Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners Departemen Keperawatan Anak
Oleh :
i
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 202006030
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An. S Dengan
Kasus
Cacar Air (Varicella) Di Ruang Nusa Indah RSUD Pare Kediri.
Mengetahui,
Preceptor Mahasiswa
ii
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK PRAKTEK PROFESI
NERS
2. Asuhan Keperawatan
(Ns. E. Arik Susmiatin, M.Kep,
3. Responsi Sp.Kep.J)
iii
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Varicella
Varicella (cacar air) adalah penyakit umum yang sering terjadi pada anak-anak,
yang disebabkan oleh Virus Varicella Zoster. Cacar air dapat menular melalui udara
pernapasan dan kontak langsung dengan cairan ruam penderita cacar (Suntanto,
2011), cacar air dapat menular mulai 2 hari sebelum ruam muncul sampai semua
lepuhan yang terdapat pada kulit menghilang. Anak yang terkena cacar air harus di
isolasi dan harus dijauhkan dari sekolah sampai semua lepuhan telah kering untuk
Varicella Zooster Virus (VZV) menyebabkan dua penyakit dengan klinis berbeda,
yaitu varisela (cacar air) selama infeksi primer dan herpes zoster (shingles) saat
Cacar air biasanya tergolong ringan, tetapi dapat berubah serius jika dialami oleh
bayi yang berusia di bawah 12 bulan, remaja, orang dewasa, ibu hamil, dan orang
Sistem imun akan matur secara bertahap sejak usia bayi. Pada anak, respon imun
alami dan adaptif mulai berproses ke arah matur. Di periode usia ini berisiko tinggi
terinfeksi banyak patogen seperti virus, bakteri, fungi dan parasit. Risiko ini
1
B. Etiologi
Virus varicella zoster (VZV). Infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit
Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut Capsid,
terdiri dari protein dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai pendek (S) dan
rantai panjang (L) dan membentuk suatu garis dengan berat molekl 100 juta yang
disusun dari 162 capsomir dan sangat infeksius. Varicella Zoster Virus (VZV)
dapat ditemukan dalan cairan vesikel dan dalam darah penderita Varicella
sehingga mudah dibiakkan dalam media yang terdiri dari Fibroblast paru embrio
manusia. Varicella Zoster Virus (VZV) dapat menyebabkan Varicella dan Herpes
sedangkan bila terjadi serangan kembali, yang akan muncul adalah Herpes Zoster,
(Dumasari.2008)
1) Vaksin cacar air dianjurkan untuk semua anak pada usia 18 bulan dan juga
menerima vaksin cacar air tersebut dan belum pernah menderita cacar air.
2) Untuk orang yang berusia 14 tahun ke atas yang tidak mempunyai kekebalan
2
orang yang menghadapi risiko tinggi, misalnya petugas kesehatan, orang
yang tinggal atau bekerja dengan anak kecil, wanita yang berencana hamil,
3) Penderita cacar air harus diisolasi dirinya dari orang lain. Untuk anak yang
ekolah dan tidak dititipkan ke penitipan anak dalam kurun waktu sampai
sekurang-kurangnya lima hari setelah ruam timbul dan semua lepuh telah
kering.
4) Mulut dan hidung penderita cacar air tersebut harus ditutup sewaktu
batuk atau bersin, membuang tisu kotor pada tong sampah yang tertutup,
mencuci tangan dengan baik dengan menggunakan sabun cuci tangan cair
yang baik pula dan tidak bersama sama menggunakan alat makan, makanan
5) Wanita yang hamil harus mengisolasi dirinya dari siapapun yang menderita
cacar air atau ruam saraf dan harus mengunjungi dokternya jika telah
menderita cacar air atau ruam saraf . Kuman penyakit cacar air tersebut dapat
3
8) Mencegah diri untuk tidak dekat dengan sumber penularan penyakit cacar
air
10) Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar air
C. Manifestasi Klinis
Menurut Soedarto (2011), cacar air menunjukkan gejala klinis yang bertahap,
1) Gejala awal
Pada permulaan dari penyakit, gejala cacar berupa sakit kepala disertai
nyeri punggung yang hebat, disertai gejala mirip influenza. Sesudah itu
akan terjadi fase ruam kulit (rash) yang timbul 2-3 hari sesudah munculnya
gejala awal. Rash mulai timbul di daerah dahi dan pergelangan tangan,
lalu menjalar ke lengan bawah dan kaki serta bagian belakang tubuh.
