h. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non
gangguan peran verbal.
social 1. Klien dapat membina i. Perkenalkan diri dengan sopan.
hubungan saling Setelah 3x kali interaksi, klien j. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang
percaya dengan menunjukkan eskpresi wajah disukai klien.
perawat. bersahabat, menun-jukkan rasa k. Jelaskan tujuan pertemuan.
senang, ada kontak mata, mau l. Jujur dan menepati janji.
berjabat tangan, mau menyebutkan m. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa
nama, mau menjawab salam, klien adanya.
mau duduk berdampingan dengan n. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
perawat, mau mengutarakan masalah
yang dihadapi.
2. Klien dapat 2. Setelah 3 kali interaksi klien 2.1 Diskusikan dengan klien tentang:
mengidentifikasi menyebutkan:
aspek positif dan c. Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga,
kemampuan yang d. Aspek positif dan lingkungan.
dimiliki. kemampuan yang dimiliki d. Kemampuan yang dimiliki klien.
klien.
e. Aspek positif keluarga. 2.3 Bersama klien buat daftar tentang:
f. Aspek positif lingkung-an c. Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.
83
klien. d. Kemampuan yang dimiliki klien.
2.4. Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi penilaian
negatif
3. Klien dapat me-nilai 3. Setelah 3 kali interaksi klien 4.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat
kemampuan yang menyebutkan kemampuan yang dilaksanakan.
dimiliki un-tuk dapat dilaksanakan. 4.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
dilaksanakan pelaksanaannya.
4. Klien dapat 4. Setelah 3 kali interaksi klien 4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
merencanakan membuat rencana kegiatan harian setiap hari sesuai kemampuan klien:
kegiatan sesuai
dengan kemampuan c. kegiatan mandiri.
yang dimiliki d. kegiatan dengan bantuan.
6. Klien dapat 6. Setelah … kali interaksi klien 6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
memanfaatkan memanfaatkan sistem pendukung merawat klien dengan harga diri rendah.
sistem pendu-kung yang ada di keluarga.
yang ada. 6.2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien di
rawat.
84
4.1.4 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
PADA KLIEN 1
Tabel 4.22 Catatan perkembangan keperawatan gangguan konsep diri : harga diri rendah pada klien 1
Tangal Diagnosa Implementasi tindakan keperawatan Evaluasi keperawatan
keperawatan
7-11-2017 Gangguan konsep SP I S:
diri: harga diri 1. Mengidenfikasi kemampuan dan aspek positif yang 1. Klien mengatakan “ saya bisa memijat dan
rendah situasional dimiliki pasien bernyanyi”
berhubungan 2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang 2. Klien berkata “saya bisa bernyanyi”
dengan gangguan masih dapat digunakan 3. Klien berkata “bernyanyi”
citra tubuh. 3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih 4. Klien berkata “iya saya coba nyanyi”
sesuai dengan kemampuan pasien 5. Klien berkata “iya”
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih 6. Klien Berkata “iya”
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan O:
pasien 1. Klien mau untuk menilai kemampuan
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal positifnya
kegiatan harian 2. Klien menjawab dengan pelan dan kuran
jelas
3. Klien mau mendengarkan yang di katakana
oleh perawat
A:
Sp 1 sudah tercapai
P:
Perawat : Lanjutkan Sp 2
85
11-11-2017 SP 2 S:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasienMelatih Klien mengatakan “iya mas saya akan lakukan
kemampuan kedua nyanyi bila berkumpul teman”
2. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal O :
kegiatan harian 1. Klien kooperatif
2. Klien tampak senang
3. Klien tidak selalu menunduk
A:
Sp 2 tercapai
P :
Perawat : Lanjutkan Sp Keluarga
Klien : Latihan kegiatan dirumah
86
CATATAN PERKEMBANGAN KESEHATAN JIWAGANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
KLIEN 2
Tabel 4.23 Catatan perkembangan gangguan konsep diri : harga diri rendahpada klien 2
Tangal Diagnosa Implementasi tindakan keperawatan Evaluasi keperawatan
keperawatan
7-11-2017 Gangguan konsep SP I S:
diri: harga diri 1. Mengidenfikasi kemampuan dan aspek positif yang 1. Klien mengatakan “ saya bisa berkebun,
rendah situasional dimiliki pasien menyapu, menanam bunga”
berhubungan 2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang 2. Klien berkata “bagaimana kalau berkebun”
dengan gangguan masih dapat digunakan 3. Klien berkata “baik saya membersihkan
peran sosial 3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih kebun disini”
sesuai dengan kemampuan pasien 4. Klien berkata “iya bersihkan”
4. Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih 5. Klien berkata “terimakasih mas”
5. Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan 6. Klien Berkata “baik mas saya lakukan ”
pasien O:
6. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal 1. Klien mau untuk menilai kemampuan
kegiatan harian positifnya
2. Klien menjawab dengan pelan dan kuran
jelas
3. Klien mau mendengarkan yang di katakana
oleh perawat
A:
Sp 1 sudah tercapai
P:
Perawat : Lanjutkan Sp 2
87
11-11-2017 SP 2 S:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasienMelatih Klien mengatakan “saya lakukan tiap hari”
kemampuan kedua O :
2. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal 1. Klien kooperatif
kegiatan harian 2. Klien tampak senang
3. Klien tidak selalu menunduk
A:
Sp 2 tercapai
P :
Perawat : Lanjutkan Sp Keluarga
Klien : Latihan kegiatan dirumah
88
89
4.2 Pembahasan
dan Ny. M, maka bab ini akan membandingkan antara hasil pengkajian dan teori
pengumpulan data yaitu metode observasi langsung, wawancara dengan klien dan
pemeriksaan fisik.
K dan Ny. M meliputi, Ny. K pernah di rawat Tahun 2006 di bawah ke RSJ RW
Lawang selama 2 bulan, lalu beliau dengan keadaan pulang sembuh, pengobatan
rutin, akan tetapi klien kambuh lagi, klien mengatakan sudah 2 kali dibawah ke
RSJ kemudian untuk kedua kalinya pada Tahun 2017 beliau di rawat lagi di RSJ
sumbing, sehingga klien merasa malu, menyendiri dan selalu murung sendirian,
tahun 1995 tapi klien tersebut hanya rawat jalan dirumah sakit Menur Surabaya
tetapi tidak ada hasilnya tetap setelah itu dibawa keRSJ Lawang pada tahun 2011
90
dirawat inap selama 100 hari dan pada tahun 2012 dia dirawat inap lagi selama 40
hari pada tahun 2013 dirawat inap lagi selama 1 minggu, setelah itu klien di rawat
lagi RSJ RW Lawang tahun 2017, karena klien merasa rendah diri dan tidak
berguna, klien mengatakan kalau dia itu ada masalah dengan dirinya yang tidak
sumbing,mudah tersindir jika ada yang mengejeknya, sehingga klien merasa malu,
hebefrenikdengan harga diri rendah ditemukan klien tidak menyukai kondisi dari
tubuhnya meliputi ukuran, bentuk, fungsi, penampilan dan potensi diri saat ini dan
masa lalu yang menurunkan harga diri klien dan tidak terpenuhinya Activity of
penulis, penyebab perasaan tidak berharga yang di alami Ny. K terjadi ketika
klien jarang berkumpul dengan orang di sekitarnya karena malu, merasa banyak
orang yang mengejek klien, dikarenakan dengan adanya anggota tubuh yang tidak
di sukai klien.
orang lain karena Klien merasa rendah diri dan tidak berharga, kalau dia itu ada
semua sudah menikah. Menurut Keliat (2009) keluarga membawa klien dengan
kondisi klien sudah jatuh pada harga diri rendah kronis menanyakan pada klien
apakah klien merasa malu, mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu,
91
kemampuan diri, kurangnya perawatan diri sehingga menarik diri dari lingkungan
sosial. Menurut penulis, pada Ny. M keluhan utama sesuai dengan teori karena
Data yang dikumpulkan dari Ny. K dan Ny. M meliputi identitas pasien,
medik. Pengkajian pada Ny. K dan Ny. M penulis menggunakan metode auto
anamneses atau pengkajian langsung pada klien dan allo anamnese atau
namun pada klien 1 terdapat adanya riwat trauma yaitu klien mengatakandulu
rotan, oleh tetangganya sehingga klien menyendiri dirumah dan merasa tidak
keluarga ada keluarga klien yang pernah mengalami gangguan jiwa dan ada yang
mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu
untuk mengatasi stress. Faktor penyebab pada faktor predisposisi di tandai dengan
riwayat keluarga atau keturunan.Menurut penulis hal ini bisa terjadi karena faktor
predisposisi bukan hanya terdiri dari satu faktor resiko untuk mencetuskan stress,
meskipun pada klien tidak memiliki riwayat keluarga yang mengalami gangguan
jiwa, klien juga tidak mengalami kegagalan pada masa tumbuh kembang, dan
support sistem keluarga yang diberikan pada klien masih baik, keluarga masih
memberikan perhatian dengan merawat dan peduli dengan klien, namun ini bisa
Fakta pengkajian afek didapatkan, data afek klien 1 datar dan klien 2 sama
yaitu datar, tidak ada perubahan roman muka saat diberi stimulasi menyenangkan
Halusinasi pendengaran memiliki afek apatis. Menurut penulis teori tersebut tidak
sesuai dengan laporan kasus, karena apatis merupakan afek yang pendahulu dari
afek datar.Mungkin ada beberapa pendukung yang menyebabkan afek yang terjadi
pada klien menjadi datar seperti keluarga masih peduli dan memberi perhatian
pada klien dengan sering mengajak klien untuk berkomunikasi setiap harinya,
Fakta laporan kasus yang didapatkan penulis pada pola makan dimana klien
mengatakan 3 kali sehari dengan menu yang disediakan rumah sakit, Ny. K dan
perubahan pola makan, kebiasaan menurun. Menurut penulis teori tersebut tidak
sesuai dengan laporan kasus yang didapatkan, dimana klien masih bisa makan
makan dan minum secara berbeda, dan tidak bisa memenuhi keinginan pola
makanan sudah ditentukan dan klien harus makan makanan yang sudah
disediakan.
Masalah keperawatan pada gangguan konsep diri yang muncul pada kasus
ada empat diagnosa keperawatan yaitu gangguan konsep diri : harga diri rendah,
Menurut teori ada tiga diagnosa yaitu halusinasi pendengaran, harga diri
rendah dan isolasi sosial (Keliat,2011). Semua diagnosa yang terdapat pada teori
muncul dalam kasus nyata, karena klien memang mengalami semua permasalahan
yang dijabarkan dalam teori seperti keluhan-keluhan yang dialami oleh klien itu
sangat sesuai seperti yang dijelaskan teori contohnya yaitu kerusakan komunikasi
seperti berbicara di luar topik, bicara pelan sekali, bicara susah dimengerti
pada kedua klien mengatakan tidak tahu minum obat yang dia minum. Hal ini
penyembuhan klien.
yang ditandai pada klien pasien terlihat kusut, rambut kotor, cara berpakaian
94
sering terbalik, penampilan pasien acak acakan dan tidak rapi. Hal ini
Menurut Fitria (2011) pada pohon masalah dijelaskan penyebab dari harga
diri rendah menjadi core problem dengan alasan, menurut Fitria (2009) perilaku
perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan
intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan isolasi sosial : menarik diri
masalah utama yang terjadi pada kedua klien, dijelaskan padaperilaku klien yang
selalu menilai kemampuan dan citra dirinya tidak berguna bagi masyarakat.