2) Lesi kulit
Kelainan kulit yang terjadi pada penderita cacar berupa lesi kulit yang
kemudian cepat berubah menjadi papula yang berbentuk bulat, keras dan
3) Adenitis
virus atas bahan infektif dapat membuktikan adanya virus. Selain itu
antigen virus juga dapat ditemukan pada cairan vesikel, pustula dan krusta
kulit.
D. Patofisiologi
Menyebar Hematogen.Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit di sekitar
Neuron pada ganglion akar dorsal Sumsum Tulang Belakang. Dari sini virus bisa
kembali menimbulkan gejala dalam bentuk Herpes Zoster. Sekitar 250- 500 benjolan
akan timbul menyebar diseluruh bagian tubuh, tidak terkecuali pada muka, kulit
kepala, mulut bagian dalam, mata , termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun
dalam waktu kurang dari seminggu , lesi teresebut akan mengering dan bersamaan
dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 – 3 minggu bekas pada kulit yang mengering
akan terlepas. Virus Varicella Zoster penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari
satu orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin
penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang
terinfeksi. Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar kebagian
tubuh melalui kelenjar getah bening. Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan
5
menyebar dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang sebaiknya penyakit ini dialami
pada masa kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab seringkali orang tua
membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini. Varicella pada umumnya
sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak , pada umumnya penyakit ini tidak begitu
berat. Namun di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak remaja dan
orang dewasa yang terserang Varisela. Lima puluh persen kasus varisela terjadi
diatas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia pada remaja dan
Sign / Symtoms Diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh, Pusing, Demam
dan kadang kadang diiringi batuk. Dalam 24 jam timbul bintik-bintik yang
berkembang menjadi lesi (mirip kulit yang terangkat karena terbakar). Terakhir
menjadi benjolan-benjolan kecil berisi cairan. Sebelum munculnya erupsi pada kulit,
penderita biasanya mengeluhkan adanya rasa tidak enak badan, lesu, tidak nafsu
makan dan sakit kepala. Satu atau dua hari kemudian, muncul erupsi kulit yang khas.
(makula), yang kemudian berubah menjadi papula (penonjolan kecil pada kulit),
papula kemudian berubah menjadi vesikel (gelembung kecil berisi cairan jernih) dan
akhirnya cairan dalam gelembung tersebut menjadi keruh (pustula). Bila tidak terjadi
6
7
E. Komplikasi
Beberapa komplikasi dapat terjadi pada infeksi varisela, infeksi yang dapat terjadi
diantaranya adalah:
sesak napas, takipneu, Ronki basah, sianosis, dan hemoptoe terjadi beberapa
Dijumpai 1 pada 1000 kasus varisela dan memberikan gejala ataksia serebelar,
tiba, selalu terjadi 2 - 3 minggu setelah timbulnya varicella. Keadaan ini dapat
posisi berdiri hingga tidak mampu untuk berdiri dan tidak adanya koordinasi
5) Herpes zoster
Komplikasi yang lambat dari varicella yaitu timbulnya herpes zoster, timbul
beberapa bulan hingga tahun setelah terjadinya infeksi primer. Varicella zoster
6) Reye syndrome
8
Ditandai dengan fatty liver dengan encephalophaty. Keadaan ini berhubungan
(Dumasari.2008)
F. Pemeriksaan Penunjang
Untuk pemeriksaan virus varicella zoster (VZV) dapat dilakukan beberapa test
yaitu :
1) Tzanck smear
cells. Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%. Test ini tidak dapat
pemeriksaan cepat.
simpleks virus.