Sedangkan halusinasi sebagai komplikasi gangguan konsep diri: harga diri rendah
penulis menulis diagnosa keperawatan gangguan kosep diri: harga diri rendah
yaitu di temukan pada klien ketika datanya klien banyak menyendiri, tidak mau
bergaul dan kumpul dengan masyarakat, selalu menundukan kepala bila di ajak
dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke
tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan. Tindakan ini termasuk
(Potter&Perry, 2009).
pada tanggal 07 November 2017. Penulis mencoba mengetahui respon dari kedua
95
Penulisan intervensi dilakukan pada hari dan jam yang sama namun yang
keperawatan harga diri rendah dalam bentuk strategi pelaksanaan yaitu TUM :
Klien dapat meningkatkan harga diri rendah, TUK 1 : Membina hubungan saling
klien memilih dan menetapkan kegiatan yang akan dilatih, TUK 5 : Melatih
kemampuan yang dipilih klien. TUM : Keluarga dapat mendukung klien dalam
yang ada.
terdapat kesamaan antara konsep dasar teori dengan pembahasan pada kasus Ny.
K dan Ny. M karena mengacu pada teori yang ada, dimana tahapan-tahapan
perencanaan yang ada pada kasus Ny. K dan Ny. M sesuai dengan keadaan dan
kondisi klien, serta dalam rencana keperawatan pada fakta sudah memasukan tiga
aspek dalam perencanaan meliputi : tujuan umum, tujuan khusus, dan rencana
yaitu terapi aktivitas kelompok stimulus persepsi dan masukan kegiatan tersebut
klien dan menurut sumber-sumber yang di dapat oleh perawat. Yang dilakukan
oleh perawat yang pertama adalah TUK 1. membina hubungan saling percaya
96
kepada pasien agar pasien lebih terbuka kepada perawat dan menjelaskan yang di
aspek positif yang dimiliki pasien, TUK 3. membantu pasien menilai kemampuan
pasien yang masih dapat digunakan, TUK 4. membantu pasien memilih kegiatan
yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien, TUK 5. melatih pasien sesuai
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan
(Setiadi, 2012).
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, kemudian membantu pasien
pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien,
dirasakan keluarga selama merawat klien, hal tersebut dikarenakan selama proses
dapat dievaluasi bahwa klien mampu TUK 1. membina hubungan saling percaya,
dimiliki pasien, TUK 3. membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih
dapat digunakan , TUK 4. membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih
kedua.
yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan.meskipun evaluasi
apakah perilaku yang diobservasi sudah sesuai. Diagnose juga perlu di evaluasi
adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif atau
tidak.
Evaluasi ini penulis melakukan penilaian hasil akhir dari tujuan asuhan
keperawatan yang telah ditemukan dari data masalah gangguan kosep diri: harga
diri rendah Setelah dilakukan tindakan pada diagnose tujuan, kriteria hasil dan
5.1 Simpulan
diri rendah pada kedua klien terdapat masalah keperawatan. Pada Ny. K yaitu
(konsep diri : citra tubuh, harga diri, hubungan sosial : hambatan dalam
berhubungan dengan orang lain), pemeriksaan fisik (keluhan fisik), status mental
(penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan, mood dan afek, proses pola pikir :
isi pikir, bentuk pikir), kebutuhan persiapan pulang (kegiatan hidup sehari-hari),
berpakaian, kebersihan, mood dan afek, proses pola pikir : isi pikir, bentuk pikir,
koping.
gangguan konsep diri : harga diri rendah, isolasi sosial : menarik diri, defisit
99
100
keperawatan utama yang dipakai yaitu Gangguan Konsep Diri : Harga diri
Rendah.
Diri : Harga Diri Rendah, tetapi berbeda dalam rentang waktu pelaksanaan.
kelompok.
Evaluasi keperawatan yang dapat di capai oleh klien Ny. M dan Ny. K
sangat berbeda. Hal tersebut pasti terjadi karena adanya respon dari masing-
masing klien terhadap tindakan yang diberikan. Evaluasi akhir yang dapat di capai
dari klien 1 adalah klien mampu mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya
dan dan masih belum mampu memasukkan kegiatan tersebut ke buku harian klien
positif yang dimilikinya ke buku harian klien dan dapat melakukan aspek positif
lainnya.
5.2 Saran
menambahkan stressor pada klien agar klien tidak semakin mengalami depresi.
Utnuk keluarga yang memiliki anggota keluarag yang berperilaku tidak sepertin
emosi labil harus segera diberikan penanganan yang tepat seperti membawanya ke
gangguan konsep diri : harga diri rendah pada klien skiofrenia hebefrenik.
102
A. PROSES KEPERAWATAN
1) Kondisi Pasien
DO:
b) Pasien menunduk
2) Diagnosa Keperawatan :
4) Tindakan Keperawatan
komunikasi terapeutik :
KEPERAWATAN
1) FASE ORIENTASI
a) Salam Terapeutik
senang di panggil Nia. Saya mahasiswi yang sedang praktek disini, asal
b) Evaluasi/validasi
c) Kontrak
kalau 20 menit?”.
diteras depan?”.
2) FASE KERJA
a) “Kalau boleh tau namanya ibu siapa dan nama panggilan yang ibu
sukai?”.
b) “Sekarang ibu saya ajak mengobrol ya, ibu jangan malu, ibu ungkapkan
h) “Saya akan berada di ruangan Sedap Malam selama 2 minggu, jika ibu
3) FASE TERMINASI
saya?”.
klien).
menjawab pertanyaan).
105
bersedia?”.
pemeriksaan kesehatanibu?”.
halaman depan?”.
106
A. PROSES KEPERAWATAN
1) Kondisi Pasien :
lainnya.
dimiliki.
dimiliki.
4) Tindakan Keperawatan
KEPERAWATAN
1) FASE ORIENTASI
a) Salam Terapeutik
“Selamat siang Ny. K, masih ingat dengan saya? Nama saya Chasania
b) Evaluasi/validasi
c) Kontrak
2) FASE KERJA
“Bagaimana perasaan Ny. K saat ini? Apakah tadi malam Ny. K bisa tidur
kegiatan yang pernah Ny. Klakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan
mana yang masih dapat Ny. K lakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai,
“Ny. K, apa saja kemampuan yang bapak miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya, Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Ny. Klakukan?
bagus sekali ada tiga kemampuan dan kegiatan yang Ny. Kmiliki”.
“Ny. K, dari tiga kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit? Bagus sekali ada 2 kegiatan yang masih bisa
”Sekarang, coba Ny. Kpilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini”. ”Oh, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau
begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur Ny.
K. Mari kita lihat tempat tidurNy. K. Coba lihat, sudah rapihkah tempat
tidurnya?”.
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya. Bagus, sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya
kita balik. “Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah
atas, ya bagus, sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah
Bagus!”
“Ny. Ksudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
sendiri ya”.
3) FASE TERMINASI
Mau berapa kali sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali
Klien kooperatif
Wajah datar
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ny. Kmasih
ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain
(2) Waktu : “Bagaimana kalau besok jam 08.00 WIB, 20 menit saja
setelah sarapan?”.
dapur ruangan?”.
111
A. PROSES KEPERAWATAN
1) Kondisi Pasien :
teman lainnya
4) Tindakan Keperawatan
direncanakan
KEPERAWATAN
1) FASE ORIENTASI
a) Salam Terapeutik :
tampak cerah”.
112
b) Evaluasi/validasi :
c) Kontrak
piring”.
kemarin?”.