9
a. Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif.
(Dumasari.2008).
G. Penatalaksanaan
Menurut Maharani, A. (2015) Penanganan awal yang dapat dilakukan pada
penularan penyakit.
2. Menjaga kebersihan diri - Mandi akan menbersihkan tubuh dari sel kulit mati
infeksi.
dengan ruam.
10
5. Obat untuk meringankan gejala : - Obat anti demam , bila demam tinggi. -
Obat untuk mengurangi rasa gatal, bisa berupa obat luar seperti bedak salisil
atau sejenisnya.
muncul ruam.
dengan memberikan vaksinasi berupa vaksin varicella pada anak bayi yang
belum pernah mengalami penyakit cacar air serta mempunyai gangguan pada
sekali suntikan. Efektivitas vaksin 85-95% dan resiko terkena variccela zoster
hanya 6% dan secara klinik ringan sekali dengan beberapa ruam saja danpa
panas. Hal tersebut dilakukan karena akan dikhawatirkan terjadi hal buruk
ketika terserang penyakit cacar air akibat komplikasi yang kemungkinan juga
penderita cacar air, jika penderita bukan salah satu anggota keluarga
sebaiknya menjaga jarak agar tidak mudah tertular penyakit ini. Tidak
penderita yang sedang mengalami penyakit cacar. Jika salah satu anggota
11
sakit agar virus tidak menyebar di dalam rumah maupun di tempat lainnya
12
c) Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.
13
C. Intervensi
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV, Jika perlu
14
3. Gelisah menurun 2. Identifikasi skala nyeri
4. Kesulitan tidur 3. Identifikasi respons
menurun
5. Perilaku membaik nyeri non verbal
6. Pola tidur 4. Identifikasi pengetahuan
membaik
dan keyakinan tentang
nyeri
Terapeutik
1. Berikan tehnik
nonfarmakologi untuk
mnegurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
3. Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
percahayaan dan suhu
ruangan nyaman
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode , dam pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
3. Gangguan integritas kulit b.d Setelah dilakukan intervensi Perawatan integritas kulit
perubahan status nutrisi d.d keperawatan selama 1x 24 Observasi
15
kerusakan jaringan dan jam integritas kulit dan 1. Identifikasi penyebab
lapisan kulit jaringan membaik dengan gangguan integritas kulit
(D.0129) kriteria hasil : Terapeutik
1. Ubah posisi tiap 2 jam tirah
1. Elastisitas kulit baring
meningkat 2. Gunakan produk berbahan
2. Hidrasi meningkat petrolium atau minyak
3. Perfusi jaringan pada kulit kering
meningkat 3. Gunakan produk berbahan
4. Kerusakan jaringan ringan dan hipoalergik
kulit menurun pada kulit sensitif.
5. Kerusakan lapisan kulit
menurun
Edukasi
6. Kemerahan menurun 1. Anjurkan menggunakan
7. Suhu kulit membaik pelembab
8. Tekstur kulit membaik 2. Anjurkan minum air
yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
4. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ekstrem
5. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
16
4. Melihat bagian tubuh Terapeutik :
membaik 1. Diskusikan perubahan
5. Respon nonverbal tubuh dan fungsinya
pada perubahan 2. Diskusikan perbedaan
tubuh membaik penampilan fisik terhadap
harga diri
Edukasi :
1. Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan
perubahan citra tubuh
2. Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri terhadap
citra tubuh
3. Latih peningkatan
penampilan diri (mis.
Berdandan)
17
7. Nafsu makan membaik 1. Lakukan oral hygine
8. Bising usus membaik sebelum makan
9. Membran mukosa 2. Sajikan makanan
membaik secara menarik dan
suhu sesuai
3. Berikan makanan
tinggi kalori tinggi
protein
4. Berikan suplemen
makanan Edukasi
5. Anjurkan posisi duduk
jika mampu
6. Anjurkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
18
D. Implementasi Keperawatan
dilakukan oleh seseorang perawat sesuai dengan rencana yang telah disusun
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan ( Setiadi, 2012 Dalam
Anggraini 2016).