2) FASE KERJA
khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas, Ny. Kbisa
menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan
satu piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut
Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa
piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah
113
3) FASE TERMINASI
kegiatan sehari-hari?”.
ruangan
(1) Topik : -
(2) Waktu : -
(3) Tempat : -
114
C. PROSES KEPERAWATAN
5) Kondisi Pasien
DO:
f) Pasien menunduk
6) Diagnosa Keperawatan :
8) Tindakan Keperawatan
komunikasi terapeutik :
KEPERAWATAN
4) FASE ORIENTASI
d) Salam Terapeutik
senang di panggil Nia. Saya mahasiswi yang sedang praktek disini, asal
e) Evaluasi/validasi
f) Kontrak
kalau 20 menit?”.
diteras depan?”.
5) FASE KERJA
i) “Kalau boleh tau namanya ibu siapa dan nama panggilan yang ibu
sukai?”.
j) “Sekarang ibu saya ajak mengobrol ya, ibu jangan malu, ibu ungkapkan
p) “Saya akan berada di ruangan Sedap Malam selama 2 minggu, jika ibu
6) FASE TERMINASI
saya?”.
klien).
menjawab pertanyaan).
117
bersedia?”.
pemeriksaan kesehatanibu?”.
halaman depan?”.
118
C. PROSES KEPERAWATAN
5) Kondisi Pasien :
lainnya.
dimiliki.
dimiliki.
8) Tindakan Keperawatan
KEPERAWATAN
4) FASE ORIENTASI
d) Salam Terapeutik
“Selamat siang Ny. M, masih ingat dengan saya? Nama saya Chasania
e) Evaluasi/validasi
f) Kontrak
5) FASE KERJA
“Bagaimana perasaan Ny. M saat ini? Apakah tadi malam Ny. M bisa tidur
kegiatan yang pernah Ny. Mlakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan
mana yang masih dapat Ny. M lakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai,
“Ny. M, apa saja kemampuan yang bapak miliki? Bagus, apa lagi? Saya
buat daftarnya ya, Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Ny.
piring”. Wah, bagus sekali ada tiga kemampuan dan kegiatan yang Ny.
Mmiliki”.
“Ny. M, dari tiga kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit? Bagus sekali ada 2 kegiatan yang masih bisa
”Sekarang, coba Ny. Mpilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini”. ”Oh, yang nomor satu, merapihkan tempat tidur? Kalau
begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur Ny.
M. Mari kita lihat tempat tidurNy. M. Coba lihat, sudah rapihkah tempat
tidurnya?”.
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu
bantal dan selimutnya. Bagus, sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya
kita balik. “Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah
atas, ya bagus, sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah
Bagus!”
“Ny. Msudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
sendiri ya”.
6) FASE TERMINASI
Mau berapa kali sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali
Klien kooperatif
Wajah datar
“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ny. Mmasih
ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain
(5) Waktu : “Bagaimana kalau besok jam 08.00 WIB, 20 menit saja
setelah sarapan?”.
dapur ruangan?”.
123
C. PROSES KEPERAWATAN
5) Kondisi Pasien :
teman lainnya
8) Tindakan Keperawatan
direncanakan
KEPERAWATAN
4) FASE ORIENTASI
d) Salam Terapeutik :
tampak cerah”.
124
e) Evaluasi/validasi :
f) Kontrak
piring”.
kemarin?”.
5) FASE KERJA
khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas, Ny. Mbisa
menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan
satu piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut
Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa
piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah
125
6) FASE TERMINASI
kegiatan sehari-hari?”.
ruangan
(4) Topik : -
(5) Waktu : -
(6) Tempat : -
126
DAFTAR PUSTAKA
Fitria Nita. Dkk. 2009.Prinsip Dasar dan aplikasi Laporan pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Iyus, Yosep. 2009. Buku Ajar Keperawatan Jiwa Advance & Mental Health
Nursing. Bandung: PT. Refika Aditama
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Jiwa : Terapi Aktifitas Kelompok. Jakarta:
EGC
Kusumawati, Farida. Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba
Medika: Jakarta
Stuart, G.W & Sundeen, S.J, 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan).
Edisi 5, EGC, Jakarta