Secara Operasional hal – hal yang perlu diperhatikan perawat dalam melakukan
1) Tahap Persiapan
Menggali perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan professional dalam
diri sendiri. Memahami rencana tindakan keperawatan secara baik, menguasai
keterampilan teknik keperwatan. Memahami rasional ilmiah dari tindakan
yang akan dilakukan, Mengetahui sumber daya yang dilakukan, memahami
kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam pelayanan keperawatan,
memahami standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur keberhasilan
.
2) Tahap Kerja
Mengkomunikasikan atau menginformasikan kepada klien tentang
keputusan tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat, beri
kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya terhadap
penjelasan yang telah diberikan, memperhatikan kondisi pasien dianatarnya :
privasi, rasa aman, respon klien, kondisi pasien.
3) Tahap Terminasi
20
1.3 Konsep Perkembangan Anak Usia Toddler
1.3.1 Pengertian anak usia toddler
Anak usia toddler merupakan anak yang berada antara rentang usia 12-36 bulan
(Soetjiningsih dan Gde Ranuh, 2013). Masa ini juga merupakan masa
(Loeziana Uce,2015).
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil
1
Hal yang terkandung dalam faktor genetik antara lain berbagai faktor
bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, dan suku bangsa.
berikut.
bawaan bahkan lahir mati. Gizi yang buruk sewaktu hamil juga
pada bayi baru lahir (BBL), BBL menjadi mudah terkena infeksi,
2. Toksin/zat kimia
mati, cacat atau retardasi mental. Keracunan logam berat pada ibu
2
3. Endokrin
phenyketonuria (PKU).
4. Radiasi
5. Infeksi
6. Stress
3
7. Anoksia embrio
dan hormon.
(Cahyaningsih, 2011).
diamati.
4
2) Dalam periode tertentu terdapat masa percepatan atau perlambatan serta
Perkembangan yang sudah mampu dicapai oleh anak usia toddler diantaranya
sebagai berikut.
b. Usia 18-24 bulan anak mampu berdiri sendiri tanpa berpegangan selama
c. Usia 24-36 bulan anak mampu menaiki tangga secara mandiri, anak
3) Perkembangan bahasa
Bubbling, Lalling, Echolalia, dan True speech. Usia 10-16 bulan anak
kalimat yang terdiri dari dua kata atau lebih ; usia 24-36 bulan pengertian
4) Perkembangan personal-sosial
dipengaruhi oleh masyarakat dibagi menjadi lma tahap yaitu trust ><
tahun), inisiatif >< rasa bersalah (usia 3-6 tahun), keaaktifan >< rendah diri
(usia 6-12 tahun), identitas >< fusi identitas (usia 12-20 tahun)
6
Perkembangan personal-sosial anak pada usia toddler sebagai berikut.
2) Usia 18-24 bulan anak mampu minum dari cangkir dengan dua
tangan, belajar makan sendiri, mampu melepas sepatu dan kaos kaki
apabila ada kesulitan atau masalah, dapat mengeluh bila basah atau
kotor, frekuensi buang air kecil dan besar sesuai, muncul kontrol
buang air kecil biasanya tidak kencing pada siang hari, mampu
tua.
secara tepat, mampu dengan baik minum dari cangkir, makan nasi
7
bahasa untuk berkomunikasi dengan ditambahkan gerakan isyarat.
5) Perkembangan seksualitas
Tahap ini anak akan selalu memasukkan segala sesuatu yang berada di
orang tua sesama jenis (merasa tersaingi oleh bapak dalam mendapatkan
Anak mulai megeksplor dunia luar, mulai mencari teman sebaya untuk
diajak bermain.
e. Fase Genital
8
Pemusatan seksual pada genetalia, anak belajar menentukan identitas
jawab pada dirinya sendiri, mulai ada perasaan senang dengan lawan
(Sulistyawati, 2015).
meniru orang disekitarnya. Usia 6-7 tahun anak sudah mulai mengerti
9
Anak mulai berpikir logis tentang kejadian-kejadian konkrit, proses
tubuhnya.
c) Usia 24-36 bulan anak dapat menunjuk satu atau lebih bagian
10
7) Perkembangan moral anak usia toddler
pada usia toddler. Tahap orientasi hukuman dan kepatuhan (sekitar usia 2-4
tahun) anak mampu menilai suatu tindakan apakah baik atau buruk
bergantung dari hasilnya berupa hukuman atau penghargaan. Usia 4-7 tahun
anak berada pada tahap orientasi instrumental naif dimana segala tindakan
pada kebutuhan orang lain, rasa keadilan konkret. Timbal balik atau keadilan
menjadi landasan mereka (misalkan, jika kamu memukul tanganku, aku akan
memukul tanganmu juga) tanpa berpikir mengenai loyalitas atau rasa terima
dilakukan setiap tiga bulan untuk anak dibawah dua tahun, selanjutnya
dilakukan pemeriksaan setiap enam bulan sampai usia anak enam tahun
(Sulistyawati, 2015).
11
3) Skrining Atau Pemeriksaan Perkembangan Anak Usia Toodler
b. Alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,
2016).
b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan, dan tahun lahir
c. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
12
a. Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: “dapatkah
yang ditulis pada KPSP. Contoh: “pada posisi bayi anda terlentang,
posisi duduk”.
e. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh
karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang akan ditanyakan
kepadanya.
pertanyaan terdahulu.
2016).
a. Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh menjawab: anak bisa atau pernah atau
13
3. Jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).
(P).
6) Intervensi:
a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik.
di posyandu secara teratur 1 bulan sekali dan setiap ada kegiatan Bina
Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah memasuki usia pra sekolah
Kanak-Kanak.
14
b) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak
lakukan pengobatan.
15
16
17
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
DDST (Denver Developmental Screening Test)
Bowden, V.R, & Greenberg, C.S (2010). Children and Their Families: The Continuum
of Care (2nd ed.) Philadelphia: Williams &Wilkins.
CDC, 2018. Vaksin Varicella (Cacar Air): Yang Perlu Anda Ketahui.
https://Www.Immunize.Org/Vis/Indonesi an_Varicella.Pdf
DeLaune and Ladner. (2011). Fundamentals Of Nursing Standarts and Practice Fourth
Edition. USA : Delmor Cengage Leaming
Dermatologi in general medicine sixth Edition, vol:2. Editor, Irwin M, Freedberg MD,
Arthur Z, Elsen MD, Klauss, Woolff MD, K. Frank, Austein MD, Lowell
Stephen,tahun 2005 2071-2038.
Dumasari R. Varicella dan Herpes Zoster. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin FK Sumatera Utara. 2008.amin FK Sumatera Utara. 2008.
Frankenburg, W. K., & Dodds, J. B.(1967). The Denver developmental screening test.
The Journal of Pediatrics, 71(2), 181–191.
Friedman. (2013). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Heru Santoso. (2014). petunjuk praktis Denver Development Screening Test. buku
kedokteran EGC.
Iskarima, R. (2016). Deteksi Penyakit Anak Sehari-Hari. Yogyakarta: Kyta
Maharani, A. (2015). Penyakit Kulit, Terapi Untuk Penyakit Kulit, Macam Nutrisi
Wiley Blackwell.
Jakarta: EGC.
Publishing.
Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Simon AK, Hollander GA, McMichael A. 2015 Evolution of the immune system in
Steain, M., Slobedman, B., & Abendroth, A. 2012. review. The Host Immune Response
Sutanto, T. (2011). Cara Cerdas Memilih Obat Untuk Anak. Jogjakarta: Katahati
Taylor, C., Lillis, C., LeMone, P., & Lynn, P. A. (2011). Fundamentals of nursing: The
Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta: CV
Sagung Seto.
Wong (2008) Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. VI. Diedit oleh E. K. Yuda, Devi